Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ROBEKAN JALAN LAHIR” ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Asuhan Kegawat Daruratan Maternal dan Neonatal. Makalah ini ditulis dari
hasil penyusunan data-data yang kami peroleh dari beberapa buku dan situs blog
di internet. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Asuhan Kegawat Daruratan Maternal dan Neonatal atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan dengan semestinya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian………………..……………………………..….3
B. etiologi……………………………………………………..8
C. Patofisiologi………………………………………………10
D. Tanda dan Gejala…………………………………….……11
E. Penatalaksanaan Medis……………………………………13
A. Kesimpulan …………………………………………………..21
B. Saran ……………………………………………………..…..21
DAFTAR PUSTAKA …………………..………………………..22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
2. Robekan Perinium
3
garis tengah di bawah rektum dan pada tulang ekor. Diafragma
urogenitalis terletak di sebelah luar diafragma pelvis, yaitu di daerah
segitiga antara tuberositas iskial dan simpisis phubis. Diafragma
urogenital terdiri dari muskulus perinialis transversalis profunda,
muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia interna dan eksterna
(Cunningham, 1995).
B. LUKA PERINIUM
Luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada bagian
perinium dimana muka janin menghadap (Prawirohardjo S,1999). Luka
perinium, dibagi atas 4tingkatan :
3. Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
3. Robekan Serviks
4
Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. bibir depan
dan bibir belakang servik dijepit dengan klem fenster kemudian serviks
ditariksedidikit untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan.
Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung
untuk menghentikan perdarahan.
4. Rupture Uteri
Resiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi
pada kasus ini. Ruptura uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma
pada para metrium, kadang-kadang sangat sulit untuk segera dikenali
sehingga menimbulkan komplikasi serius atau bahkan kematian. Syok
5
yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan jumlah darah keluar karena
perdarhan heat dapat terjadi ke dalam kavum abdomen. Keadaan-
keadaan seperti ini, sangat perlu untuk diwaspadai pada partus lama
atau kasep.
a) R. u. Gravidarum
b) R. u. Durante Partum
2.Menurut lokasinya:
a) Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah
mengalami operasi seperti seksio sesarea klasik ( korporal ),
miemoktomi
6
b) Segmen bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus
yang sulit dan lama tidak maju, SBR tambah lama tambah
regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur uteri yang
sebenarnya
4.Menurut etiologinya
3) Bekas miomectomia
7
Pembagian rupture uteri menurut robeknya dibagi menjadi :
C. ETIOLOGI
1. Robekan perinium
2. Robekan serviks
a. Partus presipitatus
8
b. Trauma krn pemakaian alat-alat operasi
d. Partus lama
9
3. Ruptur Uteri
d. Panggul sempit
e. Letak lintang
f. Hydrosephalus
D. PATOFISIOLOGI
1. Robekan Perinium
10
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bias
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus
pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa
lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu
bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan
dengan pembedahan vaginial.
2. Robekan Serviks
3. Rupture Uteri
11
3). Rupture uteri pada bekas luka uterus
a. Pendarahan segera
d. Plasenta baik
a. Pucat
b. Lemah
c. Menggigil
2. Rupture Uteri
Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau
tenang.
a) .Dramatis
12
1. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi
hebat memuncak
b). Tenang
13
5. Perkembangan persalinan menurun
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
14
berbagai arah secara perlahan untuk melihat seluruh serviks.
Mungkin terdapat beberapa robekan.
g. Jika bagian panjang bibir serviks robek, jahit dengan jahitan jelujur
menggunakan benang catgut kromik atau poliglikolik 0.
h. Jika apeks sulit diraih dan diikat, pegang pegang apeks dengan
forcep arteri atau forcep cincin. Pertahankan forcep tetap terpasang
selama 4 jam. Jangan terus berupaya mengikat tempat pendarahan
karena upaya tersebut dapat mempererat pendarahan. Selanjutnya :
15
3. PENJAHITAN ROBEKAN DERAJAT I DAN II
16
- Angkat jari dengan hati-hati dan identifikasi sfingter.
17
a. Pastikan tidak ada pendarahan. Keluarkan bekuan darah dengan
menggunakan spons.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
18
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang robekan jalan lahir sampai
dengan bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan medisnya, menerapkan
konsep asuhan kebidanan kepada klien dengan perlukaan jalan lahir.
19
DAFTAR PUSTAKA
20