Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK

PRASEKOLAH

“ATRESIA ESOFAGUS”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah

Dosen Pengampu Sri Rahayu, S.Kp.,Ns.,S.Tr.Keb.,M.Kes

DISUSUN OLEH

AYU PUSPANINGRUM (P1337424417017)

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG


JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG 2019/2020
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...........................................................................................................
Daftar Isi ....................................................................................................................
Kata Pengantar ...........................................................................................................
Bab I ..........................................................................................................................
A. Latar Belakang .........................................................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................
Bab II .........................................................................................................................
A. Pengertian Atresia Esofagus ....................................................................
B. Penyebab Atresia Esofagus ......................................................................
C. Tanda Dan Gejala Atresia Esofagus ........................................................
D. Patofisiologi Atresia Esofagus .................................................................
E. Komplikasi Esofagus ...............................................................................
F. Prognosis Esofagus ..................................................................................
G. Cara Pencegahan Esofagus ......................................................................
H. Penatalaksanaan Medi Esofagus ..............................................................
Bab III Penatalaksanaan Kasus Oleh Bidan Di Pelayanan Primer ............................
Bab IV ........................................................................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................................
B. Saran ........................................................................................................
Daftar Pustaka ............................................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Atresia Esofagus”. Sholat serta
salam tak lupa selalu kita haturkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu
kita harapkan syafaatnya kelak dihari akhir.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tentu banyak mendapatkan banyak
bantuan dari pihak lain, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri
Rahayu, S.Kp.,Ns.,S.Tr.Keb.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah yang telah memberikan tugas makalah dan
bantuan dalam penyelesaian makalah ini. Orang tua yang tidak pernah lelah memberikan
motivasi dan doa dalam penyelesaian makalah ini. Serta teman-teman kelas S1 terapan
kebidanan Semarang yang telah memberikan motivasi dan saran-saran dalam
penyelesaian makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna dan masih ada beberapa kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih
baik lagi. Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Semarang, 08 Agustus 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atresia esophagus terjadi pada 1:3000-4500 kelahiran hidup; kira-kira
sepertiga dari bayi tersebut lahir secara prematur. Pada lebih dari 75% kasus-
kasus yang ditemukan, suatu fistula diantara trakea dan esophagus bagian distal
menyertai atresia tersebut.
Atresia Esophagus merupakan kelainan kongenital yang ditandai dengan
tidak menyambungnya esofagus bagian proksimal dengan esofagus bagian distal.
Atresia Esophagus dapat terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE), yaitu
kelainan kongenital dimana terjadi persambungan abnormal antara esofagus
dengan trakea.
Masalah pada atresia esophagus adalah ketidakmampuan untuk menelan,
makan secara normal, bahaya aspirasi termasuk karena saliva sendiri dan sekresi
dari lambung.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan atresia esophagus?
2. Bagaimana tanda dan gejala atresia esophagus?
3. Bagaimana mekanisme perjalanan atau patofisiologis atresia esophagus ?
4. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada penderita atresia esophagus ?
5. Apa saja prognosis yang dapat terjadi pada atresia esophagus ?
6. Bagaimana cara pencegahan atresia esophagus ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis yang dilakukan pada kasus atresia
esophagus ?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang pengertian atresia esophagus?
2. Mengetahui bagaimana tanda dan gejala atresia esophagus?
3. Mengetahui bagaimana mekanisme perjalanan atau patofisiologis atresia
esophagus ?
4. Mengetahui komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada penderita atresia
esophagus ?
5. Mengetahui apa saja prognosis yang dapat terjadi pada atresia esophagus ?
6. Mengetahui bagaimana cara pencegahan atresia esophagus ?
7. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis yang dilakukan pada kasus
atresia esophagus ?
BAB II
IDENTIFIKASI KASUS
A. Pengertian Atresia Esofagus
Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis artinya
nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia adalah keadaan tidak
adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara
konginetal atau disebut juga clausura. Dapat juga dikatakan tidak adanya
lubang ditempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau
rongga tubuh.
Atresia Esophagus merupakan kelainan kongenital yang ditandai
dengan tidak menyambungnya esofagus bagian proksimal dengan esofagus
bagian distal. Atresia Esophagus dapat terjadi bersama fistula trakeoesofagus
(FTE), yaitu kelainan kongenital dimana terjadi persambungan abnormal
antara esofagus dengan trakea.
Atresia ini terjadi jika terdapat kanalisasi inkomplet di esophagus pada
masa perkembangan intrauterine awal. Pada atresia esophagus kerongkongan
menyempit dan buntu atau tidak menyambunng dengan lambunng.
Kebanyakan bayi yang menderita atresia esophagus juga memiliki fistula
trakeoesofageal (suatu hubungan abnormal antara kerongkongan dan
trakea/pipa udara).

B. Penyebab
Hingga saat ini, teratogen penyebab kelainan ini masih belum
diketahui. Terdapat laporan yang menghubungkan atresia esofagus dalam
keluarga. Terdapat 2% resiko apabila saudara telah terkena kelainan ini..
Saat ini, banyak yang percaya bahwa perkembangan terjadinya atresia
esofagus tidak berhubungan dengan genetik. Debat mengenai proses
embriopatologi ini terus berlangsung, akan tetapi hanya sedikit perkembangan
yang didapat. Teori His lama menyatakan lateral infolding membagi foregut
menjadi esofagus dan trakea, tetapi penemuan di bidang embriologi manusia
tidak mendukung teori ini.
Pada tahun 1987, Kluth menyatakan septal trakeoesofageal memegang
peranan penting dalam perkembangan atresia esofagus. Berdasar proses
embriopatologik dalam perkembangan meskipun masih tahap awal, tetapi
telah terjadi diferensiasi antara trakea dan esofagus, dimana jarak diantara
keduanya terlalu dekat sehingga tidak terjadi pemisahan. Ia juga menyatakan
bahwa gangguan vaskularisasi juga dapat berperan dalam terjadinya atresia
esofagus ataupun fistula.
Pada tahun 2001 Oxford dan lainnya menyatakan bahwa kesalahan
posisi ventral ektopik dari notochord pada embrio berusia 21 hari gestasi
dapat menyebabkan gangguan lokus gen, gangguan apoptosis pada foregut
dan jenis jenis atresia esofagus. Kondisi ini dapat terjadi karena variasi
pengaruh teratogen pada masa gestasi awal seperti kembar, paparan racun,
atau kemungkinan aborsi.

C. Variasi Atresia Esophagus


Terdapat variasi dalam atresia esofagus berdasar klasifikasi anatomi.
Menurut Gross of Boston, variasi atresia esofagus beserta frekuensinya adalah
sebagai berikut:

1. Tipe A – atresia esofagus tanpa fistula atau atresia esofagus murni (5-8%)
2. Tipe B – atresia esofagus dengan TEF proksimal (jarang, <1%)
3. Tipe C – atresia esofagus dengan TEF distal (80-95%)
4. Tipe D – atresia esofagus dengan TEF proksimal dan distal (jarang, <1%)
5. Tipe E – TEF tanpa atresia esofagus atau fistula tipe H (4%) , juga disebut
tipe H
D. Manifestasi klinis
Atresia esophagus harus dicurigai jika :
1. Terdapat riwayat polihidramnion ibu
2. Kateter yang dipergunakan pada saat kelahiran untuk resusitasi tidak dapat
dimasukkan sampai ke dalam lambung
3. Bayi mempunyai sekresi oral yang berlebihan, mengeluarkan air liur,
tampak busa dari mulut dan hidung
4. Jika terjadi aspirasi, akan terjadi sioanosis atau batuk. Sianosis terjadi
akibat laringospasme, yang terjadi sebagai mekanisme kompensasi untuk
mencoba mencegah aspirasi sekresi yang mengalir secara berlebihan dari
kantong butu esofagus ke dalam trakea.

E. Diagnosis
Diagnosis harus ditegakkan secara dini, lebih baik lagi jika berhasil
dibuat di kamar bersalin, karena aspirasi paru merupakan penentu prognosis
utama. Sekali diduga adnya atresia esofagus, maka kegagalan untuk
memasukkan kateter ke dalam lambung memastikan diagnosis. Biasanya
kateter tersebut akan berhenti secara tiba-tiba pada jarak 10-11 cm dari garis
batas atas gusi dan rontgenogram yang dilakukan, memperlihatkan kateter
yang menggulung terletak di esofagus bagian atas.
F. Patofisiologi
Pada atresia esofagus, bagian usus embrionik gagal berkembang, dan
esofagus berujung pada kantong yang buntu; fistula trakeoesofagus (TEF)
merupakan sambungan antara trakea dan esofagus. Secara normal, bagian
usus embrionik memanjang dan terpisah untuk memebentuk dua saluran yang
sejajar (esofagus dan trakea) selama minggu keekmpat dan kelima gestasi.
Jika terjadi pemisahan yang tidak sempurna atau pertumbuhan sel yang
berubah selama pemisahan ini, anomali yang mencakup esofagus dan trakea,
seperti TEF terjadi.
Janin dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion
dengan efektif. Pada janin dengan atresa esofagus dan TEF distal, cairan
amnion akan mengalir menuju trakea, ke fistula kemudian menuju usus.
Akibat dari hal ini dapat terjadi polihidramnion. Polihidramnion sendiri dapat
menyebabkan kelahiran prematur. Janin seharusnya dapat memanfaatkan
cairan amnion, sehingga janin dengan atresia esofagus lebih kecil daripada
usia gestasinya.
Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan dan
menghasilkan banyak air liur. Pneumonia aspirasi dapat terjadi bila terjadi
aspirasi susu, atau liur. Apabila terdapat TEF distal, paru-paru dapat terpapar
asam lambung. Udara dari trakea juga dapat mengalir ke bawah fistula ketika
bayi menangis, atau menerima ventilasi. Hal ini dapat menyebabkan perforasi
gaster akut yang seringkali mematikan. Penelitian mengenai manipulasi
manometrik esofagus menunjukkan esofagus distal seringkali dismotil,
dengan peristaltik yang jelek atau tanpa peristaltik. Hal ini akan menimbulkan
berbagai derajat disfagia setelah manipulasi yang berkelanjutan menuju
refluks esofagus.

G. Komplikasi
Resiko yang ditimbulkan pasca pembedahan adalah akibat dari
pembedahan itu sendiri, akibat obat anestesi yang digunakan, perdarahan,
cedera saraf dan pneumotoraks. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi
setelah pembedahan, meliputi:

1. Dismotilitas esophagus, yang terjadi akibat kelemahan otot-otot dinding


esophagus. Pada keadaan ini membutuhkan tindakan khusus saat bayi
akan makan atau minum.
2. Hampir 50% dari pasien akan mengalami gastroesophageal refluks
disease (GERD) pada masa kanak-kanak atau dewasa. GERD merupakan
suatu keadaan dimana terjadinya aliran balik isi lambung ke dalam
esophagus. Keadaan ini memerluka pengobatan khusus.
3. Trakeoesofageal fistula yang berulang.
4. Kesulitan menelan (disfagia) yang dapat disebabkan oleh tersangkutnya
makanan pada bekas pembedahan.
5. Kesulitan bernafas dan batuk. Hal ini berhubungan dengan lambatnya
pengosongan makanan di esophagus oleh karena tersangkutnya makanan
oleh bekas pembedahan atau aspirasi makanan ke dalam trakea.

H. Prognosis
Prognosis menjadi lebih buruk bila diagnosis terlambat akibat penyulit
pada paru. Diagnosis harus ditegakkan secara dini, karena aspirasi paru
merupakapenentu prognosis utama. Jika fistula yang terjadi menghubungkan
esofagus bagian proksimal dengan trakhea, maka usaha pertama untuk
memberi makan bayi tersebut akan menimbulkan aspirasi masif. Walaupun
aspirasi sekresi faring merupakan temuan yang hampir selalu didapatkan pada
penderita-penderita atresia esofagus, namun apirasi isi faring melalui suatu
fistula dibagian distal menyebabkan pneumonitis kimia yang jauh hebat
mengancam jiwa penderita.
Keberhasilan pembedahan tergantung pada beberapa faktor resiko,
antara lain berat badan lahir bayi, ada atau tidaknya komplikasi pneumonia
dan kelainan congenital lainnya yang menyertai. Prognosis jangka panjang
tergantung pada ada tidaknya kelainan bawaan lain yang mungkin multiple.
I. Cara Pencegahan
Kondisi atresia esofagus dapat terjadi karena variasi pengaruh
teratogen pada masa gestasi awal seperti kembar, paparan racun, atau
kemungkinan aborsi. Oleh karena itu untuk mencegah adanya keadaan
abnormal maka ibu hamil harus lebih memeperhatikan kondisinya. Makan
makanan yang mengadung gizi seimbang dapat mengoptimalkan pertumbuhan
dan perkembangan janin saat masa gestasi. Menghindara paparan-paparan
polusi yang mengandung racun dan rutin melakukan ANC untuk mengetahui
kondisi ibu dan janinnya.

J. Penatalaksanaan Medis
Pada anak yang telah dicurigai menderita atresia esophagus, bayi
tersebut harus segera segera dipindahkan ke bagian neonatal atau pediatrik
yang memiliki fasilitas medis. Tindakan bedah harus segera dijadwalkan
sesegera mungkin.
Sebagai penatalaksanaan preoperasi, perlu diberi tindakan pada bayi
dengan Atresia Esophagus. Posisi tidur anak tergantung kepada ada tidaknya
fistula, karena aspirasi cairan lambung lebih berbahaya dari saliva. Anak
dengan fistula trakeo-esofagus ditidurkan setengah duduk. Anak tanpa fistel
diletakkan dengan kepala lebih rendah (posisi Trendelenberg). Suction 10F
double lumen di gunakan untuk mengeluarkan sekret dan mencegah aspirasi
selama pemindahan. Bayi diletakan pada incubator dan tanda vital terus di
pantau. Akses vena harus tersedia untuk memberi nutrisi, cairan dan elektrolit,
dan sebagai persiapan. Antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai
profilaksis.
Bayi dengan distress pernafasan memerlukan perhatian khusus, seperti
intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik. Tekanan intra abdomen yang
meningkat akibat udara juga perlu di pantau. Seluruh bayi dengan AE haus
dilakukan echocardiogram untuk mencari kelainan jantung.
Tidak dilakukan tindakan merupakan pilihan pada bayi dengan
sindroma Potter (agenesis renal bilateral) dan trisomi 18 karena angka
kematian tahun pertama pada bayi ini lebih dari 90%. Bayi dengan kelainan
jantung yang tidak bisa dikoreksi atau perdarahan intra ventrikel grade 4 juga
sebaiknya tidak di operasi.
Anak dipersiapkan untuk operasi sesegera mungkin. Pembedahan
dapat dilakukan dalam satu tahap atau dua tahap tergantung pada tipe atresia
dan penyulit yang ada. Biasanya dilakukan dengan membuat stoma pada
esophagus proksimal dari gastrostomi. Penutupan fistel, anastomosis
esophagus, atau interposisi kolon dilakukan kemudian hari setelah janin
berusia satu tahun.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS/BAYI/BALITA


DI PMB NY. A

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 24 Desember 2008
Tempat : PMB NY. A
Jam : 10.00 WIB
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien :
a. Identitas Bayi
Nama : By. Ny. ''R''
Tanggal/Jam Lahir : 24 Desember 2008/09.00 WIB
Jenis Kelamin : laki-laki
b. Identitas Orang Tua
Nama : Tn Sumito Nama : Ny.Rina
Umur : 27 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Ds.Sumber gempol Alamat : Ds.Sumber gempol

2. Alasan datang
Bayi masih di tempat bersalin

3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sejak pertama berhasil menyusu bayinya tersedak dan asi
keluar dari mulut dan ibu mengatakan bayinya mengeluarkan air liur yang
jumlahnya berlebihan dari mulutnya.
4. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang lalu
-
b. Penyakit sekarang
Bayi tidang sedang menderita penyakit apapun dan tidak sedang menjalani
pengobatan untuk penyakit tertentu.
c. Penyakit keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti TBC, asma, jantung,
diabetes, hepatitis, kanker, HIV/AIDS, atau penyakit menular seksual.
d. Riwayat prenatal, natal dan post natal
1) Prenatal
Selama hamil ibu melakukan ANC sebanyak 9 kali Ibu mengatakan
imunisasi TT lengkap selama kehamilan Ibu mengatakan obat-obatan
yang pernah diminum Fe, Kalk, Vitamin C, Vitamin B6, Vitamin B.
2) Natal
Bayi lahir secara spontan
Apgar score :6–7
Berat badan : 2900 gram
Panjang badan : 48 cm
Lingkar dada : 33 cm
Lingkar kepala : 34 cm
Makanan : asi
Perawatan selama bayi : Mandi dan perawatan tali pusat
5. Riwayat tumbuh kembang
Bayi lahir dengan berat badan 2900 gram, panjang 49cm, lingkar dada 34
cm. lingkar kepala 33cm. reflek suching (+), reflek rooting (+), reflek
moro (+/+), reflek Gips (+/+), reflek plantar (+/+).
6. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Setelah bayi diberi asi bayi tersedak dan sejak itu bayinya terus
mengeluarkan air liur dari mulutnya.
b. Pola eliminasi
Setelah lahir : BAB 1 kali, warna hitan kehijauan, bau khas,
konsistensi lunak, tidak ada push atau darah
c. Pola istirahat
Setelah lahir : bayi belum tidur
d. Pola hygiene
Setelah lahir : bayi belum dimandikan, ganti popok 2 kali

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : apatis
TTV
Nadi : 140 x/menit
Respirasi : 42 x/menit
Suhu : 37˚C
Antropometri
BB : 2900 gr
PB : 49 cm
` LK : 33 cm
LD : 34 cm
LILA : 10 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
simetris, Fontanel mayor dan minor, tidak ada caput succe atau chepal
hoematoma, tidak ada benjolan abnormal lainnya.
b. Mata
Simetris, ada sedikit secret , palpebra tidak odema, sclera putih.
c. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung
mulut
d. Bibir
simetris, tidak ada bibir sumbing, tidak sariawan, warna pucat, tidak
ada luka, tidak ada seilosis, bibir kering.
e. Lidah
bersih, warna merah jambu, tidak glositis
f. Gusi
Warna merah jambu, tidak gingivitisTelingaSimetris, tidak OMP,
bersih, tidak ada serumen
g. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran tyroid, vena jugularis, kelenjar limfe.
h. Dada
Simetris, bunyi jantung normal, teratur dan terdengar, tidak ada ronchi,
wheezing dan juga tidak ada bunyi mur-mur.
i. Abdomen
Simetris,tali pusat bersih, tidak ada pembesaran dinding abdomen,
tidak ada nyeri.tekan
j. Genetalia
Testis sudah turun di skrotum, tidak ada kelainan pada genetalia, dan
teraba lubang.anus.
k. Ekstremitas atas
Simetris, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada odema, tidak ada
luka, kulit bersih, tidak polidaktil atau sindaktil, sinopsis di ujung jari,
bibir
Ekstrimitas bawah
Simetris, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada odema, tidak ada
luka, kulit bersih, tidak polidaktil atau sindaktil, sianosis di ujung
akral.Punggung Simetris, bersih, tidak ada luka / lesi, tidak ada lanugo
3. Pemeriksaan reflek
a. Suching +
b. Rooting +
c. Moro +/+
d. Graps +/+
4. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pada hari kamis, 24 Desember 2008 pukul 10.00 WIB. Telah
dilakukan pernafasan sonde dan berhenti 8 cm dan hasilnya tidak dapat
masuk dalam lambung.

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosis : neonates cukup bulan usia 1 jam dengan atresi esophagus
DS : Ibu mengatakan bahwa sejak bayinya lahir, bayinya selalu mengeluarkan air
liur dan jika diberi asi, asinya selalu keluar lagi dan bayinya sering kebiru-biruan
(sianosing) setetlah tersedak.
DO : KU lemah
Temp : 38˚C
RR : 40 x/menit
N : 126 x/menit
Masalah : bayi tidak bisa menelan ASI dan selalu tersedak jika minum ASI.
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Atresia esophagus yang terjadi apabial tidak segera ditangani dikhawatirkan
terjadi aspirasi cairan ke saluran pernapasan yang menyebabkan gagal napas. Bayi
harus segera dilakukan operasi agar kondisi tidak menajdi lebih buruk. Sebagai
penatalaksanaan preoperasi, perlu diberi tindakan pada bayi dengan Atresia
Esophagus. Posisi tidur anak tergantung kepada ada tidaknya fistula, karena
aspirasi cairan lambung lebih berbahaya dari saliva. Anak dengan fistula trakeo-
esofagus ditidurkan setengah duduk. Anak tanpa fistel diletakkan dengan kepala
lebih rendah (posisi Trendelenberg).
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YG MEMERLUKAN TINDAKAN
SEGERA
1. Lakukan observasi pada bayi
2. Memosisikan bayi telungkup atau dengan posisi kepala lebih rendah
3. Lakukan pemasangan NGT
4. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
5. Merujuk ke rumah sakit
V. INTERVENSI
1. Bina hubungan saling percaya antara keluarga pasien dengan tenaga
kesehatan.Dengan hal ini dapat menumbuhkan rasa saling percaya sehingga
memudahkan untuk melakukan tindakan medis
2. Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan. Informasi yang adekuat
dapat memperluas wawasan ibu dan keluarga dalam memberi asuhan bayi.
3. KIE tentang penyakit atresia esophagus. Pemahaman penyakit yang kuat dapat
memperluas wawasan ibu dan keluarga tentang penyakit yang sedang diderita
bayinya.
4. KIE tentang komplikasi yang dapat terjadi akibat atresia esofagus. Pemberian
informasi tentang komplikasi yang terjadi jika atresia eofagus tidak segera
ditangani dapat meningkatkan kesadaran ibu dan keluara untuk waspada dan
mendukung egala terapi atau asuhan yag diberikan pada bayinya.
5. Beritahu kepada ibu dan keluarga kebutuhan perawatan segera bada bayinya.
Ibu dan keluarga mengerti dan memahami kebutuhan asuhan pada bayi.
VI. IMPLEMANTASI
Hari/Tanggal : kamis, 24 Desember 2008
Jam : 10.10 WIB
1. Memberi tahu pada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Hasil : Ibu mengerti penjelasan yang telaah dilakukan
2. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayinya terkena atresia esophagus
kelainan kongenital yang ditandai dengan tidak menyambungnya esofagus
bagian proksimal dengan esofagus bagian distal. Atresia Esophagus dapat
terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE), yaitu kelainan kongenital
dimana terjadi persambungan abnormal antara esofagus dengan trakea.
Hasil : ibu mengerti mengenai kondisi yang diderita bayinya saat ini
3. Menganjurkan pada ibu untuk tidak menyusui bayinya untuk sementara waktu
untuk mencegah agar bayi tidak tersedak dan menangis
Hasil : ibu mengerti dan tidak menyusui bayinya
4. Melakukan pemasangan NGT
Hasil : selang NGT hanya bisa masuk < 10 cm tidak bisa masuk sampai
lambung
5. Memposisikan bayi dengan telungkup atau posisi kepala lebih rendah untuk
menghindari masuknya cairan ke dalam salura pernpasan
Hasil : bayi sudah dalam posisi telungkup
6. Menganjurkan pada ibu atau keluarga untuk foto rontgen bayinya untuk
memastikan adanya atresia esophagus
Hasil : ibu bersedia bayinya dilakukan foto rontgen
7. Memberitahu ibu bahwa bayinya harus segera dioperasi agar kondisinya tidak
memburuk
Hasil : ibu bersedinya bayinya segera dioperasi

VII. EVALUASI
Hari : Kamis
Tanggal : 24 Desember 2008
Pukul : 11.30 Wib
Diagnosa : neonatus cukup bulan usia 1 jam dengan atresia esofagus
S :
1. Ibu mengatakan telah mengerti kondisi bayinya sekarang menderita atresia
esofagus
2. Ibu mengataka telah mengerti apa yang harus segera dilakuakn agar kondisi
bayinya tidak semakin parah
3. Ibu dan keluarga telah mengerti komplikasi apa yang dapat terjadi jika tidak
dilakukan penanganan dengan segera untuk bayinya
O :
KU :lemah
N : 90 x/menit
Temp : 387˚C
RR : 42 x/menit
1. Air liur keluar dari mulut
2. Bayi mengalami sianosis
3. Bayi sering tersedak sat minum asi
4. Bibir pucat dan kering
A :
Neonates cukup bulan uasia 1 jam dengan atresia esophagus
P :
Observasi keadaan umum dan tanda tanda vital. Lanjutkan asuhan dan terapi
sesuai dengan anjuran
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia esophagus terjadi pada 1:3000-4500 kelahiran hidup; kira-kira
sepertiga dari bayi tersebut lahir secara prematur. Pada lebih dari 75% kasus-
kasus yang ditemukan, suatu fistula diantara trakea dan esophagus bagian
distal menyertai atresia tersebut.
Atresia Esophagus merupakan kelainan kongenital yang ditandai
dengan tidak menyambungnya esofagus bagian proksimal dengan esofagus
bagian distal. Atresia Esophagus dapat terjadi bersama fistula trakeoesofagus
(FTE), yaitu kelainan kongenital dimana terjadi persambungan abnormal
antara esofagus dengan trakea.
Pada atresia esofagus, bagian usus embrionik gagal berkembang, dan
esofagus berujung pada kantong yang buntu; fistula trakeoesofagus (TEF)
merupakan sambungan antara trakea dan esofagus. Secara normal, bagian
usus embrionik memanjang dan terpisah untuk memebentuk dua saluran yang
sejajar (esofagus dan trakea) selama minggu keekmpat dan kelima gestasi.
Atresia esophagus harus dicurigai jika terdapat riwayat polihidramnion
ibu, kateter yang dipergunakan pada saat kelahiran untuk resusitasi tidak
dapat dimasukkan sampai ke dalam lambung, bayi mempunyai sekresi oral
yang berlebihan, mengeluarkan air liur, tampak busa dari mulut dan hidung,
jika terjadi aspirasi, akan terjadi sioanosis atau batuk.
Sebagai penatalaksanaan preoperasi, perlu diberi tindakan pada bayi
dengan Atresia Esophagus. Posisi tidur anak tergantung kepada ada tidaknya
fistula, karena aspirasi cairan lambung lebih berbahaya dari saliva. Anak
dengan fistula trakeo-esofagus ditidurkan setengah duduk. Anak tanpa fistel
diletakkan dengan kepala lebih rendah (posisi Trendelenberg). Suction 10F
double lumen di gunakan untuk mengeluarkan sekret dan mencegah aspirasi
selama pemindahan. Bayi diletakan pada incubator dan tanda vital terus di
pantau. Akses vena harus tersedia untuk memberi nutrisi, cairan dan elektrolit,
dan sebagai persiapan. Antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai
profilaksis.
Kondisi atresia esofagus dapat terjadi karena variasi pengaruh
teratogen pada masa gestasi awal seperti kembar, paparan racun, atau
kemungkinan aborsi. Oleh karena itu untuk mencegah adanya keadaan
abnormal maka ibu hamil harus lebih memeperhatikan kondisinya. Makan
makanan yang mengadung gizi seimbang dapat mengoptimalkan pertumbuhan
dan perkembangan janin saat masa gestasi. Menghindara paparan-paparan
polusi yang mengandung racun dan rutin melakukan ANC untuk mengetahui
kondisi ibu dan janinnya.

B. Saran
1. Untuk ibu hamil diharapkan dapat lebih memerhatikan kondisinya untuk
selalu mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan menghindari segala
sesuatu yang dapat menyebabkan keabnormalan janinnya.
2. Untuk ibu bersalin diharapkan lebih waspada apabila menjumpai gejala-
gejala yang mengarah ke atresia esophagus.
3. Untuk tenaga kesehatan terutama bidan yang menolong persalinan
diharapkan dapat dengan cepat dan cermat apabila menemui gejala atresia
esophagus dan segera melakukan pertolongan pertama.
4. Untuk masyarakat diharapkan lebih waspada jika menjumpai salah satu
gejala yang menunjukan adanya atresia esophagus dan segera menghubugi
tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan terdekat.
DAFTAR PUSTAKA

Axton, Sharon. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Behram,Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.

Blair G. Esophageal Atresia With Or Without Trakheoesophageal Fistula.


http://www.emedicine.com [diakses 11 Agustus 2019]

Esophageal Atresia. http://www.encyclopediasurgery.com [Diakses 11 Agustus


2019].

Hassan, R., Alatas, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Info Medika.

Kronemer K. Esophageal Atresia/Tracheoesophageal Fistula.


http://www.emedicine.com [diakses 12 Agustus 2019]

Marmi, S.ST & Kukuh Rahardjo . 2012 . Asuhan Neonates, Bayi, Balita, dan
Anak Pra Sekolah . Yogyakarta ; Pustaka Pelajar

Sjamsuhidayat R, De Jong Wim. Fistel dan Atresia. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
ke-2. Jakarta, EGC. Penerbit Buku Kedokteran, 2004; 502-3.

Yulianti, AmKeb, MKM, Lia & Ai Yeyeh Rukiyah, S.Si.T, MKM . 2013
. Asuhan Neonates Bayi dan Anak Balita . Jakarta ; TIM

Anda mungkin juga menyukai