Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

STASE BAYI, BALITA DAN PRA SEKOLAH

ASUHAN KEBIDANAN BALITA An N USIA 18 BULAN DENGAN ISPA

DI PMB GENIT

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

Dosen Pembimbing Pendidikan : Dewi Rokhanawati, S.SiT., MPH

Disusun oleh:
Lita Yuniarti 2220106108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

STASE BAYI, BALITA DAN PRA SEKOLAH

ASUHAN KEBIDANAN BALITA An N USIA 18 BULAN DENGAN ISPA

DI PMB GENIT

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

Yogyakarata, September 2023

Pembimbing Pendidikan Preceptor Mahasiswa

Dewi Rokhanawati, S.SiT., MPH Lita Yuniarti

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga iman dan islam tetap terjaga. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta para sahabatnya. Berkat
rahmat dan pertolongan Allah SWT dan bantuan semua pihak, penulis dapat menyelesaikan
laporan CBD yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi, Balita dan Pra Sekolah An N usia
18 bulan dengan ISPA ”.

Penyusunan laporan ini tidak akan terlaksana tanpa adanya dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Atas bantuan, bimbingan, dan arahan, penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Warsiti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
2. Muhammad Ali Imron, S.Sos.,M.Fis selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakart
3. Nidatul Khofiyah S.Keb., Bd., MPH, Selaku Ketua Prodi Program Sarjana dan
Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
4. Dewi Rokhanawati, S.SiT., MPH selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan selama penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari segala kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan laporan ini,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak. Semoga Allah SWT selalu memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kita
semua. Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakaatuh.

Yogyakarta, September 2023

penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................3

BAB III TINJAUAN KASUS .............................................................................................12

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang
usia dimulai dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan
yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah. Balita
adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh
kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini merupakan masa yang penting
terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual. Perkembangan dan
pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age
atau masa keemasan. Balita merupakan kelompok masyarakat yang paling rentan
terhadap penyakit. Pada kelompok tersebut membutuhkan pertahanan tubuh yang tinggi
dan gizi yang memadai sebagai pendukung pertumbuhan dan perkembangan (Mitayani,
2020).
Penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun
artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali
setahun. Batuk dan pilek merupakan gejala Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada
anak usia di bawah 5 tahun. Batuk secara refleks dapat menjadi faktor protektif menjaga
saluran pernafasan dari obstruksi zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh. Hidung
ditutupi oleh jaringan halus yang disebut mukosa dan menghasilkan lendir
untuk melindungi hidung. Apabila jaringan ini teriritasi maka akan membengkak dan
menghasilkan banyak lendir yang menyumbat hidung (Marhamah, 2022).
Angka Kematian Balita di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 40/1000
Kelahiran Hidup (setara dengan 23 kematian per jam). Kemenkes RI menetapkan goal
penurunan angka kematian balita sebesar 20/1000 Kelahiran Hidup. Pneumonia dan diare
menyebabkan hampir separuh kematian balita di Indonesia, di Provinsi Jawa Tengah
pneumonia adalah penyumbang kematian balita tertinggi (20,57%).

1
B. Tujuan
Untuk mengetahui mengenai asuhan pada bayi, balita dan pra sekolah tentang ISPA

2
BAB II

TINJAUAN TEORI (Evidance Based Midwifery/EBM)

A. Konsep Dasar Balita


a. Pengertian Balita
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai dengan
perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan
kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok yang rawan gizi serta
mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan.
Konsumsi makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status gizi
anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak (Ariani, 2018).
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Menurut Sediaotomo
(2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak pra
sekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua
untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik, namun kemampuan lain
masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan pasa masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak pada periode selanjutnya. Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan
pernah terulang kembali, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
b. Karakteristik Balita
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia di bawah satu
tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang yang dikenal
dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal
dengan usia pra sekolah (Proverawati & Wati, 2020).
Menurut karakterisik, balita terbagi dalam dua kategori, yaitu anak usia 1- 3
tahun (batita) dan anak usia pra sekolah. Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen
pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan oleh ibunya
(Sodiaotomo, 2010).
3
Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra sekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Pola makan yang diberikan sebaiknya
dalam porsi kecil dengan frekuensi sering karena perut balita masih kecil sehingga
tidak mampu menerima jumlah makanan dalam sekali makan (Proverawati & Wati,
2020).
Sedangkan pada usia pra sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini, anak mulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes
sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap ajakan. Pada masa ini berat
badan anak cenderung mengalami penurunan, ini terjadi akibat dari aktifitas yang
mulai banyak maupun penolakan terhadap makanan.

c. Pertumbuhan Balita
a. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun
individu. Anak tidak hanya bertambah secara fisik, melainkan juga ukuran dan
struktur organ-organ tubuh dan otak. Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan
otak adalah anak mempunyai kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan
menggunakan akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental.
Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan tannda-tanda seks sekunder
(Seotjiningsih dan Gde, 2023).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat di ukur dengan satuan panjang dan berat. (Mulati,
Erna. 2020).
b. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi (1-12 Bulan)
Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat.
Umur 5 bulan berat badan anak 2x berat badan lahir dan umur 1 tahun sudah 3x
berat badan saat lahir. Sedangkan untuk panjang badannya pada 1 tahun sudah
satu setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga
pesat. Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah 50%. Oleh

4
karena itu perlu pemberian gizi yang baik yaitu dengan memperhatikan prinsip
menu gizi seimbang.
Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata
untuk mengikuti suatu objek, membedakan seseorang dengan benda, senyum
naluri, dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup
mendukung perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup,
anak berusaha mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai
sikap memiringkan kepala ke samping.
Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh ke
kirikanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan
badan dari posisi telentang ke telungkup, dan sebaliknya berusaha meraih benda-
benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa lepas
pada suasana yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan
cerewet/menangis pada suasana tidak menyenangkan.
Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi
telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan
bulan anak bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa
bantuan. Bila dibantu berdiri, anak berusaha untuk melangkah sambil
berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga anak
dapat mengambil benda dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing akan
membuat cemas (stranger anxiety) demikian juga perpisahan dengan ibunya.
Pada usia 9 bulan sampai dengan 1 tahun, anak mampu melambaikan
tangan, bermain bola, memukul-mukul mainan, dan memberikan benda yang
dipegang bila diminta.Anak suka sekali bermain ci-luk-ba. Pada masa bayi
terjadi perkembangan interaksi dengan lingkungan yang menjadi dasar persiapan
untuk menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan memperoleh perkembangan
interaksi yang positif dapat menyebabkan terjadinya kelainan emosional dan
masalah sosialisasi pada masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan hubungan
yang mesra antara ibu (orang tua) dan anak.
c. Pertumbuhan dan Perkembangan Toddler (1-3 Tahun)
Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih pelan daripada masa
bayi tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering
mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan
anak mulai belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian

5
berjalan dengan berpegangan. Sekitar usia enambelas bulan, anak mulai belajar
berlari dan menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu, anak
perlu diawasi karena dalam beraktivitas, anak tidak memperhatikan bahaya.
Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding masa
sebelumnya yang lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya. Anak lebih
banyak menyelidiki benda di sekitarnya dan meniru apa yang diperbuat orang.
Mungkin ia akan mengaduk-aduk tempat sampah, laci, lemari pakaian,
membongkar mainan, dan lain-lain. Benda-benda yang membahayakan
hendaknya disimpan di tempat yang lebih aman.Anak juga dapat menunjuk
beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua kata dan mengulang kata-kata baru.
Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan
yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap miliknya. Bila anak
menginginkan mainan kepunyaan temannya, sering ia akan merebutnya karena
dianggap miliknya. Teman dianggap sebagai benda mati yang dapat dipukul,
dicubit atau ditarik rambutnya apabila menjengkelkan hatinya. Anak kadang-
kadang juga berperilaku menolak apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya
(self defense), misalnya menolak mengenakan baju yang sudah disediakan orang
tuanya dan akan memilih sendiri pakaian yang disukainya.
d. Kebutuhan Gizi pada Balita
Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita di antaranya adalah
energi dan protein. Kebutuhan energi sehari untuk tahun pertama kurang lebih
100-200 kkal/kg berat badan. Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi
karbohidrat, lemak dan protein. Protein dalam tubuh merupakan sumber asam
amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk
pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum serta mengganti sel-sel yang
telah rusak dan memelihara keseimbangan cairan tubuh.
Lemak merupakan sumber kalori berkonsentrasi tinggi yang mempunyai tiga
fungsi, yaitu sebagai sumber lemak esensial, zat pelarut vitamin A, D, E dan K
serta memberikan rasa sedap dalam makanan. Kebutuhan karbohidrat yang
dianjurkan adalah sebanyak 60-70% dari total energi yang diperoleh dari beras,
jagung, singkong dan serat makanan. Vitamin dan mineral pada masa balita
sangat diperlukan untuk mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan
secara keseluruhan (Dewi, 2023).

6
1. Tahapan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Kebutuhan gizi bayi sampai usia 6 bulan bisa terpenuhi dari ASI saja
atau susu formula karena alasan medis. ASI sebaiknya terus diberikan
sampai anak usia 2 tahun, namun pada saat bayi usia 6 bulan harus mulai
diberikan makanan pendamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
Makanan tambahan atau makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah
makanan yang diberikan kepada bayi disamping ASI untuk memenuhi
kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6–24 bulan, dan
merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga, pengenalan.
Pemberian MP-ASI diberikan kan secara bertahap sesuai dengan usia anak
yang dimulai dari MP-ASI yang jenis lumat, lembik sampai anak terbiasa
dengan makanan keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan
kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI. Berikut jenis tahapan
pemberian MP-ASI pada anak.
2. Kebutuhan Nutrisi Bayi Usia 0-6 Bulan
Nutrisi bayi yang berusia 0-6 bulan cukup terpenuhi dari ASI saja (ASI
Eksklusif). Hal-hal perlu diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
bayi usia 0-6 bulan adalah sebagai berikut:
1) Berikan ASI yang pertama keluar dan berwarna kekuningan
(kolostrum).
2) Jangan beri makanan/minuman selain ASI.
3) Susui bayi sesering mungkin.
4) Susui setiap bayi menginginkan, paling sedikit 8 kali sehari.
5) Jika bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan lalu susui.
6) Susui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian.
7) Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi
lainnya.
8) Susui anak dalam kondisi menyenangkan, nyaman dan penuh perhatian.
9) Dukungan suami dan keluarga penting dalam keberhasilan ASI
Eksklusif.
3. Kebutuhan Nutrisi Bayi Usia 6-8 Bulan
Pada bayi usia 6 – 8 bulan pemberian ASI diteruskan serta pemberian
makanan tambahan mulai diperkenalkan dengan pemberian makanan lumat
dua kali sehari. Pemberian makanan tambahan diperkenalkan karena

7
keadaan alat cerna sudah semakin kuat. Makanan yang diberikan pada bayi
usia ini harus sudah bervariasi, terutama dalam memilih bahan makanan
yang akan digunakan. Bahan makanan lauk pauk seperti telur, hati, daging
sapi, daging ayam, ikan basah, ikan kering, udang, atau tempe tahu, dapat
diberikan secara bergantian. Menyiapkan MP-ASI yang baik perlu
memperhatian hal berikut:
1) Padat energy, protein dan zat mikro (zat besi, Zinc, Kalsium, Vitamin A,
Vitamin C dan Folat).
2) Tidak berbumbu tajam, tidak menggunakan gula, garam, penyedap rasa
dan pengawet.
3) Mudah ditelan dan disukai anak.
4) ersedia lokal dan harganya terjangkau Makanan utama adalah makanan
padat yang diberikan secara bertahap (bentuk, jumlah dan freuensi).
4. Kebutuhan Nutrisi Bayi Umur 9-11 Bulan
Pemberian makan pada bayi usia 9-11 bulan adalah sebagai berikut:
1) Teruskan pemberian ASI.
2) Berikan MP-ASIyang lebih padat, contohnya: bubur nasi, nasi tim dan
nasi lembek.
Selain hal tersebut, anak juga berikan aneka makanan yang terdiri dari:
1) Makanan pokok, seperti: nasi, ubi, sagu.
2) Lauk hewani: ikan, telur, hati, ayam dan daging.
3) Lauk nabati: tempe, tahu, kacang-kacangan.
4) Sayur dan buah-buahan.
5) Beri makanan selingan 2 kali sehari, contoh: bubur kacang hijau, pisang,
biskuit, kue tradisional dan kue lain.
5. Kebutuhan Nutrisi Anak Umur 12-24 Bulan
1) Teruskan pemberian ASI.
2) Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak.
3) Berikan 3 x sehari, sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa terdiri dari
nasi, laukpauk, sayur, dan buah.
4) Beri makanan selingan kaya gizi 2 x sehari di antara waktu makan
(biskuit, kue).
5) Perhatikan variasi makanan.
6. Kebutuhan Nutrisi Anak Umur 24 Bulan atau Lebih

8
1) Berikan makanan keluarga 3 x sehari, sebanyak 1/3-1/2 porsi makanan
orang dewasa yang terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur dan buah.
2) Berikan makanan selingan kaya gizi 2 x sehari di antara waktu makan.
3) Perhatikan jarak pemberian makanan keluarga dan makanan selingan.
B. Konsep Dasar ISPA
1. Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan
organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Inveksi ini
disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila
ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan
pada anak di bawah lima tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit.
(Karundeng Y.M, et al. 2016).
2. Fisiologi
Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskann udara yang banyak
mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan
udara disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Oksigen diambil
melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea
sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli
memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah
merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Di paru-paru
karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran alveoli dankapiler
darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.
(Saputro. R, 2023).
3. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus hemofilus,
bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus,
adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus. Bakteri dan virus
yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan
streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel
pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri
dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan

9
tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga
menimbulkan risiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan
berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan,
status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

4. Penatalksanaan ISPA
Penatalaksanaan meliputi pencegahan meliputi:
1. Istirahat Total
2. Peningkatan intake cairan
3. Memberikan penyuluhan sesuai penyakit
4. Memberikan kompres hangat bila demam
Pencegahan infeksi lebih lanjut Penatalaksanaan
medis meliputi :
1. Sistomatik
2. Obat kumur

3. Antihistamin
4. Vitamin C
5. Espektoran
6. Vaksinasi (Wuandari.D & Purnamasari. L, 2020)
5. Komplikasi ISPA
Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ini yaitu asma. Kom- plikasi lain yang
dapat timbul yaitu:
1. Otitis media
2. Croup
3. Gagal nafas
4. Sindrom kematian bayi mendadak dan kerusakan paru residu (Wuandari.D &
Purnamasari. L, 2020)

1
BAB III

DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT

Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan Pra Sekolah An N usia 18 Bulan dengan ISPA di PMB genit

Rencana Tindak
Identitas Subyek Obyektif Analisa Penatalaksanaan
Lanjut
Tgl: 12-9-2023 Ibu mengatakan Inspeksi : KU baik, BB Anak N 18  Memberitahu ibu hasil Menganjurkan ibu
Nama : Anak N anaknya batuk 10,7 kg, TB 65 cm, suhu bulan pemeriksaan balita untuk:
No RM : N. pilek sudah 3 37,5 0 C, N 94 x/menit, R dengan  Bahwa balitanya batuk pilek  Agar anaknya

00332 hari, badannya 44 x/menit ISPA karena infeksi pernafasan mengkonsumsi


Umur : 18 bln agak panas, nafas Terdapat pembesaran  Memberikan KIE pada ibu makanan yang
Pendidikan agak seseg, anak kelenjar limfe dibagian tentang perawatan anaknya, bergizi dan
terakhir: - agak rewel, batuk leher, pada bagian perut di yaitu tetap memberikan ASI dan seimbang
Pekerjaan: - serak. ketuk kembung, memberikan makanan yang  Kompres anaknya

Agama: Islam Ibu mengatakan Tidak ada tarikan dinding bergizi dan seimbang bila demam dengan
Hp: - dirumah dikasih dada, pernafasan cepat  Kompres air hangat bila demam air hangat
Alamat : perasan jeruk Wheezing –  Memberi perasan jeruk nipis  Memberikan
nipis. Pola makan Saturasi oksigen 100% untuk mengurangi batuknya perasan jeruk
anak menjadi  Tetap menjaga kebersihan anaknya nipis, bila anaknya
berkurang  Jauhkan dari debu, asap dapur,
demam
 Tetap menjaga
asap rokok, asap kendaraan
kebersihan
13
 Kolaborasi dengan dokter, anaknya
dengan therapy : pamol sy 120  Jauhkan anak
mgml 3x1 sth, Ctm 3 1 mg , dari debu dan
salbu 1 mg di puyer 3X1 asap
bungkus sesudah makan.  Agar obat diberikan
 Memberitahu kepada ibu bila kepada anaknya
obat habis datang Kembali atau sesuai anjuran nakes
bila muncul gejala lain segera
datang Kembali.

13
BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil asuhan kebidanan dan identifikasi data dasar pengkajian merupakan


Langkah pertama yang dilakukan untuk mengumpulkan semua informasi akurat dan
lengkap dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien mengenai An N umur 18
bulan dengan ISPA di PMB genit. An N usia 18 bulan datang dengan ibunya pada
tanggal 12 september 2023 mengatakan bahwa sudah batuk pilek selama 3 hari badan
terasa panas, nafasnya sesak bila sedang batuk dan anak rewel karena merasa badanya
tidak enak untuk melakukan aktifitas. Hasil pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran
komposmentis, berat badan 10,7 kg, tinggi badan 65 cm, suhu 37,5 C, nadi 94 x/menit,
respirasi 44 x/menit, palpasi terdapat pembesaran kelenjar limfe, perkusi terdapat suaran
kembung pada bagian perut.

An N usia 18 bulan dengan keluhan Batuk Pilek (ISPA) dari hasil pemeriksaan
KU baik, BB 10,7 kg, TB 65 cm, suhu 37,5 0 C, N 94 x/menit, R 44 x/menit Terdapat
pembesaran kelenjar limfe dibagian leher, pada bagian perut di ketuk kembung, Tidak
ada tarikan dinding dada, pernafasan cepat Wheezing – Saturasi oksigen 100%. Dari
hasil pemeriksaan tersebut bidan memberikan terapi pamol sy 120 mgml 3x1 sth, Ctm 3
1 mg , salbu 1 mg di puyer 3X1 bungkus sesudah makan.pemberian terapi tersebut
dikonsultasi dengan dokter umum.

Hal tersebut sesuai dengan teori Masriadi, (2017) bahwa terdapat beberapa
gejala dari ISPA meliputi gejala ISPA ringan batuk, serak megeluarkan suara parau
waktu berbicara, pilek, panas atau demam, suhu >37 C, gejala ISPA sedang pernafasan
>50 x/menit, suhu >39 C, tenggorokan berwarna merah, timbul bercak-bercak merah
pada kulit menyerupai.campak, telingan sakit atau mengeluarkan nanah, pernafasan
berbuyi mengorok (mendengkur), dan pernafaasan berbunyi menciut-ciut, gejala ISPA
berat bibir dan kulit membiru, lubang hidung kembang kempis pada waktu bernapas,
tidak sadar atau kesadaran menurun, pernafasan berbunyi seperti mengorok dan tampak
gelisah, sela iga tertarik ke dalam oada waktu bernafas, tidak sadat atau kesdaran
menurun, pernafasan berbunyi seperti mengorok dan tampak gelisah, sela iga tertarik
kedalam pada waktu bernafas nadi lebih cepat > 160 x/menit atau tidak teraba dan
tenggorokan berwatna merah. Sehingga antara teori dan praktik tidak terdapat
13
perbedaan.
Pada data subyektif balita ibu An N mengatakan bahwa sudah diberikan perasan
jeruk nipis untuk membantu mengurangi batuknya. Sesuai dengan hasil penelitian
mengatakan bahwa Adapun pengobatan batuk pilek dengan menggunakan obat herbal
atau obat alami yaitu dengan mengkonsumsi Jenis tanaman herbal yang dimanfaatkan
yaitu jahe, kunyit, jeruk nipis, madu, dan kencur. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
digunakan untuk melegakan napas, meredakan batuk dan pilek. Jahe memiliki kandungan
antivirus yang ampuh melawan batuk dan pilek pada balita. Salah satunya yang sesuai
dengan kasus ini yaitu diberika perasan jeruk nipis. Seuai dengan penelitian bahwa Jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) buahnya berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit batuk, flu
ringan. Jeruk atau lemon memiliki kandungan senyawa yang meningkatkan system
kekebalan tubuh dalam melawan sakit dan radikal bebas di dalam tubuh. Perasan jeruk
lemon dengan madu merupakan obat herbal untuk meredakan batuk pilek secara efektif.
Jika balita suka dengan rasanya makan berikan potongan jeruk untuk dihisap
Hal ini sejalan dengan penelitian Hasanah (2016) bahwa alasan penggunaan
tanaman obat diantaranya adalah ekonomis, relatif mudah didapat, tradisi, sugesti, mitos,
alasan empirik juga menjadi salah satu penyebab banyak ibu mempercayai efektifitas
pengobatan dan perawatan pada balita. Pengobatan dan perawatan bayi menggunakan
tanaman obat dan resep-resep ramuan obat tradisional diperoleh dari orang tua,
lingkungan sekitar atau kerabat dekat, dukun bayi dan pedagang jamu. Perlu diperhatikan
dalam hal ini yaitu jenis tanaman dan ramuan obat, cara memperoleh komposisi ramuan,
tingkat kebersihan tanaman, takaran ramuan obat tradisional yang relatif bervariasi, serta
penerapan perawatan yang dilakukan terhadap balita dalam upaya peningkatan kesehatan
dan pertumbuhan. Obat tradisional adalah obat yang diolah secara tradisional dan
diajarkan secara turun temurun berdasarkan resep nenek moyang, adat istiadat,
kepercayaan atau kebiasaan setempat. Dari hasil berbagai penelitian, obat tradisional
terbukti memiliki efek samping yang minim bahkan tanpa menimbulkan efek samping,
karena bahan kimia yang terkandung dalam tanaman obat tradisional sebagian besar
dapat dimetabolisme oleh tubuh. Sehingga antara teori dan praktik tidak ada perbedaan.
An N berusia 18 bulan dimana pada usia 18 bulan termasuk kedalam usia balita
menurut teori irianto, 2014 bahwa balita berusia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua
taitu anak lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan batita dan anakk
usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang disebut anak usia pra sekolah.
14
Hal ini sejalan dengan teori Ariani, (2017) bahwa Balita adalah anak yang
berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat
gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita
termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi karena
kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan memegang peranan penting
dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga konsumsi makanan berpengaruh
besar terhadap status gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak.
Sehingga antara teori dan praktik tidak ada perbedaan.

Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang
usia dimulai dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan
yaitu usia 24-60 bulan. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan
kepandaian dan pertumbuhan intelektual. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu
menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat
dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa
keemasan. Balita merupakan kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap
penyakit. Pada kelompok tersebut membutuhkan pertahanan tubuh yang tinggi dan gizi
yang memadai sebagai pendukung pertumbuhan dan perkembangan.
Penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun
artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali
setahun. Batuk dan pilek merupakan gejala Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada
anak usia di bawah 5 tahun. Batuk secara refleks dapat menjadi faktor protektif menjaga
saluran pernafasan dari obstruksi zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh. Hidung
ditutupi oleh jaringan halus yang disebut mukosa danmenghasilkan lendir untuk
melindungi hidung. Apabila jaringan ini teriritasi maka akan membengkak dan
menghasilkan banyak lendir yang menyumbat hidung.
Hasil Penelitian Nurhidayah (2008) menunjukkan bahwa peran keluarga dalam
melakukan perawatan ISPA pada balita yang cenderung baik sebanyak 36% dan upaya
yang cenderung buruk sebanyak 12%. Penelitian ini menunjukkan bahwa peran orang
tua dalam pemberian nutrisi pada balita dengan ISPA cenderung buruk. Ketika anaknya
sakit dan tidak nafsu makan, kebanyakan orang tua membiarkanya dan memberikan

15
makanan sesuai keinginan anak saja. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati dalam
upaya perawatan yang dilakukan keluarga dalam mencari pengobatan didapatkan 65
orang tua yang mengerti tentang perawatan langsung di fasilitas kesehatan dan sebagian
orang tua hanya melakukan perawatan di rumah selanjutnya dibawa ke fasilitas
kesehatan jika kondisi anak mulai terlihat parah. Sehingga antara teori dan praktik tidak
ada perbedaan.

16
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Beberapa gejala dari ISPA meliputi gejala ISPA ringan batuk, serak megeluarkan
suara parau waktu berbicara, pilek, panas atau demam, suhu >37 C, gejala ISPA
sedang pernafasan >50 x/menit, suhu >39 C, tenggorokan berwarna merah, timbul
bercak-bercak merah pada kulit menyerupai.campak, telingan sakit atau mengeluarkan
nanah, pernafasan berbuyi mengorok (mendengkur), dan pernafaasan berbunyi
menciut-ciut, gejala ISPA berat bibir dan kulit membiru, lubang hidung kembang
kempis pada waktu bernapas, tidak sadar atau kesadaran menurun, pernafasan
berbunyi seperti mengorok dan tampak gelisah, sela iga tertarik ke dalam oada waktu
bernafas, tidak sadat atau kesdaran menurun, pernafasan berbunyi seperti mengorok
dan tampak gelisah, sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas nadi lebih cepat >
160 x/menit atau tidak teraba dan tenggorokan berwatna merah. Sehingga antara teori
dan praktik tidak terdapat perbedaan.
Akibat penyakit ISPA yang parah ini, maka diperlukan peran orang tua yang aktif
dan tepat dalam menangani balita dengan ISPA dirumah serta peran orang tua yang
tanggap dalam memberikan pengobatan. Penelitian mengenai peran orang tua dalam
merawat balita dengan ISPA hanya sedikit, sehingga penulis tertarik untuk
melakukan penelitian ini untuk mengetahui dan membahas peran orang tua dalam
merawat balita dengan ISPA dirumah
B. SARAN
1. Bagi Akademik
Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan referensi bagi mahasiswa Kebidanan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dalam menerapkan ilmu dan sebagai acuan
penelitian berikutnya dan institusi dapat lebih meningkatkan atau menambah
referensi, sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa yang akan
mengambil kasus yang sama.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan bagi tenaga
kesehatan terutama bidan. Bidan diharapkan dapat memberikan Asuhan Balita

17
lebih ditingkatkan Kembali.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan peneliti lain dapat melakukan asuhan kebidanan pada Asuhan Balita
sakit melibatkan keluarga dan dapat dijadikan bahan untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Atika Nur Azizah, Citra Hadi Kurniati, 2020. Obat Herbal Tradisional Pereda Batuk Pilek
Pada Balita. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Bapennas.2015.RPJMN 2015-2019 dan strategi pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat.
Jakarta: Kemenkes 2015.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta: DepkesRI
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sum atera Utara.
Medan: Dinkes Prov. SU.
Efek Sampingnya. Jakarta : Majalah Farmasetika Vol. 2 No. 5.

Hendra E. Prabawa, Muhammad Azinar, 2017. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan
Praktik Penemuan Pneumonia Balita Oleh Bidan. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.
Jannah, 2017. ASKEB II Persalianan Berbasis Kompetensi.Jakarta:EGC.
Johariyah.2016. AsuhanKebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: TIM
Mangkuji , B., dkk. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta : EGC

Marhamah. 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Anak Balita Di
Desa Bontongan Kabuoaten Enrekang.
Marmi,dan K. Rahardjo. 2022. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka belajar.
Menkes RI. 2016. Formularium Nomor 6 Tahun 2016. Jakarta : Kemenkes Mitayani.
2020. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta : Tim. Penyakit. Jakarta:

Mulyani, Hesti, Dkk. 2022. Pengobatan Tradisional Jawa Pada Manuskrip- Manuskrip Jawa
Mangkunegara, Kasunanan Surakarta, Dan Museum Radyapustaka. Yogyakarta: UNY.
Muslihatun, Wafinur. (2020). Pendokumentasian Kebidanan. Yogyakarta: Fitramay
Penerbit Erlangga.
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. 2020.Buku Acuan Midwifery Update.
Purwoastuti, Endang dan Elisabeth S. Walyani. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.
19
Saputra R. 2023. Bersihan Jalan Nafas. Fakultas Ilmu Kesehatan Ump Sumayyah S.,
Salsabila N. 2018. Obat Tradisional : Antara Khasiat Dan
Sondakh, J. J.2020. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi baru Lahir. Malang:
Tando, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta: EGC

Wulandari D & Purnamasari L. 2020. Kajian Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Indonesian Journal On Medican Science. Vol: 2 No:2

Yenilis Suriani, 2018. Asuhan Keperawatan Pada An. R Dengan Gangguan Ispa (Infeksi
Saluran Pernafasan Akut) Di Wiayah Kerja Puskesmas Air Haji Kecamatan Linggo
Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2018. Program Studi Diploma Iii
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.

20

Anda mungkin juga menyukai