Anda di halaman 1dari 20

Nama : Selvana Emilia

Nim : PO71200220083

Mata Kuliah : Patofisiologi

Dosen Pengampu : Ade Suryaman,M.Biomed

Tugas : Merangkum Buku imunologi dasar Abbas

Pengantar Sistem Imun

1. Pengantar Sistem Imun

Imunitas di definisikan sebagai pertahanan terhadap penyakit,terutama penyakit


infeksi.Kumpulan sel-sel jaringan dn molekul-moleul yang berperan dalam pertahan
infeksi di sebut system imun,Sedangkan reaksi terkordinasi sel-sel dan molekul tersebut
dalam pertahanan infeksi disebut sebagai Respons Imun.Imunologi adalah ilmu yang
mempelajari system imun.Termasuk respon terhadap mikroba patrogen,Dan kerusakan
jarinan serta peranam nya pada penyakit.Fungsi fisiologis system imun yang paling
enting adalah mencegah serta membasmi infeksi,dan hal ini adalah konteks prinsip
dimana respon imun di bahas dalam seluruh buku ini.

Bab ini memperkenalkan nomenklatur imunologi,sifat-sifat umum yang penting


dari imun respon,serat sel dan jaringan yang merupakan komponen utama system
imun.Secara khusus,Peranyaan –pertanyaan ini akan di bahas :

 Respon imun jenis yang melindungi sesorang dari infeksi?


 Karakteristik apa saja yang penting dari imunitas,dan mekanisn apa saja yang
bertangung jawab tasa karakteristik tersebut?
 Bagaimana sel dan jaringan system imun bekerja sama untuk menemukan dan
merespon terhadap mikroa sehingga mampu memusnakannya?

1
2. Imunitas Alami dan Adaptif

Mekanisme pertahana inang terdiri dari imunitas alami,yang membrikan


perlindungan segera terhadap infeksi,dan imunitas adaptif,yang berkembang lebih lambat
namun memberikan pelindungan yang lebih spesialistik terhadap infeksi.Imunitas alami
(Juga di sebut Natural Immunity dan Native Immunity) selalu ada pada individu-individu
sehat,dan di siapkan untuk menghambat masuknya mikroba dan untuk mengeliminasi
mikroboa yang berhasil memasuki jaringan inang secara cepat.Imunitas adaptif juga di
sebut imunitas spesifik atau imunitas didapat memrrlukan ekspansi dan diferensasi
limfosi sebagai respon terhadap mikroba sebelum memberikan pertahanan yang
efektif,Imunitas ini beradaptasi terhadap adanya invasi mikroba.Imunitas alami secara
Filogenetis lebih tua,Sedangkan imunitas adaptif yang terspesialisasi dan lebih kuat,baru
berkembangkemudian.

3. Tipe - Tipe Imunitas Adaptif

Dua jenis imunitas adapif,yatitu imunitas humoral dan imunitas seluler,di peranai
oleh sel-sel dan molekuk yang berbeda dan masing-masing di rancang untuk memberikan
pertahanan terhadap mikroba ekstraseluler dan intrasesluler

 Imunitas Humoral diperantai oleh protein yang dinamakan antibody yang di


produksi oleh se-sel yang di sebut limfosit B.Anti bodi masuk kedalam sirkulasi dan
cairan murkosa,lalu menetralisir dan mengeliminasi mikroba serta toksin mikroba
yang berada di luar sel-sel inang,dalam darah,cairan ekstraseluler yang berasal dari
plasma dan didalam lumen dari organ-organ mukosa,seperti raktus gastrointesinalis
dan trakus respiratorius.Salah satu fungsi penting anti bodi adalah menghentikan
mikroba yang berada di permukaan mukosa dan dalam darah agar tida mendapakan
akses menuju sel-sel inang dan tidak membentuik koloni di dalam sel sera jaringan
ikat inang.
 Pertahanan terhadap mikrooba intraseluler tersebut dinamakan Imunitas seluler
karena prosesnya di perantaian oleh sel-sel yang di sebut sel Limfosit T. Beberapa
limfosit T mengaktivasi fagosit unuk menghancurkan mikroba yang telah dimakan
oleh sel fagosit kedalam vesikel intraseluler.

2
4. Sifat-sifat Respon Imun Adaptif
Beberapa sifat respon imun adaptif sangat penting untuk efektifitas respons imun
dalam melawan infeksi.
 Spesifitas dan keragaman
Sistem imun adaptif mampu membedakan juaan antigen yang berbeda
atau porsi anigen.Spesifitas adalah kemampuan unuk mengenai berbagai
macam antigen yang berbeda.
 Memori
Sistem Imun adaptif memberikakn respons yang lebih besar dan lebih
efektif pada paparan ulang antigen yang sama.sifat ini menunuukan
bahwa system imun mempunyai ingatan akan paparan antigen
sebelumnya,oleh karena itu sifat imunitas adaptif ini di sebut memori
imunologik.Resppon terhadap paparan pertama antigen,disebut sebagai
respons imun primer,diawali oleh limfosit yang dinamakan limfosit
naïf,yang bertemu dengan antigen unuk pertama kalinya.istilah naïf
menunjukan bahwa sel-sel ini idak berpengalaman secara imunologis,elum
pernah respons terhadap antigen.Paparan berikutnya dalah anigen sama
menyebabkan suatu respoan yang disebut respon imun sekunder,yang
iasanya leih cepat timulnya,besar dan mampu mengeliminasi antigen lebih
baik dari pada respon prmer.Respon sekunder ini merupakan hasil dari
aktivasi limfosit memori,yang merupapkan sel yang berumur panjang
yang di kembangkan sewaktu respons imun primer.

3
5. Limfosit

Limfosit adalah satu-satunya sel yang memproduksi reseptor spesifik untuk


antigen yang sangat beragam yang terdistribusi secara klonal,merupakan mediator kunci
imunitas adaptif.Meskipun semua limfosit memiliki kemiripan secara morfologi dan tidak
berbeda penampilannya,mereka sangat hetrogen dalam asal usulnya,fungsi,dan fenotipe
serta mampu melakukian aktivitas dan respons biologis komplaks.Sel-Sel ini sering kali
di bedakan dari protein permukaan yang di identifikasi dengan panel antibody
monoclonal.Sandar nomenklatur untuk protein permukaan ini adalah CD ditandai dengan
angka yang digunakan,untuk menentukan protein permukaan yang menunjukan suatu tipe
sel khusus atau stadium diferensasi sel dan dikenai oleh suatu kluster atau kelompok
antibody.

Seperti dijelaskan sebelumnya,Limfosi B merupakan satu-satunya sel yang


mampu memproduksi anibodi.mereka adalah sel-sel yang memerantarai imunitas
humoral.Sel B mengekspresikan anibodi bentuk membrane yang berlaku seagai resptor
yang mengenali antigen dan mengawali proses aktivasi sel.Anigen terlarut dan antigen
pada permukaan mikeob serta sel-sel lainnya dapat berkaian dengan resptor antigen
limfosit B, Hal ini dikmudian menyebakan sekresi amibodi terlarut yang mempunyayi
spesifsitas antigen yang sama dengan resptor membrane sel B.

Limosit T bertanggung jawab untuk imunitas seluler reseptor angen dari sebagian
besar limfosit T hanya mnegenali fragmen peptide dari antigen protein yang terkait pada
peptide khusus yang menyaikan molekul,yang diseu molekul MHC,Pada permukaan
khhusus yang di sebut sel penyaji antigen APC.Diantara limfosit T,Sel T CD4 + disebut
sel T helper karena mereka membantu sel limosi B memproduksi anibodi dan membantu
sek fagosit menghancurkan mikroba yang telah dimakan. Limfosit T ens+ disebut sebagai
limfosit T sitotoksik (cytotoxic T lymphocytes [CTLs]) karena mereka membunuh
("melisiskan") sel-sel yang mengandung mikroba intraseluler. Beberapa sel T CD4+
termasuk ke dalam kelompok khusus yang berfungsi untuk mencegah atau membatasi
respons irnun; dan disebut sebagai limfosit T regulator.

4
6. Sel Penyaji Antigen (Antigen-Presenting Cells [APC])

Pintu masuk yang umum untuk mikroba - kulit, traktus gastrointestinalis, dan
traktus respiratorius mengandung APC khusus yang terletak pada lapisan epitel yang
menangkap antigen, mem- bawanya ke jaringan limfoid perifer, serta menyajikannya
kepada limfosit. Fungsi penangkapan dan presentasi antigen ini paling baik dapat
dipelajari dari salah satu jenis sel yaitu sel dendritik karena mempunyai prosesus
membrane yang panjang. Sel-sel dendritik menangkap protein antigen mikroba yang
masuk melalui epitel serta membawa antigen tersebut ke kelenjar limfe regional, di mana
sel dendritik yang membawa antigen tersebut menyajikan bagian tertentu dari antigen
untuk dikenali limfosit T. Bila suatu mikroba telah melakukan invasi melalui epitel,
mikroba tersebut akan difagosit dan disajikan (dipresentasikan) oleh makrofag jaringan.
Mikroba atau antigennya yang memasuki organ limfoid akan ditangkap oleh sel dendritik
atau makrofag yang tinggal di organ tersebut lalu menyajikannya ke limfosit.

7. Jaringan Sistem Imun

Jaringan sistem imun terdiri dari organ limfoid generatif, di mana limfosit T dan
B mengalami maturisasi dan menjadi kompeten untuk merespons antigen, serta organ
limfoid perifer, di mana respons imun adaptif terhadap mikroba diawali. Sebagian besar
limfosit pada manusia sehat berada di organ limfoid dan jaringan lain.Tetapi, seperti
dibahas sebelumnya, limfosit bersifat unik jika dibandingkan dengan sel-sel lain karena
kemampuannya untuk bersirkulasi antar jaringan. Organ limfoid generatif (atau
dinamakan juga organ limfoid primer atau sentral) akan dijelaskan pada Bab 4, saat kita
membahas proses maturasi limfosit. Seksi berikut ini, memberi penekanan pada beberapa
sifat organ limfoid perifer (atau sekunder) yang penting untuk perkembangan imunitas
adaptif.

8. Organ Limfoid Perifer

Organ limfoid perifer, yang terdiri atas kelenjar limfe, limpa, dan sistem imun
kutaneus dan mukosa, tersusun sedemikan rupa sehingga memacu perkembangan respons
imun adaptif. Limfosit T dan B hams menemukan mikroba yang masuk di setiap tempat
dalam tubuh, kemudian menanggapi mikroba ini dan memusnahkan mereka. Selain itu,

5
seperti ang dibahas sebelumnya, dalam system kekebalan tubuh yang normal, sangat
sedikit jumlah limfosit yang spesifik untuk setiap satu antigen. Adalah tidak mungkin
bagi lomfosit spesifik yang berjumlah terbatasa ini untuk mengawasi semua tempat
masuknya antigen. Organ limfoid perifer utama mempunyai beberapa sifat yang sama
namun juga ada sifat khusus masing-masing.

A. Kelenjar limfe adalah agregat noduler berkapsul dari jaringan limfoid yang
terletak di sepanjang saluran limfatik di seluruh tubuh. Cairan secara terns
menerus keluar dari pembuluh darah di seluruh lapisan epitel dan jaringan ikat
serta sebagian besar organ parenkim . Cairan ini, yang dinamakan limfe, dialirkan
oleh pembuluh limfatik, dari jaringan menuju ke kelenjar limfe dan akhirnya ke
aliran darah. Oleh karena itu, limfe merupakan suatu campuran dari berbagai
bahan yang diabsorbsi dari lapisan epitel dan jaringan. Pada saat limfe melewati
kelenjar limfe, APC da lam kelenjar mampu untuk membawa antigenmikroba
yang mungkin masuk melalui epitel ke dalam jaringan. Selain itu, sel- sel
dendritik mengambil antigen mikroba dari epitel dan jaringan lain dan membawa
antigen tersebut ke dalam kelenjar limfe. Hasil akhir dari proses penangkapan
serta pengangkutan antigen ini adalah bahwa antigen mikroba yang masuk
melalui epitel atau kumpulan jaringan menjadi terkonsentrasi ke dalam kelenjar
limfe yang terhubung.
B. Limpa adalah suatu organ di dalam perut dengan vaskularisasi yang banyak, yang
memiliki peran yang sama dalam respons terhadap antigen yang dibawa melalui
darah dengan peran kelenjar limfe dalam memberikan respons terhadap antigen
yang dibawa melalui limfe.Darah yang memasuki limpa mengalir melalui suatu
jejaring kanal (sinusoid). Antigen yang dibawa oleh darah ditangkap dan
dikonsentrasikan oleh sel-sel dendritik serta makrofag di dalam limpa. Limpa
mengandung banyak sekali fagosit, yang memakan serta menghancurkan mikroba
dalam darah.
C. Sistem imun kutaneus dan sistem imun mukosa adalah suatu kumpulan khusus
jaringan limfoid dan APC yang berada dalam dan di bawah lapisan epithet kulit,
traktus gastrointestinalis dan traktus respiratorius. Meskipun sebagian besar sel
imun dalam jaringan tersebut tersebar merata di bawah lapisan pertahanan epithet

6
terdapat kumpulan limfosit dan APC khusus terorganisasi serupa dengan kelenjar
limfe. Sebagai contoh, tonsil di faring serta plak Peyer pada intestin adalah dua
jaringan limfoid mukosa yang telah jelas secara anatomis. Setiap saat, kurang
lebih seperempat limfosit tubuh berada pada jaringan mukosa dan kulit
(menunjukkan besarnya ukuran jaringan ini),dan banyak di antaranya adalah sel-
sel memori. Jaringan limfoid kutaneus dan mukosa adalah tempat terjadinya
respons imun terhadap antigen yang menembus epitel. Sifat yang luar biasa dari
sistem imun kulit dan mukosa adalah bahwa mereka mampu merespons patogen
tetapi tidak bereaksi terhadap banyak sekali mikroba komensal yang biasanya
tidak berbahaya di lapisan epitel. Hal ini diselesaikan oleh beberapa mekanisme,
yaitu kerja sel T regulator dan sel-sel lain yang menekan dan tak mengaktifkan
limfosit T.
9. Resirkulasi Limfosit dan Migrasi ke Jaringan

Limfosit naif selalu mengalami resir- kulasi antara darah dan organ-organ limfoid
perifer, di mana mereka dapat diaktivasi oleh antigen untuk menjadi sel-sel efektor, dan
limfosit efektor tersebut berrnigrasi dari jaringan limfoid ke tempat infeksi di mana
mikroba dimusnahkan (Gambar 1-18). Dengan demikian, limfosit pada stadium tertentu
hidupnya bermigrasi menuju tempat-tempat yang berbeda di mana mereka diperlukan
oleh karena fungsinya. Migrasi limfosit efektor ke tempat infeksi paling relevan adalah
untuk sel T, karena sel T efektor harus menemukan dan mengeliminasi mikroba di tempat
infeksi tersebut. Sebaliknya, sel plasma tidak perlu bermigrasi ke tempat infeksi; mereka
mensekresi antibodi, dan antibodi tersebut memasuki darah, di mana mereka dapat
mengikat patogen atau toksin yang melalui darah. Se! plasma di organ mukosa
mensekresi antibodi yang masuk lumen organ-organ ini, di mana mereka mengikat dan
melawan mikroba yang tertelan dan terhirup.

10. Respons lmun Adaptif

7
Sistem imun adaptif menggunakan strategi berikut untuk memerangi sebagian besar
mikroba :

• Antibodi yang disekresi akan mengikat

mikroba ekstraseluler, menghambat kemampuan mereka untuk menginfeksi sel inang,


dan merangsang penelanan serta penghancuran oleh fagosit.

• Fagosit menelan mikroba dan membunuh mereka, dan sel T helper memperkuat
kemampuan mikrobisidal fagosit.

• Sel T helper mengerahkan leukosit untuk menghancurkan mikroba dan meningkatkan


fungsi pertahanan epitel untuk mencegah masuknya mikroba.

• Limfosit T sitotoksik membunuh sel yang terinfeksi mikroba.

11. lmunitas Seluler (Cell-Mediated Immunity): Aktivasi Limfosit T dan Eliminasi


Mikroba yang Terkait Sel

Ketika diaktifkan oleh antigen dan kostimulator di organ limfoid, sel T naif
mensekresi sitokin yang berfungsi sebagai faktor pertumbuhan dan respons pada sitokin
lain yang disekresikan oleh sel dendritik. Kombinasi sinyal (antigen, kostimulasi, dan
sitokin) merangsang proliferasi sel T dan diferensiasinya menjadi sel T efektor. Sebagian
sel T efektor yang dihasilkan di organ limfoid dapat bermigrasi kembali ke dalam darah
dan kemudian ke tempat manapun di mana antigen (atau mikroba) berada. Sel-sel efektor
ini diaktifkan kembali oleh antigen di tempat infeksi dan melakukan fungsinya untuk
memberantas mikroba. Sel T helper mensekresi sitokin dan mengekspresikan molekul
permukaan untuk melakukan fungsinya .

12. lmunitas Humoral: Aktivasi Limfosit B dan Eliminasi Mikroba Ekstraseluler

8
Setelah diaktivasi, limfosit B berproliferasi dan kemudian berdiferensiasi menjadi
sel plasma yang mengeluarkan berbagai macam kelas antibodi dengan fungsi yang
berbeda. Banyak antigen nonprotein, seperti polisakarida dan lipid, memiliki beberapa
determinanantigenik yang identik (epitop) yang mampu mengikat banyak molekul
reseptor antigen pada setiap sel B dan memulai proses aktivasi sel B. Antigen protein
biasanya terlipat dan tidak mengandung banyak epitop yang identik, sehingga mereka
tidak mampu mengikat secara bersamaan ke banyak reseptor antigen, sehingga respons
penuh sel B untukantigen protein membutuhkan bantuan dari sel T CD4+. Se! B menelan
antigen protein, menghancurkannya, dan menyajikan peptida yang terikat dengan
molekul MHC untuk dikenali dan aktivasi sel T helper. Se! T helper kemudian
menekspresikan sitokin dan protein permukaan sel, yang bekerja sama untuk
mengaktifkan sel B.

Respons imun humoral melawan mikroba dengan berbagai macam cara . Antibodi
mengikat mikroba dan mencegah mereka menginfeksi sel, dengan demikian menetralkan
rnikroba. Antibodi melapisi (opsonize) mikroba dan membuat mereka target untuk
fagositosis, karena fagosit (neutrofil dan makrofag) mengekspresikan reseptor untuk
antibodi. Selain itu, anti- bodi juga mengaktifkan sistem komplemen, menghasilkan
fragmen protein yang merangsang fagositosis dan penghancuran mikroba. Antibodi jenis
khusus dan mekanisme transportasi khusus untuk antibodi membantu peran antibodi yang
berbeda di lokasi anatomi tertentu, termasuk lumen saluran pernapasan dan saluran
pencernaan serta plasenta dan janin.

 Limfosit T mengenali fragmen peptida antigen protein yang disajikan oleh sel lain.
Limfosit T helper menghasilkan sitokin yang mengaktifkan fagosit untuk menghancurkan
mikroba yang telah di- telan, merekrut leukosit, dan mengaktifkan limfosit B untuk
memproduksi antibodi. Limfosit T sitotoksik (CTL) membunuh sel yang terinfeksi yang
membawa mikroba dalam sitoplasma.
 Sel penyaji antigen (Antigen-presenting cells [APCs]) menangkap antigen mikroba yang
masuk melalui epitel, mengumpulkan antigen m1 di organ limfoid, dan menyajikan
antigen untuk dikenali oleh sel T.

9
 Limfosit dan APC terorganisasi dalam organ limfoid perifer, di mana respons imun
dimulai dan berkembang.
 Limfosit naif beredar melalui organ limfoid perifer, mencari antigen asing. Limfosit T
efektor bermigrasi ke tempat infeksi di perifer, di mana mereka berfungsi untuk
memusnahkan mikroba infeksius. Sel plasma tetap dalam organ limfoid dan sumsum
tulang, di mana mereka mengeluarkan antibodi yang memasuki sirkulasi dan menemukan
dan memusnahkan mikroba.

Imunitas Alami
Semua organisme multiseluler, termasuk tanaman, hewan bertulang belakang
(vertebra) dan tak bertulang belakang (invertebra), telah mengembangkan meka- nisme
untuk mempertahankan dirinya ter- hadap infeksi mikroba dan menyingkirkan sel-sel
yang rusak dan nekrotik. Mekanisme pertahanan tubuh yang terlibat pertama selalu ada
pada organisme, siap untuk mengenali dan mengeliminasi organisme dan sel mati,
disebut sebagai innate immunity (disebut juga imunitas alami atau asli). Sei- se! dan
molekul-molekul yang berperan dalam imunitas alami menyusun sistem imun alarni.
Imunitas alami merupakan tahap awal yang penting dalam pertahanan inang terhadap
infeksi.
1. Gambaran Imun dan Responsitas Imunitas Alami
Sistem imun alami menunjukkan fungsi pertahanannya dengan suatu rangkaian
reaksi yang terbatas yang lebih terbatas dibandingkan dengan respons imun adaptif yang
lebih bervariasi dan khusus. Dua tipe reaksi utama terhadap terminal, yang tipikal untuk
bakteria,sistem imun alami adalah inflamasi dan pertahanan antivirus. Inflamasi terdiri
dari akumulasi dan aktivasi leukosit dan protein plasma pada lokasi infeksi atau
kerusakan Jarmgan. Sel-sel dan protein tersebut bertindak bersama untuk membunuh
teru- tama mikroba ekstraseluler dan eliminasi jaringan yang rusak. Pertahanan imun
alami terhadap virus intraseluler diperantarai oleh sel Natural Killers (NK) yang
membunuh sel yang terinfeksi virus dan oleh sitokin yang disebut interferon tipe I yang
menghambat replikasi virus di dalam sel inang.
Sistem imun alami memberi respons yang sama terhadap pertemuan kembali
dengan suatu mikroba, sedangkan sistem imunadaptifberesponslebihefisienpada tiap

10
pertemuan kembali dengan suatu mikroba. Dengan kata lain, sistem imun alami tidak
mengingat pertemuan pertama dengan mikroba dan akan kembali ke dasar setelah setiap
pertemuan, sehingga memori merupakan gambaran utama pada sistem imun adaptif.
Terdapat beberapa bukti akhir- akhir ini bahwa beberapa sel imunitas alami (seperti
makrofag dan sel NK) akan berubah setelah bertemu dengan mikroba sehingga akan
bereaksi lebih baik setelah pertemuan ulang. Akan tetapi masih belum jelas apakah
proses tersebut menimbulkan proteksi yang lebih baik terhadap infeksi ulang atau
spesifik terhadap beberapa mikroba.Sistem imunitas alami mengenali struktur yang sama
pada berbagai kelas mikroba dan tidak ada pada sel inang.
Mekanisme imunitas alami mengenali dan memberi respons terhadap sejumlah
molekul rnikroba yang terbatas, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah (hampir
tak terbatas) antigen rnikroba dan non-mikroba yang dikenali oleh sistem imun adaptif.
Tiap komponen imunitas alarni dapat mengenali banyak bakteri, atau virus, atau jamur.
Misalnya, fagosit mengekspresikan reseptor untuk endotoksin bakteri yang disebut
lipopolisakarida (LPS), dan reseptor lain untuk peptidoglikan yang ada pada dinding sel
kebanyakan spesies bakteri namun tidak namun bukan glikoprotein mamalia. Sel
mamalia mengenali dan berespons terhadap double-stranded RNA, yang ditemukan pada
banyak virus namun tidak pada sel mamalia, dan terhadap unmethylated CG-rich (CpG)
oligonucleotides, yang banyak terdapat pada DNA rnikroba namun tidak banyak pada
DNA mamalia. Molekul rnikroba yang menstimulasi imunitas alami disebut pathogen-
associated molecular patterns (PAMPs), untuk menunjukkan bahwa molekul ini dirniliki
oleh patogen dengan tipe yang sama. Reseptor dari imunitas alami yang mengenali
struktur yang sama ini disebut pattern recognition receptors.
Komponen imunitas alami berkembang untuk mengenali struktur mikroba yang
seringkali penting untuk kehidupan dan infektivitas mikroba mikroba terebut.
Karakteristik imunitas alami ini membuatnya menjadi mekanisme pertahanan yang
sangat efektif karena mikroba tidak dapat menghindarkan imunitas alami hanya dengan
bermutasi atau tidak mengekspresikan target yang dikenali imun alarni. Mikroba yang
tidak mengekspresikan bentuk fungsional dari struktur ini kehilangan kemampuannya
untuk menginfeksi dan mengkolonisasi inang. Sebaliknya, mikroba seringkali

11
menghindar dari imunitas adaptif dengan memutasi antigen yang dikenali oleh limfosit,
karena antigen tersebut biasanya tidak dibutuhkan untuk kehidupan mikroba.
Sistem imun alami juga mengenali molekul yang dilepaskan oleh sel inang yang
rusak atau nekrosis. Molekul tersebut disebut damage-associated molecular patterns
(DAMPs). Respons selanjutnya terhadap DAMPs akan mengeliminasi sel yang rusak dan
menginisiasi proses perbaikan jaringan. Oleh sebab itu, respons alami terjadi pada cedera
steril, seperti infark, kematianjaringan akibat kehilangan suplai darah.
Reseptor pada sistem imun alami disandi oleh gen identik pada semua sel yang
diturunkan Pola pengenalan reseptor sistem imun alami didistribusikan secara non-
klonal; yaitu reseptor yang sama dieskpresikan pada semua sel dari tipe tertentu, seperti
makrofag. Oleh sebab itu, banyak sel imun alami dapat mengenali dan memberi respons
terhadap mikroba yang sama. Hal ini berkebalikan dengan reseptor antigen pada sistem
imun adaptif, yang disandi oleh gen yang dibentuk oleh pengaturan kembali somatik pada
segmen gen selama perkembangan limfosit, dan menghasilkan reseptor yang unik pada
tiap klon limfosit B dan T. Diperkirakan terdapat sekitar 100 tipe reseptor imun alami
yang dapat mengenali sekitar 1000 PAMPs dan DAMPs. Sebaliknya, hanya terdapat dua
reseptor spesifik pada sistem imun adaptif (immunoglobulin [lg] dan reseptor sel T
[TCRs]), tetapi karena keragaman mereka, sel-sel tersebut dapat mengenali jutaan antigen
yang berbeda.
Sistem imun alarni tidak bereaksi terhadap inang yang normal. Beberapa sifat
sistem imun alami berkaitan dengan tidak bereaksinya sistem imun alami terhadap sel
dan molekul sendiri. Pertama, reseptor imunitas alami telah berkembang menjadi spesifik
terhadap struktur mikroba (dan produk sel yang rusak) dan tidak terhadap substansi sel
sehat. Kedua, beberapa reseptor pengenalan pola dapat mengenali substansi seperti asam
nukleat yang ada pada sel normal, akan tetapi reseptor ini terletak di kompartemen seluler
(seperti endosom, lihat bawah) dari mana komponen sel sehat dikeluarkan. Ketiga, sel
mamalia normal mengekspresikan molekul regulatori yang mencegah reaksi imun alami.
Sistem imun adaptif juga membedakan antara sendiri dan bukan sendiri (self dan
nonself); dalam sistem imun adaptif, limfosit yang mampu membedakan antigen tubuh
juga diproduksi, namun biasanya mati atau inaktif saat berhadapan dengan antigen tubuh.

12
Respons imun alami dapat dipandang sebagai rangkaian reaksi yang memberikan
pertahanan pada beberapa tahap infeksi mikroba seperti berikut ini:
• Pada pintu masuknya mikroba: Sebagian besar infeksi mikroba masuk melalui epitel
kulit dan sistem gastrointestinal serta pernapasan. Mekanisme pertahanan paling awal
aktif pada tempat tempat tersebut adalah epitel, yang memberikan
pertahanan fisik dan molekul antimikroba
serta sel limfoid.
• Pada jaringan: Mikroba yang menembus
epitel maupun sel mati didalam jaringan dikenali oleh makrofag, sel dendritik dan sel
mast setempat. Beberapa sel ini bereaksi dengan mensekresikan sitokin, yang
mengaktifkan proses inflamasi dan sel fagosit di jaringan atau yang direkrut dari darah
untuk menghancurkan mikroba dan eliminasi sel rusak.
• Di darah: protein plasma, termasuk protein dari sistem komplemen, bereaksi melawan
mikroba dan menghancurkan mikroba.
• Virus mencetuskan reaksi khusus, antara lain produksi interferon dari sel yang terinfeksi
yang menghambat infeksi sel lain dan membunuh sel yang terinfeksi melalui sel NK.
Kami akan kembali dengan diskusi yang lebih detil mengenai komponen-komponen
imunitas alami dan reaksinya pada bab selanjutnya. Kami mulai dengan bagaimana
mikroba, sel yang rusak, dan substansi asing lainnya dapat dideteksi dan bagaimana
respons imun alami terpicu.

13
2. Resptor Seluler untuk mikroba dan kerusakan sel

Reseptor yang digunakan sistem imun alami untuk bereaksi terhadap mikroba dan sel
yang rusak diekspresikan pada fagosit, sel dendritik, dan banyak tipe sel lainnya, dan
diekspresikan dalam kompartemen seluler yang berbeda di mana mikroba berlokasi.
Reseptor- reseptor tersebut ada pada permukaan sel, di mana mereka dapat mendeteksi
mikroba ekstraseluler; pada vesikel (endosome) kemana produk mikroba ditelan; dan
pada sitosol, di mana mereka berfungsi sebagai sensor dari mikroba sitoplasmik
Reseptor-reseptor tersebut untuk PAMPs dan DAMPS merupakan beberapa famili
protein.

 Reseptor Menyerupai Toll (Toll-Like Receptors)


Toll-like receptors (TLRs) adalah homolog dengan suatu protein Drosophila
yang disebut Toll, yang ditemukan perannya dalam perkembangan lalat dan
cukup penting dalam melindungi lalat terhadap infeksi. TLR TLR yang
berbeda spesifik untuk komponen rnikroba yang berbeda. TLR-2 mengenali
beberapa glikolipid dan peptidoglikan bakteri dan parasit; TLR-3, -7, dan -8
spesifik untuk asam nukleat virus (single-stranded dan double- stranded
RNA); TLR-4 spesifik untuk LPS bakteri (endotoksin); TLR-5 spesifik untuk
protein flagellar bakteri yang disebut flagellin, dan TLR-9 untuk mengenali
unmethylated CpG DNA, yang lebih banyak pada genom bakteri daripada
DNA mamalia. TLR -TLR spesifik untuk protein, lipid dan polisakarida
mikroba (banyak di antaranya ada di permukaan dinding sel bakteri) terletak
pada permukaan sel, di mana mereka mengenali produk ekstraseluler dari
mikroba. TLR yang mengenali asam nukleat ada dalam endosom, di mana
rnikroba ditelan dan dicerna dan asam nukleat mereka dikeluarkan.Sinyal
yang dibangkitkan oleh penempelan TLRs mengaktifkan faktor transkripsi
yang merangsang ekspresi gen yang menyandi sitokin, enzim, dan protein lain
yang terlibat dalam fungsi antimikrobial dari fagosit yang teraktivasi dan sel
lainnya. Di antara faktor transkripsi paling penting yang diaktivasi oleh sinyal
TLR adalah adalah NF-ICB (nuclear factor ICB), yang mempromosikan
ekspresi berbagai sitokin dan molekul adhesi endotelial, dan IRFs (interferon

14
regulatory factors), yang merangsang produksi sitokin antivirus, interferon
tipe I.
Mutasi diturunkan yang jarang dari molekul yang meneruskan sinyal TLRs ke
bawah berkaitan dengan infeksi berulang dan berat, yang menggaris bawahi
pentingnya jalur ini dalaReseptor Menyerupai NOD (NOD-Like
Receptors) dan lnflamasom
 Reseptor-Reseptor yang meyerupai NOD (NLRs) merupakan suatu family
besar reseptor sitosolik yang mengenali DAMPs dan PAMPs di sitoplasma.
Semua NLRs mengandung suatu NOD sentral (area oligomerisasi nucleotide)
tapi mernilikim pertahanan inang melawan rnikroba. daerah terminal N yang
berbeda. Tiga NLRs yang penting adalah NOD-1, NOD-2, dan NLRP-3.
• NOD-1 and NOD-2 adalah protein sitosolik yang mengandung area CARD
N-terminal (terkait kaspase). Protein tersebut spesifik untuk peptidoglikan
bakteri, yang merupakan komponen umum dinding sel bakteri. Kedua protein
tersebut mengaktifkan faktor transkripsi NF-KB. Beberapa polimorfisme pada
gen NOD2 berhubungan dengan penyakit inflamasi usus; mekanisme yang
mendasari hal tersebut masih belum dipahami dengan baik.
NLRP- 3 (NOD-like receptor family, pyrin domain containing 3) adalah suatu
NLR sitosolik yang memberikan respons terhadap banyak struktur mikroba
yang tidak terkait atau perubahan patologis dalam sitosol dan bereaksi dengan
meningkatkan produksi terutama pada sitokin inflamasi IL-1 ~- Reseptor
tersebut mengandung area pyrin terminal N (diberi nama demikian karena ada
dalam reseptor reseptor yang menginduksi produksi sitokin penyebab demam;
Yunani, pyro berarti terbakar). NLRP-3 mengenali produk mikroba, substansi
yang menunjukkan kerusakan sel dan kematian, termasuk pelepasan
adenosine triphosphate (ATP), krsital asam urat yang berasal dari asam
nukleat, dan perubahan dalam konsentrasi ion potassium (K+) intraseluler;
dan substansi endogen yang terdeposisi dalam sel dan jaringan dalam jumlah
berlebihan (misalnya, kristal kolesterol dan asam lemak bebas).
Setelah pengenalan berbagai substansi tersebut, oligomerisasi NLRP- 3
dengan suatu protein adaptor dan suatu bentuk inaktif (pro) enzim kaspase-1,

15
menghasilkan bentuk aktif enzim (Gambar 2-5). Kaspase-1 yang aktif
memecah suatu bentuk prekursor sitokin interleukin- I~ (IL-1 ~) untuk
menghasilkan IL-1 ~ yang aktif secara biologis. Seperti yang telah
dibicarakan sebelumnya, IL-1 menginduksi inflamasi akut dan menyebabkan
demam. Kompleks sitosolik NLRP-3 (sensor), suatu protein adaptor, dan
kaspase-1 tersebut dikenal sebagai inflamasom. Selain itujuga terdapat
kaspase-1 lain yang mengaktifkan inflamasom yang mengandung protein
sensor berbeda selain NLRP3.

3. Sistem Imun Alami

Sistem imun alami terdiri dari sel epitel; sel- sel penjaga (sentinel) di jaringan
(makrofag, sel dendritik, sel mast, dan lain-lain); sel limfoid alami, termasuk sel NK dan
sejumlah protein plasma. Kami akan mendiskusikan sifat dari sel-sel tersebut dan protein
terlarut serta perannya dalam respons imun alami.

 Barier Epitelial
Penghubung utama antara tubuh dan lingkungan eksternal kulit, traktus
gastrointestinal, traktus respiratori, dan traktur genitourinaria dilindungi oleh epitel
yang berkesinambungan yang memberikan barier fisik dan kirnia terhadap infeksi
(Gambar 2-6). Mikroba dapat memasuki inang dari lingkungan eksternal melalui
perbatasan ini dengan kontak fisik, ditelan, dan inhalasi. Ketiga jalan masuk ini
dibatasi oleh epitel yang berkesinambungan yang secara fisik menghalangi masuknya
mikroba. Keratin pada permukaan kulit dan mukus yang disekresikan oleh sel epitel
mukosa mencegah rnikroba untuk kontak dan menginfeksi epitel. Sel epitel juga
menghasilkan peptida antibiotik yang disebut defensin dan katelisidin yang
membunuh bakteri dan memberikan barier kimia terhadap infeksi.
 Sel Dendritik
Sel dendritik memberi respons terhadap mikroba dengan memproduksi banyak
sitokin dengan dua fungsi utama: mengawali peradangan dan merangsang respons
imun adaptif. Dengan mengenali mikroba dan berinteraksi dengan limfosit, terutama
sel T, sel dendritik menjadi suatu jembatan penting antara imunitas alami dan adaptif.

16
Kami kembali pada diskusi mengenai sifat dan fungsi sel-sel ini pada Bab 3, dalam
konteks penyajian antigen, yang merupakan fungsi utama sel dendritik.
 Sel Limfoid Alami
Sel limfoid alami (Innate lymphoid cells! ILCs) adalah sel yang menyerupai limfosit
yang · memproduksi sitokin dan menunjukkan fungsi menyerupai limfosit T tapi
tidak mengekspresikan reseptor antigen sel T (TCRs). ILCs dibagi menjadi tiga
kelompok besar berdasarkan sitokin yang dikeluarkan; kelompok kelompok tersebut
sesoai dengan Thl, Th2 dan Thl 7 subset dari sel T CD4+ yang telah dijelaskan pada
bab 6. Bagaimana ILCs mengenali mikroba dan sel yang rusak tidak dijelaskan.
Respons ILCs seringkali distimolasi oleh sitokin yang diprodoksi oleh sel epitel dan
sel lain pada lokasi infeksi. ILCs memberikan pertahanan awal terhadap infeksi dan
joga menunton respons sel T.
 Sel Natural Killer
Sel Natural Killer (NK) mengenali sel yang terinfeksi dan mengalarni stres dan
memberi respons dengan membunuh sel-sel ini dan dengan mensekresi sitokin yang
mengaktifkan makrofag, IFN-y. Sel NK berjomlah sekitar 10% dari limfosit dalam
darah dan organ limfoid parifer.
4. Reaksi Imun Alami
Sistem imun alami mikroba terutama dengan menginduksi respons inflamasi akut
dan mekanisme pertahanan antiviral. Mikroba yang berbeda dapat menim- bulkan reaksi
imun alami yang berbeda, setiap tipe efektif dalam mengeliminasi suatu jenis mikroba
tertentu. Respons imun alami protektif utama untuk mikroba yang berbeda adalah sebagai
berikut:

• Bakteri ekstraseluler dan fungi dihambat terutama oleh respons inflamasi akut, di mana
neutrofil dan monosit direkrut menuju Iokasi infeksi, dan oleh sistem komplemen.

• Bakteri intraseluler, yang dapat bertahan di dalam fagosit, dieliminasi oleh fagosit yang
diaktivasi oleh reseptor Toll-like dan sensor lainnya maupun oleh sitokin.
• Pertahanan terhadap virus diberikan oleh interferon tipe 1 dan sel NK. Lnflamasi
Inflamasi adalah suatu reaksi jaringan yang mengirimkan mediator-mediator pertahanan
inang-sel dan protein dalam darah-menuju lokasi infeksi dan kerusakan jaringan.

17
5. Pertahanan Antivirus
Pertahanan terhadap virus adalah satu respons inang khusus yang melibatkan
interferon, sel NK dan mekanisme lain.
Interferon tipe 1 m enghambat replikasi virus dan memicu suatu keadaan antivirus, di
mana sel menjadi resisten terhadap infeksi. IFN tipe I yang meliputi beberapa bentuk
IFN-a dan satu IFN-~ disekresi oleh banyak tipe sel yang terinfeksi virus. Sumber utama
dari sitokin ini adalah sejenis sel dendritik yang d isebut sel dendritik plasmasitoid
(disebut demikian karena sel ini secara morfologi mirip sel plasma; lihat Bab 3), yang
mensekresi IFN tipe I jika diaktifkan oleh pengenalan asam nukleik virus oleh TLR dan
reseptor lain. Ketika IFN tipe I yang disekresi oleh sel dendritik atau sel terinfeksi lain
terikat pada reseptor IFN pada sel terinfeksi atau sel yang berdekatan, jalur sinyal
diaktifkan yang menghambat replikasi virus dan merusak genom virus (G .nbar 2-17).
Efek ini menjadi dasar penggunaan IFN-a untuk beberapa bentuk hepatitis viral kronik.
Sel yang terinfeksi virus dapat dirusak oleh sel NK, seperti dijelaskan diatas. IFN tipe I
meningkatkan kemampuan sel NK untuk membunuh sel terinfeksi. Disamping itu,
sebagian dari respons alami terhadap infeksi virus termasuk meningkatnya apoptosis dari
sel terinfeksi.
6. Pengaturan Respons lmun Alami

Respons imun alami diatur oleh berbagai mekanisme yang dirancang untuk
mencegah kerusakan jaringan yang berlebihan. Mekanisme regulasi tersebut termasuk
produksi sitokin antiinflamasi oleh makrofag dan sel dendritik, termasuk interleukin- IO
(IL-10), yang menghambat fungsi mikro- bisida dan proinflamasi makrofag (jalur klasik
aktivasi makrofag), dan antagonis reseptor IL-1 yang menghambat kerja IL-1. Terdapat
juga banyak mekanisme umpan balik di mana sinyal yang merangsang pro- duksi sitokin
proinflamasi juga merangsang ekspresi penghambat penghambat sinyal sitokin.
Contohnya, sinyal TLR merangsang ekspresi protein yang disebut SOCS (suppresor of
cytokine signaling), yang menghambat spons sel pada beberapa sitokin, termasuk IFN.
memiliki dinding sel yang resisten terhadap pengaruh protein komplemen. Seperti
didiskusikan pada Bab 6 dan 8, mekanisme ini juga membuat mikroba mampu menahan

18
mekanisme efektor imunitas seluler dan imunitas humoral, dua cabang imunitas yang
adaptif.

7. Penghindaran lmunitas Alami oleh

Mikroba patogen telah berevolusi untuk menahan mekanisme imun alarni dan
dengan demikian dapat memasuki serta kolonisasi di inang Beberapa bakteri intraseluler
bertahan terhadap pengrusakan didalam fagositosis. Listeria monocytogenes
memproduksi suatu protein yang memungkinkannya lolos dari vesikel fagosit dan masuk
sitoplasma dari sel terinfeksi, di mana tidak lagi teancam ROS atau NO (yang diproduksi
terutama di dalam fagolisosom). Dinding sel rnikobakteri mengandung lipid yang
menghambat fusi fagosom berisi bakteri yang ditelan dengan lisosom. Mikroba lain
memiliki dinding sel yang resisten terhadap pengaruh protein komplemen. Seperti
didiskusikan pada Bab 6 dan 8, mekanisme ini juga membuat mikroba mampu menahan
mekanisme efektor imunitas seluler dan imunitas humoral, dua cabang imunitas yang
adaptif.

8. Peran Imunitas Alami dalam simulasi respon imun adaptif

Sejauh ini kita telah fokus pada bagaimana imun alarni mengenali rnikroba dan
melawan infeksi. Kita sebutkan pada awal bab bahwa, sebagai tambahan perannya pada
pertahanan inang, respons imun alarni terhadap rnikroba mempunyai suatu fungsi
peringatan yang penting dengan menyiagakan sistem imun adaptif bahwa diperlukan
suatu respons imun yang efektif. Pada bagian akhir ini, karni merangkum beberapa
mekanisme di mana respons imun alarni merangsang respons imun adaptif

Respons imun alami menghasilkan molekul yang menghasilkan sinyal, selain


antigen, yang dibutuhkan untuk aktivasi limfosit T dan B. Pada Bab 1 kami
memperkenalkan konsep bahwa aktivasi penuh limfosit spesifik antigen memerlukan dua
sinyal. Antigen dapat dianggap sebagai sinyal 1, dan respons imun alarni terhadap
rnikroba dan sel inang yang dirusak oleh mikroba menjadi sinyal 2 Rangsangan yang
memperingatkan sistem imun adaptif bahwa sistem ini perlu memberi respons
disebutjuga sinyal bahaya. Keperluan untuk sinyal kedua yang terkait rnikroba ini
memastikan bahwa limfosit memberi respons pada agen infeksius dan tidak memberi

19
respons pada bahan noninfeksi yang tidak berbahaya. Pada tindakani eksperimental atau
untuk vaksinasi, respons imun alarni dapat dipicu oleh antigen tanpa mikroba. Pada
keadaan tersebut, antigen perlu dimasukkan dengan bahan yang disebut ajuvan yang
mencetuskan reaksi imun alarni seperti mikroba. Pada kenyataannya, banyak ajuvan kuat
adalah produk dari mikroba. Mikroba (atau IFN-y yang diproduksi oleh sel NK sebagai
respons terhadap mikroba) merangsang sel dendritik dan makrofag untuk memproduksi
dua jenis sinyal kedua yang dapat mengaktivasi limfosit T. Pertama, sel dendritik
meningkatkan ekspresi molekul permukaan mereka disebut kostimulator, yang terikat
pada reseptor di sel T na1f dan berfungsi bersama dengan pengenalan antigen untuk
aktivasi sel T. Kedua, sel dendritik dan makrofag mensekresi sitokin seperti IL-12, IL-1,
dan IL-6, yang merangsang diferensiasi sel T naif menjadi sel efektor imunitas adaptif
seluler.

Mikroba dalam darah mengaktifkan sistem komplemen melalui jalur alternatif.


Salah satu protein yang diproduksi selama aktivasi komplemen oleh proteolisis C3b,
disebut C3d, secara kovalen terikat pada mikroba. Pada saat yang sama di mana limfosit
B mengenali antigen mikroba dengan reseptor antigen mereka, sel B mengenali C3d yang
terikat pada mikroba oleh reseptor C3d. Kombinasi pengenalan antigen dan pengenalan
C3d memulai proses diferensiasi sel B menjadi sel yang mensekresi antibodi. Dengan
demikian, produk komplemen bertindak sebagai sinyal kedua untuk respons imun
humoral.

Contoh-contoh tersebut menggambarkan suatu sifat penting sinyal kedua: sinyal


ini tidak hanya merangsang imun adaptif, namun juga memberikan arah respons imun
adaptif. Mikroba intraseluler dan yang difagosit perlu dieliminasi oleh imunitas seluler
yaitu respons imun adaptif oleh limfosit T. Mikroba yang ditemukan dan dicerna oleh sel
dendritik atau makrofag merangsang sinyal kedua, yaitu kostimulator dan sitokin, yang
merangsang respons sel T. Sebaliknya, mikroba dalam darah perlu dilawan oleh antibodi,
yang diproduksi oleh lirnfosit B selama respons imun humoral.

20

Anda mungkin juga menyukai