Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

GIZI PADA BALITA

Disusun oleh:
Pilda ayu astri(PO71250220045)
Chichi yolanda(PO71250220048)
Alfiani Azzahra(PO71250220050)
Sonia Anggraini(PO71350220043)
Reza Rahmawati (PO71250220046)
Dinda aprilia putri(PO71250220051)
Asma Kurnia Azizah(PO71250220047)
Zahra Rafika Soleha (PO71250220044)

Dosen Pengampu :
Yessi Nurmawi,SKM,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


KESEHATAN GIGI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah “ Gizi pada Balita ”. Makalah ini diharapkan mampu membantu kita dalam
memperdalam ilmu keperawatan dalam kegiatan belajar. Selain itu makalah ini diharapkan
agar dapat menjadi bacaan para pembaca agar menambah wawasan yang luas dan
bertanggung jawab karena materi disajikan mengarah pada topik permasalahan yang
berkaitan dengan keperawatan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan
makalah seperti ini kita dapat mempelajari kembali pada kesempatan yang lain untuk
kepentingan proses belajar kita terutama dalam ilmu keperawatan.

Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya tugas ini, terutama kepada Ibu Anisa Andiyani sebagai
Dosen pengampu yang telah memberikan banyak saran, petunjuk dan dorongan dalam
melaksanakan tugas ini, juga rekan-rekan mahasiswa semua. Semoga segala yang telah kita
kerjakan merupakan bimbingan yang lurus dari Yang Maha Kuasa.

Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik
dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk
pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang.
Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan
kemajuan ilmu keperawatan.
Jambi, Novembeer 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB 1 PENDAHUUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

1. Pengertian Gizi Pada Balita ............................................................................... 3

2. Kebutuhan gizi pada balita ................................................................................. 6

3. Makanan yang boleh dan tidak boleh untuk balita............................................. 9

4. Maslaah gizi pada balita ..................................................................................... 9

5. Klasifikasi status gizi ....................................................................................... 11

6. Gizi seimbang pada balita ................................................................................ 13

7. Faktor-Faktor yang mempengaruhi status gizi................................................. 14

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh makan ....................................... 15

9. Dasar ayat tentang gizi pada balita................................................................... 20

BAB 3 PENUTUP ...................................................................................................... 21

1. Kesimpulan ...................................................................................................... 21

2. Saran ................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 22

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Jika kita berbicara tetntang gizi maka kita akan memikirkan nutrisi, asupan
makanan yang kita makan sehari- hari, makanan sehat ataukah makanan yang tidak
sehat. Makanan yang bergizi tentulah sangat penting menunjang kesehatan,
makanan yang mahal belum tentu menyehatkan, tetapi makanan yang yang sehat
tentulah yang mengandung gizi. Kebutuhan kandungan gizi yang diperlukan oleh
setiap individu pastinya akan berbeda- beda, tergantung pada usia, jenis kelamin
maupun tempat tinggal.
Orang yang berada di udara dingin memrlukan lebih banyak nutrisi dari
makanan yang bergizi. Kebutuhan gizi yang berasal dari makanan sehari- hari
seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, air dan susu sangat penting dalam
kehidupan guna menunjang kesehatan. Adanya kekurangan asupan nutrisi dalam
kehidupan sehari- hari akan menentukan keadaan status gizi seseorang yang
berkaitan dengan kesehatan orang tersebut.
Seperti kebutuhan gizi pada tingkatan usia juga berpengaruh, misalnya pada
bayi, balita dan anak usia sekolah tentu memerlukan gizi yang berbeda- beda. Pada
bayi memerlukan ASI sebagai asupan gizi karena ASI merupakan gizi yang sesuai
untuk bayi, mengandung nutrisi, zat protektif dan manfaat lainnya. Sedangkan
pada balita juga memerlukan asupan nutrisi yang berbeda seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral.
Gizi menjadi sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan. Gizi
didalamnya memiliki keterkaitan yang erat dengan kesehatan dan kecerdasan. Oleh
sebab itu, gizi menjadi salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Status
gizi yang baik pada balita perlu mendapatkan perhatian lebih karena ketika status
gizi balita buruk dapat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun
kemampuan berfikir dan tentu saja akan menurunkan produktivitas kerja.

1
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, munculah berbagai permasalahan
diantaranya :
1. Apakah yang dimaksud gizi pada balita ?
2. Apakah kebutuhan zat gizi pada balita ?
3. Apa saja makanan yang boleh dan tidak boleh untuk balita ?
4. Apa saja masalah gizi pada balita ?
5. Bagaimana dasar ayat tentang gizi pada balita ?

3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian gizi pada balita.
2. Untuk mengetahui kebutuhanzat gizi pada balita.
3. Untuk mengetahui makanan apa yang boleh dan tidak bolehuntuk balita.
4. Untuk mengetahui masalah gizi pada balita.
5. Untuk mengetahui dasar ayat tentang gizipada balita.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian Gizi pada Balita


Gizi adalah zat- zat makanan yang terkandung dalam suatu bahan pangan yang
diolah atau tidak diolah sehingga dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Zat gizi adalah zat
atau unsur kimia yang terkandung dalam makanan yang diperlukan untuk metabolisme
dalam tubuh secara normal. Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses
bahan makanan yang diolah atau tidak diolah mengandung zat gizi yang diproses
dalam tubuh sehingga menjadi energi dan menimbulkan status gizi yang baik.
Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik
pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0- 1 tahun dimana umur 5 bulan BB
naik 2 kali BB lahir dan 3 kali BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4 kali pada
umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB kurang
lebih 2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir. (Soetjiningsih,
2001).
Anak usia 1- 3 tahun akan mengalami pertambahan BB sebanyak 2- 2,5 kg, dan
tinggi sebesar rata- rata 12 cm setahun (tahun ke-2 12 cm, ketiga 8- 9 cm ). Berat
badan baku dapat pula mengacu pada WHO/ NCHS, atau rumus perkiraan BB anak.
BB anak usia 1- 6 tahun = [usia x 2 + 8]. Dengan demikian BB anak usia 1- 3 tahun
masing- masing 10, 12 dan 14 kg. Sedangkan untuk rumus perkiraan tinggi badan anak
yaitu = [usia (th) x 6 +77] . Pada usia ini kebanyakan anak hanya mau makan satu
jenis makanan selama berminggu- minggu (food jag). Orangtua tidak perlu khawatir
asalkan makanan tersebut memnuhi kebutuhan gizi anak.
Jenis makanan dan cara pemberiannya pun perlu sesuai dengan keadaan
pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya. Sehingga akan diperoleh gizi
yang seimbang untuk balita. Pada dasarnya kebutuhan kalori manusia bervariasi sesuai
usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, tinggi badan dll. Balita usia 1 – 5 tahun
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia >1- 3 tahun yang dikenal dengan “batita”
dan anak usia >3- 5 tahun yang dikenal dengan usia “pra- sekolah”. Anak dibawah
lima tahun merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat
namun kelompok ini merupakan kelompok tersering yang menderita kekurangan gizi.

3
Tujuan pemberian asupan gizi kepada balita bertujuan untuk :
 Memberikan nutrisi yang cukup untuk kebutuhan;
 Memelihara kesehatan dan memulihkannya jika sakit
 Melaksanakan berbagai jenis aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan
fisik serta mental
 Mendidik kebiasaan yang baik tentang memakan, menyukaidan
menentukan makanan yang diperlukan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi balita :

 Faktor secara langsung


Gangguan gizi secara langsung yakni tidak sesuai jumlah gizi yang mereka
peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
 Faktor secara tidak langsung yang menyebabkan gangguan gizi terutama
pada anak balita :
- Pengetahuan, dalam kehidupan sehari- hari keluarga yang
berpenghasilan cukup akan tetapi menghidangkan makanan yang
seadanya, sehingga gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga
yang berpenghasilan kurang tetapi juga pada keluarga yang
berpenghasilan cukup. Ketidaktahuan akan faedah makanan bagi
kesehatan tubuh menjadi penyebab buruknya mutu gizi makanan
keluarga, khusunya balita.
- Persepsi, banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi
tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secaraterbatas akibat
adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Di
beberapa daerah suatu makanantertentu dianggap sebagai makanan yang
dapat menurunkan harkat keluarga, seperti genjer, daun turi, bahkan
daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein.
- Kebiasaan atau pantangan, larangan terhadap anak untuk makan telur,
ikan atau daging hanya berdasarkan kebiasaan yang hanya diwariskan
secara turun menurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan
bahan makanan yang dilarang.
- Kesukaan jenis makanan tertentu, kesukaan yang berlebihan terhadap
suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan

4
yang akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.
- Jarak kelahiran yang terlalu rapat, banyak hasil penelitian yang
membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi karena
ibunya sedang hamil lagi atau adik yang baru telah lahir, sehingga
ibunya tidak bisa merawat anaknya dengan baik.
- Sosial ekonomi, Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan
mutu makanan yang disajikan. Penghasilan keluarga turut menentukan
hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari- hari, baik kualitas
maupun jumlah makanan.
- Penyakit infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak
au makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori
yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.

5
2. Kebutuhan Gizi pada Balita
Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita diantaranya energi dan
protein. Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama ±100- 120 Kkal/kg BB.
Untuk tiap 3 bulan pertambahan umur, kebutuhan energi turun ±10 Kkal/kg BB.
Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi karbohidrat, lemak, dan juga
protein. Kebutuhan gizi pada masa balita membutuhkan lebih banyak nutrisi karena
masa balita (usia 1- 5 tahun) adalah periode keemasan. Periode ini sangat penting bagi
perkembangan fisik dan mental, pada masa ini pula balita mulai banyak melakukan
dan menemukan hal- hal baru. Jika seseorang balita diberi asupan makanan yang
mengandung zat- zat yang tidak baik, seperti jenis makanan yang mengandung bahan
pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan, pelezat makanan dan yang sejenisnya,
maka akan menimbulkan efek buruk bagi kesehatan tubuh.

Kecukupan gizi pada balita usia 1- 5 tahun yaitu :


- BB : 11,5 – 16, 5 kg
- Energi : 1210 – 1600 Kal
- Protein : 23- 29 gram
- Ca : 500 mg
- P : 250 – 350 mg
- Fe : 10 mg
- Zn : 10 mg
- I : 70 – 100 mg
- Vitamin A : 1500 – 1800 mg
- Thiamin : 0,5 – 0,6 mg
- Riboflamin : 0,6 – 0,8 mg
- Niasin : 0,8 – 10 mg
- Vit. C : 20 mg

6
Tabel Kecukupan Gizi Rata- Rata pada Balita

Golongan Berat Tinggi Energi Protein


Umur

1-3 tahun 12 kg 89 cm 1220 Kkal 23 gr

4-6 tahun 18 kg 108 cm 1720 Kkal 32 gr

Anjuran makanan sehari untuk balita :

Golongan Nasi Lauk Pauk Sayur Buah Susu

1-3 tahun 3xp 2xD 3xT 1xS 1xB ½ x Gl

4-6 tahun 6xp 2xD 2xT 11 / 2 x S 2xB ½ X Gl

Keterangan :

P = Piring (sepiring nasi = 60 gr beras)

D = Daging (sepotong daging = 25 gr daging)

T = Tempe (sepotong tempe = 25 gr tempe)

S = Sayur (semangkuk sayur = 100 gr sayuran hijau)

B = Buah (sepotong buah pepaya = 100 gr pepaya)

Gl = Gelas (segelas susu = 200 gr susu segar)

7
Nutrisi- nutrisi penting bagi asupan makanan pada balita :
a. Karbohidrat, merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap
makanan dan harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Kekurangan
karbohidrat menykebabkan kelaparan dan BB menurun, kelebihan karbohidrat
menyebabkan peningkatan BB atau obesitas. Karbohidrat cukup bisa
diperoleh melalui susu, padi- padian, buah- buahan, tepung, umbi, gandum
dan lain- lain.
b. Protein, dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Protein digunakan apabila lemak dan karbohidrat tidak mencukupi untuk
pemasokan dalam tubuh. Sumber protein yakni ayam, kacang- kacangan,
susu, yoghurt, roti dan lain- lain.
c. Lemak, merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan aktivitas
fisik bagi balita. Lemak memberi cita rasa gurih, kenyang dan kelezatan
makanan. Sumber lemak seperti daging, mentega, mayones, keju dan susu.
d. Vitamin dan mineral, komponen ini disarankan untuk selalu dihidangkan
dalam menu makanan sehari- hari, karena vitamin tidak dihasilkan oleh tubuh
dalam jumlah yang banyak. Vitamin berfungsi untuk membantu dan melawan
radikal bebas. Sumber vitamin dapat dijumpai dalam roti, buah- buahan,
sayuran, susu, dan daging.

Balita yang tercukupi asupan gizi dengan baik akan meningkatkan kesehatan
tubuhnya. Biasanya terlihat dengan balita lebih aktif, cerdas dan ceria. Ia terlihat
begitu perian dan pandai bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Ini dikarenakan
gizi merupakan faktor yang cukup penting bagi proses kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan balita.

8
3. Makanan yang Boleh dan Tidak Boleh Dimakan oleh Balita
Asupan gizi yang seimbang bagi balita itu sangat perlu, tidak baik jiak asupan
gizinya kurang ataupun lebih, maka perlu untuk menyeimbangkannya sesuai
kebutuhan.
Menu seimbang untuk balita, yaitu :
1. Gula dan Garam. Konsumsi garam untuk balita tidak lebih 1/6 jumlah
maksimum orang dewasa 1 hari atau <1 gram. Cermati makanan balita,
karena makanan dewasa belum tentu cocok bagi balita. Kadang makanan
dewasa terlalu banyak mengandung garam atau gula, bahkan mengandung
bahan pengawet dan pewarna buatan.
2. Porsi makan. Porsi makan balita juga berbeda dengan orang dewasa. Mereka
membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah lebih
kecil namun sering.
3. Kebutuhan energi dan nutrisi. Bahan makanan sumber energi seperti
karbohidrat, protein, lemak serta vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi
oleh balita setiap hari.
4. Susu pertumbuhan. Susu ini sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting
dikonsumsi oleh balita. Sedikitnya balita butuh 350 ml/ 12 ons per hari. Susu
pertumbuhan merupakan susu lengkap gizi yang mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi.
4. Masalah Gizi pada Balita
Kekurangan asupan gizi pada balita menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya daripada anak- anak yang mendapat asupan gizi cukup. Misalnya
tinggi badan dan berat badan balita rendah, perkembangan otak menurun, tingkat
kecerdasan dan psikisnya rendah serta rentan terhadap infeksi. Selain itu kekurangan
asupan gizi balita juga disebabkan karena balita kesulitan untuk makan, bisa karena
nafsu makan kurang, sukar makan, nafsu makan berubah- ubah, cepat bosan dengan
menu makanan, dll.
Masalah gizi anak, antar lain :
a. Anemia defisiensi besi (fe), terjadi akibat sedikitnya kandungan zat besi
dalam makanan, terutama pada balita yang lebih banyak mengonsumsi susu
sehingga mengendurkan keinginan untuk menyantap makanan lain. Untuk itu
perlu dibiasakan untuk memakan makanan yang mengandung banyak zat besi.

9
Sebagian susu diganti dengan air atau air jeruk nipis yang kaya akan vitamin
C guna membantu penyerapan zat besi.
b. Karies gigi, lubang gigi terjadi pada balita karena balita sering memakan
cemilan yang lengket dan mengandung gula. Contoh makanannya yakni,
keripik kentang, permen (terutama permene karet), kue berisi krim, coklat,
kue kering, dan minuman manis. Upaya untuk mencegah karies gigi yakni ,
menggosok gigi dengan pasta gigi berflourida sesudah makan, dan kurangi
makanan yang manis dan lengket.
c. Penyakit Kronis, adalah penyakit yang menguras cadangan energi dan zat gizi
seperti menghabiskan cadangan vitamin A.
d. Berat Badan Berlebih, berat badan berlebih atau obesitas balita terjadi karena
ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar, terlalu banyak
makan, terlalu sedikit olahraga.
e. Berat Badan Berkurang.
f. Alergi, alergi makanan diartikan sebagai respon tidak normal terhadap suatu
makanan tertentu. Alaergi makanan pada balita terjadi kira- kira 5-8 %

Hal- Hal yang menyebabkan kurangnya asupan gizi pada balita :


a. Faktor ekonomi
b. Faktor pendidikan
c. Faktor lingkungan

Selain itu gizi kurang juga dapat disebabkan oleh faktor berikut :

a. Ketidakmampuan untuk metabolisasi nutrien


b. Ketidakmampuan untuk mendapat zat gizi yang sesuai makanan
c. Percepatan ekskresi zat- zat gizi dari tubuh
d. Sakit atau penyakit yang meningkatkan kebutuhan tubuh akan nutrien.

10
5. Klasifikasi Status Gizi Balita

Dalam menentukan status gizi balita harus ada ukuran baku yang sering
disebut reference. Pengukuran baku antropomentri yang sekarang digunakan di
Indonesia adalah WHO-NCHS. Menurut Harvard dalam Supariasa 2002,
klasifikasi status gizi dapat dibedakan menjadi empat yaitu:
a. Gizi lebih (Over weight)

Gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah
berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan
(Almatsier, 2005). Kelebihan berat badan pada balita terjadi karena
ketidakmampuan antara energi yang masuk dengan keluar, terlalu banyak
makan, terlalu sedikit olahraga atau keduanya. Kelebihan berat badan
anak tidak boleh diturunkan, karena penyusutan berat akan sekaligus
menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan (Arisman,
2007).
b. Gizi baik (well nourished)

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin
(Almatsier, 2005).

11
c. Gizi kurang (under weight)

Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau
lebih zat-zat esensial (Almatsier, 2005).
d. Gizi buruk (severe Protein Calorie Malnutrition)

Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan


kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di
bawah standar rata- rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein)
adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita
(Lusa, 2009).
Menurut Kemenkes RI, 2018, paremeter TB/U atau Tinggi Badan
menurut Umur berdasarkan ambang batas Z-Score diklasifikasikan
menjadi :
a. Sangat pendek : <-3 SD

Status gizi sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
Panjang badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U) yaitu <-3 SD yang dikenal dengan padanan istilah severely stunted
b. Pendek : -3SD sampai dengan <-2SD

Status gizi pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang
badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
yaitu - 3SD sampai dengan <-2SD
c. Normal : ≥-2 SD

Status gizi pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang
badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
yaitu lebih dari dan / atau sama dengan -2 SD( ≥-2SD)

12
6. Gizi seimbang pada balita
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung
zat- zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas
fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal (Koalisi Fortifikasi Indonesia,
2011).
Bahan makanan yang dikonsumsi anak sejak usia dini merupakan fondasi
penting bagi kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan. Dengan kata
lain,kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) hanya akan optimal, jika gizi dan
kesehatan pada beberapa tahun kehidupannya di masa balita baik dan seimbang.
Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas inilah yang akan mendukung
keberhasilan pembangunan nasional disuatu negeri. Secara global, tercapainya
keadaan gizi dan kesehatan yang baik serta seimbang ini merupakan salah satu
tujuan utama Millennium Develpoment Goals (MDGs) 2015 yang dicanangkan
oleh UNICEF (Soekirman, 2006 dalam Jafar, 2010). Menurut Koalisi Fortifikasi
Indonesia dalam Wahyuningsih 2011, PGS memperhatikan 4 prinsip, yaitu :
a. Variasi makanan

b. Pedoman pola hidup sehat

c. Pentingnya pola hidup aktif dan olahraga

d. Memantau berat badan ideal.

13
Prinsip Gizi Seimbang adalah kebutuhan jumlah gizi disesuaikan dengan
golongan usia, jenis kelamin, kesehatan, serta aktivitas fisik. Tak hanya itu, perlu
diperhatikan variasi jenis makanan. Bahan makanan dalam konsep gizi seimbang
terbagi atas tiga kelompok, yaitu :

a. Sumber energi/tenaga : Padi-padian, umbi-umbian, tepung-tepungan, sagu,


jagung, dan lain-lain
b. Sumber zat Pengatur : Sayur dan buah-buahan

c. Sumber zat pembangun: Ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan
hasil olahannya seperti tempe, tahu, oncom,susu kedelai (Candra, 2013).

14
7. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
Ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan
kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa terjadi interaksi yang sinergis antara malnutrisi
dengan penyakit infeksi (Supariasa, 2002). Penyakit infeksi akan menyebabkan
gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu menghilangkan bahan makanan melalui
muntah-muntah dan diare. Selain itu penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan
dapat juga menurunkan nafsu makan (Arisman, 2004). Mekanisme patologisnya dapat
bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu pen urunan
asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan
mengurangi makan pada saat sakit, peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat
penyakit diare, mual/muntah dan perdarahan terus menerus serta meningkatnya
kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat
dalam tubuh (Supariasa, 2002).

8. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Makan


a. Pendidikan

Faktor pendidikan orangtua merupakan faktor resiko gizi kurang pada anak
dimana dalam penelitian tersebut anak yang menderita gizi kurang mempunyai latar
belakang pendidikan orangtua yang tergolong rendah (elfindri, 1996).
Faktor pendidikan yang rendah juga berdampak pada rendahnya
pemanfaatan fasilitas kesehatan yang tersedia. Hal ini berkaitan dengan
ketidaktahuan akan pentingnya fasilitas tersebut pada proses tumbuh kembang
balita. Fasilitas yang dimaksud disini adalah posyandu (Elfindri, 1996).
Pendidikan merupakan unsur penting yang terkait dengan peningkatan
status gizi pada anak, dengan tingginya tingkat pendidikan yang diperoleh orangtua
diharapkan orangtua dapat mengakses dan mencerna informasi gizi yang didapat
dan memperoleh pengetahuan yang lebih baik (Supariasa, 2002).
Menurut penelitian mengenai analisis faktor yang berpengaruh pada status
gizi balita menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua juga merupakan faktor
tidak langsung yang berpengaruh pada status gizi balita. Hal ini menyatakan
bahwa presentase status gizi kurang, dengan pendidikan ayah yang tidak sekolah
dan berpendidikan hanya sampai tamat SD dan Sekolah Menengah Pertama

15
memiliki persentase lebih tinggi dari pada status gizi baik diderita balita dari
ayah dengan pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Sarjana. Sementara, pada
status pendidikan ibu persentase gizi kurang lebih tinggi daripada status gizi baik
pada balita dari ibu yang berpendidikan hanya sampai tingkat SD dan ibu yang
tidak bersekolah (Waterlow, 1996).
Menurut penelitian pada daerah miskin di Jawa Timur dan Jawa Tengah,
tinkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh pada status gizi balita. Hal ini
dilihat dari hasil analisis statistik yang menunjukkan anak yang berasal dari ibu
berpendidikan rendah menderita stunting sebesar 80,6 persen (Gibney, 2009)

Penelitian lainnya yang menunjukkan keterkaitan yang bermakna antara


pendidikan ibu pada status gizi balita. Anak yang menderita gizi kurang dari ibu
yang berpendidikan rendah yaitu 47,7% dibandingkan dengan kelompok ibu yang
berpendidikan tinggi yaitu 35% (Supariasa, 2002). Nilai yang signifikan ini
menandakan bahwa pendidikan adalah suatu hal penting yang perlu
dipertimbangkan dalam upaya pengentasan masalah gizi. Fenomena yang terjadi
saat ini adalah, menurunnya prevalensi gizi buruk tetapi prevalensi anak pendek
meningkat. Pendidikan yang rendah menyebabkan orangtua balita juga tidak
terbuka dengan ilmu bahkan bersikap acuh karena ketidaktahuan akan pentingnya
pendidikan yang juga berdampak pada tumbuh kembang anak (Supariasa, 2002).
Pendidikan orang tua juga berpengaruh pada tingkat pendapatan. Tidak
hanya itu, pendidikan orangtua juga berdampak pada pola asuh dan ketersediaan
pangan ditingkat rumah tangga. Hal ini dikaitkan lagi dengan dampak stunting pada
berat badan lahir rendah dan pertumbuhan balita yang diturunkan pada generasi
yang akan dating (Engel, 1997).

Pendidikan ibu rendah adalah penentu utama dari stunting. Apabila tingkat
pendidikan ibu meningkat, keuangan dan kontribusinya terhadap total
pendapatan keluarga juga akan meningkat. Ibu yang berpendidikan, pandai
dalam menentukan asupan yang tepat untuk meningkatkan gizi dan kesehatan
anak-anak. Penelitian yang dilakukan di Nigeria menunjukkan bahwa
kekurangan gizi adalah faktor utama yang diderita oleh banyak anak dan
remaja di sana, hal ini dikarenakan rendahnya pendidikan orang tua. Sehingga

16
peningkatan pendidikan dan pemberdayaan perempuan di negara tersebut
adalah hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi angka stunting
(Sulistyoningsih, 2011).
b. Pengetahuan
Meskipun pengetahuan merupakan faktor tidak langsung yang
mempengaruhi status gizi, pengetahuan merupakan unsur penting yang erat
kaitannya dengan pemenuhan asupan zat gizi pada anak. Tinggi - rendahnya
pengetahuan yang dimiliki oleh orangtua balita berpengaruh pada metode
pemilihan makanan (Gibney, 2009).
Dalam penelitian mengenai faktor resiko stunting menunjukkan bahwa
proporsi kejadian stunting pada balita (24-59 bulan) lebih banyak ditemukan pada
balita yang memiliki ibu dengan tingkat pengetahuan yang kurang. Pengetahuan
yang dimiliki juga berpengaruh pada kualitas dan kuantitas pemilihan makanan
bergizi seimbang yang diberikan kepada balita. Rendahnya pengetahuan ibu atau
pengasuh balita akan kualitas dan kuantitas asupan akan berdampak langsung
pada tingkat kecukupan asupan zat gizi sesuai kebutuhan gizi pada balita (Gibney,
2009).
Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa, ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan ibu dengan anak balita gizi kurang. Sehingga pengetahuan ibu
merupakan salah satu faktor status gizi kurang. Pengetahuan ibu juga dilihat dari
kesungguhan ibu dalam keikutsertaan pada posyandu dan rendahnya pengetahuan
ibu berpengaruh pada perilaku pemberian makan pada balita. Dimana perilaku
pemberian makan hanyalah bagaimana agar anak mau makan, tanpa
memperhatikan kandungan gizi dan tanpa mempertimbangkan asupan zat gizi
yang dikonsumsi sudah sesuai dengan kebutuhan gizi balita atau tidak (Gibney,
2009).

17
Pengetahuan yang rendah mengenai gizi seimbang dan pola asuh pemberian
makan pada anak, sering menjadi hal yang tidak menjadi perhatian ibu dalam
memberi asupan pada balita. Biasanya orang tua hanya beranggapan bahwa yang
terpenting anak makan dan tidak kelaparan maka asupan atau kebutuhan gizi
anaknya dianggap sudah terpenuhi. Padahal, pada periode emas, kebutuhan zat
gizi balita tidak saja terbatas pada kebutuhan zat gizi makro. Melainkan juga
pemenuhan kebutuhan zat gizi mikro yang tidak kalah pentingnya bagi tumbuh
kembang balita (Gibney, 2009).
c. Sosial-Ekonomi
Status ekonomi tidak hanya menjadi gengsi sosial dalam kalangan
masyarakat pada umumnya. Status ekonomi juga menjadi indikator tidak langsung
terjadinya masalah gizi. Tinggi–rendahnya keadaan ekonomi juga dilihat dari
kemampuan menyediakan makanan beragam dan berkualitas di tingkat rumah
tangga. Situasi ini berdampak pada pemenuhan kebutuhan zat gizi pada tingkat
rumah tangga, rendahnya ekonomi keluarga berkaitan dengan pendapatan.
Sehingga akses pangan keluarga juga terbilang rendah, akibatnya kebutuhan zat gizi
tidak terpenuhi hingga menyebabkan gizi kurang. Pendapatan berkaitan dengan
kemampuan menyediakan kebutuhan rumah tangga, dalam hal ini pangan yang
mempengaruhi kualitas konsumsi dan kandungan zat gizi pangan (UNICEF, 2012).
UNICEF menyebutkan bahwa stunting juga dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain keluarga, lingkungan, sosio – ekonomi dan kebudayaan.
Oleh kerena itu, penurunan angka stunting dilakukan dengan adanya intervensi gizi
yang tepat dan sensitif serta terintegrasi (UNICEF, 2012).
Sebuah hasil penelitian menunjukkan anak yang berasal dari keluarga
dengan status ekonomi sangat miskin, miskin dan menengah secara berturut-turut
memiliki risiko 1,96, 1,62 dan 1,32 kali lebih tinggi untuk menjadi stunting
dibanding dengan anak yang berekonomi menengah ke atas (Engel, 1997).
Kemiskinan merupakan akar dari masalah gizi. Pendapatan orangtua yang
rendah menyebabkan rendahnya daya beli bahan pangan sehingga ketersediaan
pangan di rumah tangga juga tidak memenuhi kebutuhan pangan keluarga faktor –
faktor ini juga akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan gizi balita (UNICEF,
2012).

18
Rendahnya kualitas asupan pada anak–anak didukung oleh keadaan
ekonomi keluarga yang berdampak pada ketersediaan pangan dalam rumah tangga
yang rendah yang berpengaruh pada kualitas dan keberagaman bahan makan yang
rendah. Pembangunan sosial–ekonomi adalah hal yang penting untuk menuntaskan
angka kejadian stunting pada masa berikutnya, untuk mencegah kejadian stuting
pada generasi berikut (Hidayah F, 2013)
d. Ketersediaan Pangan Keluarga
Faktor–faktor penyebab kejadian stunting ini memiliki keterkaitan satu

sama lain. Ketersediaan pangan keluarga merupakan salah satu indikator


terpenuhinya kebutuhan zat gizi pada balita. Ketersediaan pangan adalah
kemampuan mengakses pangan serta menyediakan pangan rumah tangga.

Ketersediaan pangan juga berkaitan dengan ketahanan pangan pada


tingkat rumah tangga. Ketersedian pangan terkait dengan produksi dan distribusi
bahan makanan dalam jumlah yang cukup mulai dari produsen sampai ke tingkat
rumah tangga.
World Health Organization mendefinisikan tiga komponen utama ketahanan
pangan, yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan.
Ketersediaan pangan adalah kemampuan memiliki sejumlah pangan yang cukup
untuk kebutuhan dasar. Akses pangan adalah kemampuan memiliki sumber daya,
secara ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan pangan bernutrisi.
Pemanfaatan pangan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan
dengan benar dan tepat secara proporsional (Sulistyoningsih, 2011).
Ketersediaan pangan dalam rumah tangga juga memperhatikan kualitas
dan kandungan gizi. Indikator ketersediaan pangan mencukupi ialah kualitas
pangan itu sendiri. Artinya penduduk dapat mengkonsumsi zat gizi mikro baik
vitamin maupun mineral yang mencukupi untuk dapat hidup sehat. Konsumsi
pangan pada setiap kelompok pengeluaran rumah tangga telah meningkat pada
jenis-jenis pangan yang berkualitas lebih baik (Sulistyoningsih, 2011).

19
9. Dasar Ayat Tentang Gizi pada Balita
 Qs. An- Nahl : 5

“Dan dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada (bulu)
yang menghangatkan dan berbagai manfaat dan sebahagianya kamu makan”.

Ayat ini bertujuan agar manusia memakan makanan ternak yang bermanfaat
seperti daging hewan ternak yang tujuannya untuk menghindari penyakit hati,
menguatkan otot- otot, menguatkan otak dan menghindari anemia.

 Qs. An- Nahl : 14


“ Dan Dia- lah Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari
lautan itu, perhiasan yang kamu pakai dan kamu melihat bahtera berlayar, supaya
kamu mencari (keuntungan) dari karunia – Nya dan supayakamu bersyukur”.
Ayat ini menjelaskan tentang daging ikan yang kaya akan protein, menghasilkan
minyak ikan sebagai kalsium dan yodium yang sangat berguna bagi tumbuh kembang
balita.
 Qs. An- Nahl : 66
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar- benar terdapat pelajaran
bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-
orang yang meminumnya”.
Tujuan ayat ini manfaat susu bagi manusia yakni menghasilkan susu asali dan
kalori serta vitamin A dan B kompleks.

 QS. An- Nahl : 67


“ Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan
rezeki yang baik, sesungguhnya pada demikian itu benar- benar terdapat (tanda
kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan”

20
BAB 3

KESIMPULAN

A. Simpulan
1. Gizi adalah zat- zat makanan yang terkandung dalam suatu bahan pangan yang
diolah atau tidak diolah sehingga dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Zat gizi adalah
zat atau unsur kimia yang terkandung dalam makanan yang diperlukan untuk
metabolisme dalam tubuh secara normal.
2. Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita diantaranya energi dan
protein. Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama ±100- 120 Kkal/kg
BB. Untuk tiap 3 bulan pertambahan umur, kebutuhan energi turun ±10 Kkal/kg
BB.
3. Balita yang tercukupi asupan gizi dengan baik akan meningkatkan kesehatan
tubuhnya. Biasanya terlihat dengan balita lebih aktif, cerdas dan ceria. Ia terlihat
begitu perian dan pandai bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Ini
dikarenakan gizi merupakan faktor yang cukup penting bagi proses kesehatan,
pertumbuhan dan perkembangan balita.
4. Masalah gizi pada balita meliputi : anemia defisiensi fe, karies gigi, BB meningkat
(obesitas), BB menurun, alergi, dll.

B. Saran
Kebutuhan gizi pada balita lebih diperhatikan, utamanya bagi para ibu untuk
memberikan asupan gizi yang cukup bagi balita, karena apabila kekurangan asupan
gizi, balita bisa mengalami masalah- masalah terkait hal gizi.
Periode balita adalah periode emas , dimana pada periode ini balita bertumbuh
kembang, mulai mengenal dunia, dan memulai masa pertumbuhan. Untuk mendukung
periode ini agar dapat berjalan dengan baik maka perlu untuk memberikan balita
asupan gizi yang cukup agar balita tumbuh menjadi apa yang diidam- idamkan oleh
para orangtuanya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2004. Gizi dalam Kehidupan. Jakarta : EGC.

Hasdianah, Sandu Siyoto dan Yuly Perisotyowati. 2014. Gizi, Pemantapan Gizi, Diet
dan Obesitas. Yogyakarta : Nuha Medika.

Santoso, Soegeng dan Anne Lies Ranti. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : PT. Asdi
Mahasatya.

22

Anda mungkin juga menyukai