Anda di halaman 1dari 20

OBAT IMUNOLOGI

PENGERTIAN

• Imunologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang system pertahanan tubuh. Terminology
“imunologi” berasal dari kata imunitas dari Bahasa latin yang berarti pengecualian/pembebasan. Imunologi
dalam arti luas adalah studi yang mempelajari respon imun pada sel dan reaksi molekul yang terjadi saat
tubuh menghadapi paparan mikroba dan zat makromolekul asing lainnya.
• Karakteristik Sistem Imun :
 Spesifisitas, dapat membedakan berbagai zat asing dan responsnya terutama jika dibutuhkan.
 Memori dan amplifikasi, Kemampuan untuk mengingat kembali kontak sebelumnya dengan agen asing
tertentu, sehingga berikutnya akan menimbulkan respons yang lebih cepat dan lebih besar.
 Pengenalan bagian diri dan bukan bagian diri (asing), Kemampuan untuk dapat membedakan agen-agen
asing, sel-sel tubuh sendiri dan protein.
Bila sistem imun terpapar oleh zat yang dianggap asing, maka akan terjadi dua jenis respons
imun, yaitu respons imun non spesifik dan respons imun spesifik
• Non spesifik: Umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity), dalam artian
bahwa respons terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah
terpapar oleh zat tersebut
• Spesifik : Merupakan respon imun yang didapat (acquired), yang timbul akibat dari
rangsangan antigen tertentu sebagai akibat tubuh pernah terpapar sebelumnya.
Imunitas nonspesifik didapat melalui tiga cara berikut.
• Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Organ Tubuh Tubuh memiliki daerah-daerah yang
rawan terinfeksi oleh kuman penyakit berupa mikroorganisme, yaitu daerah saluran
pernapasan dan saluran pencernaan.
• Pertahanan dengan Cara Menimbulkan Peradangan (Inflamatori)
• Pertahanan Menggunakan Protein Pelindung
MANFAAT

• Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan


mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang
masuk ke dalam tubuh
• Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel) untuk perbaikan jaringan.
• Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
FARMAKODINAMIK

Membahas farmakodinamika obat imunologi, berarti akan mengupas bagaimana system imun
manusia terbentuk secara spesifik. Kita ambil contoh untuk mngaktifkan kekebalan terhadap
penyakit tertentu, maka tubuh harus “mengenal” antigen spesifik dari penyakit yang
bersangkutan. Proses pembentukan imunitas ini dikembangkan pada mikroba/antigen yang khas
atau spesifik sebagai respon pada infeksi tubuh dan bagaimana tubuh menghadapi infeksi tersebut.
Hal ini di sebut imunitas adaptif. Imunitas adaptif mengenali dan bereaksi pada subsransi sejumlah
besar mikroba dan nonmikroba. Dengan kata lain, imunitas adaptif akan kita dapatkan dengan
memasukkan antigen spesifik supaya tubuh memperoleh kekebalan. Kekebalan dapat di peroleh
dengan imunisasi.kekebalan yang diperoleh dari imunisasi biasanya adalah kekebalan dari antigen
yang tidak dikenali oleh system imunitas non spesifik. Kekebalan ini mencakup system kekebalan
humoral dan system kekebalan seluler.
• Imunitas humoral di mediasi oleh molekul dalam darah dan sekresi membrane lendir yang di sebut antibody, antibody diproduksi
oleh limfosit B (sel B). antibody akan mengenali antigen mikroba yang masuk ke tubuh dan menteralkan infeksi yang di sebabkan
oleh mikroba spesifik yang menginfeksi. Kekebalan humoral mempunyai peran penting dalam respons kekebalan spesifik terhadap
bakteri ekstraselular. Lipopolisakarida merupakan komponen yang paling imunogenik dari dinding sel atau kapsul mikroorganisme
serta merupakan antigen yang thymus independent (dihasilkan sendiri oleh kelenjar timus). Antigen ini dapat langsung merangsang
sel limfosit B yang menghasilkan imunoglobin (Ig)M spesifik yang kuat. Selain itu produksi IgG juga dirangsang yang mungkin melalui
mekanisme perangsangan oleh sitokin. Respons sel limfosit T yang utama terhadap bakteri ekstraselular melalui sel TCD4. Sel TCD4
berfungsi sebagai sel penolong untuk merangsang pembentukan antibodi, aktivasi fungsi fagosit dan mikrobisid makrofag.
Ada 3 mekanisme efektor yang dirangsang oleh IgG dan IgM serta antigen permukaan bakteri
 Opsonisasi bakteri oleh IgG serta peningkatan fagositosis dengan mengikat reseptor Fc_ pada monosit, makrofag dan neutrofil.
Antibodi IgG dan IgM mengaktivasi komplemen jalur klasik yang menghasilkan C3b dan iC3b yang mengikat reseptor
komplemen spesifik tipe 1 dan tipe 3 dan selanjutnya terjadi peningkatan fagositosis. Pasien defisiensi C3 sangat rentan
terhadap infeksi piogenik yang hebat.
 Netralisasi toksin bakteri oleh IgM dan IgG untuk mencegah penempelan terhadap sel target serta meningkatkan fagositosis
untuk eliminasi toksin tersebut.
 Aktivasi komplemen oleh IgM dan IgG untuk menghasilkan mikrobisid MAC serta pelepasan mediator inflamasi akut.
• Imunitas seluler. Disebut juga imunitas seluler yang di mediasi Limfosit T (sel T). mikroba intraseluler seperti virus dan bakteri, yang
berhasil mennyerang dan membelah diri dalam tubuh dan dan tidak dapat diatasi oleh antibody. Untuk menghadapi infeksi seperti ii
dibutuhkan system imunitas tingkat sel, yang bekerja dengan menghancurkan mikroba yang berada dalam sel yang terinfeksi untuk
mengeliminasi sumber infeksi. Sel T berkontribusi untuk mengaktifkan leukosit yang dapat menghancurkan antigen.
ANTIGEN

EXTRA SEL
(HUMORAL)

KEL TIMUS

LIPOPOLISAKARIDA INTRA SEL


(SELULER)

LIMFOSIT B LIMFOSIT T

TCD4
ANTIBODI, IgM, IgG

PENGENALAN, NETRALISASI, AKTIVASI MAKROFAG, FAGOSIT


KOMPLEMEN IgM dan IgG
FARMAKOKINETIK
• Spesifikasi dan pembedaan: Respon imun bekerja spesifik terhadap antigen tertentu, bahkan hal ini berlaku juga untuk sebuah
protein kompleks, polisakarida, atau makromolekul lain. Bagian dari antigen yang dikenali oleh limfosit di sebut sebagai
penentu/epitope. Spesifikasi limfosit mampu mengenali perbedaan reseptor membrane hingga tingkat struktur antara epitope
pembeda. Sebuah limfosit mampu membedakan antigen dalam jumlah besar. Diperkirakan sistem imun seseorang dapat mengenali
107 hingga 109 antigen asing. Kemampuan limfosit untuk mengumpulkan dan mengenali antigen dikarenakan bervariasinya reseptor
antigen pada limfosit. Dengan kata lain, dalam tubuh ada banyak sekali jenis limfosit yang mampu membedakan antigen sesuai
spesifikasi mereka,
• Mengingat. :Menghadapi serangan antigen asing yang datang kembali akan menambah kemampuan system imun untuk merespon
antigen. Respon kedua untuk antigen yang sama dalam tubuh di sebut respon imun sekunder yang biasanya akan terjadi lebih luas,
lebih kuat dan secara kualitatif berbeda dari serangan pertama. Imunologi mampu mengingat paparan antigen yang sama dikarenakan
setiap paparan antigen menghasilkan memori yang dapat bertahan dalam waktu lama pada sebuah sel dibandingkan pada sel/individu
yang belum terpapar antigen/(contoh pada unimunisasi). Pada sel yang memiliki memori paparan antigen, akan lebih efektif dan
efisien dalam memrespon dan mengeliminasi antigen serupa dibandingkan pada individu/sel yang belum terpapar antigen. Sebagai
contoh, pada orang yang telah mendapatkan imunisasi, maka tubuh mengenali vaksin sebagai antigen asing. Sel B akan menghasilkan
antibody yang mengikat antigen dengan daya ikat yang ebih kuat dari paparan sebelumnya. Sedangkan sel T akan bereaksi lebih cepat
dan lebih reaktif
NEXT

• Ekspansi klon : Limfosit spesifik untuk antigen mengalami proliferasi lebih besar setelah terpapar antigen.
Ekspansi klon merujuk pada peningkatan jumlah sel yang mampu menghadapi antigen dan membelah dalam jumlah
banyak hingga membentuk klon yang identic. Peningkatan jumlah antigen spesifik memungkinkan respon imun
adaptif untuk menghadapi paparan infeksi pathogen dalam jumlah besar
• Specialization : Seperti yang kita tahu respon imun merespon secara berbeda terhadap mikroba dan antigen
yang berbeda pula, memaksimalkan efektivitas mekanisme anti mikroba.
• Kontraksi dan homeostasis : Respon imun yang normal akan menyusut setelah menghadapi paparan antigen.
Ini disebut pemulihan kadar respon imun menuju fase istirahat basal dan di sebut homoestasis. Hal ini terjadi
karena respon eliminasi oleh antigen yang mengeliminasi stimulasi limfosit untuk mengahasilkan lebih banyak
limfosit, sehingga hal ini menyebabkan tubuh akan menghilangkan stimulus ini
• Non reactivity : Salah 1 hal paling mudah dikenali dari system imunologi adalah bagaimana system imun mampu
bertahan, mengenali dan merespon pada antigen asing tapi tidak membahayakan sel dalam tubuh. Hal ini di sebut
sebagai toleransi pada sel asli atau toleransi diri.
JENIS

• Untuk mendapatkan imunitas dari paparan antigen tertentu, maka dilakukan imunisasi.Imunisasi dibedakan
menjadi 2, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah langkah untuk mendapatkan kekebalan
dari akibat infeksi kuman patogen atau secara buatan melalui pemberian kuman patogen yang telah dimatikan,
dilemahkan atau pemberian produk metabolisme. Pada imunisasi aktif, disebut sebagai vaksinasi. Sedangkan
imunisasi pasif adalah kekebalan yang diperoleh dengan memberikan antibodies yang sudah terbentuk ke dalam
tubuh. Imunisasi Pasif terdiri atas pemindahan imunitas kepejamu menggunakan produk imunologik yang siap
pakai. • Imunisasi pasif dengan antibodi dapat dilakukan dengan menggunakan imunoglobulin binatang atau
manusia. Imunisasi Pasif bermanfaat untuk :
• Individu yang tidak mampu membentuk antibody
• Mencegah penyakit ketika tidak memungkinkan lagi untuk dilakukannya imunisasi aktif (pascapajanan)
• Mengobati penyakit tertentu yang biasa dicegah dengan imunisasi. Cth : Tetanus
• Mengobati berbagai kondisi ketika imunisasi aktif tidak tersedia atau tidak praktis. Cth : gigitan ular
Terdapat 2 jenis obat imunologi yakni vaksin dan serum.
Vaksin adalah sediaan aman dari suatu kuman/bakteri atau virus yang telah dimatikan atau dilemahkan. Terdapat
beberapa jenis vaksin yang aman di masukkan dalam tubuh.
• Live Attenuated (bakteri atau virus hidup yang dilemahkan) Contoh :Virus adalah vaksin campak dan vaksin
polio. Bakteri adalah vaskin BCG dan demam tifoid
• In activated (bakteri atau virus atau komponen yang dibuat tidak aktif) Bentuk Utuh :Virus adalah vaksin
influenza, rabies, hepatitis A. Bakteri adalah vaksis pertusis, vaksis kolera dan lepra. Bentuk Komponen: Bakteri
adalah vaksin pneumokokus, Haemophillus influenza tipe B
• Vaksin rekombinan Vaksin Hepatitis B Segmen gen virus hepatitis B kedalam gen sel ragi. Sel ragi yang telah
diubah kemudian menghasilkan antigen permukaan hepatitits B murni.
• Virus-like particle vaccine Vaksin Human papillomavirus (HPV) tipe 16 protein virus HPV yang diolah
sedemikian rupa sehingga menghasilkan struktur mirip dengan struktur HPV
Contoh vaksin :
• Vaksin kolera
• Vaksin kotipa : suatu vaksin kombinasi untuk imunisasi aktif terhadap kolera, tifus dan paratifus A, B dan CVaksin pertusis
: untuk imunisasi aktif terhadap batuk rejan. Mengandung kuman Bacillus partussis yang telah dimatikan
• Vaksin pes : untuk imunisasi aktif terhadap pes/sampar
• Vaksin BCG :
• Vaksin rabies
• Vaksin TIPA : untuk imunisasi aktif terhadap tifus dan paratifus A, B dan C.
• Vaksin poliomyelitis
• Vaksin campak
• Vaksin hepatitis-B
• Vaksin difteri
• Vaksin difteri-pertusis (DP) : untuk imunisasi aktif secara simultan terhadap difteri dan pertusis.
• Vaksin tetanus : untuk imunisasi aktif terhadap tetanus. Mengandung toksoid dari Clostridium tetani
• Vaksin difteri-tetani (DT) : untuk imunisasi aktif secara simultan terhadap difteri dan tetani.
Serum/sera/anti-sera/imuno-sera adalah cairan darah yang telah mengandung antibodies dan dipisahkan sel-sel
darah dan fibrin.
Jenis serum :
• Serum anti rabies : untuk pengobatan terhadap rabies. Diperoleh dari serum kuda yang telah dikebalkan
dengan virus fixe rabies
• Serum anti bisa ular polivalen : untuk pengobatan terhadap gigitan ular berbisa. Diperoleh dari plasma kuda
yang telah dikebalkan terhadap bisa ular yang mempunyai efek neurotoksik dan hemolitik
• Anti HBs imunoglobulin : untuk pencegahan terhadap hepatitis B
• Serum anti difteri : untuk pencegahan dan pengobatan terhadap difteri. Globulin dari serum kuda yang telah
dikebalkan secara aktif terhadap Corynebacterium diphtheriae
• Serum anti tetanus : untuk pencegahan dan pengobatan tetanus. Dibuat dari plasma kuda yang mengandung
antibodies untuk menetralisir toksin Clostridium tetani
SEDIAAN

• Sediaan obat imunologi dapat berupa oral (polio), injeksi (vial, serbuk, one ject, suspensi),
inhalasi (dalam tahap uji klinis ; influenza)
KONTRAINDIKASI

Obat imunologi memiliki kontraindikasi pada keadaan yang berkaitan dengan system imunitas di tubuh, yaitu
hipersensitivitas imun (lupus eritromathosus, DM tipe I), dan defisiensi imun (HIV). Pada bayi, kontra Indikasi obat
imunologi bagi bayi yang mengalami :
• Sakit keras
• Dalam masa tunas suatu penyakit
• Defisiensi imunologi
• Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksim, furunkulosis dan sebagainya sedang menderita TBC (kontraindikasi
vaksin BCG)
• individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma (kontraindikasi pada vaksin campak)
• Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin- vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada
penderita infeksi berat disertai kejang (kontraindikasi pada vaksin Hepatitis B)
• keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada syaraf merupakan kontraindikasi
pertusis.
INDIKASI

Indikasi pemberian obat imunologi adalah dengan menyesuaikan kebutuhan pasien/klien.


Pada anak-anak, harus dipenuhi persyaratan berikut agar anak bisa mendapatkan obat
imunologi/vaksinasi. Indikasi utama pemberian obat imunologi (dalam hal ini vaksin) adalah
untuk memberikan kekebalan secara aktif melalui imunisasi. Anak harus dalam keadaan sehat
dan obat imunologi diberikan pada jadwal yang tepat. Sedangkan indikasi pemberian
immunoglobulin menurut Pusat Informasi Obat Nasional (PIO) BPOM RI yakni
imunodefisiensi humoral primer; purpura trombositopenik idiopatik (ITP), Ibu hamil yang
tidak kebal dan terpajan rubella serta tidak mau menjalani aborsi terapeutik, orang dewasa
yang menjalani transplantasi sum-sum tulang, orang yang tidak kebal dan berkontak dengan
penderita dengan kasus campak akut.
EFEK SAMPING

pemberian obat imunologi sangat spesifik dan bisa menimbulkan reaksi berbeda pada setiap
orang. Umumnya, reaksi yang timbul setelah pemberian obat imunologi di bagi menjadi dua,
yaitu reaksi local dan reaksi umum. Reaksi local adalah reaksi yang timbul di sekitar tempat
pemberian obat imunologi yang utamanya diberikan melalui jarum suntik. Efek samping yang
timbul yakni : Sakit, kemerahan, rasa panas, gatal atau pembengkakan selama 1-2 hari
dan/atau benjolan keras yang kecil selama beberapa minggu
LANJUTAN….

• Reaksi umum yang terjadi yakni : Demam ringan 38.5˚C yang tidak berlangsung lama.
Efek samping vaksin yang sangat jarang harus segera ditangani
• Demam konvulsi: disebabkan oleh demam tinggi, umumnya terjadi pada anak-anak di bawah usia 3 tahun. Bayi tiba-tiba menjadi pucat,
lemas dan tidak responsif dari 1 sampai 48 jam setelah vaksinasi. Segera setelah bayi benar-benar pulih.
• Penyumbatan usus (intususepsi): terjadi jika sebagian dari usus melesap ke sisi usus laninya, seperti potongan teleskop. Ini dapat terjadi
pada bayi dalam 7 hari setelah diberi vaksin rotavirus dosis pertama dan ke-dua. Tanda-tanda penyumbatan usus termasuk: – tidak
berhenti menangis – wajah pucat – menarik kaki ke perut.
• Peradangan pada saraf di lengan (brakialis neuritis): menyebabkan rasa lemas atau mati rasa di lengan.
• Reaksi alergi yang parah (anafilaksis) terjadi tiba-tiba, biasanya dalam waktu 15 menit setelah di vaksin tetapi dapat terjadi dalam sejam
setelah di vaksin. Tanda-tanda awal anafilaksis meliputi: – kemerahan dan gatal-gatal pada kulit – gangguan pernapasan –rasa tertekan.
• Sindroma Guillain-Barre: menyebabkan kelumpuhan yang semakin naik seiring perjalanan penyakit dan kadangkadang mati rasa. Dulu,
masalah ini jarang dihubungkan dengan vaksin influenza ataupun tidak sama sekali
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai