Farmakologi
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 5
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “ANTIJAMUR DAN ANTIBIOTIK”
dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada:
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima aegala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
I
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PNENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan) dan -biotikos (cocok
untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk menggambarkan
semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain. Namun istilah ini kemudian digeser dengan ditemukannya obat
antibiotik sinetis. Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis
mikroba dan termasuk di dalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa,
anti virus, dll. Namun dalam pembahasan ini hanya membicarakan proses penghambatan
antibiotik dalam membunuh bakteri
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
1. Antijamur
Obat anti jamur merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan organisme
mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan dan ragi, atau obat yang
digunakan untuk menghilangkan jamur (Batubara,2010).
2. Antibiotik
Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan, bios = hidup.
Antibiotika adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah,
yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedangkan
toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
Infeksi jamur dapat dialami orang yang terpajan pada keadaan apapun dalam
hidupnya. Fakor predisposisi infeksi ini dapat terjadi tanpa alasan yang jelas. Tetapi
seringkali orang terpajan akibat lingkungan atau perilakunya. Sebagai contoh, seorang
atlet dapat terinfeksi jamur yang tumbuh diloker dari keringat dan mandi yang sering.
Selain itu juga terjadi pada orang yang mengalami penurunan fungsi imun, misalnya
pasien diabetes, waniita hamil, dan bayi. Mereka yang menderita imunodefisiensi berat
termasuk pengidap AIDS beresiko mengalami infeksi jamur yang kronik dan berat. Pada
kenyataannya,infeksi ragzi pada vagina atau mulut seringkali merupakan infeksi
opotunistik yang ditemukan pada pengidap HIV. Pasien dengan infeksi jamur kronik
harus dievaluasi untuk mencari diabetes melitus dan AIDS. Pengobatan dengan antibiotik
untuk infeksi bakteri dapat membunuh bakteri vagina normal ang biasanya berada dalam
keseimbagan dengan ragi vagina. hal itu dapat menimbulkan infeksi ragi pada wanita
atau perempuan muda (Farah, 2014).
Gejala infeksi jamur sangat beragam, tergantung bagian tubuh yang terinfeksi,
yang meliputi:
1) Candidiasis
Candidiasis disebabkan oleh infeksi jamur Candida. Pada kondisi normal, jamur
tersebut hidup secara alami di permukaan kulit. Namun bila perkembangannya
tidak terkendali, jamur tersebut akan menyebabkan infeksi. Salah satu penyebab
tumbuh suburnya jamur ini adalah efek samping antibiotik.
2) Perkembangan jamur Candida yang tidak terkendali dapat dipicu oleh sejumlah
hal, antara lain kurangnya kebersihan diri, mengenakan pakaian ketat, iklim yang
hangat, serta kondisi kulit yang lembap atau tidak dikeringkan dengan benar.
3) Infeksi Candida auris
Seperti namanya, infeksi ini disebabkan oleh jamur Candida auris. Berbeda dari
jamur Candida lain, Candida auris kebal terhadap obat anti jamur yang biasa
digunakan untuk mengobati candidiasis. Di samping itu, jenis jamur ini juga
dapat menyebabkan kematian pada sebagian besar penderitanya.
Candida auris menyebar dari orang ke orang, melalui pemakaian bersama pada
peralatan yang terkontaminasi.
4) Kurap
Kurap disebabkan oleh jenis jamur yang hidup di tanah,
yaitu epidermophyton, microsporum, dan trichophyton. Seseorang bisa terinfeksi
bila menyentuh tanah yang terkontaminasi jamur tersebut. Penyebaran dapat
terjadi antara hewan ke manusia, atau dari manusia ke manusia.
5) Infeksi jamur kuku
Infeksi jamur kuku terjadi ketika terdapat jamur di kuku yang tumbuh tidak
terkendali. Jenis jamur penyebab infeksi jamur kuku sama dengan jamur
penyebab kurap. Infeksi jamur ini juga bisa terjadi pada tangan (tinea manum).
Meskipun dapat terjadi pada siapa saja, risiko infeksi jamur kuku lebih tinggi
pada penderita diabetes, lansia di atas 65 tahun, pengguna kuku palsu, orang yang
mengalami cedera kuku, dan individu dengan kekebalan tubuh lemah.
6) Aspergillosis
Aspergillosis disebabkan oleh perpaduan antara sistem kekebalan tubuh yang
lemah dan paparan jamur Aspergillus. Jamur ini dapat ditemukan di tumpukan
kompos, tumpukan gandum, dan sayuran yang membusuk.
Selain pada individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah (misalnya kondisi sel
darah putih rendah atau sedang mengonsumsi obat kortikosteroid),
risiko aspergillosis lebih tinggi pada penderita asma atau cystic fibrosis.
7) Infeksi jamur mata
Infeksi jamur mata adalah kondisi yang jarang, namun tergolong serius. Infeksi
jamur mata paling sering disebabkan oleh jamur Fusarium yang hidup di pohon
atau tanaman. Jamur Fusarium bisa masuk ke mata bila mata tidak sengaja
tergores bagian tanaman tersebut.
Selain akibat cedera mata, infeksi jamur mata dapat terjadi pada pasien yang
menjalani operasi katarak atau transplantasi kornea. Pada kasus yang jarang,
infeksi jamur mata juga terjadi akibat penggunaan obat tetes mata atau cairan
pembersih lensa kontak yang sudah terkontaminasi, serta pengobatan dengan
suntikan kortikosteroid pada mata.
8) Pneumocystis pneumonia (PCP)
PCP disebabkan oleh jamur Pneumocystis jirovecii, yang menyebar melalui
udara. PCP menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti
penderita HIV/AIDS, atau pada pasien pasca menjalani transplantasi organ
dan obat imunosupresif.
9) Cryptococcus neoformans
Infeksi ini disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans. Spora jamur tersebut
dapat terhirup secara tidak sengaja, namun tidak menyebabkan infeksi. Hanya
saja, individu dengan kekebalan tubuh lemah berisiko tinggi terinfeksi jamur ini.
10) Histoplasmosis
Histoplasmosis disebabkan oleh jamur Histoplasma. Jamur ini dapat ditemukan di
tanah yang terpapar kotoran burung atau kelelawar. Infeksi terjadi ketika spora
jamur di tanah terhirup dan masuk ke saluran pernapasan.
Setiap orang dapat terjangkit histoplasmosis. Akan tetapi, infeksi ini lebih rentan
terjadi pada petani, peternak, penjelajah gua, pekerja konstruksi, dan petugas
pengendali hama.
11) Mucormycosis
Mucormycosis terjadi akibat menghirup spora jamur golongan Mucorales secara
tidak sengaja. Infeksi juga dapat terjadi bila luka terbuka di kulit terpapar jamur
ini.
Jamur Mucorales bisa ditemukan di daun, kayu, tanah, atau di tumpukan kompos.
Namun walaupun jamur ini terdapat di alam, bukan berarti infeksi pasti terjadi
pada setiap orang yang terpapar spora jamur. Infeksi lebih berisiko terjadi pada
orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti penderita kanker dan
diabetes.
12) Sporotrichosis
Sporotrichosis disebabkan oleh jamur Sporothrix yang banyak ditemukan
di tanah atau tanaman. Infeksi terjadi ketika spora jamur masuk ke tubuh melalui
sentuhan, terutama melalui luka terbuka di kulit. Meskipun sangat jarang, infeksi
juga dapat terjadi bila menghirup spora jamur secara tidak sengaja. Beberapa
orang dengan jenis pekerjaan tertentu lebih berisiko terserang
infeksi sporotrichosis, misalnya tukang kebun, petani, dan pasien yang sedang
menjalani terapi imunosupresif.
13) Talaromycosis
Talaromycosis disebabkan oleh jamur Talaromyces marneffei. Sama seperti
beberapa jenis infeksi jamur lain, talaromycosis umumnya menyerang orang
dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
2. Antibiotik
a) Sepsis
b) Meningitis
c) Peritonitis
d) Salmonelosis
e) Keracunan makanan karena bakteri
f) Mionekrosis
g) ISPA
h) Tuberkulosis
i) STD
j) Kandidiasis
2.3 Penggolongan Obat
1. Antijamur
Terdapat beberapa kelompok obat antijamur berdasarkan jenis dan cara kerjanya, yaitu:
1. Clotrimazole.
2. Fluconazole.
3. Ketoconazole.
4. Itraconazole.
5. Miconazole.
6. Voriconazole.
1. Anidulafungin.
2. Micafungin.
1. Nystatin.
2. Amphotericin B.
Selain yang telah disebutkan, terdapat juga antijamur lain yang tidak digolongkan
namun juga dapat membunuh jamur, seperti griseofulvin dan terbinafine. Obat
antijamur umumnya dapat diperoleh dalam bentuk topikal (oles), oral (minum),
intravena (suntik atau infus), maupun intravagina (ovula).
2. Antibiotik
a. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
1) Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide
dan Cephalosporin
2) Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
3) Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari
golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline
4) Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
5) Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
6) Antimetabolit, misalnya azaserine.
Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas,
yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang
sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh
memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.
d. Penggolongan Obat berdasarkan spectrum kerjanya :
1) Spektrum luas (aktivitas luas) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu
bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini
adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan
rifampisin.
2) Spektrum sempit (aktivitas sempit) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis
mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin,
klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang
streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.
3) Golongan Lincosamides
Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat
golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang
alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan
penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap gram
positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga
digunakan secara topikal pada acne. Contoh obatnya yaitu Clindamycin
(klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin).
4) Golongan Tetracycline
Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat
golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang
diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik
Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter
ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat. Adapun
contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan
minosiklin. Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai
kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya mengganggu
sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp Psudomonas &
Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata),
leptospirae, beberapa protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-
paru, saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek
sampingnya selama kehamilan & pada anak kecil.
5) Golongan Kloramfenikol
Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan
perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S.
pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk
mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan
antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn 1970-an
dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya
dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H.
influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh
obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.
6) Golongan Makrolida
Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel
pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya
merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati
infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga,
infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan
jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang
ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi
terhadap penisilin.Contoh obatnya : eritromisin, klaritromisin, roxitromisin,
azitromisin, diritromisin serta spiramisin.
7) Golongan Kuinolon
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat
enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk
mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta
pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi,
infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial kronik,
infeksi intra abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual,
serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational.
Penggolongan :
(a) Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa
komplikasi
(b) Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin,
pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk
infeksi sistemik lain.
8) Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme
kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada
ribosom dalam sel. Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin,
amikasin, neomisi. Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ
injeksi pada TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan
penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin
juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,Efek
samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta nefrotoksik.
9) Monobaktam
Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan
mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada kuman
gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap
penisilinase Contoh : aztreonam
10) Sulfonamide
Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan
negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat
dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA
bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan
sulfamezatin dengan perbandingan sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol +
trimetoprim dengan perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.
Penggunaan:
(a) Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol
(b) Infeksi mata : sulfasetamid
(c) Radang usus : sulfasalazine
(d) Malaria tropikana : fansidar.
(e) Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.
(f) Tifus : kotrimoksazol.
(g) Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol
Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir :
icterus, hiperbilirubinemia
11) Vankomisin
Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman
gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain
tidak ampuh lagi
2.4 Indikasi
1. Antijamur
Indikasi dan Kontraindikasi
Obat antijamur sistemik :
A. Golongan Azol
1. Itrakonazol
Itrakonazol merupakan obat kategori C, sehingga tidak direkomendasikan
untuk wanita hamil dan menyusui, karena dieksresikan di air susu (Gupta, 2002).
2. Flukonazol
Flukonazol ditoleransi baik oleh geriatrik kecuali dengan gangguan ginjal.
Obat ini termasuk kategori C, sehingga tidak direkomendasikan untuk wanita
hamil dan menyusui (Bellantoni, 2008).
3. Varikonazol
Vorikonazol bersifat teratogenik pada hewan dan kontraindikasi pada
wanita hamil (Bennet, 2006).
4. Ketokonazol
Ketokonazol terutama efektif terhadap histoplasmosis paru, tulang, sendi,
dan jaringan lemak. Obat ini efektif untuk kriptokokosis nonmeningeal,
parakoksidioidomikosis, beberapa bentuk koksdioidomikosis, dermatomikosis,
dan kandidosis (mukokutan, vaginal, dan rongga mulut) (UNSRI, 2004).
Ketokonazol dikontraindikasikan pada penderita yang hipersensitif, ibu hamil dan
menyusui, serta penyakit hepar akut (UNSRI, 2004).
3. Antibiotik(?)
Indikasi yang tepat dan benar dalam penggunaan antibiotika pada anak adalah bila
penyebab infeksi tersebut adalah bakteri. Menurut CDC (Centers for Disease Control and
Prevention) indikasi pemberian antibiotika adalah
(a) Bila batuk dan pilek berkelanjutan selama lebih 10 – 14 hari.yang terjadi sepanjang
hari (bukan hanya pada malam hari dan pagi hari).
(b) Indikasi lain bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas > 39 C
dengan cairan hidung purulen, nyeri, pembengkakan sekitar mata dan wajah.
(c) Pilihan pertama pengobatan antibiotika untuk kasus ini cukup dengan pemberian
Amoxicillin, Amoxicillinm atau Clavulanate. Bila dalam 2 – 3 hari membaik
pengobatan dapat dilanjutkan selama 7 hari setelah keluhan membaik atau biasanya
selama 10 – 14 hari.
Bila batuk dan pilek yang berkelanjutan yang terjadi hanya pada malam hari dan
pagi hari (bukan sepanjang hari) biasanya berkaitan dengan alergi atau bukan lagi dalam
fase infeksi dan tidak perlu antibiotika Indikasi lain bila terdapat gejala infeksi sinusitis
akut yang berat seperti panas > 39 C dengan cairan hidung purulen, nyeri, bengkak di
sekitar mata dan wajah. Pilihan pertama pengobatan antibiotika untuk kasus ini cukup
dengan pemberian Amoxicillin, Amoxicillinm atau Clavulanate. Bila dalam 2 – 3 hari
membaik pengobatan dapat dilanjutkan selama 7 hari setelah keluhan membaik atau
biasanya selama 10 – 14 hari. Indikasi lainnya adalah radang tenggorokan karena infeksi
kuman streptokokus. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau
lebih. Pada anak usia 4 tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena
kuman ini. Bila sakit batuk dan pilek timbul sepanjang hari (bukan hanya malam dan
pagi hari) lebih dari 10-14 hari disertai cairan hidung mukopurulen (kuning atau hijau).
Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur yang
membutuhkan beberapa hari untuk observasi. Apabila dicurigai adanya infeksi saluran
kemih, dilakukan pemeriksaan sample urin dan kemudian di lakukan pemeriksaan kultur
di rumah sakit. Setelah beberapa hari akan ketahuan bila ada infeksi bakteri berikut
jenisnya dan sensitivitas terhadap jenis obatnya.
Penyakit yang lain yang harus mendapatkan antibiotika adalah infeksi saluran
kemih dan penyakit tifus Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan
melakukan kultur darah atau urine. Apabila dicurigai adanya infeksi saluran kemih,
dilakukan pemeriksaan kulut urine. Setelah beberapa hari akan diketahui bila ada infeksi
bakteri berikut jenis dan sensitivitas terhadap antibiotika. Untuk mengetahui penyakit
tifus harus dilakukan pemeriksaan darah Widal dan kultur darah gal. Anak usia di bawah
5 tahun yang mengalami infeksi virus sering mengalami overdiagnosis penyakit Tifus.
Sering terjadi kesalahan persepsi dalam pembacaan hasil laboratorium. Infeksi virus
dengan peningkatan sedkit pemeriksaan nilai widal sudah divonis gejala tifus dan
dihantam dengan antibiotika.
Sebagian besar kasus penyakit infeksi pada anak penyebabnya adalah virus.
Dengan kata lain seharusnya kemungkinan penggunaan antibiotika yang benar tidak
besar atau mungkin hanya sekitar 10 – 15% penderita anak. Penyakit virus adalah
penyakit yang termasuk “self limiting disease” atau penyakit yang sembuh sendiri dalam
waktu 5 – 7 hari. Sebagian besar penyakit infeksi diare, batuk, pilek dan panas
penyebabnya adalah virus. Secara umum setiap anak akan mengalami 2 hingga 9 kali
penyakit saluran napas karena virus. Sebaiknya jangan terlalu mudah mendiagnosis
(overdiagnosis) sinusitis pada anak. Bila tidak terdapat komplikasi lainnya secara alamiah
pilek, batuk dan pengeluaran cairan hidung akan menetap paling lama sampai 14 hari
setelah gejala lainnya membaik. Sebuah penelitian terhadap gejala pada 139 anak
penderita pilek(flu) karena virus didapatkan bahwa pemberian antibiotik pada kelompok
kontrol tidak memperbaiki cairan mucopurulent dari hidung. Antibiotika tidak efektif
mengobati Infeksi saluran napas Atas dan tidak mencegah infeksi bakteri tumpangan.
Sebagian besar infeksi Saluran napas Atas termasuk sinus paranasalis sangat jarana sekali
terjadi komplikasi bakteri.
3.5 Dosis Obat
1. Antijamur
A. Itraconazole
(a) Oral
Dosis: 100-200 mg, 1-3 kali sehari tergantung dari beratnya penyakit.
(b) Intravena
Dosis: 200 mg dua kali sehari untuk hari pertama, dilanjutkan dengan 200
mg sekali sehari sampai hari ke-14.
G. Voriconazole
Merek dagang Voriconazole: VFend, Vazol
Kondisi: Pengobatan candidemia, infeksi candida pada jaringan bagian dalam,
aspergillosis invasif, scedosporiosis dan fusariosis
(a) Intravena
Dosis: 6 mg/kg 2 kali selama 24 jam pertama diikuti dengan 4 mg/kg dua kali
sehari.
(b) Oral
Dosis: 400 mg dua kali selama 24 jam pertama diikuti dengan 200 mg dua kali
sehari.
H. Anidulafungin
Merek dagang Anidulafungin: Ecalta
1) Kondisi: Kandidiasis esofagus
Intravena
Dosis: 100 mg sebagai dosis hari pertama diikuti 50 mg perhari hingga 7 hari
setelah gejala klinis menghilang.
2) Kondisi: Kandidiasis lainnya
Intravena
Dosis: 200 mg dosis hari pertama, diikuti 100 mg per hari hingga 14 hari
setelah gejala klinis menghilang.
I. Micafungin
Merek dagang Micafungin: Mycamin
1) Kondisi: Kandidiasis berat
Intravena
Dosis: 100-200 mg per hari selama 14 hari.
2) Kondisi: Kandidiasis esofagus
Intravena
Dosis: 150 mg sehari sekali selama seminggu
J. Nystatin
Merek dagang Nystatin: Candistin, Cazetin, Constantia, Enystin, Mycostatin,
Nymiko, Nystin, Flagystatin
1) Kondisi: Kandidiasis mulut
Oral
Dosis: 100.000 unit 4 hari sekali. Kocok dulu di mulut sebelum ditelan.
2) Kondisi: Kandidiasis usus
Oral
Dosis: 500.000-1.000.000 unit 3-4 kali sehari.
3) Kondisi: Kandidiasis vulvovaginal
Intravaginal
Dosis: 100.000-200.000 unit sehari sekali pada saat akan tidur selama 14 hari.
K. Amphotericin B
Merek dagang Amphotericin B: -
1) Kondisi: Aspergilosis yang menyebar
Intravena
Dosis: 0,6-0,7 mg/kg tiap hari selama 3-6 bulan.
2) Kondisi: Endokarditis
Intravena
Dosis: 0,6-1 mg/kg selama seminggu dan 0,8 mg/kg tiap 2 hari selama 6-8
minggu pasca operasi.
L. Griseofulvin
Merek dagang Griseofulvin: Grivin Forte, Rexavin
1) Kondisi: Jamur kulit
Oral
Dosis: 0,5-1 gram per hari, dapat diminum dalam 1 atau 2 dosis selama 2
minggu – 12 bulan (bila infeksi mengenai kuku)
M. Terbinafine
Merek dagang Terbinafine: Interbi, Lamisil, Termisil
Kondisi: Jamur kulit
(a) Oral
Dosis: 250 mg sekali sehari. Dapat dikonsumsi selama 2-12 minggu.
(b) Topikal
Dosis: sebagai krim 1%, gunakan 1-2 kali sehari pada daerah yang terinfeksi.
Dapat digunakan selama 1-2 minggu.
2. Antibiotik(?)
NAMA DOSIS
1. Penisillin
a) Amoxicillin Dewasa dan anak >20 kg 250-500 mg,
Anak<20kg :30-75mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis IV, IM, oral
b) Ampicillin Dewasa dan anak >20 kg 250-500 mg
Anak<20kg:50-100/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis IV, IM, oral
2. Sefalosporin
a) Cefadroksil 25-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis oral
b) Cefiksim 3-6mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis oral
c) Cefotaksim 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4 dosis IV
d) Ceftriakson 50-75mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis IV/IM
e) Ceftazidin 30-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis IV/IM
f) Cefuroksim 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis
3. Makrolid
a) Spiramisin 50-75mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis
b) Eritromisin 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
5. Kuinolon
a) Ciprofloksasin 10-20mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis oral
b) Levofloksasin 10-20mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis oral
Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan dari obat antijamur, antara lain adalah:
(a) Ruam.
(b) Gatal-gatal.
(c) Diare.
(d) Tidak enak badan.
(e) Kemerahan pada kulit.
(f) Nyeri perut.
2. Antibiotik(?)
Efek samping dari antibiotika yaitu :
(a) Sensitisasi/hipersensitif, seperti gatal-gatal, kulit kemerah-merahan, bentol-bentol
atau lebih hebat lagi dapat terjadi syok. Contohnya penisilin dan klorampenikol.
(b) Resistensi, terjadi bila obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah atau waktu
terapi kurang lama. Untuk mencegah resistensi dianjurkan menggunakan kemoterapi
dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.
(c) Superinfeksi, yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan
penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Selain antibiotik
yang menekan sistem kekebalan tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva
lainnya dapat menimbulkan suprainfeksi.
1) Muntah
2) Diare hebat
3) Kejang perut
4) Reaksi Alergi
(a) Sesak nafas
(b) Gatal
(c) Bilur merah pada kulit
(d) Bibir, muka atau lidah bengkak
(e) Hilang kesadaran
5) Bercak putih pada lidah
6) Gatal bibir luar pada vagina.
Amphotericin
Clotrimazole
Griseofulvin
Itraconazole
Ketoconazole
Miconazole
Natamycin
Nystatin
Terbinafine
Tioconazole
Voriconazole
2. Antibiotik
a) Amigoglikosid
(1) Streptomisin
(2) Gentamisin
(3) Kanamisin
(4) Amikasin
(5) Tobromisin
(6) Netilmisin
(7) Neomisin
b) Sefalosforin
(1) Cefadroxil dan Cefalexin
(2) Cefazolin
(3) Cephalotin
(4) Cefaclor dan Ceefixim
(5) Cefamandol, Ceftizoxim dan Ceftriaxon
(6) Cefmetazol
(7) Cefoperazon dan Ceftaziktim
(8) Cefprozil
(9) Cefuroxim
c) Kloramfenikol
(1) Kloramfenikol
(2) Kloramfenikol natrium stearate
(3) Kloramfenikol natrium suksianat
(4) Tiamfenikol
d) Maklorida
(1) Eritromisin
(2) Spiramisin
(3) Roksitromisin
(4) Klritromisin
e) Penisilin
(1) Amoksilin
(2) Derivat penisilin
(3) Ampisilin
(4) Flucloxacilin
(5) Cloxacilin
(6) Piperacilin
(7) Subenicilin
f) Kunilon
(1) Spirofloksasin
(2) Oflosasin
(3) Moksifloksasin
(4) Levofloksasin
(5) Pefloksasin
(6) Norfloksasin
(7) Sparfloksasin
(8) Lemofloksasin
(9) Flerofloksasin
(10) Getifloksasin
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA