Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

GIZI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI


Gizi Seimbang untuk Balita

Disusun Oleh :
Mahasiswi S1 Kebidanan

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyusun tugas kelompok makalah tepat waktu tanpa keterlambatan dan hambatan
apapun.

Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen Mata Kuliah Gizi
Dalam Kesehatan Reproduksi yang telah memberikan tugas kepada kami. Penulis juga
berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah tentang
“Gizi Seimbang Pada Balita”.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan yang nantinya pasti akan kami perbaiki. Oleh karena itu, dengan segala keterbatasan
waktu dan kemampuan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan kami selaku
pembuat serta bagi para pembacanya.

Terima Kasih.

Bandung, 7 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
BAB I ....................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
Latar Belakang...................................................................................................................................... 1
BAB II ...................................................................................................................................................... 2
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................................ 2
BAB III .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 4
KAJIAN JURNAL................................................................................................................................ 10
Jurnal 1 ............................................................................................................................................... 10
Jurnal 2 ............................................................................................................................................... 11
Jurnal 3 ............................................................................................................................................... 12
BAB IV .................................................................................................................................................. 14
MENU GIZI SEIMBANG BAYI 6-12 BULAN ................................................................................. 14
CONTOH LEAFLET/POSTER .......................................................................................................... 16
BAB V .................................................................................................................................................... 17
PENUTUP ............................................................................................................................................. 17
kesimpulan.............................................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi seimbang adalah gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari
sehingga tubuh bisa aktif, sehat optimal, tidak terganggu penyakit, dan tubuh tetap sehat (Ira
Mafira, 2012). Pemenuhan kebutuhan gizi merupakan indikator penting dalam proses tumbuh
kembang balita. Anak di bawah 5 tahun (balita) merupakan kelompok yang menunjukkan
pertumbuhan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang maksimal setiap kilogram berat
badannya. Permasalahan gizi balita adalah kurangnya pemenuhan gizi seimbang yang disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi yang harus dipenuhi balita pada masa pertumbuhan
(Sibagariang, 2010: 98). Jika masalah gizi pada balita tidak mampu teratasi maka akan
menyebabkan berat badan kurang, mudah terserang penyakit, badan letih, penyakit defisiensi gizi,
malas, terhambatnya pertumbuhan dan perkambangan baik fisik maupun psikomotor dan mental
(Widodo, Rahayu, 2010: 45).

Pemenuhan gizi pada balita pada dasarnya masih jauh dari indikator yang diharapkan. Perhatian
orangtua yang seharusnya bertanggung jawab penuh dalam memenuhi kebutuhan gizi pada
anakanaknya belum sepenuhnya diwujudkan. Dua alasan pokok yang secara rasional sulit untuk
diterima, anggapan mereka menyiapkan makanan khusus pada anak diusia balita hanya sampai
usia 1 tahun, selebihnya mengikuti makanan orang dewasa mereka menganggap tidak perlu secara
khusus disiapkan makanannya. Hal tersebut akibat dari ketidaktahuan orangtua dalam memenuhi
gizi seimbang pada balita (Marimbi, 2009).

Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen
kepada kami dan juga dengan adanya makalah ini kami harapkan bagi siapa saja yang membaca
dapat menegetahui betapa pentingnya gizi seimbang bagi balita dan dapat menerapkannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

Pengertian balita

Balita adalah anak yang berumur di bawah lima tahun, tidak termasuk bayi karena bayi mempunyai
karakter makan yang khusus (Irianto dalam Wahyuni, 2018). Menurut Peraturan Menteri Nomor
25 tahun 2014 pasal 1 ayat 4, anak balita adalah anak umur 12 bulan sampai dengan 59 bulan.
Menurut Maria Montessori menyatakan bahwa pada rentang usia lahir sampai 6 tahun anak
mengalami masa keemasan (golden age) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitive
menerima berbagai rangsangan.

Karakteristik balita

Septriasa (2012) dalam Widyawati, dkk (2016) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi dua
yaitu: (a) Anak usia 1-3 tahun, merupakan konsumen pasif artinya anak menerima makanan yang
disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan usia balita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah
makanan yang mampu diterimanya dalam 10 sekali makan lebih kecil bila dibandingkan dengan
anak yang usianya lebih besar. Oleh sebab itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
dengan frekuensi sering; (b) Anak usia prasekolah (3-5 tahun), anak menjadi konsumen aktif yang
mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak cenderung mengalami
penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak
makanan yang disediakan orang tuanya.

Pentingnya usia balita

Sampai usia dua tahun merupakan masa kritis bagi anak dan termasuk dalam periode window of
opportunity. Pada periode ini sel-sel otak tumbuh sangat cepat sehingga saat umur dua tahun
pertumbuhan otak sudah mencapai lebih dari 80% dan masa kritis bagi pembentukan kecerdasan
(Susilowati dan Kuspriyanto, 2016). Pada umur tersebut anak berada pada periode tumbuh
kembang manusia yang disebut dengan the golden age. Berdasarkan beberapa penelitian
menyebutkan bahwa the golden age terdapat pada masa konsepsi, yaitu sejak manusia masih dalam
rahim ibu hingga beberapa tahun pertama kelahirannya yang diistilahkan dengan usia dini (Uce,
2017). Setelah anak berumur 24 bulan, tidak ada lagi pertambahan sel-sel neuron baru seperti yang
terjadi pada umur sebelumnya, tetapi pematangannya masih berlangsung sampai anak berusia
empat atau lima tahun. Pada masa awal-awal kehidupan yang dimulai kira-kira umur 3 tahun 11
anak mulai mampu untuk menerima keterampilan sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan
proses berpikir (Uce, 2017). Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada
perkembangan mental dan kecerdasannya. Dampak tersebut akan terlihat dari ukuran fisik yang
tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif sehingga berakibat pada rendahnya
produktivitas ekonominya pada usia dewasa (1000 HPK, 2013). Jika pada usia ini, seorang anak
mengalami kekurangan gizi maka perkembangan otak dan kecerdasannya terhambat dan tidak
dapat diperbaiki (Susilowati dan Kuspriyanto. 2016).

Menurut UNICEF, status gizi balita dipengaruhi langsung oleh asupan makanan dan penyakit
infeksi. Asupan zat gizi pada makanan yang tidak optimal dapat menimbulkan masalah gizi kurang
dan gizi lebih. Masalah gizi pada balita antara lain kekurangan energi protein (KEP), kekurangan
vitamin A (KVA), anemia gizi besi (AGB), gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), dan
gizi lebih (Susilowati dan Kuspriyanto. 2016). Masalah gizi lain pada balita adalah stunting
(Kemenkes RI, 2018).
BAB III
PEMBAHASAN

Asupan makanan yang bergizi amat penting untuk si kecil agar bisa tumbuh dan
berkembang dengan optimal. Karena itu pastikan bahwa menu yang disajikan bagi si kecil
memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya. Di usia ini anak memasuki usia pra sekolah dan
mempunyai risiko besar terkena gizi kurang. Pada usia ini anak tumbuh dan berkembang dengan
cepat sehingga membutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sementara mereka mengalami penurunan
nafsu makan dan daya tahan tubuhnya masih rentan sehingga lebih mudah terkena infeksi
dibandingkan anak dengan usia lebih tua. Zat gizi yang mereka perlukan adalah Karbohidrat
berfungsi sebagai penghasil energy bagi tubuh dan menunjang aktivitas anak yang mulai aktif
bergerak. Mereka biasanya membutuhkan sebesar 1300 kkal per hari. Protein berfungsi untuk
membangun dan memperbaiki sel tubuh dan menghasilkan energy. Mereka membutuhkan protein
sebesar 35 gram per hari Mineral dan vitamin yang penting pada makanan anak adalah iodium,
kalsium, zinc, asam folat, asam folat, zat besi, vitamin A,B,C,D,E, dan K. Mineral dan vitamin ini
berperan dalam perkembangan motorik, pertumbuhan, dan kecerdasan anak serta menjaga kondisi
tubuh anak agar tetap sehat. Sementara pertumbuhan fisik tubuh sedikit melambat, karenanya anak
perlu makan makanan yang memberikan asupan gizi yang mendukung pertumbuhan otaknya.
Pemberian nutrisi pada anak harus tepat, artinya:
1. Tepat kombinasi zat gizinya, antara kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral serta kebutuhan cairan tubuh anak, yaitu 1-1,5 liter/hari.
2. Tepat jumlah atau porsinya, sesuai yang diperlukan tubuh berdasarkan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) harian.
3. Tepat dengan tahap perkembangan anak, artinya kebutuhan kalori anak berdasarkan berat
badan dan usia anak.

Pola Makan balita harus terdiri dari:


1. Ketika bayi anda tumbuh menjadi balita, mereka harus sepenuhnya terintegrasi ke makanan
keluarga, meskipun untuk sementara waktu mungkin mereka masih perlu bantuan untuk
memotong makanan menjadi potongan-potongan kecil
2. Satu hal yang perlu diperhatikan untuk membuat makanan keluarga cocok untuk anak
Anda,yaitu gunakan sedikit gula, garam dan hindari bumbu-bumbu dengan rasa yang
tajam
3. Susu masih sangat berperan penting dalam pola makan anak Anda, meskipun mereka perlu
sedikit lebih berkurang sekarang, sekitar 200-600 ml susu atau 2-3 porsi susu per hari
4. Berikan anak makanan yang sehat, bervariasi dan seimbang,
5. Anak harus makan berbagai macam makanan dari setiap kelompok makanan:
a. 4 porsi jenis karbohidrat perhari
b. 2-3 porsi susu perhari
c. 1-2 porsi jenis daging atau jenis daging lainnya perhari
d. 5 porsi jenis buah dan sayuran perhari

Kebutuhan Gizi Balita


Energi
• Balita membutuhkan energi (sebagai kalori) untuk memungkinkan mereka untuk
beraktifitas serta untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh mereka
• Tubuh mendapatkan energi terutama dari lemak dan karbohidrat tetapi juga beberapa dari
protein

Asupan Kalori
Anak-anak usia balita membutuhkan kalori yang cukup banyak disebabkan bergeraknya
cukup aktif pula. Mereka membutuhkan setidaknya 1500 kalori setiap harinya. Dan balita bisa
mendapatkan kalori yang dibutuhkan pada makanan-makanan yang mengandung protein, lemak
dan gula.

Protein
• Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh,
serta untuk membuat enzim pencernaan dan zat kekebalan yang bekerja unutkmelindungi
tubuh si kecil.
• Kebutuhan protein secara proporsional lebih tinggi untuk anak-anak daripada orang
dewasa.
• Asupan gizi yang baik bagi balita juga terdapat pada makanan yang mengandung protein.
Karena protein sendiri bermanfaat sebagai prekursor untuk neurotransmitter demi
perkembangan otak yang baik nantinya. Protein bisa didapatkan pada makanan-makanan
seperti ikan, susu, telur 2 butir, daging 2 ons dan sebagainya.
• Sumber protein ikan, susu, daging, telur, kacang-kacangan
• Tunda pemberiannya bila timbul alergi atau ganti dengan sumber protein lain.
• Untuk vegetarian, gabungkan konsumsi susu dengan minuman berkadar vitamin C tinggi
untuk membantu penyerapan zat besi.

Lemak
• Beberapa lemak dalam makanan sangat penting dan menyediakan asam lemak esensial,
yaitu jenis lemak yang tidak tersedia di dalam tubuh
• Lemak dalam makanan juga berfungsi untuk melarukan vitamin larut lemak seperti
vitamin A, D, E dan K.
• Anak-anak membutuhkan lebih banyak lemak dibandingkan orang dewasa karena tubuh
mereka menggunakan energi yang lebih secara proposional selama masa pertumbuhan dan
perkembangan mereka. Namun, Anjuran makanan sehat untuk anak usia lebih dari 5
tahun adalah asupan lemak total sebaiknya tidak lebih dari 35% dari total energi.
• Sumber lemak dalam dalam makanan bisa di dapat dalam : mentega, susu, daging, ikan,
minyak nabati.

Karbohidrat
• Karbohidrat merupakan pati dan gula dari makanan
• Pati merupakan komponen utama dari sereal, kacang-kacangan, biji-bijian dan sayuran
akar
• Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi anak. Hampir separuh dari energi yang
dibutuhkan seorang anak sebaiknya berasal dari sumber makanan kaya karbahidrat seperti
roti, seral, nasi, mi, kentang.
• Anjuran konsumsi karbohidrat sehari bagi anak usia 1 tahun keatas antara 50-60%
• Anak-anak tidak memerlukan ‘gula pasir’ sebagai energy serta madu harus dibatasi.
• Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan karbohidrat sebagai energi utama
serta bermanfaat untuk perkembangan otak saat belajar dikarnakan karbohidrat di otak
berupa Sialic Acid. Begitu juga dengan balita, mereka juga membutuhkan gizi tersebut
yang bisa diperoleh pada makanan seperti roti, nasi kentang, roti, sereal, kentang, atau mi.
• Kenalkan beragam karbohidrat secara bergantian.
• Selain sebagai menu utama, karbohidrat bisa diolah sebagai makanan selingan atau bekal
sekolah seperti puding roti atau donat kentang yang lezat.

Serat
• Serat adalah bagian dari karbohidrat dan protein nabati yang tidak dipecah dalam usus kecil
dan penting untuk mencegah sembelit serta gangguan usus lainnya.
• Serat dapat membuat perut anak menjadi cepat penuh dan terasa kenyang, menyisakan
ruang untuk makanan lainnya sehinga sebaiknya tidak diberikan berlebih

Vitamin dan Mineral


• Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil
untuk banyak proses penting yang dilakukan dalam tubuh
• Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi
• Makanan yang berbeda memberikan vitamin dan mineral yang berbeda dan memiliki diet
yang bervariasi dan seimbang . Ini penting untuk menyediakan jumlah yang cukup dari
semua zat gizi
• Ada beberapa pertimbangan pemberian zat gizi untuk diingat, seperti pentingnya zat besi
dan pemberian vitamin dalam bentuk suplemen.

Zat besi
Usia balita merupakan usia yang cenderung kekurangan zat besi sehingga balita harus
diberikan asupan makanan yang mengandung zat besi. Makanan atau minuman yang mengandung
vitamin C seperti jeruk merupakan salah satu makanan yang mengandung gizi yang bermanfaat
untuk penyerapan zat besi.

Kalsium
Balita juga membutuhkan asupan kalsium secara teratur sebagai pertumbuhan tulang dan
gigi balita. Salah satu pemberi kalsium terbaik adalah susu yang diminum secara teratur.

Kebutuhan nutrisi harian anak usia 1-3 tahun (1000 kkal)

Nutrisi Kebutuhan/Hari Setara dengan….

Vit A 400 ug Wortel (50 gram)

Vit D 200 IU Susu (470 ml atau 2 cangkir)

Vit K 15 ug 2 tangkai asparagus (20 gram)

Vit B1 (Thiamin) 0,5 mg Kentang rebus (150 gram)

Vit B2 (Riboflavi) 0,5 mg Telur rebus (55 gram)

Vit B3 (Niacin) 6 mg Dada ayam (50 gram)

Vit B6 (piridoksin) 0,5 ug Fillet salmon (90 gram)

Vit B12 0,9 ug 1 butir telur rebus

Asam Folat 150 ug 3 kuntum brokoli (35 gram)

Kalsium 500 mg Susu (290 ml)

Magnesium 60 mg 1 mangkuk buah labu (245 gram)


Zat Besi 8 mg Daging sapi (170 gram)

Zinc 7 mg Kacang tanah (100 gram)

Selenium 17 ug Tuna (20 gram)

Natrium 0,8 g Garam (1/2 sendok teh)


KAJIAN JURNAL

Jurnal 1

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN

KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN

Stunting atau balita pendek merupakan masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia,
biasanya anak yang menderita stunting akan mengalami beberapa penyakit seperti kekurangan gizi.
Balita yang mengalami kurang gizi atau gizi buruk dalam jangka waktu lama, akan mengalami
tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya

Pengetahuan ibu tentang gizi seimbang sangat penting untuk menurunkan kejadian stunting
pada balita. Semakin tinggi pengetahuan ibu tentang gizi seimbang, maka akan semakin baik pula
pemberian gizi atau zat makanan pada balita.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi seimbang dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun di Puskesmas. Penelitian jurnal
ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Subyek penelitian adalah ibu
dan anak. Sampel pada penelitian ini berjumlah 77 ibu dan balita. Teknik pengambilan data
menggunakan purposive sampling. Pengetahuan ibu tentang gizi seimbang diukur menggunakan
kuesioner dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise.

Distribusi responden berdasarkan karakteristik pendapatan keluarga pada penelitian ini


paling banyak adalah kelompok di atas UMR yaitu 52 responden (67,5%). Distribusi responden
berdasarkan karakteristik pendidikan ibu pada penelitian ini paling banyak adalah kelompok
pendidikan dasar yaitu 43 responden (55,8%). Distribusi responden berdasarkan karakteristik
pekerjaan ibu pada penelitian ini paling banyak adalah kelompok bekerja yaitu 77 responden
(100%). Distribusi responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin balita pada penelitian ini
paling banyak adalah perempuan yaitu 42 responden (54,5%). Distribusi responden berdasarkan
karakteristik frekuensi makan balita pada penelitian ini paling banyak adalah kelompok teratur
yaitu 52 responden (67,5%).

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel di dalam jurnal, dapat dijelaskan
bahwa jumlah responden yang memiliki pengetahuan tentang gizi seimbang pada kategori baik
sejumlah 39 orang (50,6%). Pengetahuan tentang gizi seimbang dipengaruhi oleh faktor
pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Dan juga disebutkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu pendidikan, umur, pekerjaan, lingkungan, dan sosial
budaya. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang karena semakin tinggi
tingkat pendidikannya, maka semakin mudah dalam memahami informasi dan pengalaman yang
didapatkan.

Jadi, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang di Puskesmas Kintamani V dalam
penelitian ini paling banyak adalah tingkat pengetahuan ibu dalam kategori baik. Kejadian stunting
pada balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Kintamani V paling banyak berada pada kategori tidak
stunting. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang
dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Kintamani V.

jurnal 2

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemenuhan Gizi Seimbang Dengan Perilaku


Pencegahan Stunting Pada Balita

Usia balita merupakan masa dimana terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat, sehingga balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup (Maharani, dkk,
2018).Kasus stunting balita saat ini memiliki jumlah yang paling tinggi bila dibandingkan dengan
bentuk malnutrisi lainnya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (2017) insiden stunting
secara global sebanyak 155 juta (22,9%) balita, 41 juta balita (6%) balita dengan kelebihan berat
badan dan 52 juta balita (7,2%) dengan kategori kurus.
Stunting menjadi permasalahan dimana gagal tumbuh yang dialami oleh bayi atau anak di
bawah lima tahun yang mengalami kurang gizi semenjak berada di dalam kandungan hingga awal
bayi lahir, stunting akan mulai nampak ketika anak berusia dua tahun.
Tingkat pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya
kekurangan gizi pada anak, karena Ibu adalah pengasuh terdekat dan ibu juga yang menentukan
makanan yang akan dikonsumsi oleh anak dan anggota keluarga lainnya. Seorang ibu sebaiknya
tahu tentang gizi seimbang sehingga anak tidak mengalami gangguan seperti kekurangan gizi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah hubungan status sosial ekonomi dengan
status gizi. Peranan orang tua terutama ibu dalam mengasuh balita sangat menentukan bagaimana
kondisi asupan gizi yang diterima balita tersebut.
Pemberian gizi seimbang merupakan suatu upaya dalam penanggulangan stunting yang
terjadi pada balita. Pemberian asupan makanan dengan porsi yang baik dan pas akan membantu
proses pertumbuhan dan perkembangan seorang balita menjadi lebih optimal. Sehingga seorang
balita akan mencapai derajat kesehatan yang lebih baik.
Hasil pada tabel 1 sebanyak 30 orang (41,1%) ibu memiliki cukup pengetahuan dan 2 orang
(27,4%) ibu kurang memiliki pengetahuan. Pada tabel 2 menghasilkan 41 orang (56,2%) ibu
memiliki perilaku negatif dan 32 orang (43,8%) ibu memiliki perilaku positif.Pada tabel 3
dihasilkan 18 orang (44%) ibu u ntuk pengetahuan tentang pemenuhan gizi seimbang pada balita
dengan perilaku pencegahan stunting pada balita sama-sama memiliki nilai cukup dengan
perilaku negative. Tabel 4 menunjukkan korelasi Kendall-Tau dengan nilai signifikansi p value
0,000 < α= 0,05.

Dapat disimpulkan bahwa Sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang
pemenuhan gizi seimbang pada balita. Sebagian ibu memiliki perilaku negatif dalam pencegahan
stunting pada balita. Dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa Ha diterima, sehingga ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi seimbang pada
balita dengan perilaku ibu dalam pencegahan stunting pada balita. Nilai koefisien korelasi yang
positif mempunyai arti semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi seimbang
pada balita maka semakin baik juga perilaku pencegahan stunting pada balita.

Jurnal 3

Upaya Peningkatan Sikap Dan Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Gizi Seimbang
Pada Balita Melalui Edukasi

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang
dikelola oleh masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar (Pangesti & Agussafutri, 2019).Upaya
peningkatan peran dan fungsi posyandu bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja,namun
semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader

Kader kesehatan seseorang yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas meningkatkan
kesehatan masyarakat dengan sukarela. Tugas kader salah satunya yaitu memberikan informasi
kesehatan atau pendidikan kesehatan saat posyandu berlangsung. Pendidikan kesehatan yang
diberikan berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat saat ini, kader
merupakan sumber referensi rujukan masyarakat, dipercaya oleh masyarakat dan memiliki
hubungan yang dekat dengan masyarakat karena kader tersebut merupakan bagian dari
masyarakatPermasalahan ditemukan pada saat wawancara kepada kader posyandu, ada beberapa
kader yang belum tahu fungsi dan tugas utamanya dalam kegiatan posyandu seperti pengisian
KMS yang baik dan benar, fungsi dari 5 meja di posyandu, dan penyuluhan gizi dan PMT yang
harusnya dilakukan oleh kader posyandu.

Peran aktif kader kesehatan dipelayanan gizi sangat penting untuk meningkatkan kualitas
dan status gizi masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak. Aktif tidaknya kader tersebut
tergantung dari pengetahuan kader posyandu kader posyandu merupakan health provider yang
berada di dekat kegiatan sasaran posyandu, tatap muka kader lebih sering daripada petugas
kesehatan lainnya (Rahmawati et al., 2019).

Berdasarkan hasil pretest diperoleh hasil bahwa mayoritas tingkat pengetahuan kader saat
dilakukan Pretest termasuk kategori kurang sebesar 70% dan mengalami peningkatan pengetahuan
menjadi kategori baik sebesar 92% setelah diberikan edukasi terhadap para kader dan mayoritas
sikap kader saat dilakukan Pretest termasuk kategori cukup sebesar 72% dan mengalami
peningkatan menjadi kategori baik sebesar 88% setelah diberikan edukasi terhadap para kader.

Disimpulkan bahwa terdapat peningkatan sikap dan pengetahuan kader posyandu setelah
dilakukan edukasi tentang gizi seimbang pada balita.Peran aktif kader kesehatan dipelayanan gizi
seimbang sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan status gizi masyarakat terutama
kesehatan ibu dan balita.
BAB IV

MENU SEIMBANG

Makan pagi

Bubur ayam

- bubur beras 2centong sayur

-ayam suwir 35gram

-kacang dan sayur 40gram

-telor rebus ½ potong

-susu 1gelas

-air mineral 1gelas

Selingan pagi

- buah alpukat ½potong buah

- air mineral 1gelas

Makan siang

- Nasi 100 gr

- Tumis tahu dan telur puyuh 75 gr

- Sayur brokoli 50 gr

- Daging 20 gr

Selingan makan siang


- Puding coklat 20 gr

- Buah melon 200 gr

- Air mineral 1 gelas

Pkl 16.00 buah campur

-pepaya 25g

-melon 25g

-stroberi 25g

-anggur 25g

-kiwi 75g

Sore

-nasi 40g

-rollade ikan saos tomat (- ikan kakap 10g, -telur 2,5g, -terigu 2,5g, -margarin 2,5g, -saus
tomat 50g)

-tempe garing panir (-tempe 5g, -tepung panir 5g, -telur 2,5g, -minyak 50g)

-sup oyong misoa (-oyong 10g, -misoa)

Malam(sebelum tidur)

-susu 1 gelas (susu sapi 500ml)


CONTOH LEAFLET/POSTER
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Masa balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat. Pada masa ini otak balita
ibu telah siap menghadapi berbagai stimuli seperti belajar berjalan dan berbicara dengan lancar.
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang dibutuhkan oleh tubuh
sesuai umur. Makanan keseimbangan pada usia dini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi
kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.

Balita masih sangat rawan terhadap berbagai macam penyakit. Hal ini terjadi karena sistem
kekebalan tubuhnya belum benar-benar terbentuk. Oleh karena itu karena itu, anak harus anak
harus diberikan asupan gizi yang cukup. Gizi tersebut akan membantu membentuk sistem
kekebalan tubuh yang kuat, sehingga anak tidak mudah sakit. Untuk menyediakan gizi yang cukup
bagi balita, hanya diperlukan menu sehat seimbang yang dikenal dengan nama 4 sehat 5 sempurna
yang terdiri atas nasi, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan susu.

Saran

Dengan makalah kami buat yang mestinya tidak jauh dari kekurangan dan kesalahan, sehingga
saran maupun kritkan sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umpo.ac.id/1363/2/BAB%20I.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2729/4/Chapter2.pdf

https://www.academia.edu/31979678/Makalah_Gizi_Balita

https://www.scribd.com/document/440268324/makalah-gizi-seimbang-pada-balita-doc

Adelina, F., A. (2018). Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dan Status Ketahanan Pangan Keluarga
dengan Kejadian Balita Stunting (Studi pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Duren Kabupaten Semarang).Thesis. http://eprints.undip.ac.id/65443/

Illahi, R., K. (2017). Hubungan Pendapatan Keluarga, Berat Lahir, dan Panjang Lahir Dengan
Kejadian Stunting Balita 24-59 Bulan Di Bangkalan. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS
Dr. Soetomo, 3(1), 1. https://doi.org/10.29241/jmk.v3i1.85

Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Lukman, S., Fitri, Y., A., Yulin, H. (2017). Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Kejadian
Stunting pada Anak Balita di Desa Buhu Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Journal
Health and Nutritions. Vol3,No1. http://jurnal.poltekkesgorontalo.ac.id/index.p
hp/JHN/article/view/119

Ni’mah, C., & Muniroh, L. (2015). Hubungan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan pola
asuh ibu dengan wasting dan stunting pada balita keluarga miskin. Media Gizi Indonesia, 10(1),
84-90.

Permatasari, T., A., E. (2021). Pengaruh Pola Asuh Pemberian Makan Terhadap Kejadian Stunting
Pada Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 14 (2), 3.
https://doi.org/10.24893/jkma.vl14i.527

Pormes, W., E., Rompas, S., Ismanto, A.,Y. (2014). Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang
Gizi Dengan Stunting Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di TK Malaekat Pelindung Manado. Jurnal
Keperawatan. Vol 2, No 2. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/arti cle/view/5230

Puspasari, N., & Andriani, M. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dan
Asupan Makan Balita 12-24 Bulan Association Mother’s Nutrition Knowledge And Toddler’s
Nutrition Intake With Toddler’ S Nutritional Status (WAZ) At The Age 12-24 M, 369-378
.
Rukmana, E., Briawan, D., & Ekayanti, I. (2016). Faktor risiko stunting pada anak usia 6-24 bulan
di Kota Bogor. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 12(3), 192-199.
Savita, R., & Amelia, F. (2020). Hubungan Pekerjaan Ibu, Jenis Kelamin, dan Pemberian Asi
Eklusif Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita 6-59 Bulan di Bangka Selatan The Relationship
of Maternal Employment, Gender, and ASI Eklusif with Incident of Stunting in Toddler Aged 6-
59 Months. Jurnal Kesehatan Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang, 8(1), 6-13.

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas


untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). T.P

UNICEF. (2012). Ringkasan Kajian Gizi Oktober 2012. UNICEF Indonesia.

Wawan, A., Dewi, M. (2011). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medik

Anda mungkin juga menyukai