Anda di halaman 1dari 33

Nutrisi janin dan transfer plasenta

MAKALAH

Disusun oleh:
Selvia Agustari

Makalah Ini Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pemberdayaan


masyarakat
dengan Dosen Pengampu Diah Eka Nugraheni, M.Keb

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami Ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,

Pada dasarnya makalah ini disajikan untuk membahas makalah ini untuk lebih jelas simak
pembahasan dalam makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan

pengetahuan yang mendalam kepada kita semua..

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang bersangkutan

sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan

insyaAllah sesuai dengan yang diharapkan. Makalah ini masih banyak memiliki

kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk

memperbaiki Makalah kami selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan

terimakasih.

Bengkulu, 17 Febuari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Nutrisi Ibu Hamil.........................................................3
2.2 Nutrisi yang Diperlukan Bagi Ibu Hamil.......................................4
2.2.1 Contoh Pengaturan Makan Sehari untuk Ibu Hamil......................9
2.2.2 Contoh Menu Sehari untuk Ibu Hamil.........................................9
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi Ibu Hamil..................10
2.4 Akibat Gangguan Gizi pada Pertumbuhan Janin...........................12
2.5 Perkembangan Janin dalam Kandungan........................................14

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Contoh Kasus.................................................................................22
3.2 Analisa Kasus.................................................................................23
3.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir Prematur.........................23
3.2.2 Akibat Bayi Lahir Prematur...........................................................25
3.2.3 Pencegahan Bayi Lahir Prematur...................................................26

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA
1.1 Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup


berat. Kekurangan atau kelebihan makanan pada masa hamil dapat berakibat
kurang baik bagi ibu dan janin. Sejak dahulu kala makanan wanita hamil telah
dianggap sangat penting, sebab orang percaya bahwa makanan yang benar akan
memberi dampak yang baik bagi janin. Sehingga masyarakat membuat berbagai
aturan makanan yang boleh dimakan ibu hamil dan makanan yang ditabukan,
yang mana hal tersebut ternyata sama sekali tidak benar dilihat dari segi
kesehatan. Misalnya, ibu hamil tidak boleh makan banyak-banyak dengan tujuan
agar bayinya tidak besar dan mudah dilahirkan. Pendapat tersebut tidak dapat
dibenarkan (Soetjiningsih, 1995).
Gizi ibu pada waktu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin yang
dikandungnya. Angka kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) lebih tiggi
dinegara-negara yang sedang berkembang daripada dinegara-negara yang sudah
maju. Hal ini disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah
mempengaruhi diet ibu. Gizi ibu yang baik diperlukan agar pertumbuhan janin
berjalan pesat dan tidak mengalami hambatan. Dimulai dari satu sel telur yang
setelah dibuahi tumbuh dengan pesat, sehingga diperkirakan pertumbuhan janin
sejak konsepsi sampai lahir (Soetjiningsih, 1995).
Sayangnya, masalah gizi pada ibu hamil di Indonesia masih kurang
menguntungkan. Ahli gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr Elvina
Karyadi, MSc, PhD, SpGK, memaparkan, berdasarkan riset kesehatan dasar 2007,
terdapat 13,6 persen wanita usia subur dengan kurang energi kronis. Selain itu,
ada 11,3 persen wanita dewasa yang mengalami anemia. Bahkan, berdasarkan
survei kesehatan rumah tangga 2001, prevalensi (angka kejadian) anemia pada ibu
hamil mencapai 40,1 persen (Amirullah, tempo.co).
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan
janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan
selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan
dengan berat badan normal. Dengan kata lain bayi yang dilahirkan sangat
1
tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Dalam masa
kehamilan, kebutuhan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh-kembang janin, pemeliharaan kesehatan ibu, dan persediaan
laktasi baik untuk ibu maupun janin. Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan
anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri, pendarahan pascapersalinan,
sepsis puerperalis, dan lain-lain. Kelebihan nutrisi karena dianggap makan untuk
dua orang dapat berakibat kegemukan, preeklamsia, janin besar, dan lain-lain
(Yulaikhah, 2006).
Masih rendahnya gizi buruk ibu hamil di Indonesia terus meningkat dari tahun
ke tahun, ini yang membuat kajian bagi pemerintah untuk mengatasi
permasalahan ini. Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 menunjukkan Angka Kematian Balita sebesar 44/1000, Angka Kematian
Bayi 34/1000, dan Angka Kematian Neonatal 19/1000 (neraca.co.id).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian nutrisi ibu hamil?
2. Apa saja nutrisi yang diperlukan ibu hamil?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil?
4. Apa akibat gangguan gizi pada pertumbuhan janin?
5. Bagaimana perkembangan janin dalam kandungan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian nutrisi ibu hamil
2. Mengetahui nutrisi yang diperlukan ibu hamil
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil
4. Mengetahui akibat gangguan gizi pada pertumbuhan janin
5. Mengetahui perkembangan janin dalam kandungan

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Nutrisi Ibu Hamil


Menurut para ahli medis pengertian nutrisi adalah berikut ini:
a. Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh agar bisa menjalankan
fungsi nutrisi tersebut sebagai sumber energi. Energi inilah yang akan
membuat makhluk hidup bisa melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-
harinya.
b. Nutrisi adalah kebutuhan utama bagi pasien yang mengalami malnutrisi,
pasien yang mengalami kritis nutrisi enteral.
c. Nutrisi merupakan sebuah proses yang terjadi pada tubuh manusia dimana
tubuh manusia memerlukan makanan dalam pembentukan energi dan sumber
kekuatan.
d. Nutrisi adalah zat energi yang dibutuhkan dalam mempertahankan kesehatan,
menjaga pertumbuhan dan juga membuat organ bisa menjalankan tugasnya
secara normal.
Jadi, nutrisi ibu hamil adalah kebutuhan zat gizi bagi seorang ibu pada saat
hamil. Zat gizi sendiri menurut Almatsier (2009:3) merupakan ikatan kimia yang
diperlukan tubuh agar bisa menjalankan fungsinya, yaitu menghasilkan energy,
membagun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan.
Nutrisi atau asupan seorang ibu disaat hamil sangat menentukan status gizi ibu
hamil tersebut. Menurut Almatsier (2009:3), status gizi sendiri dapat diartikan
sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat
gizi, dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.
Berdasarkan pengertian status gizi tersebut status gizi ibu hamil berarti keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu
hamil.
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan, apabila status gizi ibuburuk dalam kehamilan akan mengakibatkan
terhambatnya otak janin, abortus, dan sebagainya. Jadi pemantauan gizi ibu hamil
sangatlah diperlukan. (Sri Mulyani, dkk. 2013)

3
2.2 Nutrisi yang Diperlukan Bagi Ibu Hamil
Masa hamil adalah masa penting untuk pertumbuhan oprimal janin dan
persiapan persalinan. Oleh karena penambahan zat-zat gizi berguna untuk:
kesehatan ibu hamil, pertumbuhan janin, saat persalinan, persiapan menyusui dan
tumbuh kembang bayi. Pada dasarnya menu makanan ibu hamil, tidak banyak
berbeda dari menu sebelum hamil. Oleh karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan
dalam pengaturan menu selama hamil. Selama hamil calon ibu memerlukan lebih
banyak zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil
dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila makanan ibu terbatas
janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus,
lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok, dan lain-lain (Lestari, 2013).
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15%
dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan
untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta,
air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil
akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60%
digunakan untuk pertumbuhan ibunya (Sitanggang, 2013).
Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan sebesar 11-13
kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil meningkat seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan. Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu
hamil berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, mengganti sel-sel
tubuh yang rusak atau mati, sumber tenaga, mengatur suhu tubuh dan cadangan
makanan (Sitanggang, 2013).
Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang cukup mengandung
karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat
pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrien
akan meningkat selama hamil, namun tidak semua kebutuhan nutrien meningkat
secara proporsional (Lestari, 2013).

4
Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zat makanan yang
adekuat, dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer zat-zat makanan
tersebut. Pertumbuhan janin yang paling pesat terutama terjadi pada stadium akhir
kehamilan. Misalnya pada akhir bulan ketiga kehamilan berat janin hanya sekitar
30 g dan kecepatan maksimum pertumbuhan janin terjadi pada minggu 32-38.
Sehingga dibutuhkan lebih banyak zat-zat makanan pada stadium akhir kehamilan
tersebut (Soetjiningsih, 1995).
a. Karbohidrat
Janin mempunyai sekitar 9 g karbohidrat pada minggu ke 33 kehamilan, dan
pada waktu lahir meningkat menjadi 34 g. konsentrasi glikogen pada hati dan
otot-otot skelet meningkat pada akhir kehamilan.
Metabolisme karbohidrat ibu hamil sangat kompleks, karena terdapat
kecenderungan peningkatan ekskresi dextrone dalam urine. Hal ini ditunjukkan
oleh frekuensi glukosuria ibu hamil yang relatif tinggi dan adanya glukosuria pada
kebanyak wanita hamil setelah mendapat 100 gram dextrose per oral. Normalnya,
pada wanita hamil tidak terdapat glukosa. Kebutuhan karbohidrat lebih kurang
65% dari total kalori sehingga perlu penambahan.
b. Protein
Transport protein melalui plasenta terutama asam amino, yang kemudian
disintesis oleh fetus menjadi protein jaringan. Protein dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, uterus, payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu, dan
persiapan laktasi. Kebutuhan protein adalah 9 gram/hari. Sebanyak 1/3 dari
protein hewani mempunyai nilai biologis tinggi. Kebutuhan protein untuk fetus
adalah 925 gram selama 9 bulan. Efisiensi protein adalah 70%. Terdapat protein
loss di urine +30%. WHO menganjurkan intake protein untuk ibu hamil sekitar
1,01 g/kg. BB/hari dan kalori sekitar 46 kkal/kg.BB/hari untuk rata-rata wanita
dengan berat badan 55 kg.
Oleh karena itu tiap-tiap negara dapat membuat rekomendasi yang khusus
yang sesuai dengan pola makanan di negara tersebut dan keadaan masyarakatnya.
Jumlah protein yang dianjurkan dalam diet harus disesuaikan dengan nilai hayati
protein yang dimakan. Makin rendah nilai hayati protein, makin besar jumlah
protein dalam diet yang diperlukan. Nilai hayati protein, makin besar jumlah

5
protein dalam diet yang diperlukan. Nilai hayati protein nabati lebih rendah dari
protein hewani.
c. Lemak
Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan peningkatan terjadi
mulai bulan ke-3 kehamilan. Penambahan lemak tidak diketahui, namun
kemungkinan dibutuhkan untuk proses laktasi yang akan datang.
Sebagian besar dari 500 g lemak tubuh janin ditimbun antara minggu 35-40
kehamilan. Pada stadium awal kehamilan tidak ada lemak yang ditimbun kecuali
lipid esensial dan fosfolipid untuk pertumbuhan susunan saraf pusat (SSP) dan
dinding sel saraf. Sampai pertengahan kehamilan hanya sekitar 0,5% lemak dalam
tubuh janin, setelah itu jumlahnya meningkat, mencapai 7,8% pada minggu ke-34
dan 16% sebelum lahir. Pada bulan terakhir kehamilan sekitar 14 g emak per hari
ditimbun. Transport asam lemak melalui plasenta sekitar 40% dari lemak ibu,
sisanya disintesa oleh janin. Baik lemak maupun protein meningkat dengan cepat
pada tiga bulan terakhir kehamilan bersamaan dengan meningkatnya BB janin.
Sebagian besar lemak ditimbun pada daerah subkutan, oleh karena itu pada bayi
atern 80% jaringan lemak tubuh terdapat pada jaringan subkutan.
d. Zat Besi (Fe)
Dibutuhkan untuk pembentukan Hb, terutama hemodilusi, pemasukan harus
adekuat selama hamil untuk mencegah anemia.wanta hamil memerlukan 800 mg
atau 30-50 gram/hari. Anjuran maksimal: penambahan mulai awal kehamilan,
karena pemberian yang hanya pada trisemester III tidak dapat mengejar kebutuhan
ibu/fetus dan juga untuk cadangan fetus. Kebutuhan zat besi meningkat sehingga
dibutuhkan tambahan 700-800 mg atau 30-60 mg perhari yang didapat dari
suplemen untuk mengganti penggunaan zat besi oleh sum-sum tulang, fetus, dan
plasenta. Ibu hamil yang mengalami anemia akibat kekurangan zat besi akan
berdampak meningkatnya aborsi spontan, kelahiran dini, rendahnya berat badan
bayi saat dilahirkan (BBLR), kematian bayi saat dilahirkan, dan kematian bayi
sebelum dilahirkan. Sumber zat besi diperoleh dari hati, sumsum tulang, telur,
daging, ikan, ayam, dan sayuran berwarna hijau tua.

6
e. Kalsium (Ca)
Kebutuhan kalsium pada ibu hamil mengalami peningkatankarena terjadinya
peningkatan pergantian tulang (turn over), penurunan penyerapan kalsium, dan
retensi kalsium karena adanya perubahan hormonal. Kalsium diperlukan untuk
pertumbuhan tulang dan gigi, vitamin D membantu penyerapan kalsium,
kebutuhan 30-40 g/hari untuk janin, wanita hamil perlu tambahan 600 mg/hari dan
total kebutuhan ibu hamil selama kehamilan adalah 1200 mg/hari. Kalsium dapat
diperoleh dengan mengonsumsi susu, keju, ikan teri, rebon kering, kacang kedelai
kering atau basah, dan brokoli segar.
f. Asam Folat
Asam folat digunakan untuk pertumbuhan janin dan erythropoiesis ibu
sehingga kebutuhan asam folat pada ibu hamil akan menigkat. Anemia akibat
kekurangan asam folat disebut anemia megaloblastik yang akan menyebabkan
kekurangan oksigen. Bila hal ini berlangsung lama akan berdampak pada
kerusakan oragna-organ tubuh. Rendahnya kadar asam folat pada wanita hamil
menyebabkan kelahiran cacat, gangguan saraf, atau gangguan perkembangan
kecerdasan (retardasi mental). Kebutuhan asam folat pada wanita hamil sebanyak
280 µg per hari selama kehamilan trisemester I, 660 ug pada trisemester II, dan
470 ug per hari pada trisemester III bisa didapat dari sayuran hijau, hati, dan
ayam.
g. Kolin
Kolin merupakan salah satu vitamin B kompleks yang dibutuhkan oleh ibu
hamil, terutama pada minggu kedelapan belas kehamilan. Vitamin ini dapat
meningkatkan kemampuan bayi untuk membentuk hubungan antarneuron yang
sedang tumbuh pesat. Kolin bisa didapat dari kuning telur, daging tanpa lemak,
ragi, kedelai, hati, otak, ginjal, dan jantung.
h. Vitamin E
Vitamin E berfungsi sebagai anti-oksidan yang dapat melindungi tubuh dari
radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kromosom atau jaringan sel
bayi, terutama paling rawan terjadi pada tahap-tahap awal kehamilan. Vitamin E
dapat ditemukan pada gandum, sayuran hijau, biji-bijian, kedelai, minyak biji
kapas, dan minyak jagung.

7
i. Vitamin A
Kebutuhan ibu hamil akan vitamin A harus dipenuhi yaitu sekitar 500 SI.
Kekurangan vitamin A selama kehamilan dapat menyebabkan bayi prematur dan
perlambatan pertumbuhan janin serta rendahnya berat badan bayi saat dilahirkan.
Dampak negatif kekurangan vitamin A dapat dicegah dengan mengonsumsi hati,
susu, ikan laut, sayuran, dan buah berwarna hijau atau kuning.
j. Vitamin B1
Kekurangan vitamin B1 akan meingkatkan jumlah kasus kelahiran sebelum
waktunya dan gangguan perkembangan janin. Vitamin B1 bisa dipenuhi
kebutuhannya dengan mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian,
dan daging.
k. Iodine
Iodine adalah salah satu mineral yang dibutuhkan ibu hamil. Penambahan
kebutuhan iodine pada masa kehamilan adalah 25 µg. kekurangan iodine pada
masa kehamilan akan mengakibatkan kretin (tubuh kerdil) yang ditunjukkan
dengan adanya gangguan mental dan fisik menyerupai karakteristik anak yang
mengalami down syndrome. Bahan makanan sumber iodine adalah garam dapur
yang sudah difortifikasi (diperkaya) iodine, bahan makanan yang berasal dari laut,
serta tumbuhan yang hidup dekat pantai.
l. Zinc (Seng)
Kebutuhan ibu hamil akan zinc (seng) meningkat 5 mg karena tingkat zinc
yang rendah akan menyebabkan kenaikan tingkat kelahiran tidak normal. Zinc
berperan untuk meningkatkan sistem imun dan memperbaiki fungsi organ perasa
(penglihatan, penciuman, dan pengecap). Sumber zinc dapat diperoleh dari
daging, hati, telur, ayam, seafood, susu, dan kacang-kacangan.

8
2.2.1 Contoh Pengaturan Makan Sehari untuk Ibu Hamil
Bahan Makanan Trimester I Trimester II dan III
Nasi/ Penukar 3 ¼ gelas 3 ½ gelas
Daging/penukar 2 ½ potong 2 ½ potong
Tempe/ Penukar 5 potong 5 potong
Sayur 3 gelas 3 gelas
Buah 2 potong 2 potong
Minyak 2 sdm 2 sdm
Kacang Hijau 2 ½ sdm 2 ½ sdm
Susu 2 ½ sdm 2 ½ sdm
Tepung sarikedelai - 4 sdm
Gula 1 sdm 1 sdm
Nilai Gizi Trimester I Trimester II dan III
Energi 2095,8 kal 2164,5 kal
Protein 79,5 gram 82,5 gram
Lemak 57 gram 65 gram
Karbohidrat 273,8 gram 275 gram
Vitamin C 70 mg 70 mg
Zat Besi 31 mg 31 mg
sumber: Direktorat Bina Gizi. 2011. Makanan Sehat Ibu Hamil. Kementrian
Kesehatan RI.
2.2.2 Contoh Menu Sehari untuk Ibu Hamil
Berikut ini contoh menu makanan untuk ibu hamil dalam sehari menurut
Direktorat Bina Gizi, Kemenkes (2011)
Pagi:
 Nasi
 Ayam Goreng bumbu lengkuas
 Pepes Tahu
 Oseng-oseng jagung muda + wortel
 Susu
Jam 10.00: Bubur Kacang Hijau

9
Siang:
 Nasi
 Sop Sayuran
 Ikan balado
 Kripik Tempe
 Jeruk
Jam 16.00: Selada buah
Malam:
 Nasi
 Telur Balado
 Perkedel Tahu
 Tumis Tauge + Baso
 Pisang
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi Ibu Hamil
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu
hamil. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Gizi ibu hamil adalah
makanan sehat dan seimbang yag harus dikonsumsi ibu selama masa
kehamilannya, dengan porsi dua kali makan orang yang tidak hamil (Sitanggang,
2013).
Kesehatan ibu hamil dapat terwujud dengan berperilaku hidup sehat selama
kehamilan yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui asupan gizi yang baik,
memakan tablet zat besi, melakukan senam hamil, perawatan jalan lahir,
menghindari merokok dan makan obat tanpa resep. Melakukan kunjungan
minimal empat kali untuk mendapat informasi dari petugas kesehatan tentang
perawatan yang harus dilakukan (Gulardi H, 2006 dalam Sitanggang, 2013).
Beberapa faktor yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil adalah (Sitanggang,
2013):
A. Faktor Langsung
Nutrisi secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit,
khususnya penyakit infeksi. Faktor-faktor tersebut meliputi:

10
(1) Keterbatasan ekonomi, yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan
yang berkualitas baik, sehingga mengganggu pemenuhan gizi.
(2) Produk pangan, dimana jenis dan jumlah makanan di negara tertentu atau
daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan setempat untuk jangka
waktu yang panjang sehingga menjadi sebuah kebiasaan turun-temurun.
(3) Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan) hendaknya jangan
sampai membuat kadar gizi yang terkandung dalam bahan makanan menjadi
tercemar atau tidak higienis dan mengandung kuman penyakit.
(4) Pembagian makanan dan pangan masyarakat Indonesia umumnya masih
dipengaruhi oleh adat atau tradisi. Misalnya, masih ada kepercayaan bahwa
ayah adalah orang yang harus diutamakan dalam segala hal termasuk
pembagian makanan keluarga.
(5) Pengetahuan gizi yang kurang, prasangka buruk pada bahan makanan tertentu,
salah persepsi tentang kebutuhan dan nilai gizi suatu makanan dapat
mempengaruhi status gizi seseorang.
(6) Pemenuhan makanan berdasarkan pada makanan kesukaan saja akan berakibat
pemenuhan gizi menurun atau berlebih.
(7) Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan makanan yang
dipandang pantas atau tidak untuk dimakan. Tahayul dan larangan yang
beragam didasarkan pada kebudayaan daerah yang berlainan. Misalnya, ada
sebagian masyarakat yang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan.
(8) Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi.
Selera makan dipicu oleh sistem tubuh (misal dalam keadaan lapar) atau pun
dipicu oleh pengolahan serta penyajian makanan.
(9) Suplemen Makanan. Ada beberapa suplemen makanan yang biasanya
diberikan untuk ibu hamil, antara lain:
a) Tablet Tambah Darah (TTD) yang mengandung zat besi (Fe) yang dapat
membantu pembentukan sel darah merah yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dan zat nutrisi makanan bagi ibu dan janin. TTD
mengandung 200 mg ferrosulfat yang setara dengan 60 mg besi elemental
dan 0,25 mg asam folat. Tablet Tambah Darah diminum satu tablet tiap
hari di malam hari selama 90 hari berturut-turut, karena pada sebagian ibu

11
yang hamil merasakan mual, muntah, nyeri pada lambung, diare, dan
susah buang air besar. Usaha lain untuk menambah asupan zat besi adalah
daging segar, ikan, telur, kacangkacangan, dan sayuran segar yang
berwarna hijau tua.
b) Kalsium merupakan zat yang dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan
gigi bayi, jika asupan kalsium kurang maka kebutuhan kalsiun diambil
dari tulang ibu. Kebutuhan akan 6 kalsium bagi ibu hamil adalah 950 mg
tiap harinya. Asupan Kalsium bisa didapat dari minum susu, ikan, udang,
rumput laut, keju, yoghurt, sereal, jus jeruk, ikan sarden, kacangkacangan,
biji-bijian, dan sayur yang berwarna hijau gelap.
c) Vitamin juga diperlukan untuk menjaga kesehatan ibu yang hamil.
Beberapa vitamin ibu hamil yang dibutuhkan adalah vitamin C (80 mg)
yang berfungsi untuk membantu penyerapan zat besi, vitamin A (6000
IU), vitamin D (4 mcg). Vitamin ini dapt diperoleh dari cabe merah,
mangga, pepaya, wortel, ubi, aprikot, dan tomat.
B. Faktor Tidak Langsung
(1) Pendidikan keluarga. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan
menyerap pengetahuan tentang gizi yang diperolehnya melalui berbagai
informasi.
(2) Faktor budaya. Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan makanan
tertentu yang jika dipandang dari segi gizi, sebenarnya sangat baik bagi ibu
hamil.
(3) Faktor fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan sangat penting untuk
menyokong status kesehatan dan gizi ibu hamil, dimana sebagai tempat
masyarakat memperoleh informasi tentang gizi dan informasi kesehatan
lainnya, bukan hanya dari segi kuratif, tetapi juga preventif dan rehabilitatif.

2.4 Akibat Gangguan Gizi pada Pertumbuhan Janin


Kecukupan gizi bagi ibu hamil sangat penting. Bila gizi ibu kurang, tumbuh
kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum
hamil telah buruk pula. Keadaan ini dapat mengakibatkan abortus, Bayi lahir
prematur, atau bahkan bayi lahir mati. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan
persalinan lama, perdarahan, infeksi dan kesulitan lain yang mungkin memerlukan

12
pembedahan. Berikut berbagai contoh akibat defisiensi gizi pada janin
(Soetjiningsih, 1995):

a. Kekurangan energi dan protein (KEP)


Meskipun kenaikan berat badan ibu kecil selama trisemester I kehamilan,
namun sangat penting artinya karena pada waktu inilah janin dan plasenta
dibentuk. Kegagalan kenaikan berat badan ibu pada trisemester I dan II akan
meningkatkan bayi BBLR. Hal ini disebabkan adanya KEP akan mengakibatkan
ukuran plasenta kecil dan kurangnya suplai zat-zat makanan ke janin. Bayi BBLR
mempunyai resiko kematian lebih tinggi dari pada bayi cukup bulan. Kekurangan
gizi pada ibu lebih cenderung mengakibatkan BBLR atau kelainan yang bersifat
umum daripada menyebabkan kelainan anatomik yang spesifik. Kekurangan gizi
pada ibu yang lama dan berkelanjutan selama masa kehamilan akan berakibat
lebih buruk pada janin daripada malnutrisi akut.
Pada saat ini dikembangkan penelitian tentang mekanisme selular
pertumbuhan organ-organ tubuh, yaitu dengan cara mengukur banyaknya DNA
dari organ berbagai indeks dari banyaknya sel dan kandungan protein untuk
indeks dari besarnya sel. Pertumbuhan organ tubuh pada awalnya dimulai dengan
pembelahan sel, kemudian diikuti dengan pembesaran sel. Kalau terdapat
gangguan gizi pada saat pembelahan sel, maka secara bermakna akan
mempengaruhi besarnya organ, dimana perubahan ini tidak bisa normal kembali.
Akibat lain dari KEP adalah kerusakan struktur SSP terutama pada tahap
pertama pertumbuhan otak (hyperplasia) yang terjadi selama dalam kandungan.
Dikaitkan bahwa masa rawan pertumbuhan sel-sel saraf adalah trisemester III
kehamilan sampai sekitar dua tahun setelah lahir. Kekurangan gizi pada masa dini
dari perkembangan otak akan menghentikan sintesis protein dan DNA. Akibatnya
adalah berkurangnya pertumbuhan otak, sehingga lebih sedikit sel-sel otak yang
berukuran normal. Dampaknya akan terlihat pada struktr dan fungsi otak pada
masa kehidupan mendatang, sehingga berpengaruh pada intelektual anak.
Pemberian suplementasi makanan kepada ibu hamil akan mengurangi kematian
perinatal dan menaikkan berat badan bayi.

13
b. Anemia Gizi
Anemia gizi merupakan masalah gizi dengan prevalensi tinggi pada ibu hamil,
terutama dinegara berkembang. Anemia gizi terjadi akibat kekurangan Fe, asam
folat dan vitamin B12. Anemia gizi dapat mengakibatkan antara lain, kematian
janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, abruption plasenta,
cadangan zat besi yang berkurang pada bayi-bayi dilahirkan sudah dalam keadaan
anemia. Sehingga mortalitas dan morbiditas ibu dan kehamilan perinatal secara
bermakna lebih tinggi.
c. Defisiensi Yodium
Defisiensi yodium pada ibu hamil dalam trisemester pertama kehamilan
merupakan faktor utama terjadinya kretin endemik. Pemberian yodium pada
wanita didaerah endemik dapat mengurangi angka kejadian kretin endemik.
Akibat lain dari defisiensi yodium bisa mengakibatkan janin diresorpsi, abortus,
lahir mati, atau bayi lahir lemah, masa hamil yang lebih lama atau partus lama.
d. Defisiensi Seng (Zn)
Defisiensi seng selama kehamilan dapat mengakibatkan hambatan pada
pertumbuhan janin, kehamilan serotinus atau partus lama. Bayi yang dilahirkan
dengan defisiensi Zn, gejalanya mungkin baru akan nampak setelah anak berada
dalam masa pertumbuha cepat,
e. Defisiensi Vitamin A
Defisiensi vitamin A pada masa kehamilan akan mengakibatkan
meningkatnya prevalensi prematuritas dan reterdasi janin.
f. Defisiensi Thiamin
Defisiensi thiamin yang berat dapat mengakibatkan penyakit beri-beri
congenital.
g. Defisiensi Kalsium
Defisiensi kalsium pada ibu hamil akan mengakibatkan kelainan struktur
tulang secara menyeluruh pada bayi.

2.5 Perkembangan Janin dalam Kandungan


1) Bulan ke-1

14
Sperma membuahi ovum, membelah, masuk di uterus dan menempel pada
hari ke-11 (Rochmawati, 2015). Pada minggu pertama hingga minggu ke-3 sang
ibu mungkin belum menyadari bahwa ia mengandung. Namun pada minggu ke-4,
embrio memproduksi hormon kehamilan (Chorionic Gonadotropin-CG), sehingga
apabila Anda melakukan test kehamilan, hasilnya positif. Janin mulai membentuk
struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukan otak dan tulang belakang
serta jantung dan aorta (urat besar yang membawa darah ke jantung). Bagian
tubuh embrio yang pertama muncul akan menjadi tulang belakang, otak, dan saraf
tulang belakang. Jantung, sirkulasi darah dan pencernaan juga sudah terbentuk
(Nugroho, 2015).

Gambar 1. (Kiri) Pembuahan (Tengah) Zigot (Kanan) Embrio

2) Bulan ke-2
Panjang janin 250 mm. Jantung mulai memompa darah. Raut muka dan
bagian utama otak dapat terlihat. Terbentuk telinga, tulang dan otot di bawah kulit
yang tipis (Rochmawati, 2015). Pada minggu ke-5, terbentuk 3 lapisan yaitu
ectoderm, mesoderm dan endoderm. Ectoderm adalah lapisan yang akan
membentuk system saraf yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit
serta rambut. Lapisan Mesoderm akan membentuk organ jantung, buah pinggang,
tulang dan organ reproduktif. Lapisan Endoderm membentuk usus, hati, pankreas
dan pundi kencing. Minggu ke-6, ukuran embrio rata-rata 2-4 mm, jantung bayi
mulai berdetak, sistem pencernaan dan pernafasan mulai dibentuk, pucuk-pucuk
kecil yang akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai tampak. Minggu ke-
7, panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gram. Pucuk lengan mulai
membelah menjadi bagian bahu dan tangan yang mungil. Jantung dan paru-paru
telah terbagi menjadi ruang-ruang. Minggu ke-8, panjang kira-kira 14-20 mm,
bayi sudah mulai terbentuk diantaranya pembentukan lubang hidung, bibir, mulut

15
serta lidah. Matanya juga sudah kelihatan berada dibawah membran kulit yang
tipis (Nugroho, 2015).

Gambar 2. Janin 8 Minggu

3) Bulan ke-3
Panjang janin 7-9 cm. Tinggi rahim di atas simpisis (tulang kemaluan).
Embrio menjadi janin. Denyut jantung terlihat pada USG. Mulai ada gerakan.
Sudah ada pusat tulang, kuku, ginjal mulai memproduksi urin (Rochmawati,
2015). Pada minggu ke-9, panjangnya sekitar 22-30 mm dan beratnya sekitar 4
gram. Minggu ke-10, semua organ penting yang telah terbentuk mulai
bekerjasama. Pertumbuhan otak meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel
saraf baru diproduksi setiap menit. Minggu ke-11, panjang tubuhnya mencapai
sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan kakinya mulai tumbuh. Sesekali
di usia ini janin sudah menguap, janin sudah mulai bisa mengubah posisinya.
Minggu ke-12, panjang fetus 6-7 cm berat 14 gram, jari dan kuku mulai terbentuk,
janin bergerak secara spontan, penyempurnaan seluruh organ tubuh (Nugroho,
2015).

Gambar 3. Janin 12 minggu

16
4) Bulan ke-4
Panjang janin 10-17 cm. Berat janin 100 gram. Tinggi rahim setengah atas
simpisis – pubis. Sistem muskuloskeletal sudah matang, sistem saraf mulai
melakukan kontrol. Pembuluh darah berkembang cepat. Tangan janin dapat
menggenggam. Kaki menendang aktif. Pankreas memproduksi insulin. Kelamin
luar sudah dapat ditentukan jenisnya (Rochmawati, 2015).
Pada minggu ke-13 (akhir trimester pertama), plasenta berkembang untuk
menyediakan oksigen, nutrisi dan pembuangan sampah bayi. Kelopak mata bayi
merapat untuk melindungi mata yang sedang berkembang. Janin mencapai
panjang 76 mm dan beratnya 19 gram. Minggu ke-14, kelenjar prostat bayi laki-
laki berkembang dan ovarium turun dari rongga perut menuju panggul. Minggu
ke-15, bayi sudah mampu menggenggam tangannya dan mengisap ibu jari.
Kelopak matanya masih tertutup. Minggu ke-16, bayi telah mempunyai tulang
yang kuat dan mulai bisa mendengar suara (Nugroho, 2015).

Gambar 4. Bayi 16 minggu

5) Bulan ke-5
Panjang janin 18-27 cm. Berat janin 300 gram. Tinggi rahim setinggi pusat.
Verniks melindungi tubuh. Lanugo menutupi tubuh dan menjaga minyak pada
kulit. Terbentuk alis, bulu mata, dan rambut. Janin membuat jadwal teratur tidur,
menelan dan menendang (Rochmawati, 2015).
Pada minggu ke-17, lapisan lemak cokelat mulai berkembang, untuk
menjada suhu tubuh bayi setelah lahir, sidik jari mulai terbentuk. Minggu ke-18,
bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui dinding rahim ibu. Minggu
ke-19, tubuh bayi diselimuti vernix caseosa, semacam lapisan lilin yang

17
melindungi kulit dari luka. Minggu ke-20, terjadi penyempurnaan jantung dan
sistem pernapasan (Nugroho, 2015).

Gambar 5. Bayi 20 minggu

6) Bulan ke-6
Panjang janin 28-34 cm. Berat rahim 600 gram. Tinggi rahim di atas pusat.
Kerangka berkembang cepat. Berkembangnya sistem pernafasan (Rochmawati,
2015).
Pada minggu ke-21, usus bayi telah cukup berkembang sehingga ia sudah
mampu menyerap atau menelan gula dari cairan lalu dilanjutkan melalui sistem
pencernaan manuju usus besar. Gerakan bayi semakin pelan karena beratnya
sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm. Minggu ke-22, perbandingan kepala dan
tubuh semakin proporsional. Minggu ke-23, beratnya hampir 450 gram. Minggu
ke-24, paru-paru mulai mengambil oksigen meski bayi masih menerima oksigen
dari plasenta. Untuk persiapan hidup di luar rahim, paru-paru bayi mulai
menghasilkan surfaktan yang menjaga kantung udara tetap mengembang, kepala
masih terlihat besar, bulu mata dan alis mulai tampak, kulit bayi mulai menebal
(Nugroho, 2015).

Gambar 6. Bayi 24 minggu


7) Bulan ke-7

18
Panjang janin 35-38 cm. Berat rahim 1000 gram. Tinggi rahim antara
pertengahan pusat – prosessus xifodeus. Janin bisa bernafas, menelan dan
mengatur suhu. Terbentuk surfaktan dalam paru-paru. Mata mulai membuka
dan menutup. Bentuk janin dua pertiga bentuk saat lahir (Rochmawati, 2015).
Pada minggu ke-25, bayi cegukan, ini tandanya ia sedang latihan bernafas.
Ia menghirup dan mengeluarkan air ketuban. Jika air ketuban yang tertelan
terlalu banyak, ia akan cegukan, bagian hidung bayi mulai berfungsi. Minggu
ke-26, aktifitas otaknya yang berkaitan dengan pendengarannya dan
pengelihatannya sudah berfungsi, bunda dapat memulai memperdengarkan lagu
yang ringan dan mencoba untuk memberi cahaya lebih disekitar perut, mungkin
bunda akan merasakan anggukan kepala si kecil. Minggu ke-27, paru-paru, hati
dan sistem kekebalan tubuh masih harus dimatangkan. Namun jika ia
dilahirkan, memiliki peluang 85% untuk bertahan. Minggu ke-28, kepalanya
sudah mengarah ke bawah (Nugroho, 2015).

Gambar 7. Bayi 28 minggu

8) Bulan ke-8
Panjang janin 42,5 cm. Berat rahim 1700 gram. Tinggi rahim dua pertiga di
atas pusat. Simpanan lemak berkembang di bawah kulit. Janin mulai
menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor. Kulit merah dan gerak aktif
(Rochmawati, 2015).
Pada minggu ke-29, kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon,
sensitifitas dari bayi semakin jelas, bayi sudah bisa mengidentifikasi perubahan
suara, cahaya, rasa dan bau. Selain itu otak bayi sudah bisa mengendalikan
nafas dan mengatur suhu badan dari bayi. Minggu ke-30, beratnya sekitar 1400
gram dan panjangnya 27 cm, cairan ketuban (amniotic fluid) di rahim bunda
semakin berkurang, bayi sudah mulai memproduksi air mata. Minggu ke-31,

19
aliran darah di plasenta memungkinkan bayi menghasilkan air seni, apabila
diperdengarkan musik, bayi akan bergerak. Minggu ke-32, panjang fetus 28 cm,
berat 1800 gram, bayi sudah mulai bisa bermimpi, pada usia kehamilan ini
biasanya kepala bayi sudah berada di bawah dan tidak berputar putar lagi
(Nugroho, 2015).

Gambar 8. Bayi 32 minggu

9) Bulan ke-9
Panjang janin 46 cm. Berat rahim 2500 gram. Tinggi rahim setinggi
prosessus xifodeus. Kulit penuh lemak, organ sudah sempurna (Rochmawati,
2015).
Pada minggu ke-33, bayi telah memiliki wajah, bayi sudah bisa mengambil
nafas dalam-dalam walaupun nafasnya masih di dalam air. Minggu ke-34, tubuh
bunda sedang mengirimkan antibodi melalui darah bunda ke dalam darah bayi
yang berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuhnya dan proses ini akan tetap
terus berlangsung bahkan lebih rinci pada saat bunda mulai menyusui, bayi
berada di pintu rahim. Minggu ke-35, pendengaran sempurna, lemak dari tubuh
bayi sudah mulai memadat pada bagian kaki dan tangannya, lapisan lemak ini
berfungsi untuk memberikan kehangatan pada tubuhnya. Minggu ke-36, kulit
bayi sudah semakin halus dan sudah menjadi kulit bayi (Nugroho, 2015).

20
Gambar 9. Bayi 36 minggu

10) Bulan ke-10


Panjang janin 50 cm. Berat rahim 3000 gram. Tinggi rahim dua jari bawah
prossesus xifodeus. Kepala janin masuk PAP (pintu atas panggul), kuku panjang,
testis telah turun. Kulit halus hampir tidak ada lanugo (Rochmawati, 2015).
Pada minggu ke-37, kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bentuk bayi semakin
membulat dan kulitnya menjadi merah jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat
dan bertambah 5cm. Kuku terbentuk dengan sempurna. Bayi sudah bisa melihat
adanya cahaya diluar rahim. Bayi pada saat ini sedang belajar untuk mengenal
aktifitas harian, selain itu bayi juga sedang belajar untuk melakukan pernafasan
walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam air. Minggu ke-38 hingga
minggu ke-40, proses pembentukan telah berakhir dan bayi siap dilahirkan
(Nugroho, 2015).

Gambar 10. Bayi 40 minggu

21
BAB III
PEMBAHASA
N

3.1 Contoh Kasus


Judul : Lahir Prematur dan Mungil, Tangan Bayi Ini Muat di Cincin Ayahnya
Sumber : Dian Maharani, 28 Agustus 2015, http://health.kompas.com/
KOMPAS.com – Mollie Perrin, bayi perempuan yang lahir prematur
berhasil melewati masa kritisnya. Perjuangan Mollie untuk bertahan hidup pun
diceritakan sang ibu Stephanie Perrin (34) dan ayahnya James Perrin (38) asal
Hull, East Yorkshire, Inggris.
Mollie lahir pada usia kehamilan baru 27 minggu. Pertumbuhannya dalam
rahim terhenti karena gangguan plasenta yang disebut intrauterine growth
restriction (IUGR). Gangguan plasenta membuat Mollie tak bisa mendapat asupan
makanan dengan benar ketika berada dalam rahim ibunya.
Ukuran tubuh Mollie pun tak berkembang. Bayi mungil itu kemudian
langsung dilarikan ke perawatan intensif neonatal setelah dilahirkan.
Mollie lahir prematur dengan berat badan tak lebih dari 1 kilogram. Bahkan,
lengan bayi itu bisa masuk ke dalam lingkar cincin kawin ayahnya. Ukuran tangan
Mollie tak jauh berbeda dengan jari ayahnya. Sang ayah menunjukkan foto tangan
Mollie itu saat menggendongnya di usia 25 hari.
Saat itu, dokter memperkirakan Mollie tak akan bertahan hidup lebih dari
usia 3 minggu setelah kelahiran. Namun, Mollie menantang perkiraan dokter
tersebut. Saat usia 3 minggu, Mollie dipeluk oleh orangtuanya untuk pertama
kalinya. Bayi mungil itu ternyata terus berkembang.
Hingga akhirnya, pada usia 17 minggu Mollie sudah boleh dibawa pulang
oleh orangtuanya dari rumah sakit. Membawa Mollie pulang merupakan momen
yang paling dinanti keluarga ini.
“Saya tidak percaya, akhirnya datang hari bagi kita untuk membawa Mollie
pulang, "kata Perrin.

22
Keluarga Perrin mengaku sangat lega dan takjub bisa membawa Mollie
pulang dan menjadi anggota keluarga baru dalam kehidupan mereka. Saat dokter
mengatakan hidup Mollie tak akan lama, keluarga Perrin hanya bisa berharap
melihat Mollie lebih dari waktu 3 minggu.
“Ini menunjukkan bahwa untuk mengatasi semua rintangan, suatu mukjizat
bisa terjadi, "kata Perrin.

3.2 Analisa Kasus


3.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir Prematur
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum dimulainya
minggu ke-37 kehamilan. Normalnya, kehamilan biasanya berlangsung sekitar 40
minggu. Kelahiran prematur membuat bayi memiliki sedikit waktu untuk
berkembang di dalam rahim (Mayo Clinic, 2014).
Pada kasus diatas, dijelaskan bahwa pertumbuhannya dalam rahim terhenti
karena gangguan plasenta yang disebut intrauterine growth restriction (IUGR).
Gangguan plasenta membuat Mollie tak bisa mendapat asupan makanan dengan
benar ketika berada dalam rahim ibunya. Janin yang mengalami pertumbuhan
yang terhambat (IUGR) adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai
berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu
keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang
mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya.
Kelainan pada plasenta belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun
faktor yang mempengaruhi kelainan plasenta seperti Plasenta Insufisiensi yaitu
kelainan ini timbul apabila fungsi transport nutrisi dari sang ibu kepada janinnya
tidak berjalan dengan baik atau terganggu. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh
ibu hami yang merokok, penderita diabetes kronis atau ibu hamil dengan kelainan
ginjal. Akibat dari kelainan ini adalah ukuran janin lebih kecil dari normal karena
terganggunya asupan makan tersebut.
Akibat kelainan plasenta, Mollie pun lahir dengan prematur. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi bayi lahir prematur, seperti kasus tersebut yaitu
kurangnya asupan nutrisi bayi. Asupan makanan memberikan pengaruh penting

23
terhadap perkembangan janin selama di dalam kandungan. Kekurangan asupan
nutrisi pada ibu hamil bisa menyebabkan cacat pada bayi sehingga hal tersebut
memicu kelahiran secara prematur.
Faktor yang mempengaruhi bayi lahir prematur yaitu faktor ibu, faktor janin,
dan faktor lain seperti ekonomi dan pelayanan kesehatan yang tersedia. Namun,
faktor terbesar yang mempengaruhi adalah faktor ibu.
a. Ibu Tidak Sehat
Kondisi kesehatan ibu yang kurang baik sangat mempengaruhi kondisi janin.
Misalnya, anemia, ibu kekurangan asupan nutrisi, ibu mengalami preeklamsi yaitu
hipertensi pada kehamilan, dan eklamsi atau kehamilan disertai kejang dan
hipertensi berat. Ibu hamil yang menderita penyakit diabetes juga berpotensi
melahirkan bayi prematur. Tak hanya itu, adanya masalah kesehatan pada alat
reproduksi juga berisiko melahirkan bayi prematur. Infeksi-infeksi yang sering
mengakibatkan bayi lahir prematur misalnya saja infeksi TORCH dan vagina.
Bakteri yang menyebabkan infeksi vagina umumnya mampu naik ke atas yang
bisa membuat ketuban mudah pecah sehingga terjadi kelahiran prematur yang
tidak bisa diduga sama sekali. Untuk mencegah hal ini, ibu harus rajin
memeriksakan kondisi kehamilan (Maharani, 2014).
b. Gaya Hidup
Kelahiran bayi prematur juga bisa disebabkan oleh gaya hidup si ibu yang
tidak sehat seperti merokok, minum-minuman keras, kurang mengonsumsi
makanan bernutrisi dan konsumsi obat terlarang. Ibu yang tidak merokok juga
sebaiknya menghindar jadi perokok pasif atau menghisap asap rokok dari
perokok. Sebab, zat nikotin pada rokok bisa mengurangi oksigen yang diterima
bayi dan membuat pertumbuhan terhambat (Maharani, 2014).
c. Riwayat Kehamilan
Ibu hamil yang pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya, atau pernah
mengalami keguguran dan aborsi berpotensi lebih tinggi untuk kembali
melahirkan bayi prematur di kehamilan selanjutnya (Maharani, 2014).
d. Kondisi Janin
Faktor lain yaitu karena kondisi janin. Diantaranya, pertumbuhan janin
terhambat (tidak normal), infeksi dalam kandungan, dan simpul tali pusat yang

24
bisa menghambat pertumbuhan bayi. Janin pun harus diberi gizi yang cukup agar
tak lahir prematur. Dalam hal ini, para ibu harus rajin kontrol ke dokter
kandungan (Maharani, 2014).
e. Kondisi Psikologi dan Usia Ibu
Jika sering merasa cemas, stres, hingga depresi, calon ibu juga berisiko
melahirkan bayi prematur. Kehamilan di usia yang terlalu muda juga tidak
dianjurkan, karena dapat menyebabkan bayi lahir premature (Maharani, 2014).
f. Postur Tubuh
(Uterine Abormalities) Rahim yang bentuknya tidak normal, memiliki bentuk
rahim yang tidak normal juga bisa memicu kelahiran secara prematur. Terdapat
beberapa perempuan yang mempunyai kelainan dalam bentuk rahimnya, tapi
memberikan hasil yang sama, yaitu bayi memiliki ruang yang lebih sempit untuk
tumbuh dibandingkan dengan bentuk rahim yang normal. Selain itu,
Antroprometis yaitu kondisi dimana si ibu memiliki postur tubuh yang mungil
sehingga tidak bisa memberikan ruang untuk janin dapat berkembang (Arta,
2010).
g. Faktor Lain
Faktor lain yaitu mengandung lebih dari satu bayi, hamil dengan jarak kurang
dari enam bulan dari kehamilan sebelumnya, kehamilan melalui bayi tabung, berat
tubuh kurang atau lebih dari normal sebelum hamil, mengonsumsi obat
diethylstilboestrol (DES) saat hamil, menggunakan kontrasepsi IUD saat
mengalami pembuahan dan IUD tersebut masih ada di posisinya saat hamil, jenis
pekerjaan Anda melibatkan aktivitas fisik yang berat, beberapa kali mengalami
pendarahan saat hamil, terutama di trimester terakhir, ekonomi, dukungan
psikologis dan ketersediaan pelayanan kesehatan (Rini Hastuti, 2014).

3.2.2 Akibat Bayi Lahir Prematur


Bayi yang lahir secara prematur akan meningkatkan resiko kesehatan jangka
pendek atau jangka panjang. Salah satunya adalah berhubungan dengan
meningkatnya resiko penyakit jantung pada saat bayi tumbuh dewasa. Menurut
para peneliti dari University of Rhode Island, bayi prematur seringkali tumbuh
menjadi anak yang kurang sehat dan menghadapi risiko masalah jantung yang

25
lebih besar daripada anak-anak lain. Mereka juga cenderung akan mengalami
masalah secara sosial (Dini, 2011).
Sebuah penelitian yang diterbitkan tahun 2011 menganalisis efek jangka
panjang dari kelahiran prematur pada kemampuan kognitif seperti memori dan
rentang perhatian pada awal masa dewasa. Hasilnya menunjukkan bahwa orang
yang lahir prematur buruk pada tes fungsi eksekutif dan membutuhkan waktu
lebih lama untuk menyelesaikan tugas intelektual tingkat tinggi. Saat dewasa,
orang-orang ini juga mencetak poin rata-rata 8,4 lebih rendah pada penilaian IQ
dibandingkan dengan orang yang lahir normal (Virgianti, 2013).
Bayi lahir prematur yang tak punya masalah medis -khususnya bayi laki-
laki- masih akan bergulat secara akademis. Mereka cenderung mengalami
masalah ketidakmampuan belajar, mengalami kesulitan dengan matematika, dan
membutuhkan lebih banyak layanan di sekolah ketimbang anak-anak yang
dulunya lahir dengan normal (Rini Hastuti, 2014).
Bayi dengan lahir prematur, mempunyai kecenderungan untuk mengalami
kedisabilitasan. Beberapa jenis kedisabilitasan yang memungkinkan terjadi pada
bayi lahir prematur diantaranya adalah Retinopaty of prematurity (ROP),
gangguan metabolisme, gangguan belajar, gangguan mental kejiwaan, gangguan
bipolar, resiko epilepsi, dan lebih beresiko dengan autis (Rini Hastuti, 2014).

3.2.3 Pencegahan Bayi Lahir Prematur


Melihat fenomena tersebut, pemerintah perlu lebih bekerja keras lagi untuk
menanggulangi persoalan kemiskinan yang berimbas pada persoalan daya beli
keluarga. Perlu sinergitas dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat sampai
daerah, dengan segenap lapisan masyarakat. Program-program penanggulangan
kemiskinan dan kelaparan, jangan sampai salah sasaran atau bahkan menimbulkan
ruang-ruang untuk dikorupsi.
Tidak kalah pentingnya adalah membuka akses informasi untuk para
perempuan hamil akan ketercukupan gizi. Kader-kader PKK ataupun posyandu,
bisa dimanfaatkan oleh semua stakeholder terkait untuk sosialisasi tentang gizi,
kehamilan, kelahiran prematur terhadap peluang terjadinya disabilitas pada anak
yang akan lahir. Pembuatan buku saku, leaflet, brosur yang mudah dicerna oleh

26
perempuan kebanyakan, akan sangat bermanfaat untuk memperkecil prevalensi
gizi buruk pada kehamilan. Sehingga akan mengurangi prevalensi bayi lahir
prematur dan kemungkinan disabilitas. Bagaimanapun, keterlibatan semua pihak
memang sangat dibutuhkan, untuk menghindari adanya lost generation akibat dari
kemiskinan dan gizi buruk.
Tidak semua kelahiran prematur dapat dicegah, namun dapat dihindari
dengan cara merawat kehamilan dengan baik. Untuk menghindari kelahiran
prematur, ibu hamil sangat dianjurkan untuk menghindari asap rokok, polusi
udara, serta meningkatkan asupan vitamin dan gizi (Arta, 2010).
1. Menjaga Berat Badan Ideal
Ibu hamil disarankan untuk menjaga berat badan ideal selama hamil dengan
cara mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan berolahraga.
2. Menjaga Kesehatan Mulut
Kesehatan mulut sangat berpengaruh terhadap kesehatan organ tubuh yang
lainnya.
3. Mencukupi Kebutuhan Nutrisi
Kekurangan nutrisi waktu hamil akan memicu kelahiran secara prematur dan
berat badan yang terlalu rendah pada bayi.
4. Rutin Mengkonsumsi Air Putih
Kekurangan cairan pada waktu hamil sangat beresiko dehidrasi sehingga
memicu kontraksi dan kelahiran bayi sebelum waktunya. Air putih sangat
disarankan dikonsumsi oleh ibu hamil untuk melancarkan peredaran darah
yang membawa nutrisi dan oksigen bagi janin.
5. Menghindari Rokok dan Alkohol
Ibu hamil tidak disarankan untuk merokok dan mengkonsumsi minuman
dengan kandungan alkohol. Ibu hamil juga disarankan untuk menjauhi
lingkungan perokok karena paparan asap rokok juga berbahaya bagi
kehamilan.
6. Rutin Melakukan Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan secara rutin akan meminimalisir berbagai resiko yang terjadi
pada kehamilan.

27
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1) Nutrisi ibu hamil adalah kebutuhan zat gizi yang diperlukan seorang ibu disaat
hamil. Nutrisi ibu disaat hamil dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil yang
berdampak pada pertumbuhan janin yang dikandungnya.
2) Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zat makanan yang
adekuat seperti karbohidrat, protein, lemak, zat besi, kalsium, asam folat,
kolin, vitamin E, vitamin A, vitamin B1, iodine, dan zinc (seng).
3) Faktor yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil terbagi menjadi dua yaitu faktor
langsung seperti keterbatasan ekonomi, produk pangan, sanitasi makanan,
pembagian makanan dan pangan masyarakat, pengetahuan gizi yang kurang,
pemenuhan makanan berdasarkan pada makanan kesukaan saja, pantangan
pada makanan tertentu, selera makan, dan suplemen makanan. Faktor tidak
langsung seperti pendidikan keluarga, faktor budaya dan faktor fasilitas
kesehatan.
4) Kecukupan gizi pada ibu disaat hamil sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janinnya. Beberapa contoh akibat defisiensi
gizi pada janin diantaranya Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), kematian janin
di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, janin diresorpsi, lahir mati, bayi
lahir lemah, hambatan pada pertumbuhan janin, kehamilan serotinus, partus
lama, prematuritas dan reterdasi janin, beri-beri congenital, serta kelainan
struktur tulang secara menyeluruh pada bayi.
5) Perkembangan janin umumnya berlangsung selama 10 bulan. Semuanya
bertahap mulai dari pembentukan otak, tulang belakang, jantung dan aorta
kemudian alat gerak dan indera, sampai timbulnya gerakan dan berfungsinya
organ-organ yang telah terbentuk. Janin terus tumbuh dan berkembang hingga
pada usia 10 bulan normalnya bayi akan memposisikan dan siap untuk
dilahirkan

28
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama

Arta, Dewi. 2010. Kenali 7 Penyebab Bayi Lahir Prematur. (Online),


(http://lifestyle.okezone.com/read/2010/06/24/27/346282/kenali-7-
penyebab-bayi-lahir-prematur) diakses 30 Agustus 2015

Direktorat Bina Gizi. 2011. Makanan Sehat Ibu Hamil. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI

Lestari, Rina. 2013. Pemenuhan Gizi Ibu Hamil. (Online).


http://rinayarina.pun.bz/files/pemenuhan-gizi-ibu-hamil.pdf, diakses 29
Agustus 2015

Maharani, Dian. 2014. Apa Saja Penyebab Bayi Lahir Prematur? (Online),
(http://health.kompas.com/read/2014/09/14/150242523/Apa.Saja.Penyebab.
Bayi.Lahir.Prematur) diakses 30 Agustus 2015

Maharani, Dian. 2015. Lahir Prematur dan Mungil, Tangan Bayi Ini Muat di
Cincin Ayahnya . (Online),
(http://health.kompas.com/read/2015/08/28/120000523/Lahir.Prematur.dan.
Mungil.Tangan.Bayi.ini.Muat.di.Cincin.Ayahnya) diakses 30 Agustus 2015

Mayo Clinic Staff. 2014. Diseases and Conditions Premature Birth (Definition).
(Online), (http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/premature-
birth/basics/definition/con-20020050) diakses 30 Agustus 2015

Mulyani, Sri., Haryanto, Adi. & S, Mamat. 2013. Hubungan Antara Status Gizi
dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester II di Puskesmas
Bandarharjo Semarang Utara: Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan,
(Online), 1(3), (http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e-
journal/index.php/ilmukeperawatan/article/), diakses 30 Agustus 2015.
Nugroho Sp.OG, dr. 2015. Perkembangan Janin Bayi dalam Kandungan Usia
1- 40 Minggu. (Online), (http://dr-kandungan.com/gambar-proses-bayi-
janin- di-dalam-kandungan-perkembangan-pertumbuhan/) diakses 30
Agustus 2015

Rini Hastuti, Saktya. 2014. Bayi Lahir Prematur dan Dampaknya terhadap
Kedisabilitasan. (Online), (http://solider.or.id/2014/10/24/bayi-lahir-
prematur-dan-dampaknya-terhadap-kedisabilitasan) diakses 30 Agustus
2015

Rochmawati, Lusa. 2015. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin dalam


Kandungan. (Online), (http://www.kebidanan.org/pertumbuhan-dan-
perkembangan-janin-dalam-kandungan) diakses 30 Agustus 2015

Rusilanti, 2006. Menu Bergizi Untuk Ibu Hamil. Jakarta: Kawan Pustaka

Sitanggang, Berliana dan Siti Saidah Nasution. 2013. Faktor-faktor Status


Kesehatan pada Ibu Hamil. (Online).
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=58694&val=4130,
diakses 29 Agustus 2015

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: ECG

Virgianti, Kartika. 2013. Dampak Jangka Panjang Bayu Lahir Prematur.


(Online), (http://www.satuharapan.com/read-detail/read/dampak-jangka-
panjang-bayi-lahir-prematur) diakses 30 Agustus 2015

Yulaikhah, Lily. 2006. Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: ECG

Anda mungkin juga menyukai