Anda di halaman 1dari 53

KEBUTUHAN NUTRISI UNTUK BAYI

Dosen : Hermawati, SKM, M Biomed

KELAS 1 B

KELOMPOK 2

ANGGOTA KELOMPOK :
1.Amirah naila ramadhani 8. Orin Armi V
2.Asyifa zilvi 9. Restika Seplilma
3.Dhea lova Tri Jasandy 10. Sophia Afanda
4.Erin wulandari 11. Windi Putri devanda
5..Friska wulandari 12. Habil Ariadi
6.Keysha ramadhani 13. Nawaf
7.Monica efrida Mudri Wahyuni

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN AJARAN 2023/ 2024

1
KATA PENGANTAR

 Alhamdulillah Hirabbil Alamin.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena berkat rahmatnya
lah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada tenggang waktu yang telah ditentukan. Tak lupa
pula kami mengucapkan terima kasih, kepada dosen pembimbing  bidang mata kuliah ilmu
gizi, yang telah mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan demi terselesaikannya
makalah ini dan juga demi kematangan materi yang kami bahas dalam makalah ini.
Pada makalah ini, kami selaku penulis membahas mengenai kebutuhan dan juga  peran
pentingnya gizi bagi anak dan balita. Yang meliputi zat-zat nutrisi yang diperlukan dalam
masa pertumbuhannya, serta hal-hal lainnya yang menyangkut tentang  judul makalah kami,
hingga bahan-bahan pokok apa saja yang menghasilkan zat nutrisi yang dibutuhkan.
Contohnya saja pada wortel, yang mengandung VIT. C yang baik bagi kesehatan mata dan
kulit, dan lain-lain. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih adanya
kesalahan dan kekurangan dalam pembahasan materi di makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharakan adanya kritikan, serta saran yang positif dari seluruh pembaca, agar makalah
dapat berdaya guna dimasa yang akan datang.

Padang, Oktober 2013

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………................3

BAB I..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................4
B. TUJUAN..........................................................................................................................7
C. RUANG LINGKUP........................................................................................................7
BAB II.........................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.........................................................................................................................8
A. Tujuan Pemberian Nutrisi pada bayi...........................................................................8
B. Macam – macam makanan bayi : ASI, PASI dan MP-ASI........................................11
1. Air Susu Ibu ( ASI )..................................................................................................11
2. Pengganti Air Susu Ibu ( PASI ).............................................................................20
3. Makanan Pendamping ASI ( MP- ASI )....................................................................31
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Pemberian Makanan Pendamping
ASI.........................................................................................................................................38
C. Kebutuhan Gizi dan Zat Pada Bayi..............................................................................41
BAB III.....................................................................................................................................50
PENUTUP................................................................................................................................50
A. Kesimpulan......................................................................................................................50
B. Saran................................................................................................................................50

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan serta peran gizi bagi tubuh manusia berbeda-beda. Hal itu
tergantung dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang diantaranya adalah karena faktor usia,
jenis kelamin, pekerjaan atau status dalam masyarakat, dan hal lain yang mempengaruhi
kegiatan dan sirkulasi serta proses metabolisme dalam tubuh maupun proses pembuangannya.
Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai kebutuhan dan peran gizi dan
keperluan gizi bagi tubuh manusia, khususnya bagi bayi dan hingga balita. Suatu fenomena
pada jaman sekarang ini, adalah ketidak mampuan atau ketidaktahuan, bahkan
ketidakpedulian terhadap pemenuhan kebutuhan yang memang harus dipenuhi dalam fase
pertumbuhan bayi dan balita.
Sehingga beberapa kasus, penyakit yang diderita pada usia dewasa dapat terjadi pada
usia bayi dan balita. Namun, siapakah yang disalahkan dalam hal ini? Kesalahan pemikiran
dan penanganan dapat berpengaruh. Misalnya saja pada bayi berusia 1-2 tahun yang tidak lagi
memperoleh ASI, dan telah diberikan asupan makanan. Pada masa kanak-kanak, tidak
menutup kemungkinan anak itu akan lebih beresiko mengidap penyakit maag, daripada
seorang anak yang memperoleh asupan makanan pada usia yang tepat.
Nutrisi bagi bayi dan anak adalah pondasi bagi pertumbuhan badan yang sehat yang
pada gilirannya akan mendukung perkembangan yang optimal. Sudah menjadi pendapat
umum bahwa kondisi gizi yang optimal dari anak-anak sekarang, terutama pada masa bayi
adalah sesuatu hal yang mutlak demi kesehatan dan pertumbuhan yang baik pada masa
mendatang. Salah satu nutrisi yang terbaik bagi bayi baru lahir adalah ASI. Setiap ibu
menghasilkan air susu yang biasa kita sebut dengan ASI, sebagai makanan alami yang
disediakan untuk bayi (Roesli, 2009).
Jumlah ibu yang bersalin pada tahun 2009 sebanyak 4.622.741 jiwa, dari jumlah
tersebut ditargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80% atau 3.698.192 jiwa, namun
demikian angka ini sangat sulit untuk dicapai bahkan dan hanya tercapai sebesar 43,1%

4
(1.992.401 jiwa). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007
memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997
menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 (Fikawati & Syafiq, 2009).
Angka pengguna susu formula semakin tahun semakin meningkat, sebagai akibat
sulitnya pencapaian pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Selain itu penyebab lain adalah
gencarnya iklan produk susu formula diberbagai media. Alasan lain bahwa ibu menggunakan
susu formula adalah 2 produksi ASI ibu yang kurang untuk mencukupi kebutuhan bayinya
(Roesli, 2009).
Angka kesakitan bayi di Indonesia pada tahun 2009 akibat dari kurangnya pemberian
ASI eksklusif pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan mencapai 54% pada bayi usia dua
sampai tiga bulan, sementara 19% pada bayi usia tujuh sampai sembilan bulan. Lebih
memprihatinkan 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga
bayi usia dua sampai tiga bulan telah diberi makanan tambahan (Sentra Laktasi Indonesia,
2010).
Berdasarkan data demografi Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah Tahun
2009 pencapaian ASI sekitar 65%. Hal ini berarti masih terdapat 35% ibu yang belum
memberikan ASI pada bayinya. Data Dinas Kesehatan Surakarta angka cakupan ASI pada
tahun 2007 sebanyak 13,77%, tahun 2008 sebanyak 10,27%, tahun 2009 sebanyak 22,48%,
target pencapaian ASI tahun 2010 sekitar 80%, tetapi cakupan jumlah bayi yang diberi ASI
baru mencapai 20,35%. Masih jauhnya pencapaian target yang dapat dipenuhi disebabkan
adanya faktor dari ibu, seperti ibu yang bekerja dimana jadwal pemberian ASI yang
seharusnya diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan bayi. Data terakhir dari Dinkes Kota
Surakarta di Kecamatan Banjarsari cakupan ASI tahun 2010 sekitar baru mencapai 25,04%
dari target 80%.
Meskipun pemerintah telah menghimbau pemberian ASI, angka pemberian ASI masih
sangat rendah. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004,
ditemukan berbagai alasan ibu-ibu 3 menghentikan pemberian ASI kepada bayinya,
diantaranya produk ASI kurang (32%), ibu bekerja (16%), ingin dianggap modem (4%),
masalah pada putting susu (28%), pengaruh iklan susu formula (16%) dan peran lain terutama
suami (4%) (Amalia, 2010).

5
Roesli (2007), fenomena kurangnya pemberian ASI disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya: pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI, beredarnya mitos yang
kurang baik, serta kesibukan ibu bekerja dan singkatnya cuti melahirkan, merupakan alasan
yang diungkapkan oleh ibu yang tidak menyusui sangat sulit dilaksanakan sesuai harapan.
Akibat dari bayi yang tidak mengkonsumsi ASI antara lain bayi mudah terserang penyakit
seperti diare, terganggunya pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Kesibukan ibu bekerja yang banyak menyita waktu salah satunya adalah menjadi
buruh pabrik. Menurut undang-undang ketenagakerjaan pasal 77 ayat 2 tentang waktu kerja
menyebutkan bahwa setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja yang
meliputi 7 jam dalam satu hari, 40 jam dalam satu minggu dan 6 hari untuk satu minggu.
Sehingga kebanyakan ibu yang bekerja di pabrik frekwensi pemberikan ASI kepada bayinya
menjadi berkurang.
Berdasarkan observasi peneliti di wilayah kerja puskesmas Banjarsari pada tanggal 10
Agustus 2011, dari 6 ibu yang memeriksakan kesehatan anaknya, terdapat 4 ibu adalah
seorang pekerja di pabrik garmen, sementara 2 ibu adalah Ibu Rumah Tangga. Menurut
informasi dari 4 ibu pekerja buruh garmen, semua memberikan ASI namun ibu juga
memberikan tambahan susu 4 formula, dengan alasan bahwa selama ibu bekerja di pabrik,
anaknya hanya dapat mengkonsumsi susu formula. Anak diberikan ASI pada saat ibu sudah di
rumah. Data dari Kantor Kecamatan Banjarsari menunjukkan bahwa penduduk Banjarsari
yaitu ibu yang bekerja sebagai buruh pabrik menempati urutan pertama dibandingkan dengan
di kecamatan lain di kota Surakarta. Tahun 2010 data demografi penduduk di Kecamatan
Banjarsari, menunjukkan bahwa ibu yang bekerja sebagai buruh pabrik tercatat 439 orang dan
paling banyak memiliki anak bayi usia 2- 6 bulan.
Keterangan dari 2 ibu rumah tangga, menyatakan bahwa terdapat seorang ibu yang
juga memberikan ASI dan tambahan susu formula. Alasan ibu memberikan susu formula
adalah produksi ASI ibu tidak mencukupi kebutuhan putranya, sehingga ibu memutuskan
untuk memberikan susu formula.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
gambaran pemberian ASI pada ibu pekerja buruh pabrik di wilayah Kerja Puskesmas
Banjarsari Surakarta

6
B. TUJUAN

Hal yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan serta pemahaman mengenai kebutuhan dan peran gizi untuk anak dan balita.
Baik untuk penulis maupun bagi pembaca makalah ini. Sehingga dapat berguna bagi kita
semua.

C. RUANG LINGKUP
Makalah ini hanya membahas dan menuliskan penjelasan dan penjabaran mengenai
kebutuhan dan masalah-masalah kesehatan yang dapat dan terjadi pada bayi dan balita.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Pemberian Nutrisi pada bayi

Bayi adalah sebutan untuk anak usia 0 - 1 tahun (Soetjiningsih tahun 2004) dan
makhluk hidup yang baru saja dilahirkan dari Rahim ibu (Muchtar tahun 2002)Pada masa ini
sangat lucu-lucu nya anak baik fisik maupun dalam tingkah lakunya, karena pada masa ini
adalah masa yang polos dan unik bagi anak.
Gizi merupakan asupan yang teramat penting bagi tumbuh kembang anak. Kecukupan
gizi untuk anak akan mendorong perkembangan anak secara optimal. Sebaliknya kekurangan
gizi atau malnutrisi akan menimbulkan berbagai risiko kesehatan anak, diantaranya adalah
hambatan pertumbuhan tulang, lemah otot, degeneratif otak serta gangguan mental. Orang tua
harus memahami standar kebutuhan gizi anak yang harus terpenuhi.
Di usia 0 hingga 6 bulan, sumber gizi bayi adalah air susu ibu (ASI)ASI mengandung
gizi yang sangat lengkap sehingga sudah mencukupi standar kebutuhan gizi bayi. Sementara
bagi bayi di usia lebih dari 6 bulan memerlukan asupan makanan pendamping ASI sebagai
tambahan sumber gizi bayi.
Berikut ini daftar standar kebutuhan gizi bayi untuk memenuhi angka kecukupan
kalori tersebut :
1. Karbohidrat yang diperlukan tubuh bayi berkisar antara 40% dari kebutuhan kalori bayi.
2. Protein yang diperlukan sebesar 10% dari jumlah kebutuhan kalori bayi per hari.
3. Lemak yang diperlukan sebanyak 40 sampai 50% dari total kebutuhan kalori.

Selain itu, kebutuhan gizi bayi akan vitamin dan mineral juga harus dipenuhi. Berikut
ini sebagian daftar standar kebutuhan gizi bayi per hari untuk usia 7 sampai 12 bulan terhadap
vitamin dan mineral yang direkomendasikan oleh The George Mateljan Foundation for The
World's Healthiest Foods.
 Vitamin D : 5 Mg

8
 Vitamin E: 5 mg
 Vitamin K: 2,5 m
 Vitamin B6: 0,3 mg
 Folat: 80 mg
 Vitamin B12: 0,5 mg
 Kolin150 mg
 Vitamin C:50 mg
 Kalsium 570 mg
 Fosfor: 275 mg
 Magnesium: 75 mg
 Zat besi: 11 mg
 Zinc: 3 mg
 Magnesium: 0,6 mg

a. Kebutuhan energi

Kebutuhan energi bayi relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada
usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun
seiring dengan bertambahnya usia.

b.Kebutuhan zat pembangun

Secara fisiologis, bayi sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif
lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya
kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.

c.Kebutuhan zat pengatur

Kebutuhan air bayi dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usianya.

Tujuan pemberian nutrisi bayi:

1. Optimalisasi tumbuh kembang

Pertumbuhan adalah kedaaan dimana ada perubahan fisik dari waktu ke waktu, baik
dari segi dimensi, proporsi maupun komposisi tubuh. Agar pertumbuhan menjadi baik, bayi

9
harus diberikan nutirisi yang baik. Makanan yang dimakan oleh bayi akan menjadi sumber
energy yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel dalam tubuh, serta
perbaikan sel-sel tubuh apabila sel-sel tubuh rusak. Apabila sel-sel dalam tubuh tumbuh
dengan baik maka pertumbuhan bayifun akan tercapai, sehingga setiap bulan berat badan dan
tinggi badan bayi bertambah.

Perkembangan adalah perubahan kemampuan bayi dalam gerakan motoric kasar atau
halus, kecerdasan, mental dan perilaku dari waktu ke waktu. Perkembanganpun membutuhkan
asupan makanan. Otak akan berjalan dengan baik apabila asupan glukosa ke otak baik
sehingga otak berfungsi dengan baik yang akan berakibat pada peningkatan kecerdasan pada
bayi.

2. Imunitas tubuh

Bayi sangat rentan terhadap penyakit karena system kekebalan tubuhnya masih belum
sempurna. Asupan makan yang baik membantu dalam optimalisasi imunitas pada bayi.
Asupan Protein pada bayi akan membantu dalam optimaliasi kekebalan tubuh yang pada
akhirnya bayi akan lebih sehat dan kuat serta bebas penyakit.

3. Kecukupan energy

Agar fungsi tubuuh berjalan dengan baik maka asupan makanan mutlak diperlukan.
Makanan akan membantu dalam menjaga proses dalam tubuh berjalan dengan baik, seperti
system kekebalan tubuh berjalan dengan baik, pertumbuhan optimal, dil semuanya
membutuhkan energy dari makanan.

1. faktor faktor yang beperngaruh terhadap keadaan nutrisi pada bayi

1.Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi

Pola asuh signifikun terhadap status gizi (sig < 0,05) yakni nilai signinkasi 0,000.
Sehinggu dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antar pola asuh dengan status gizi. Terdapat
hubungan antara pola asuh dengan perkembangan anak, karena pola asuh orangtua merupakan
gambaran tentang sikap dan perilaku orangtua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi
selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini,
orangtua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta
tanggapan terhadap keinginan anaknya. Berdasarkan penelitian (Syatyawati R, 2013) terdapat
hubungan antara Status gizi dengan prestasi belajar,status gizi juga merupakan keadaan akibat

10
keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut,
atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh. salah satu faktor
yang mempengaruhi status gizi .dengan memberikan pendidikan, makanan dan sebagainya,
pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitanya dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak, dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam
jumlah yang cukup memadai. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai,
dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi
kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya

2.Hubungan Asupan Makan dan Ketahanan Bahan Pangan dengan Status Gizi pada Bayi

Hubungan asupan makan dan ketahanan bahan pangan dengan status gizi sangat
berpengaruh karena bayi dan balita sangat membutuh kan asupan gizi dan nutrisi yang
seimbang dan apabila mengalami Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa
efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunnya
tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak. Kekurangan gizi yang serius dapat
menyebabkan kematian anak .Sebagai akibat kurangnya asupan gizi, status gizi dibagi
menjadi dua sifat yaitu status gizi yang sifatnya akut dan status gizi yang sifatnya kronis.
Status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat keadaan yang berlangsung dalam waktu yang
pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit atau karena menderita diare. Status gizi
balita dipengaruhi banyak faktor, baik penyebab langsung maupun tidak langsung. Penyebab
Langsung yang mempe-ngaruhi status gizi adalah asupan makanan dan penyakit infeksi yang
diderita balita, penyebab tidak langsung meliputi ketersediaan pangan dalam hal ini dengan
mengetahui pekerjaan dan pendapatan orang tua, pola asuh anak, serta pelayanan kesehatan
dan kesehatan lingkungan. Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut berkaitan dengan
tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan keluarga.

B. Macam – macam makanan bayi : ASI, PASI dan MP-ASI


1. Air Susu Ibu ( ASI )
a. Definisi ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar payudara ibu berupa
makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang diproduksi sejak masa
kehamilan (Wiji, 2013). ASI merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi

11
khususnya bayi 0-6 bulan karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015).
ASI berdasarkan definisi diatas adalah sumber makanan bagi bayi yang diproduksi oleh
kelenjar payudara ibu yang mengandung unsur gizi lengkap untuk memenuhi kebutuhan bayi
secara optimal.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI dari ibu terhadap bayinya yang diberikan tanpa
minuman atau makanan lainnya termasuk air putih atau vitamin tambahan lainnya (Widuri,
2013). Pemberian ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa
makanan tambahan baik berupa cairan seperti susu formula, madu, air teh, dan air putih,
maupun berupa makanan padat seperti pisang, nasi yang dilembutkan, bubur nasi, tim, biscuit,
dan lain sebagainya (Suryoprajogo, 2009). Pemberian ASI eksklusif dapat diberikan secara
langsung maupun tidak langsung. Pemberian ASI secara langsung yaitu dengan cara
menyusui, sedangkan pemberian ASI tidak langsung dilakukan dengan cara memerah atau
memompa ASI, menyimpannya, untuk kemudian diberikan kepada bayi (Suryoprajogo, 2009).
Pemberian ASI berdasarkan pengertian diatas, ibu dikatakan memberikan ASI eksklusif
apabila bayi hanya diberikan ASI selama usia 0-6 bulan, sedangkan ibu dikatakan
memberikan ASI tidak eksklusif apabila bayi diberikan makanan atau minuman tambahan
lainnya pada usia 0-6 bulan.

b. Jenis – jenis ASI


ASI yang dihasilkan oleh ibu memiliki jenis dan kandungan yang berbeda beda,
terdapat 3 jenis ASI yang diproduksi oleh ibu.

a. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan kekuning-kuningan yang diproduksi pada hari pertama
hingga keempat dengan kandungan protein dan zat antiinfeksi yang tinggi serta berfungsi
sebagai pemenuhan gizi dan proteksi bayi baru lahir (Astutik, 2014)
b. Transitional milk (ASI peralihan)
ASI peralihan adalah air susu ibu yang keluar setelah kolostrum. ASI peralihan
diproduksi 8-20 hari dengan kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air yang lebih tinggi, dan
kadar protein, mineral lebih rendah (Widuri, 2013)

12
c. Mature milk (ASI matang)
ASI matang adalah air susu ibu yang dihasilkan sekitar 21 hari setelah melahirkan
dengan kandungan sekitar 90% air untuk hidrasi bayi dan 10% karbohidrat, protein, dan lemak
untuk perkembangan bayi (Widuri, 2013). ASI matamg memiliki dua tipe yaitu foremilk dan
hindmilk. Foremilk diproduksi pada awal menyusui dengan kandungan tinggi protein, laktosa
dan nutrisi lainnya namun rendah lemak, serta komposisi lebih encer. Sedangkan hindmilk
diproduksi menjelang akhir menyusui dengan kandungan tinggi lemak (Astutik, 2014).

c. Kandungan ASI
ASI merupakan makanan paling ideal dan seimbang bagi bayi, menurut Astutik
(2014), zat gizi yang terkandung dalam ASI adalah
a. Nutrien
1). Lemak
Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI yang mudah diserap oleh bayi.
Asam lemak essensial dalam ASI akan membentuk asam lemak tidak jenuh rantai
panjangmdecosahexaenoic acid (DHA) dan arachidoic acid (AA) yang berfungsi
untuk pertumbuhan otak anak.
2) Karbohidrat
Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI yang bermanfaat untuk
meningkatkan absorbs kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus
bifidus.
3) Protein
Protein dalam ASI yaitu whey, kasein, sistin, dan taurin. Sistin dan taurin
merupakan asam amino yang tidak dapat ditemukan pada susu sapi. Sistin
diperlukan untuk pertumbuhan somatic dan taurin untuk pertumbuhan anak.
4) Garam dan Mineral
Kandungan garam dan mineral pada ASI relative rndah karena ginjal bayi belum
dapat mengonsentrasikan air kemih dengan baik. Kandungan garam dan mineral
pada ASI kalsium, kaliun, natrium, tembaga, zat besi, dan mangan.
5) Vitamin

13
Vitamin pada ASI diantaranya vitamin D, E, dan K

b. Zat Protektif
1) Lactobasillus bifidus
Lactobasillus bifidus berfungsi mengubah laktosa ,menjadi asam laktat dan asam
asetat yang menyebabkan saluran pencernaan menjadi lebih asamuntuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme
2) Laktoferin
Laktoferin berikatan dengan zat besi untuk menghambat pertumbuhan kuman
tertentu seperti E. coli dan menghambat pertumbuhan jamur kandida.
3) Lisozim
Lisozim merupakan faktor protektif terhadap serangan bakteri pathogen serta
penyakit diare.
4) Komplemen C3 dan C4
Komplemen C3 dan C4 berfungsi sebagai daya opsonik, anafilaktoksik, dan
kemotaktik.
5) Faktor antistreptokokus
Antistreptokokus melindungi bayi terhadap infeksi kuman steptokokus.
6) Antibodi
Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi dan
membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri pathogen atau
enterovirus masuk kea lam mukosa usus.
7) Imunitas Seluler
Imunitas seluler berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme,
membentuk C3, C4, lisozim, serta laktoferin.
8) Tidak Menimbulkan Alergi
Sistem Ig E pada bayi beum sempurna, sehingga bayi yang diberikan susu formula
akan merangsang aktivasi system Ig E dan menimbulkan alergi.
d. Manfaat Pemberian ASI

14
ASI merupakan makanan yang sempurna bagi bayi yang memiliki berbagai manfaat,
baik bagi bayi, ibu, keluarga dan negara. Manfaat ASI menurut Maryunani (2012) dan Astutik
(2014) adalah

a.Manfaat ASI bagi bayi


1) Kesehatan
ASI merupakan cairan yang mampu diserap dan digunakan tubuh dengan
cepat. Komposisi gizi pada ASI yang lengkap bermanfaat memenuhi kebutuhan bayi,
sehingga anak terhindar dari malnutrisi. Kandungan antibodi pada ASI mampu
memberikan imunitas bayi sehingga mampu mencegah terjadinya kanker limfomaligna
dan bayi lebih sehat dan lebih kuat dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat
ASI.
2) Kecerdasan
ASI mengandung DHA terbaik, selain laktosa untuk proses mielinisasi otak.
Mielinisasi otak merupakan proses pematangan otak agar berfungsi optimal.
Pemberian ASI secara langsung merangsang terbentuknya networking antar jaringan
otak sehingga terjalin sempurna. Penelitian Novita dkk (2008) menyabutkan bahwa
anak yang mendapat ASI eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi dibandingkan dengan
anak ASI noneksklusif. Perbedaan selisih rata-rata IQ antara kedua kelompok sebesar
13,9 point.
3) Emosi
ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada bayi. Pemberian ASI
dengan mendekap bayi dapat merangsang kecerdasan emosional. Doa dan harapan
yang didengungkan selama proses menyusui dapat mengasah kecerdasan spiritual
bayi.

b. Manfaat ASI bagi ibu


1) Mencegah perdarahan pascapersalinan
2) Mempercepat involusi uteri
3) Mengurangi resiko anemia

15
4) Mengurangi resiko kanker ovarium dan payudara
5) Memperkuat ikatan ibu dan bayi
6) Mempercepat kembali ke berat badan semula
7) Metode kontrasepsi sementara

e. Alasan pemberian ASI eksklusif dan penundaan pemberian makanan padat pada bayi
Alasan dan riset yang mendukung pemberian ASI eksklusif menurut Widuri (2013)
adalah

1) Riset medis mengatakan ASI eksklusif membuat bayi berkembang dengan baik
khususnya pada 6 bulan pertama
2) Sistem pencernaan bayi belum memiliki protein dan enzim yang lengkap
hingga usia 6 bulan. Pemberian makanan padat sebelum usia 6 bulan tidak
dapat dicerna dengan baik oleh bayi dan mengakibatkan reaksi tidak nyaman
seperti gangguan pencernaan, timbulnya gas, dan konstipasi.
3) Bayi usia 4-6 bulan memiliki usus yang belum menutup sempurna, sehingga
protein dan bakteri pathogen akan mudah masuk ke dalam aliran darah.
Kandungan antibodi pada ASI dapat melapisi organ pencernaan bayi dan
menyediakan kekebalan pasif, mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi
sebelum penutupan usus terjadi.
4) Kandungan zat besi pada ASI lebih mudah diserap oleh tubuh bayi
dibandingkan zat besi dari susu sapi atau susu formula, sehingga bayi dengan
ASI eksklusif akan terhindar dari anemia.
5) Pemberian makanan padat terlalu dini akan meningkatkan kandungan lemak
dan berat badan pada masa anak-anak. Menunda pemberian makanan padat
membantu melindungi bayi dari resiko obesitas di masa datang
6) Pemberian makanan padat akan mengurangi asupan ASI bagi bayi, sehingga
produksi ASI akan semakin sedikit.

F. Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif


Langkah keberhasilan ASI eksklusif menurut Roesli dalam Astutik (2014) adalah

16
a. Mempersiapkan payudara saat diperlukan
b. Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui
c. Menciptakan dukungan keluarga, teman, dan sebagainya
d. Memilih tempat melahirkan yang sayang bayi
e. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI eksklusif
f. Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi
g. Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui

G. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI


Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI menurut Haryono dan Sulis (2014)
dibedakan menjadi tiga faktor yaitu faktor pemudah (predisposing factors), faktor pendukung
(enabling factors), dan faktor pendorong (reinforcing factors).

a.Faktor Pemudah (predisposing factors)

1) Pendidikan
Pendidikan akan mempengaruhi seseorang untuk mencari tahu informasi yang
dibutuhkannya. Pendidikan ibu yang tinggi akan lebih mudah menerima suatu ide
baru, sehingga promosi dan informasi mengenai ASI mudah diterima dan diterapkan.
2) Pengetahuan
Pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang ASI dalam hal posisi
menyusui, merawat payudara, merangsang ASI, manfaat dan keunggulan ASI, akan
memotivasi ibu untuk memberikan ASI dengan benar dan akan meningkatkan
pemberian ASI kepada bayi (Maryunani, 2012).
3) Nilai-nilai atau adat budaya
Adat budaya mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Ibu
yang tinggal dengan budaya yang tidak bertentangan dengan kesehatan khususnya
pemberian ASI akan melakukan pemberian ASI eksklusif, dan ibu yang tinggal dengan
budaya pemberian makanan pendamping ASI lebih dini akan gagal dalam pemberian
ASI eksklusif.

17
b. Faktor Pendukung (enabling factors)
1) Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga yang tinggi cenderung mengkonsumsi makanan dengan
kandungan gizi baik. Ibu dengan status gizi yang mencukupi akan melancarkan
produksi ASI sehingga ibu dapat memberikan ASI secara optimal kepada bayi. Ibu
menyusui membutuhkan tambahan kalori 700 kkal, dan 16 gram protein setiap hari
selama 6 bulan (Proverawati dan Eni, 2010).
2) Ketersediaan waktu
Ketersediaan waktu erat kaitannya dengan status pekerjaan ibu. Ibu yang tidak
bekerja memiliki waktu lebih banyak untuk bersama dengan bayi dan dengan leluasa
memberikan ASI kepada bayi. Ibu yang bekerja dapat meluangkan waktu di rumah
atau di tempat kerja untuk memerah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan untuk diberikan
kepada bayi saat ibu bekerja
3) Kesehatan ibu
Kesehatan ibu mempengaruhi kemampuan ibu dalam menyusui. ibu yang sehat
dapat memberikan ASI secara optimal tanpa khawatir dapat menularkan penyakit
kepada bayinya.

c. Faktor Pendorong (reinforcing factors)


1) Dukungan keluarga
Ibu menyusui membutuhkan dukungan dari keluarga dan lingkungan terutama
suami, baik ketika memulai maupun melanjutkan menyusui (Proverawati dan Eni,
2010).
2) Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan petugas kesehatan yang professional dapat memberikan informasi
atau nasehat kepada ibu tentang ASI dan manfaatnya, sehingga mempengaruhi
kontinuitas ibu dalam memberikan ASI.

Hasil penelitian Astuti (2013) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, peran petugas, keterpaparan
media, peran suami, peran orang tua dengan pemberian ASI eksklusif. Astuti (2013)

18
menjelaskan lebih lanjut bahwa ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih baik penerimaannya
terhadap ASI eksklusif dan lebih berupaya untuk mempraktikannya. Ibu yang tidak bekerja
cenderung lebih berhasil memberikan ASI eksklusif dikarenakan memiliki lebih banyak wakt
untuk memberikan ASI kepada bayinya. Pengetahuan tinggi mempunyai peluang 5,94 kali
untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang mempunyai pengetahuan yang
rendah. Ibu yang mempunyai sikap yang positif mempunyai peluang 8,77 kali untuk
memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang mempunyai sikap yang negatif. Ibu yang
mempunyai peranan petugas berpeluang memberikan ASI eksklusif sebanyak 9,45 kali
dibandingkan ibu yang tidak mempunyai peranan petugas. Ibu yang terpapar media
mempunyai peluang 9,64 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang
mempunyai yang tidak terpapar media. Ibu yang mendapatkan dukungan suami mempunyai
peluang 9,86 kali lebih mempengaruhi keputusan untuk menyusui, inisiasi praktek menyusui,
lamanya pemberian ASI serta menjadi resiko praktek pemberian susu formula. Ibu yang
mempunyai peranan orang tua mempunyai peluang 8,81 kali untuk memberikan ASI eksklusif
dibandingkan ibu yang mempunyai yang tidak mempunyai peranan orang tua.

h. Faktor Penghambat Pemberian ASI


Faktor yang menghambat pemberian ASI menurut Maryunani (2012) adalah

a. Kurang pengetahuan ibu terhadap keunggulan ASI dan fisiologi laktasi


Pengetahuan terhadap keunggulan ASI dan fisiologi laktasi yang kurang
menyebabkan ibu kurang motivasi untuk memberikan ASI. Pengetahuan yang kurang
dapat terjadi akibat mitos tentang ASI yang salah dan kurangnya pembenaran mitos
tersebut oleh tenaga kesehatan.

b. Kurangnya persiapan fisik dan psikologis ibu


Perawatan payudara dan nutrisi ibu harus diperhatikan selama masa kehamilan.
Timbulnya masalah payudara pada ibu dapat dideteksi sebelum ibu mulai menyusui,
sehingga ibu dapat melakukan konsultasi agar masalah tersebut tidak berlanjut pada
masa menyusui. Ibu hamil juga dapat mengkonsumsi kalori ekstra untuk
pertumbuhan janin dan persiapan persediaan lemah untuk pembentukan ASI.

19
Persiapan perawatan ibu menyusui yang kurang akan menyebabkan kurangnya
motivasi ibu menyusui bayinya dan mengakibatkan produksi ASI berkurang.

c. Kurangnya dukungan keluarga


Proses menyusui merupakan tanggungjawab tim antara ibu, bayi, ayah, dan
keluarga. Keluarga yang kurang memperhatikan ibu menyusui akan mempengaruhi
kesuksesan ibu dalam proses menyusui.

d. Kurangnya dukungan pelayanan kesehatan


Pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif kepada masyarakat dapat meningkatkan
pengetahuan dan membenahi persepsi masyarakat yang keliru tentang ASI.

e. Kurangnya dukungan laktasi di tempat kerja


Tempat kerja yang tidak menyediakan tempat laktasi atau bahkan tidak
mengizinkan waktu karyawan untuk memerah ASI membuat ibu terpaksa tidak
memberikan ASI eksklusif pada anak.

f. Kurangnya dukungan lingkungan


Budaya dalam masyarakat mempengaruhi persepsi dan perilaku. Budaya
kesehatan yang kurang tepat khususnya adanya mitos tentang ASI mengakibatkan
cakupan ASI menjadi tidak optimal.

g. Promosi susu formula


Keberhasilan ASI eksklusif tidak pernah terjadi apabila iklan susu formula
masih mempengaruhi tenaga kesehatan dan ibu untuk memberikan susu formula
kepada bayi (Astuti, 2013)

Penelitian Handayani dan Husna (2015) menyebutkan faktor faktor yang


mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif adalah usia 20 – 35 tahun sebanyak 100
%, primipara sebanyak 68,7 %, tingkat pendidikan SMA sebanyak 56,25 %, status pekerjaan

20
sebagai pegawai swasta 68,75%. Tingkat pengetahuan rendah sebanyak 56,25 %, Motivasi
rendah sebanyak 43,75 % dan tingkat dukungan keluarga rendah yaitu sebanyak 62,5 %.

2. Pengganti Air Susu Ibu ( PASI )

a. Pengertian

Pengganti ASI atau biasanya disebut dengan PASI merupakan makanan bayi
yang dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
PASI dapat diberikan dalam keadaan dimana bayi harus dipisahkan dari ibunya.
Misal jika ibu menderita sakit parah atau menular atau produksi ASI tidak optimal.

b. Syarat Pemberian PASI

Dalam memberikan makanan pengganti air susu ibu (PASI), seharusnya ibu
memperhatikan hal-hal berikut:

1) Ibu sakit keras atau sakit menular

2) Ibu memberikan PASI sesuai ketentuan petugas kesehatan

3) Ibu menggunakan takaran dalam pengenceran PASI sesuai label yang tertera
pada kemasan PASI

4) Air yang digunakan untuk mengencerkan PASI adalah air yang sudah dimasak
dan sudah mendidih 5) Peralatan yang digunakan untuk mengencerkan dan
memberikan PASI dibilas dengan air panas yang telah mendidih

6) Setelah ibu sembuh, sebaiknya ibu segera menyusui bayi

7) Dalam pemberian PASI saat ibu sakit, hendaknya ibu tidak menggunakan botol
dan dot, tetapi gelas dan sendok.

c. Tanda-Tanda Bayi Dapat diberikan PASI

PASI dapat diberikan jika bayi tidak mendapat kecukupan ASI dengan tanda-tanda:

21
1) Bayi menunjukkan tanda dehidrasi berat : BAK < 6 kali sehari, warna air seninya
keruh kecoklatan, bayi rewel luar biasa, tidak keluar air mata saat menangis, daya
turgor melemah.

2) Jika pertumbuhan BB dan TB memiliki pola turun drastis atau stagnan (jalan
ditempat).

3) Bayi tidak aktif dan terlihat tidak sehat.

d. Jenis-Jenis PASI

PASI atau Susu formula dibedakan menjadi dua jenis yaitu susu formula dari susu sapi
dan susu formula dari kedelai. Susu formula yang dibuat dari susu sapi telah diproses dan
diubah kandungan komposisinya sebaik mungkin untuk menyamai komposisi ASI. Dalam
proses ini, kandungan karbohidrat, protein, lemak, dan mineral dari susu sapi telah diubah
serta diperkaya dengan vitamin dan mineral sehingga mengikuti komposisi yang dibutuhkan
dan sesuai untuk bayi berdasarkan usianya.Sedangkan susu formula berbahan dasar kacang
kedelai sebagai pilihan bagi bayi yang alergi terhadap susu formula atau tidak dapat menerima
susu formula berbahan dasar susu sapi. Susu formula berbahan dasar kedelai sebagai sumber
proteinnya.

Macam-macam susu formula yaitu:

a) Starting formula (formula awal), merupakan susu formula awal (0-6 bulan). Macam-
macam starting formula yaitu:
 Complete starting formula

Untuk bayi lahir normal tanpa ada syarat khusus.

 Adapted starting formula

Untuk bayi yang lahir dengan pertimbangan khusus untuk fisiologisnya dengan
syarat rendah mineral, digunakan lemak tumbuhan sebagai sumber energi, dan
susunan zat gizi yang mendekati ASI. Susu jenis ini merupakan jenis yang paling
banyak mengalami penyesuaian dan banyak beredar di pasaran.

22
b) Follow up formula (6-12 bulan)
Dipasarkan untuk bayi yang berusia 6 bulan ke atas. Perbedaan dengan formula awal
biasanya pada kandungan mineral seperti zat besi dan kalsium.

c) Spesial formula (formula diet)


 Susu bebas laktosa
Susu ini untuk bayi yang mengalami intoleransi laktosa, atau digunakan sementara
untuk bayi yang 13 mengalami diare atau kolik, dimana kondisi pencernaan bayi
tidak tahan terhadap laktosa.

 Susu dengan protein hidrolisate dan lemak sederhana


Susu ini ditujukan untuk bayi dengan diare akut/ kronis.

 Susu formula bayi prematur dan BBLR (berat badan lahir rendah < 2500 gr)
Susu formula untuk bayi prematur yang kandungan komposisinya disesuaikan
menyamai kandungan ASI untuk bayi prematur. ASI pada ibu yang melahirkan
bayi prematur terbentuk secara alamiah dengan komposisi sesuai untuk kebutuhan
bayi prematur, sehingga susu formula untuk bayi prematur dibuat khusus.

 Susu penambah energi


Susu ini dikategorikan sebagai menu tambahan atau pelengkap. Bisa dikatakan
juga sebagai pengganti makanan, karena kandungan gizinya cukup komplit.
Biasanya diberikan pada anak sulit makan dan nafsu makannya kurang.

Berdasarkan kandungan proteinnya, susu formula dibagi menjadi:

1) Formula berbahan dasar protein susu sapi


Susu formula kebanyakan terbuat dari susu sapi dan telah diubah sedemikian rupa agar
menyerupai ASI. Susu formula jenis ini merubah karbohidrat, protein, dan lemak agar
mudah dicerna oleh bayi dengan cukup bulan tanpa riwayat alergi dan asma dalam
keluarganya.
2) Formula berbahan dasar protein susu kambing

23
Berbeda dengan susu sapi, pada susu kambing tidak mengandung aglutinin yang
menyebabkan lemak menggumpal. Hal ini menjadikan susu kambing lebih mudah
dicerna. Namun kandungan protein pada susu kambing lebih tinggi dibandingkan susu
sapi. Sedangkan kandungan laktosa susu kambing lebih sedikit dibandingkan dengan
susu sapi.
3) Formula berbahan dasar protein susu kedelai
Susu formula berbahan dasar kedelai tidak mengandung gula susu (laktosa) yang
merupakan sumber karbohidrat utama pada ASI dan susu formula sapi. Susu formula
kedelai digunakan untuk:
a) Bayi yang mengalami kelainan metabolisme bawaan seperti galaktosemia atau
intoleransi laktosa primer (ketidakmampuan mencerna laktosa karena kekurangan
enzim), dan bayi yang mengalami diare akut disertai gangguan mencerna laktosa
sekunder (intoleransi laktosa sekunder).

b) Sebagian bayi yang tidak dapat menerima susu formula berbahan dasar sus
u sapi.

e. Waktu Pemberian PASI

F. Praktik Pemberian PASI

24
1) Pemberian Susu Formula

Susu botol atau susu formula untuk bayi kurang dari 6 bulan boleh diberikan jika ibu
tidak memungkinkan untuk menyusui bayi, misalnya terjadi produksi ASI yang sangat sedikit.
Hal ini terjadi karena adanya ketidakmampuan kelenjar mammae (kelenjar pembentuk ASI)
untuk memproduksi ASI dalam jumlah yang cukup.

Indikasi medis pemberian susu formula dapat disebabkan oleh kondisi bayi atau
kondisi ibu. Kondisi bayi adalah bayi yang menderita inborn errors of metabolisme (kelainan
metabolisme bawaan) dimana bayi tidak dapat mengkonsumsi ASI dan harus mengkonsumsi
susu formula khusus. Sedangkan pada kondisi ibu yang tidak dianjurkan untuk pemberian ASI
adalah ibu yang terinfeksi HIV. Hal ini dilakukan agar bayi tidak terlular melalui ASI.
Beberapa kondisi ibu yang mengharuskan penghentian pemberian ASI sementara adalah ibu
dengan sepsis, terinfeksi virus herpes simpleks I dengan lesi di payudara, ibu yang
menggunakan obat psikoterapi sedatif, antiepilepsi, serta kemoterapi. Kondisi-kondisi seperti
itu lah yang menjadikan bayi dapat diberikan susu formula sebagai pengganti ASI.

2) Tahapan Pemberian Susu Formula

Beberapa tahapan yang perlu dilakukan untuk membuat susu formula yaitu:

a) Takaran susu harus sesuai seperti yang tertera di kemasan susu.


b) Memperhatikan kebersihan susu dan memeriksa tanggal kadaluwarsa.
c) Menyeduh susu menggunakan air panas, namun sebaiknya jangan terlalu panas karena
dapat mengurangi nilai gizi.
d) Menggunakan botol susu yang disterilkan dengan cara direbus atau dikukus.
e) Mencuci tangan dengan sabun hingga bersih sebelum membuat susu untuk bayi.

3) Persiapan Botol Susu

a) Higienitas

Higienitas atau kebersihan merupakan hal penting yang harus diperhatikan saat
mempersiapkan botol susu. Cara mencuci dan mensterilkan botol perlu diperhatikan dengan
seksama. Tujuannya untuk menghindari adanya infeksi kuman pada botol susu.

25
b) Takaran susu

Takaran susu yang tepat biasanya tertera pada kemasan susu. Dalam kemasan susu
juga terdapat sendok takar untuk membuat susu. Setiap satu sendok takar biasanya untuk 30-
40 ml air. Takaran susu harus tepat, tidak boleh kurang atau lebih karena akan mengganggu
sistem pencernaan bayi. Takaran susu yang berlebih akan membuat bayi sembelit atau sukar
buang air besar. Sedangkan takaran susu kurang akan membuat bayi diare.

c) Air untuk menyeduh

Untuk membuat susu formula, menggunakan air matang dan panas seukuran takaran
susu. Setelah itu 18 diamkan sampai hangat. Sebelum diberikan kepada bayi, teteskan dulu
susu ke telapak tangan. Bila suhu sudah dirasakan hangat, susu sudah aman untuk diberikan
kepada bayi.

d) Menyimpan Susu

Bila susu tidak langsung diberikan kepada bayi, simpan susu di dalam botol tertutup
rapat didalam ruang utama kulkas. Susu formula yang disimpan dalam kulkas dapat bertahan
selama 24 jam. Dalam suhu ruangan, susu formula dapat bertahan selama tiga jam.

e) Memanaskan Susu

Susu yang disimpan di kulkas, sebaiknya dipanaskan dulu. Cara pemanasan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti memanaskan botol susu di alat pemanas susu,
merendam susu di wadah stainless steel yang sudah ditaruh air panas, atau menjerang botol
susu di dalam panci. Memanaskan susu sebaiknya jangan di microwave karena suhu susu bisa
sangat panas dan bila terlalu lama botol dapat meledak.

4) Langkah-langkah Mengalihkan Pemberian Susu Melalui Botol

a) Kondisikan bayi senyaman mungkin dan ciptakan suasana yang tenang untuk
mengalihkan pemberian susu melalui botol.
b) Posisi bayi sebaiknya digendong dalam kondisi setengah tegak agar bayi tidak
tersedak.

26
c) Menempelkan dot ke mulut bayi. Jika bayi terlihat mau menerima dot, masukkan dot
secara perlahan. Jika bayi menolak, biasanya akan menjulurkan lidah dan jangan
dipaksa, tetapi lakukan beberapa saat lagi hingga bayi mau menerima dot. d) Jika bayi
benar-benar menolak dapat dilakukan keesokan harinya.
d) Terkadang bayi mencium aroma puting ibu sehingga menolak di berikan dot.

5) Cara Mencuci Botol

a) Menggunakan sabun cuci yang aman untuk bayi


b) Menggunakan sikat khusus untuk membersihkan botol susu
c) Menyikat dengan bersih bagian dasar botol dan bagian leher botol karena di bagian ini
sisa susu formula mengendap 20
d) Bilas botol hingga benar-benar bersih menggunakan air mengalir e) Langkah
selanjutnya adalah menyeterilkan botol

6) Cara Menyeterilkan Botol Susu

a) Sterilisasi bisa dilakukan secara manual atau dengan alat steril. Dipasaran dijual sterilizer
botol susu atau alat steril botol susu secara elektronik.
b) Sterilisasi botol susu manual dapat dilakukan dengan merebus air di panci stainless steel.
Rebus air selama 5-10 menit, rebus botol hingga terendam air selama 7 menit.
c) Angkat botol susu, keringkan dengan membalik botol susu agar air menetes dan bagian
dalam botol kering.
d) Simpan botol susu di dalam wadah tertutup rapat dan letakkan di tempat yang bersih,
kering, dan sejuk.

g. Kandungan Susu Formula

Komposisi susu sapi berbeda dengan komposisi ASI. Sebelum dipakai sebagai
pengganti ASI, komposisi susu sapi harus diubah dahulu hingga mendekati susunan yang
terdapat pada ASI. Namun tetap saja susu formula tidak sebaik ASI walaupun pembuatan susu
formula dibuat semirip mungkin dengan ASI.

27
Dari tabel di atas tampak bahwa zat-zat gizi yang terkandung di dalam ASI lebih tinggi
daripada susu formula. Sedangkan pada kolostrum terdapat kandungan protein yang banyak.
Dengan demikian bayi seharusnya diberikan kolostrum dan ASI sejak lahir agar gizinya
tercukupi, susu formula hanya sebagai pengganti ASI saja.

h. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian PASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula yaitu:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan manusia, usaha


mengatur pengetahuan semula yang ada pada seorang individu. Seseorang yang berpendidikan
tinggi dan berpengetahuan luas akan lebih bisa menerima alasan untuk memberikan ASI
eksklusif karena pola pikirnya yang lebih realitis dibandingkan yang tingkat pendidikan
rendah.

2) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan


seseorang, salah satunya kurang memadainya pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI yang
menjadikan penyebab atau masalah dalam peningkatan pemberian ASI. Ibu yang memiliki
pengetahuan kurang tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif cenderung memiliki
perilaku yang kurang baik dalam pemberian ASI eksklusif dan beranggapan pengganti ASI

28
(susu formula) dapat membantu ibu dan bayinya, sehingga ibu tidak memberikan ASI secara
eksklusif kepada bayinya.

3) Pekerjaan

Kesibukan sosial lain serta kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja
dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan
turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui.

4) Ekonomi

Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang semakin tinggi juga pendidikan, dan
semakin tinggi juga pengetahuan. Hal ini memberikan hubungan antara pemberian ASI
dengan ekonomi/ penghasilan ibu dimana ibu yang mempunyai 23 ekonomi rendah
mempunyai peluang lebih memilih untuk memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial
ekonomi tinggi. Bertambahnya pendapatan keluarga atau status ekonomi yang tinggi serta
lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan cepatnya pemberian susu botol.
Artinya mengurangi kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama.

5) Budaya

Persepsi masyarakat gaya hidup mewah membawa dampak menurunnya kesediaan


menyusui. Bahkan ada pandangan bagi kalangan tertentu bahwa susu botol sangat cocok buat
bayi dan terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu mau meniru orang lain.
Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. Budaya modern dan perilaku masyarakat
yang meniru negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air
susu buatan sebagai jalan keluarnya.

6) Psikologis

Para ibu merasa takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita jika menyusui.
Adanya anggapan bahwa menyusi akan merusak penampilan. Padahal setiap ibu yang
mempunyai bayi selalu mengalami perubahan payudara, walaupun menyusui atau tidak
menyusui.

7) Informasi susu formula

29
Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan
distribusi susu buatan menimbulkan tumbuhnya kesediaan menyusui di Desa dan perkotaan.
Distribusi, iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus dan bahkan meningkat tidak
hanya di televisi, radio dan surat kabar melainkan juga ditempat-tempat praktik swasta dan
klinik-klinik kesehatan masyarakat. Gencarnya kampanye produsen susu dan makanan
pengganti ASI, serta berhasilnya upaya para distributor dalam mendistribusikannya, sehingga
para ibu tergerak untuk mempercayainya.

8) Kesehatan

Masalah kesehatan seperti adanya penyakit yang diderita sehingga dilarang oleh dokter
untuk menyusui, yang dianggap baik untuk kepentingan ibu dan bayi (seperti gagal jantung,
hemoglobin (Hb) rendah dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) – Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS)).

9) Ketiadaan perhatian yang sungguh-sungguh dari para ahli kesehatan untuk menggalakkan
kebiasaan menyusui anak.

10) Kurangya program kesejahteraan sosial yang terarah, yang dijalankan oleh beberapa
instansi pemerintahan di negaranegara berkembang.

i. Dampak Pemberian PASI

Pemberian susu formula oleh ibu dapat memberikan dapat negatif terhadap bayinya.

1) Diare

Bayi yang mendapat susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami
diare.

2) ISPA

Bayi yang diberikan susu formula 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA).

3) Meningkatkan resiko alergi

30
4) Muntaber

5) Ancaman kekurangan gizi

6) Kematian bayi yang mendadak

3. Makanan Pendamping ASI ( MP- ASI )


a.Pengertian dan Tujuan Makanan Pendamping ASI

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan yang diberikan


kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi selain Makanan
Pendamping ASI, ASI-pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24
bulan, peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI
melainkan hanya untuk melengkapi ASI jadi dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda
dengan makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI (Diah
Krisnatuti, 2008).

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan proses perubahan dari asupan susu
menuju ke makanan semi padat. Hal ini dilakukan karena bayi membutuhkan lebih banyak
gizi. Bayi juga ingin berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang
berbentuk cairan semi padat dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke
belakang (Indiarti and Eka Sukaca Bertiani, 2015).

Makanan pendamping ASI merupakan makanan bayi kedua yang menyertai dengan
pemberian ASI. Makanan Pendamping ASI diberikan pada bayi yang telah berusia 6 bulan
atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi gizi bayi. Pemberian makanan pendamping ASI
harus bertahap dan bervariasi dari mulai bentuk sari buah, buah segar, bubur kental, makanan
lumat, makanan lembek, dan akhirnya makanan padat. Alasan pemberian MP-ASI pada usia 6
bulan karena 8 umumnya bayi telah siap dengan makanan padat pada usai ini (Chomaria,
2013).

Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk
maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. ASI hanya memenuhi
kebutuhan gizi bayi sebanyak 60% pada bayi usia 6-12 bulan. Sisanya harus dipenuhi dengan
makanan lain yang cukup jumlahnya dan baik gizinya . Oleh sebab itu pada usia enam bulan

31
keatas bayi membutuhkan tambahan gizi lain yang berasal dari MP-ASI (Mufida,
Widyaningsih and Maligan, 2015).
Tujuan pemberian makanan bayi menurut (Budiastuti, 2009) dibedakan menjadi 2
macam yaitu tujuan mikro dan tujuan makro. Tujuan mikro berkaitan langsung dengan
kepentingan individu pasangan ibu-bayi, dalam ruang lingkup keluarga, yang mencakup 3
macam aspek:
a. Aspek fisiologis yaitu memenuhi kebutuhan gizi dalam keadaan sehat maupun sakit untuk
kelangsungan hidup, aktivitas dan tumbuh kembang.
b. Aspek edukatif yaitu mendidik bayi agar terampil dalam mengkonsumsi makanan
pendamping ASI.
c. Aspek psikologis yaitu untuk memberi kepuasan pada bayi dengan menghilangkan rasa
tidak enak karena lapar dan haus. Disamping itu memberikan kepuasan pada orang tua karena
telah melakukan tugasnya.
d. Sedangkan tujuan makro merupakan permasalahan gizi masyarakat luas dan kesehatan
masyarakat.

Pemberian makanan pendamping ASI bagi bayi bertujuan untuk menambah energi dan
zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi
secara terus menerus (Diah Krisnatuti, 2008) selain itu pemberian makanan pendamping ASI
membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan
makan yang baik serta mengenalkan berbagai jenis dan rasa makanan.

2. Bentuk Makanan Pendamping ASI

a. Makanan lumat, yaitu jenis makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang rata
dimana konsistensinya paling halus. Biasanya makanan lumat terdiri dari satu jenis
makanan (makanan tunggal) Contoh: pepaya dihaluskan dengan sendok, pisang dikerik
dengan sendok, nasi tim saring, bubur kacang ijo saring, kentang rebus.
b. Makanan lembek, yaitu makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair
namun biasanya konsistensinya lebih padat daripada makanan lumat. Makanan lembik ini

32
merupakan makanan peralihan antara makanan lumat menuju ke makanan padat.. Contoh:
bubur nasi, bubur ayam, bubur kacang ijo, bubur manado.
c. Makanan keluarga, yaitu makanan padat yang biasanya disediakan di keluarga dimana
tekstur dari makanan keluarga yaitu makanan padat Contoh: lontong, nasi tim, kentang
rebus, biskuit (Argentina dan Yunita, 2014).

3. Prinsip Pemberian Makanan Pendamping ASI


Berikut ini merupakan beberapa prinsip pedoman pemberian MP-ASI pada bayi
minum ASI menurut Ria Riksani :
a. Lanjutkan pemberian ASI sesuai keinginan bayi (on demand) sampai bayi berusia 2 tahun
atau lebih.
b. Lakukan, yaitu dengan menerapkan prinsip asuhan psikososial. Sebaiknya, ibu memberikan
makanan secara pelan dan sabar, berikan dorongan agar bayi 10 mau makan, tetapi jangan
memaksakannya untuk makan, tetapi jangan memaksanya untuk makan, ajak bayi untuk
bicara, dan pertahankan kontak mata. Pada awal- awal pemberian makanan pendamping,
bayi membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan jenis makanan baru yang bayi temui.
c. Jagalah kebersihan dalam setiap makanan yang disajikan. Terapkan pula penanganan
makanan yang tepat.
d. Memulai pemberian makanan pendamping setelah bayi berusia 6 bulan dalam jumlah
sedikit. Secara bertahap, ibu bisa menambah jumlahnya sesuai usia bayi.
e. Sebaiknya, variasi makanan secara bertahap ditambah agar bayi bisa merasakan segala
macam citarasa.
f. Frekuensi makanan ditambah secara bertahap sesuai pertambahan usianya, yaitu 2-3 kali
sehari pada usia 6-8 bulan dan 3-4 kali sehari pada usia 9-24 bulan dengan tambahan
makanan selingan 1-2 kali bila diperlukan.
g. Pilihlah variasi makanan yang kaya akan zat gizi.
h. Usahakan untuk membuat sendiri makanan yang akan diberikan kepada bayi dan hindari
makanan instan. Jika terpaksa memberikan makanan instan, sebaiknya ibu bijak dalam
melihat komposisi nutrisi yang terkandung di dalamnya.

33
i. Saat anak anda terlihat mengalami sakit, tambahkan asupan cairan (terutama berikanlah air
susu lebih sering ) dan dorong anak untuk makan makanan lunak yang anak senangi
(Raksani Ria, 2013)
4. Jenis-Jenis Makanan Pendamping ASI
Secara umum terdapat dua jenis MP-ASI yaitu hasil olahan pabrik Menurut Depkes RI
(2006) jenis MP-ASI adalah sebagai berikut:
a. Makanan tambahan pendamping ASI lokal (MP-ASI Lokal) adalah makanan tambahan
yang diolah dirumah tangga atau di Posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia
ditempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan
pengolahan sebelum dikonsumsi oleh bayi.
b. Makanan tambahan pendamping ASI pabrikan (MP-ASI pabrikan) adalah makanan yang
disediakan dengan olahan dan bersifat instan dan beredar dipasaran untuk menambah
energI dan zat-zat gizi esensial pada bayi. Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI

5. Jadwal Pemberian MP-ASI


Pemberian MP-ASI yang tepat yaitu memenuhi kebutuhan gizinya. MP- ASI harus di
sesuaikan dengan usia bayi dimana ketepatan pemberian MP-ASI meliputi jenis, tekstur,
frekuensi maupun porsi makan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan dan
pertumbuhan bayi sebagai berikut :
a. Kebutuhan energy dari makanan adalah sekitar 200 kkal/hari untuk bayi usia 6-8 bulan, 300
kkal/hari untuk bayi usia 9-11 bulan dan 550 kkal/hari untuk bayi 12 bulan (1 tahun).
b. Usia 6-8 bulan, kenalkan MP-ASI dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai
dengan nasi tim lunak, 2 kali sehari. Setiap kali makan diberikan sebanyak:
1) 6 bulan : 6 sendok makan
2) 7 bulan : 7 sendok makan 12
3) 8 bulan : 8 sendok makan
c. Untuk usia 9-12 bulan, berikan MP-ASI dimulai dari bubur nasi sampai nasi tim sebanyak 3
kali sehari. Setiap kali makan berikan sebanyak :
1) 9 bulan : 9 sendok makan
2) 10 bulan : 10 sendok makan
3) 11 bulan : 11 sendok makan

34
d. Pada usia 12 bulan, berikan nasi lembek 3 kali sehari.
e. Berikan ASI terlebih dahulu, kemudian MP-ASI. Pada MP-ASI, tambahkan telur /ayam
/ikan /tahu /tempe /daging sapi /wortel /bayam /kacang hijau/santan /minyak pada bubur
nasi atau nasi lembek. Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik, baca cara
menyiapkannya,
f. batas usia, dan tanggal kadarluarsa.
g. Berikan makanan selingan 2 kali sehari di antara waktu makan, seperti bubur kacang hijau,
biskuit, pisang, nagasari dan sebagainya.
h. Berikan buah-buahan atau sari buah, seperti air jeruk manis dan air tomat saring.
i. Bayi mulai diajarkan makan dan minum sendiri menggunakan gelas dan sendok (Susilowati
dan Kuspriyanto, 2016).

6. Alasan MP-ASI diberikan usia 6 Bulan


Menurut (Chomaria, 2013) MP-ASI harus diberikan pada saat bayi usia 6 bulan
karena:
a. Bayi mengalami growth spurt (percepatan pertumbuhan) pada usia 3-4 bulan, bayi
mengalami peningkatan nafsu makan, tetapi bukan berarti pada saat usia tersebut bayi siap
untuk menerima makanan padat
b. 0-6 bulan, kebutuhan bayi bisa dipenuhi hanya dengan mengkonsumsi ASI.
c. Umumnya bayi telah siap dengan makanan padat pada usia 6 bulan karena pada usia ini,
ASI hanya memenuhi 60-70% kebutuhan gizi bayi.
d. Tidak dianjurkan untuk memperkenalkan makanan semi padat atau padat pada bayi berusia
4-6 bulan karena sistem pencernaan mereka belum siap menerima makanan ini.
e. Pemberian makanan sebelum usia 6 bulan, meningkatkan risiko alergi, obesitas,
mengurangi minat terhadap ASI.
f. Masih aktifnya reflex extrusion yaitu bayi akan mengeluarkan makanan yang ibu sodorkan
kemulutnya , ini meningkatkan risiko tersedak jika diberikan makanan padat terlalu dini.

7. Akibat Pemberian MP-ASI yang salah

35
Ada dua kategori pemberian MP-ASI yang salah menurut (Monika, 2014) yaitu :
Dampak pemberian MP-ASI terlalu dini dan kerugian menunda pemberian MPASI. Berikut
penjelasannya :
a. Dampak dari Pemberian MP-ASI terlalu Dini
Banyak Ibu (umumnya, bila bayi adalah anak pertama) sangat bersemangat untuk segera
meberikan MP-ASI karena dalam diri mereka ada perasaan bangga dan bahagia telah
membuat pencapaian besar. Hal ini dapat memicu orangtua memberikan MP-ASI dini.
Berikut dampak dari pemberian MP- ASI terlalu dini :
1) Bayi lebih rentan terkena berbagai penyakit. Saat bayi menerima asupan lain selain ASI,
imunitas/kekebalan yang diterima bayi akan berkurang. Pemberian MP-ASI dini berisiko
membuka pintu 14 gerbang masuknya berbagai jenis kuman, apalagi bila MP-ASI tidak
disiapkan secara higienis.
2) Berbagai reaksi muncul akibat sistem pencernaan bayi belum siap. Bila MP-ASI diberikan
sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, makanan tersebut tidak dapat
dicerna dengan baik dan bisa menimbulkan berbagai reaksi, seperti diare,
sembelit/konstipasi, dan perut kembung atau bergas. Tubuh bayi belum memiliki protein
pencernaan yang lengkap. Berbagai enzim seperti amylase (enzim pencerna karbohidrat)
yang diproduksi pancreas belum cukup tersedia ketika bayi belum berusia 6 bulan. Begitu
pula dengan enzim pencerna karbohidrat lainnya (seperi maltase dan sukrase) dan pencerna
lemak (lipase).
3) Bayi berisiko menderita alergi makanan. Memperpanjang pemberian ASI eksklusif
menurunkan angka terjadinya alergi makanan. Pada usia 4-6 bulan kondisi usus bayi masih
“terbuka”. Saat itu antibody dari ASI masih bekerja melapisi organ pencernaan bayi dan
memberikan kekebalan pasif, mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum
penutupan usus terjadi. Produksi antibody dan tubuh bayi sendiri dan penutupan usus
terjadi saat bayi berusia 6 bulan.
4) Bayi berisiko mengalami obesitas/kegemukan. Pemberian MP-ASI dini sering dihubungkan
dengan peningkatan berat badan dan kandungan lemak di tubuh anak pada masa datang.
5) Produksi ASI dapat berkurang. Makin banyak makanan padat yang diterima bayi makin
tinggi potensi bayi mengurangi permintaan menyusu. Bila ibu tidak mengimitasi frekuensi

36
bayi 15 menyusu dengan memerah, produksi ASI dapat menurun. Bayi yang mengonsumsi
makanan padat pada usia yang lebih muda cenderung lebih cepat disapih.
6) Persentase keberhasilan pengatur jarak kehamilan alami menurun. Pemberian ASI eksklusif
cenderung sangat efektif dan alami dalam mencegah kehamilan. Bila MP-ASI sudah
diberikan, bayi tidak lagi menyusu secara eksklusif sehingga persentase keberhasilan
metode pengaturan kehamilan alami ini akan menurun.
7) Bayi berisiko tidak mendapat nutrisi optimal seperti ASI. Umumnya bentuk MP-ASI dini
yang diberikan berupa bubur encer/cair yang mudah ditelan bayi. MP-ASI seperti ini
mengenyangkan bayi, tetapi nutrisinya tidak memadai.
8) Bayi berisiko mengalami invagasi usus/intususepsi. Invagasi usus/intususepsi adalah
keadaan suatu segmen usus masuk ke dalam bagian usus lainnya sehingga menimbulkan
berbagai masalah kesehatan serius dan bila tidak segera ditangani dapat menyebabkan
kematian. Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, tetapi hipotesis yang paling kuat
adalah karena pemberian MP-ASI yang terlalu cepat.
b. Kerugian Menunda Pemberian MP-ASI
Berapa ibu dan orangtua menunda pemberian MP-ASI hingga usia bayi lebih dari 6 bulan
dengan alasan agar bayi terhindar dari risiko menderita alergi makanan serta meberikan
kekebalan pada bayi lebih lama. Padahal sebuah tinjauan dari sebuah penelitian
menyimpulkan bahwa menunda pemberian MP- ASI hingga usia bayi melewati 6 bulan
tidak memberikan perlindunganyang berarti. Berikut kerugian jika menunda pemberian
MP-ASI :
1) Kebutuhan energi bayi tidak terpenuhi. Bila kebutuhan bayi tidak terpenuhi, bayi akan
berhenti tumbuh atau tumbuh dengan tidak optimal, bahkan bila dibiarkan bayi dapat
menderita gagal tumbuh. Tingkatkan kuantitas MP-ASI seiring bertambahnya usia bayi.
2) Bayi berisiko kekurangan zata besi dan menderita ADB (anemia defisiensi besi)
3) Kebutuhan makronutrien dan mikronutrien lainnya tidak terpenuhi sehingga mengakibatkan
bayi/anak berisiko menderita malnutrisi dan defisiensi mikronutrien. 4) Perkembangan
fungsi motorik oral bayi dapat terlambat.
5) Bayi berpotensi menolak berbagai jenis makanan dan sulit menerima rasa makanan baru di
kemudian hari.

37
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Pemberian Makanan Pendamping
ASI
Faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI tingkat pendidikan, pengetahuan,
sosial budaya (tradisi), pelayanan kesehatan dan informasi (media).
1. Tingkat Pendidikan
Menurut Wawan, A dan Dewi, M. (2010) Pendidikan merupakan kegiatan atau proses belajar
yang terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar
apabila didalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu , dari tidak
mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
diartikan bahwa pendidikan tidak hanya didapatkan di bangku sekolah sebagai pendidikan
formal akan tetapi dapat 17 diperoleh kapan dan dimana saja. Pendidikan dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang , semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin mudah untuk menerima informasi, sehingga makin baik pengetahuannya, akan tetapi
seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu berpengetahuan rendah.
1) Unsur – Unsur Pendidikan Unsur – unsur pendidikan menurut (Notoatmodjo, 2012) yaitu :

a. Input Sasaran pendidikan (individu, kelompok, atau masyarakat) dan pendidik


(pelaku pendidikan).
b. Proses Upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.
c. Out Put Melakukan apa yang diharapkan / perilaku.

Tingkat pendidikan seseorang dalam hal ini ibu bukan merupakan satu – satunya
faktor, tetapi dalam menyerap pengetahuan dan kemampuan untuk mengambil langkah dan
kemampuan tentang gizi memang sangat berpengaruh. Seorang anak yang lahir dari latar
pendidikan yang baik akan mempunyai kesempatan hidup yang lebih baik serta tumbuh lebih
baik pula. Suatu sistem keterbukaan yang berlaku dalam keluarga dalam menerima suatu
perubahan atau menerima hal – hal yang baru guna memelihara kesehatan keluarga dan anak.
Tingkatan pendidikan ibu sangat banyak menentukan sikap dan tingkah laku ibu dalam hal
untuk menghadapi beberapa masalah yang nantinya suatu saat akan muncul dalam keluarga
(Budioro, 2007).

38
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi
untuk sikap berperan (Wawan A. Dewi M., 2011). Tingkat pendidikan yang rendah atau
sedang Rendah (SD ,SMP) dan Menengah (SMA/SMK) akan mempengaruhi pengetahuan dan
pemahaman responden tentang pemberian MP-ASI rendah dan sebaliknya tingkat pendidikan
tinggi (diploma, perguruan tinggi) akan menjadikan pengetahuan dan pemahaman responden
tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan lebih baik (Kumalasari, Sabrian and
Hasanah, 2015).

2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahua diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Tingkatan pengetahuan menurut
Notoatmodjo , pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu :
1) Tahu
Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkat
ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari.
Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami
Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang 19 diketahui
dan dapat menginterpretasikan secara benar. Aplikasi merupakan kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
3) Analisis
Yakni suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen tetapi masih
didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.
4) Sintesis

39
Suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi
yang ada.
5) Evaluasi
Yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek.
3. Sosial budaya atau tradisi
Sosial budaya adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi
nuraninya untuk dan/atau dalam kehidupan bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia
membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam pemberian MP-ASI para ibu di Indonesia biasanya di dapatkan dari
sumber informasi yang ibu dapatkan dari mitos. Ibu menyatakan bahwa penyebab pemberian
MP-ASI dini pada bayi mereka dikarenakan adanya kebiasaan ibu dalam memberikan MP-
ASI turun temurun dari orang tuanya seperti pemberian bubur nasi dan bubur pisang pada saat
upacara bayi yang telah mencapai usia tiga bulanan. Tidak hanya itu 20 saja, ibu menyatakan
juga tertarik akan iklan susu formula yang sekarang ini sedang gencar-gencarnya dilakukan
oleh produsen susu (Sri and Oswati, 2015).
4. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan (health care service) merupakan hak setiap orang yang dijamin
dalam Undang Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatkan derajat kesehatan
baik perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan. Defenisi
pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009
(Depkes RI) yang tertuang dalam Undang- Undang Kesehatan tentang kesehatan ialah setiap
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Berdasarkan
Pasal 52 ayat (1) UU Kesehatan, pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari dua bentuk
pelayanan kesehatan yaitu:
1) Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service)
Pelayanan kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self
care), dan keluarga (family care) atau kelompok anggota masyarakat yang bertujuan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. Upaya

40
pelayanan perseorangan tersebut dilaksanakan pada institusi pelayanan kesehatan yang
disebut rumah sakit, klinik bersalin, praktik mandiri.

2) Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service)


Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan masyarakat yang
bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan 21 yang mengacu pada tindakan
promotif dan preventif. Upaya pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan pada pusat-
pusat kesehatan masyarakat tertentu seperti puskesmas, klinik, rumah sakit.
5. Informasi (Media)
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan. Ada dua macam jenis media yaitu media cetak dan teknologi.
Media cetak contohnya buku, majalah, baliho, Koran. Teknologi contohnya internet, tv, radio.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Pada jaman sekarang teknologi mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut
(Sari, 2014).
C. Kebutuhan Gizi dan Zat Pada Bayi
Kebutuhan energi dan zat nutrisi pada bayi dan balita.

1.Kebutuhan gizi bayi usia 0-6 bulan

Sebelum menginjak usia balita, air susu ibu (ASI) adalah makanan utama untuk
memenuhi gizi bayi di 6 bulan pertamanya, atau disebut sebagaiASIeksklusif . Namun
hebatnya, kebutuhan gizi harian bayi dapat terpenuhi dengan baik meski hanya dari ASI saja
Jadi sebisa mungkin, pastikan bayi mendapatkan ASI eksklusifnya selama 6 bulan penuh
tanpa pemberian makanan dan minuman lainnya. Ada 2 jenis tekstur ASI yang mesti diketahui
ibu, Hindmilk adalah ASI dengan tekstur kental yang biasanya keluar saat akhir menyusu.
Foremilk adalah ASI yang keluar di awal menyusu.

41
Angka kecukupan gizi (AKG) harian bayi usia 0-6 bulan :

Kebutuhan zat gizi makro harian anak:

 Energi: 550 kkal


 Protein: 12 gram (gr)
 Lemak 34 gr
 Karbohidrat 58 gr

Kebutuhan zat gizi mikro harian anak:

Vitamin

 Vitamin A: 375 mikrogram (mcg)


 Vitamin D: 5 mcg
 Vitamin E: 4 miligram (mg)
 Vitamin K: 5 mcg

Mineral

 Kalsium: 200 mg
 Fosfor: 100 mg
 Magnesium: 30 mg
 Natrium: 120 mg
 Kalium: 500 mg
 kalsium, tembaga, mangan, fluor, kromium, selenium, dan lainnya.

Makanan terbaik bagi bayi adalah air susu ibu (ASI) sampai berumur 2 tahun, dimana
sampai 6 bulan pertama hanya ASI tanpa disertai makanan atau minuman lain (ASI ekslusif).
Mulai umur 6 sampai 24 bulan pemberian ASI harus disertai makanan lain (MPASI) karena
kualitas dan kuantitas ASI tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan bayi yang terus tumbuh.
Jumlah kebutuhan ASI bagi bayi tidak dibatasi, kapan bayi mau menyusu harus diberikan.

Menginjak usia 6 bulan, sudah saatnya memberikan asupan nutrisi lewat makanan
padat. ASI memang masih diperlukan bayi, namun perkembangan bayi tentu membutuhkan

42
asupan gizi lainnya dari makanan pendamping ASI. Nutrisi berikut ini akan membantu
tumbuh kembang bayi mulai dari fisik hingga perkembangan otaknya.

1.Zat besi

Jenis mineral ini memainkan peran penting dalam produksi hemoglobin.Zat besi
memiliki fungsi untuk memperlancar sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh
tubuh.Zat besi juga membantu perkembangan keterampilan motorik dan memori otak.Pastikan
si kecil mendapatkan 11 miligram zat besi yang bisa didapat dari daging sapi, ayam, ikan,
telur, alpukat, brokoli serta bayam.

2.Zinc

Hampir sama seperti zat besi, nutrisi ini menjaga otak bayi untuk terus berkembang
dan bergerak. Zinc juga berfungsi untuk produksi sel darah putih yang dapat melawan infeksi
serta memastikan sel-sel tubuh bertumbuh dengan baik. Jenis nutrisi ini, biasanya ada di
dalam daging sapi dan daging ayam.Biasanya makanan yang mengandung zat besi juga
mengandung zinc.

3.Kalsium dan Vitamin D

Kalsium sangat baik untuk mengembangkan tulang kuat dan vitamin D sangat baik
untuk membantu penyerapan kalsium. ASI dan susu formula memang telah memberikan
kalsium yang dibutuhkan bayi. Namun, Anda tetap perlu memberikan asupan kedua nutrisi ini
yang bisa di dapatkan dari telur dan ikan

4.Omega -3

Omega-3 memang dikenal untuk kesehatan jantung. Bagi bayi, nutrisi ini punya fungsi
lain yakni membantu perkembangan otak dan mata. Berbagai penelitian juga mengungkapkan,
omega-3 akan membantu perkembangan kemampuan kognitif bayi. Lemak sehat ini pun,
membantu tubuh menyerap vitamin A dan E. Omega-3 bisa didapatkan dari alpukat, salmon,
tuna, minyak zaitun, dan lainnya.

5.Vitamin A, B, C dan E

43
Keempat jenis vitamin ini dapat membantu perkembangan saraf, organ mata, kulit
hingga meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.Jenis vitamin ini menjadi paket lengkap sebagai
nutrisi yang dibutuhkan bayi.Anda tak perlu ragu lagi untuk memasukkan berbagai jenis
sayuran yang terbukti memiliki kandungan vitamin yang tinggi.Vitamin A berada di dalam
wortel serta ubi.Sementara sayuran hijau dan pisang memiliki kandungan vitamin B yang
tinggi.Vitamin C ada di dalam tomat, jeruk, stroberi hingga melon.Biji-bijian juga dibutuhkan
karena mengandung vitamin E.

2.Kebutuhan gizi bayi usia 7-11 bulan

Memasuki usia 6 bulan ke atas atau sampai awal usia balita, ASI bisa tetap diberikan
untuk memenuhi kebutuhan gizi hariannya. Akan tetapi, pemberian ASI sebaiknya disertai
juga dengan makanan padat. Pasalnya, di usia 6 bulan sampai awal usia balita, ASI tidak dapat
sepenuhnya lagi memenuhi kebutuhan gizi harian anak.

Oleh karena itu, diperlukan bantuan dari makanan dan minuman lainnya untuk
mencukupi kebutuhan karbohidrat , lemak , protein , serat, mineral, dan vitamin anak.

Angka kecukupan gizi (AKG) harian bayi usia 7-11 bulan

Kebutuhan zat gizi makro harian anak:

 Energi: 725 kkal


 Protein: 18 gr
 Lemak 36 gr
 Karbohidrat 82 gr
 Serat: 10 gr
 Air: 800 mililiter (ml)

Kebutuhan zat gizi mikro harian anak:

Vitamin

 Vitamin A: 400 mikrogram (mcg)


 Vitamin D: 5 mcg

44
 Vitamin E: 5 miligram (mg)
 Vitamin K: 10 mcg

Mineral

 Kalsium: 250 mg
 Fosfor: 250 mg
 Magnesium: 55 mg
 Natrium: 200 mg
 Kalium: 700 mg
 Besi: 7 mg

Di usianya yang semakin bertambah, kebutuhan anak akan berbagai zat gizi tentu
semakin meningkat. Ini karena ASI hanya dapat memenuhi sekitar 65-80 persen dari total
kebutuhan energi, dan sangat sedikit kandungan mikronutriennya. Itu sebabnya, pemberian
ASI saja tidak mampu memenuhi semua nutrisi harian anak.Untuk melengkapinya, anak harus
mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak usianya 6 bulan.
Proses pengenalan dan pemberiannya pun harus dilakukan secara bertahap.

3. Rata-rata Berat Badan & Tinggi Badan Anak

Untuk membantu para orang tua mengawasi pertumbuhan bayinya. World Health
Organization (WHO) mempublikasikan standar pertumbuhan dan berat badan ideal bayi.
Menurut WHO, ratarata berat badan ideal bayi yang baru lahir adalah sekitar 3,2
hingga 3,4 kg. Kebanyakan bayi yang lahir pada waktunya memiliki berat pada dari 2,6
hingga 3,8kg. rata- rata berat badan bayi yang lahir terlalu kecil bagi bayi yang lahir pada
waktunya adalah 2,5kg, dan bayi besar yang lahir tepat waktu memiliki berat badan rata-rata
4kg.

Ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh besar pada berat badan ideal bayi
saat mereka baru saja lahir. Faktor pertama yang sangat memengaruhi berat badan ideal bayi
tentunya adalah waktu kelahiran. Bayi yang lahir prematur biasanya memiliki berat badan
yang lebih kecil, sementara bayi yang lahir melewati masa perkiraan memiliki berat badan

45
lebih besar. Faktor kedua, yang juga ternyata cukup mengejutkan adalah rokok. Ibu yang
merokok biasanya memiliki bayi yang lebih kecil.

Faktor ketiga yang dapat memengaruhi berat badan ideal bayi adalah Diabetes. Ibu
yang memiliki diabetes pada masa kehamilan biasanya melahirkan bayi dengan berat diatas
berat badan ideal bayi rata-rata. Selain itu, nutrisi yang dikonsumsi oleh Ibu selama masa
kehamilan juga memiliki pengaruh. Ibu yang kekurangan nutrisi selama masa kehamilan
biasanya memiliki bayi yang lebih kecil, begitu pula sebaliknya ibu yang mendapatkan asupan
berlebih selama masa kehamilan cenderung memiliki bayi yang lebih besar.

Faktor kelima yang dapat memengaruhi berat badan ideal bayi lainnya adalah faktor
keturunan atau sejarah keluarga. Beberapa bayi terlahir dengan berat badan tertentu karena
faktor genetik yang diwariskan dari orangtua. Lebih lanjut lagi, faktor keenam yang dapat
mempengaruhi berat badan bayi adalah jenis kelamin. Menurut statistik bayi perempuan
memiliki berat badan rata-rata lebih kecil daripada berat badan bayi laki-laki. Faktor ketujuh
yang dapat mempengaruhi berat badan bayi saat lahir adalah kelahiran kembar. Bayi yang
terlahir tunggal memiliki kemungkinan memiliki berat badan lebih besar dari bayi kembar.

Robert M. Kliegman, seorang dokter spesialis anak asal Amerika Serikat, memiliki
patokan ratarata berat badan bayi ideal sebagai berikut :

Selain itu ada juga patokan kenaikan berat badan ideal bayi pada tahun pertama
kelahirannya yang dibuat oleh dr. Kliegman. Berikut daftarnya:

46
 700-1.000 gr/bulan pada triwulan I
 500-600 gr/bulan pada triwulan II
 350-450 gr/bulan pada triwulan III
 250-350 gr/bulan pada triwulan IV
Untuk dapat mengetahui berat badan ideal bayi, Ibu juga perlu mengetahui tinggi
tubuh idealnya. Dr. Kliegman juga membuat patokan rata-rata tinggi badan (TB) ideal anak
sebagai berikut :

4. Rumus Menghitung Berat Badan Ideal


Dalam dua minggu pertama setelah kelahiran, wajar jika bayi yang baru
mengkonsumsi susu ASI kehilangan beberapa berat badan. Menurut statistik, bayi yang sering
minum dari botol dapat kehilangan hingga lima persen berat badannya. Sementara bayi yang
secara eksklusif minum susu ASI langsung dari Ibu dapat kehilangan hingga sepuluh persen
berat badannya. Namun Setelah dua minggu biasanya bayi dapat kembali mendapatkan berat
badannya seperti sedia kala.
Pada masa satu bulan pertama, kebanyakan bayi akan mendapatkan kenaikan berat
badan. Pada masa ini, bayi ibu sudah tidak lagi membutuhkan waktu tidur seperti awal-awal
baru lahir dan mulai membangun pola kebutuhan asupan. Pada enam bulan pertama, bayi
biasanya mendapatkan kenaikan berat badan sekiat 0,4 kg setiap bulannya. Berat badan bayi

47
ideal hingga masa enam bulan pertama adalah sekitar 7,3 kg bagi bayi perempuan dan 7,9 kg
bagi bayi lakilaki.
Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana cara menghitung berat badan ideal bayi
yang mudah? Berikut adalah beberapa rumus yang bisa digunakan untuk memperkirakan BB
anak:
 Usia 3-12 bulan (usia dalam bulan + 9): 2 BB ideal (dalam = kg) Contoh: Bayi berusia
4 bulan akan memiliki BB ideal sebagai berikut: (49): 26.5 kq
 Usia 1-6 tahun. (usia dalam tahun x 2) + 8 = BB ideal (dalam kg) Contoh: Anak
berusia 3 tahun akan memiliki BB ideal sebagai berikut: (3 x 2) + 8 = 14 kg
 Usia 7-12 tahun (usia dalam tahun x 7-5): 2 = BB ideal (dalam kg) Contoh: Anak
berusia 9 tahun akan memiliki BB ideal sebagai berikut: (9 x 7-5):2= 29 kg
Perlu Ibu ingat bahwa rumus di atas hanyalah sebagai tolak ukur dalam mengukur
berat badan anak. Ibu tetap harus melihat grafik yang terdapat pada KMS untuk melihat
batasan berat badan ideal bayi. 5. Nutrisi untuk Menaikkan Berat Badan Anak Bila ternyata
berat badan nya ada di bawah warna hijau menandakan si Kecil memiliki berat badan di
bawah ideal usianya. Ibu perlu memberikan sumber makanan yang mengandung nutrisi untuk
menaikkan berat badan sebagai berikut:
• Protein
Protein merupakan salah satu unsur inti dalam susunan sel makhluk hidup. Sebanyak
20% dari total berat badan manusia berasal dari protein. Jadi bila si Kecil kekurangan protein,
maka beratnya pun akan berkurang sebanyak 20% dari seharusnya. Fungsi protein pun sangat
banyak bagi tubuh, diantaranya adalah sebagai sumber energi, menghasilkan hormon dan
enzim, memperkuat daya tahan tubuh, dan membangun, memelihara, serta meregenerasi
jaringan.
Protein dibagi menjadi dua, hewani dan nabati. Protein hewani berasal dari hewan
sedangkan protein nabati berasal dari tumbuhan. Namun yang paling mendukung berat badan
adalah protein hewani yang bisa didapatkan dari telur, daging-dagingan (ayam, sapi,
kambing). dan ikan. Ibu juga tetap boleh memberikan protein nabati yang bisa didapat dari
jamur, kentang, brokoli, bayam, kacang- kacangan, bayam, dan jagung.
• Karbohidrat

48
Karbohidrat sangat dibutuhkan anak di masa pertumbuhan. Tidak hanya sebagai
sumber energi, karbohidrat juga baik sebagai nutrisi untuk menaikkan berat badannya. Namun
karbohidrat yang sebaiknya dipilih adalah karbohidrat kompleks atau yang disebut juga
dengan pati karena mengandung kalori tinggi. Kalori akan sangat efektif dalam menaikkan
berat badan. Beberapa sumber makanan dengan kandungan pati diantaranya adalah gandum
utuh, pasta, sayuran, kacang polong, sereal, roti, dan tepung.
• Lemak
Bila orang dewasa dianjurkan untuk menghindari lemak, berkebalikan dengan anak-
anak, terutama bagi yang memiliki berat badan di bawah ideal. Mengonsumsi makanan
berlemak tinggi merupakan cara tercepat dalam menaikkan berat badan karena kandungan
kalorinya paling tinggi dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Namun tentu saja Ibu
tidak boleh sembarangan memberikan lemak kepada si Kecil. Pilihlah lemak tak jenuh yang
baik untuk kesehatan seperti yang terdapat dalam kacang-kacangan, alpukat, ikan, dan minyak
zaitun.
• Gula Alami
Ibu sebaiknya juga tetap memberikan si Kecil asupan gula yang dibutuhkan dalam
masa pertumbuhannya. Gula juga sangat bagus untuk membantu menambah beratnya, tapi
sebaiknya pilih gula alami seperti fruktosa dan laktosa. Fruktosa bisa ditemukan pada buah,
sedangkan laktosa bisa ditemukan pada produk susu. Ibu juga bisa memberikan madu kepada
anak di atas usia 1 tahun karena madu sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pada minuman
ringan, kue, dan permen memang mengandung banyak gula halus dan bisa menaikkan berat
badan. Namun makanan semacam itu hanya mengandung sedikit nutrisi, sehingga kenaikan
berat badan anak menjadi tidak sehat.

49
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatandan
keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat statusgizi normal
tercapai bila kebutuhan gizi optimal terpenuhi. Status gizi bayi dan balita merupakan salah
satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pemenuhan
kebutuhan nutrisi anak tidak hanya saat mulai makanan padat, tetapi juga saat
masih balita. Seiring bertambahnya usia, balita mulai memahami makanan apa yang
disukai dan tidak disukai.
Saat ini, ibu perlu mencaricara agar anaknya mau makan dengan gizi dan nutrisi yang
baik untuk balita.Untuk dapat menentukan makanan yang sesuai dengan kebutuhan
tubuhnya,ibu dan anak harus belajar dan berlatih sejak dini. Sedangkan makanan
yangdikonsumsi saat ini memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan
kualitashidup anak di masa yang akan datang. Upaya mendorong peningkatan
derajatkesehatan yaitu dengan pemberian gizi yang baik diharapkan tumbuh kembang
anakmenjadi baik, disamping dapat meningkatkan derajat kesehatan anak.

B. Saran
Kita harus meningkatkan pengetahuan tentang gizi bayi dan balita karena itusangat
berpengaruh pada kesehatan tumbuh kembang bayi dan balita

50
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/497815659/Makalah-Klp-2-Kebutuhan-Nutrisi-Untuk-Bayi-Dan-
Balita

https://www.slideshare.net/fadzan/tujuan-pemberian-nutrisi-bayi-50286122

https://www.ibudanbalita.com/artikel/mengetahui-berat-badan-ideal-anak-dan-nutrisi-untuk-
menaikkan-berat-badannya

https://www.studocu.com/id/document/politeknik-kesehatan-kemenkes-malang/d-iii-
keperawatan/makalah-gizi-diit-tugas/45170416

51
LAPORAN HASIL PRESENTASI KELOMPOK 2

Mata Kuliah : Gizi & Dietika

Dosen : Hermawati, SKM, M Biomed

Hari / tanggal : Senin / 8 Agustus 2023

Materi Kelompok 2 : “ Kebutuhan Nutrisi Untuk Bayi “

Pemateri : Friska Wulandari ( 233110398 )

Moderator : Fiorella Adelina ( 233110397 )

Daftar Pertanyaan

1. Anggi Ramadhani ( 233110385 )

 Pertanyaan : Kenapa MP-ASI harus diberikan saat 6 bulan ? dan apa yang terjadi jika
pemberian MP- ASI dilakukan lebih awal ?

2. Dara Ayu Nusapada ( 233110389 )


 Pertanyaan : Mengapa nutrisi yang seimbang sangat dibutuhkan dalam tumbuh
kembang bayi ?

3. Septika Mulyana ( 233110417 )


 Pertanyaan : Bagaimana cara menghitung kebutuhan gizi bayi 6 – 12 bulan ?

4. Zakia Fadila ( 233110422 )


 Pertanyaan : Bagaimana tekstur ASI yang baik untuk bayi ?

Daftar Jawaban

52
1. Asyifa Zilvi ( 233110387 )
Jawaban : - Karna setelah 6 bulan bayi membutuhkan tambahan energi, protein, dan zat besi.
- Akan mengakibatkan terjadinya gangguan pencernaan

2. Restika Seplilma ( 233110414 )


Jawaban : Karna nutrisi yang seimbang dan sesuai dengan usia akan membantu
memaksimalkan pertumbuhan pada bayi
3. Friska Wulandari ( 233110398 )

Jawaban : Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Dyah Febriyanti, IBCLC, inilah cara
menghitung gizi yang dibutuhkan bayi berdasarkan usianya:
 Usia 0-3 bulan= (89 x berat [kg] – 100) + 175
 Usia 4-6 bulan= (89 x berat [kg] – 100) + 56
 Usia 7-12 bulan= (89 x berat [kg] – 100) + 22
 Usia 13-35 bulan= (89 x berat [kg] – 100) + 20

4. Dhea Lova Tri Jasandy ( 233110390 )

Jawaban : ASI di hari pertama/ disebut kolostrum akan tampak bening dan encer, sementara
ASI di hari keempat dan seterusnya akan cenderung bewarna putih kekuningan dan
tampak kental.

CATATAN :

1. Kelompok yang tampil : Kelompok 2

2. Kelompok yang tidak tampil : - Kelompok 1 ( hanya presentasi tidak ada sesi diskusi )

- Kelompok 3 ( karna waktu tidak cukup )

3. Kelompok yang membawa laptop : Kelompok 2

4. Kelompok yang tidak membawa laptop : Kelompok 1 & 3

53

Anda mungkin juga menyukai