Anda di halaman 1dari 18

SOAP UJIAN PRAKTEK KURETASE

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Askeb Komprehensif


Program Studi S1 Kebidanan Alih Jenjang
Dosen : Dr. Marni Br Karo, SST., M.Kes

Disusun Oleh:

Vivi Violita Imansari 191560412035

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG

Jl. Cut Mutia No. 88A, RT 001/RW 002 Sepanjang Jaya,


Kec Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113
Telp : (021)82431375

TAHUN 2020-2021

1
FORMAT PENDOKUMENTASIAN

Tanggal pengkajian : 26 Maret 2021


Jam : 13.30
Tempat Pengkajian : PMB
Nama Mahasiswa : Vivi Violita Imansari
NIM : 191560412035

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)


A. Biodata
Nama klien : Ny. R Nama klien : Tn. K
Umur : 28 tahun Umur : 26 tahun
Suku bangsa : Sunda Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : DIII
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan
Gol.Darah :O Gol.Darah :B
Alamat : Ds. Gintungsalam RT.23 RW.05 Gintungkerta Klari Karawang Jawa Barat

B. Keluhan
Ibu mengaku hamil anak ke 1 dengan usia kehamilan 12 minggun mengeluh sering
mengluarkan flek, darah segar dan gumpalan, perut terasa mulas.

C. Riwayat Kehamilan Sekarang


Kehamilan ke : 2 kali Bersalin : 1 kali Keguguran : 0 kali
HPHT : 1. 1. 2021 TP : 8.10.2021 Usia Kehamilan: 12 minggu 1 hari
Siklus haid : 28 Hari Lamanya haid : 4 hari, teratur
Dismenorrhea : Tidak ada Banyaknya : 4 x ganti pembalut/hari
Pergerakan janin yang pertama kali dirasakan : pada usia kehamilan 4 bulan
Gerkan janin yang dirasakan dalam 24 jam terakhhir : ± 20x, kuat dalam 24 jam

2
Imunisasi : TT1: 2016
TT2 : 2016
Periksa kehamialn : 9x Tempat : Klinik, RS Oleh: Bidan dan Dokter
Tablet Fe: 160 tablet, sisa 30 teblet Cara minum : 1x 1/ hari dengan air putih pada malam hari

D. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu


Jenis Penyulit Anak
No Usia Keadaan
Tahun persalina Penolong Kehamilan dan L/ Keadaan
. Kehamilan Nifas BB PB H/M ASI
n Nifas P saat lahir

Hamil
Sekarang

E. Aktivitas Sehari-hari
a. Diet
a. Nutrisi
 Pola makan : 3x sehari, 1 piring penuh ukuran sedang
 Jenis makan yang dikonsumsi : Nasi, sayuran, lauk pauk, buah buahan
 Makan yang di pantang : Tidak ada
 Perubahan makan : Tidak ada
 Alergi terhadap makanan : Tidak ada
b. Hidrasi
 Jenis cairan yang di minum : Air mineral, susu, air teh
 Jumlah cairan yang diminum sehari : ± 8 gelas / hari
b. Istirahat dan tidur
Malam : 6 jam/ hari Siang : 2 jam/hari
c. Personal hygience
Mandi : 2 x sehari Gosok gigi : 3 x sehari
Ganti pakaian : 2 x sehari
Jenis pakaian yang dipakain saat hamil : Pakaian longgar seperti daster
d. Aktivitas seksual

3
Adakah perubahan : Tidak ada perubahan
Frekuensi : 1x / Minggu
Keluhan/masalah : Tidak ada
e. Aktivitas sehari-hari : Melakukan pekerjaan rumah tangga (Bersih-bersih, mencuci piring,
dsb)
f. Eliminasi
BAK : ± 8 x/ hari Banyak : ± 150 cc/BAK
BAB : 1 x/hari Konsistensi : Lunak
Warna : Kuning kecoklatan

F. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit yang pernah/ sedang diderita : Tidak ada
2. Riwayat penyakit keluarga :
Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Asthma : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
3. Riwayat alergi : Tidak ada
4. Perilaku kesehatan
 Penggunaan alkohol/ obat-obatan sejenis : Tidak
 Obat-obatan/jamu yang sering diminum : Tidak
 Merokok : Tidak
5. Riwayat kontrasepsi
Jenis kotrasepsi : Belum pernah berKB
Rencana KB yang akan datang : Implant

G. Riwayat Sosial
Kehamilan diinginkan atau di rencanakan : Ya
Status perkawinan : Menikah Nikah ke : 1 Lamayanya : 3 tahun
Pengambil keputusan : Suami Dukungan keluarga : Baik
Pendamping persalinan : Suami dan keluarga
Pendonor darah : Keluarga (Kakak)
Hubungan klien dengan suami : Baik

4
Hubungan klien dengan anggota keluarga lain : Baik
Rencana persalinan : Normal Tempat : Klinik Oleh siapa : Bidan
Keluarga yang tinggal serumah

No Nama L/P Usia Hub keluarga Pendidikan Pekerjaan Ket


1 Tn. K L 26th Suami DIII Karyawan -

II. PENGKAJIAAN DATA OBJEKTIF (O)


1. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Status emosional : Stabil
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 18 x/menit suhu : 36,6℃
3. Tinggi badan : 158 Cm
41
Berat badan sekarang : 54 Kg IMT : 2 = 16,4 (Normal)
(1,58)
Berat badan sebelum hamil : 41 Kg Kenaikkan BB seharusnya : 11,2 Kg – 16,2 Kg

Kenaikan berat badan : 13 Kg (Sudah sesuai)


Lingkar lengan : 24 Cm
4. Pemeriksaan fisik
 Kepala
Inspeksi
 Warna rambut : terlihat hitam
 Kebersihan : terlihat bersih
Palpasi
 Keadaan rambut : teraba bersih dan tidak rontok
 Benjolan : tidak teraba benjolan
 Muka
Inspeksi
 Odema : tidak terlihat oedema
 Pucat atau tidak : tidak terlihat pucat
Palpasi

5
 Odema : tidak teraba oedema
 Mata
Inspeksi
 Konjungtiva : terlihat pucat (ka/ki)
 Sclera : terlihat berwarna putih bersih (ka/ki)
 Hidung
 Kebersihan : terlihat bersih
 Pengeluran : tidak terlihat pengeluaran
 Polip : tidak ada
 Telinga
 Kebersihan : terlihat bersih (ka/ki)
 Pengeluaran : tidak terlihat pengeluaran (ka/ki)
 Fungsi pendengaran : baik (ka/ki)
 Bibir
Inspeksi
 Pucat : terlihat pucat
 Stomatitis : tidak ada
 Gigi
 Caries : tidak ada
 Gigi palsu : tidak ada gigi palsu
 Lidah
 Warna : terlihat berwarna merah muda
 Leher
 Pembengkakan kelenjar tyroid : tidak teraba /terlihat pembengkakan
 Pembengkakan KGB : tidak teraba /terlihat pembengkakan
 Pembengkakan vena jugularis : tidak teraba /terlihat pembengkakan
 Dada
Jantung : tidak dilakukan pemeriksaan
Paru-paru : tidak dilakukan pemeriksaan
Payudara
Inspeksi : Simetris/ Tidak : simetris (ka/ki)

6
Kebersihan : bersih
Benjolan : tidak ada (ka/ki)
Hyperpigmentasi : terlihat hyperpigmentasi di sekitar
areolla (ka/ki)
Palpasi : Benjolan : tidak ada benjolan (ka/ki)
Putting susu : menonjol (ka/ki)
Colostrum : belum ada (ka/ki)
Pembeseraan KGB axila : tidak teraba pembesaran (ka/ki)
Kelainan : Retraksi : tidak ada retraksi (ka/ki)
Lecet : tidak ada lecet (ka/ki)
 Abdomen
Inspeksi
 Bentuk perut : tidak terlihat pembesaran
 Sikatrik bekas operasi : tidak ada sikatrik bekas operasi
 Striae : tidak ada
 Hyperpigmentasi : tidak terlihat Linea nigra
Palpasi
 TFU : Tidak diperiksa
 Leopold I : Tidak diperiksa
 Leopold II : Tidak diperiksa
 Leopold III : Tidak diperiksa
 Pelimaan : Tidak diperiksa
Auskultasi
Tidak diperiksa
 Ekstermitas
Ekstermitas atas
Inspeksi
 Oedema : tidak ada oedema (ka/ki)
 Kuku : bersih dan pendek (ka/ki)
Palpasi
 Oedema : tidak ada oedema (ka/ki)

7
 Capillary refill : kembali sebelum 2 detik (ka/ki)
Ekstermitas bawah
Inspeksi
 Oedema : tidak ada oedema (ka/ki)
 Varises : tidak ada varises (ka/ki)
Palpasi
 Oedema : tidak ada oedema (ka/ki)
 Capillary Refill : kembali sebelum 2 detik (ka/ki)
 Varises : tidak ada varises (ka/ki)
Perkusi
 Reflek patella : positif (+/+) (ka/ki)
 Genetalia
Inspeksi
 Oedema : tidak ada oedema
 Varises : tidak ada varises
 Pembesaran kelenjar bartholin : tidak ada pembesaran
 Pengeluaran : darah segar dan gumpalan
 Luka Perineum : tidak luka perineum
Palpasi
 Oedema : tidak ada oedema
 Varises : tidak ada varises
 Pembesaran kelenjar bartholin : tidak ada pembesaran
 Pengeluaran : tidak ada pengeluaran
 Anus
 Haemoroid : eksterna (-)/ interna (-)

5. Pemeriksaan Laboratorium
 Darah : Hb : 6,6 gr%
 Glukosa : Negative
 Protein : Negative
6. Pemeriksaan penungjang :

8
USG : Ada sisa konsepsi
III. ASSESMENT (A)
Diagnosa : Ny. R G1P0A0 gravida 12 minggu 1 hari dengan abortus
inkomplit
Masalah Potensial : tidak ada
Antisipasi masalah potensial : tidak ada
Masalah : kelelahan
Kebutuhan : Istirahat

IV. PLANNING (P)


1. Sapa pasien dan keluarganya, perke nalkan bahwa anda petugas yang akan melakukan
tindakan medik Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan menjelaskan keadaan yang
dialaminya Menjelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan Abortus
Inkomplit. Abortus inkomplit yaitu pengeluaran hasil konsepsi yang tidak lengkap / ekspulsi
parsial dari hasil konsepsi. Fetus biasanya sudah keluar namun terjadi retensi plasenta,
sebagian atau seluruhnya di dalam uterus. Pada abortus inkomplit, perdarahan umumnya masih
berlangsung. Ibu memahami dan mengerti dengan keadaannya.
2. Memberi dukungan emosional dan motivasi kepada ibu agar tetap tenang dalam menghadapi ini. Ibu
dan suami lebih tenang dan dapat menerima.
3. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign pada pasien. Pasien dalam keadaan baik.
4. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang pentingnya dilakukan kuretase untuk mengeluarkan sisa
janin jika ibu setuju maka akan dilakukan tindakan kuretase.
5. Menjelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik yang telah diduga
sebelumnya, maupun tidak. Ibu dan keluarga mengerti dan setuju, maka akan dilakukan tindakan
kuretase.
PE RSETUJUAN MEDIK

6. Informed consent untuk pelaksanaan tindakan kuretase. Suami setuju dan telah menandatangani
persetujuan tindakan kuretase.
7. Menganjurkan ibu untuk istrahat sebelum dikuretase
PE RSIAPAN SEBELUM TINDAKAN

PE RSIAPAN PASIEN

9
8. Cairan dan slang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air dan sabun
9. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah

PER SIAPAN MEDIKAMENTOSA

10. Analgetika (Pethidin 1-2 mg / kb, BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BB, Tramadol 12 mg / kg
BB
11. Sedativa (Diazepam 10 mg) Atropin Sulfas 0,25-0,50 mg/ml

PE RSIAPAN ALAT

12. Dida lam bak instrument steril yang diberi alas steril terd iri dari :
o Cunam tampon : 1
o tenakulum : 1
o Cunam abortus : 1
o Sendok kuret : 1 set
o Uterus sonde
o Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet

PR OSEDUR PELAKSANAAN

13. Pakai alat pelindung diri


14. Cuci tangan sesuai prosedur Standart (6 langkah)
15. Pakai hanscund
16. Pemasangan infus
17. Anastesi melalui bolus intravena
18. Buka handscun
19. Lalu pasang underpad
20. Pakai handscun kembali
21. Bersihkan vulva ( vulva hygiene)
22. Lakukan periksa dalam (PD) untuk menilai keadaan interna uterus sekaligus menentukan posisi
uterus antefleksi atau retrofleksi.
23. Setelah itu bersihkan tangan di larutan klorin dan buka secara terbalik.

10
24. Pakai handcun steril
25. Ambil kain kasa yang sudah dilumuri betadine dengan menggunakan pinset, lalu anti septik
liang vagina, sympisis pubis sampai ke portio, dan tinggalkan untuk beberapa saat kain kasa
tersebut didalam. Bila perlu lakukan Kateterisasi.
26. Pasang alas bokong steril, alas perut steril dan sarung kaki steril.
27. Masukkan speculum ke dalam vagina ( ke bagian bawah )
28. Ambil kain kasa yang di tinggalkan di dalam saat mengantiseptik vagina, dengan
menggunakan tampon tang.
29. Anjurkan asisten untuk memegang speculum bagian bawah
30. Lanjutkan memasukkan speculum yang kedua di bagian atas lepaskan speculum bagian atas
kemudian tarik tenakulum kearah keluar untuk menampilkan servik secara perlahan – lahan.
31. Setelah itu masukkan sondase uterus, untuk mengukur panjang uterus dengan hati – hati,
sampai terasa ada tahanan ( panjang normal uterus 7 cm ).
32. Kemudian letakkan kain kasa diatas speculum untuk menampung jaringan endoservik yang
akan di kuret.
33. Peganglah sendok kuret seperti memegang pensil, lalu lakukan kuretasi pada daerah
endoservik.
34. Setelah selesai masukkan hasil kuretan ( jaringan ) ke dalam wadah I yang sudah berisi
formalin.
35. Kemudian lakukan dilatasi dengan menggunakan busi hegar dari ukuran yang terkecil sampai
terbesar.
36. Ambil kembali kain kasa bersih letakkkan diatas speculum lalu ambil sendok kuret lakukan
kuretase dari endometrium di mulai dari tengah, lalu ke pinggir kiri dan ke pinggir kanan.
37. Kuretase dihentikan apabila pengerokan kavum uteri sudah terasa dan terdengar suara kasar.
38. Kemudian lepaskan tenakulum, lalu bersihkan portio dengan kain kasa.
39. Lalu lepaskan speculum bagian bawah
40. Hasil kerokan (jaringan) endometrium masukkan ke dalam wadah II yang sudah disediakan
dan di beri cairan formalin. Kedua wadah di kumpulkan untuk dikirim ke laboratorium
patologi.
41. DEK ONTAMINASI
Cuci tangan pasca tindakan

11
42. SET ELAH TINDAKAN/ EVALUASI
o Pemeriksaan kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan beri intruksi
apabila terjadi kelainan/ komplikasi
o Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di
o dalam kolom yang tersedia.
o Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien.
o Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai di lakukan
tetapi pasien masih memerlukan perawata.
o Bila pasien akan pulang anjurkan pasien untuk datang 1 minggu kemudian atau bila ada
keluhan segera datang.

Mahasiswa

Vivi Violita Imansari

12
MACAM-MACAM ABORTUS ANTARA LAIN:

1. Abortus Iminens
Abortus Iminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosis Abortus Iminens ditentukan karena pada wanita hamiltejadi perdarahan
melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar
sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa
wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit padasaat haid yang semestinya datang jika tidak
terjadi pembuahan. Hal ini terjadi oleh penembusan vili korialis ke dalam desidua, pada saat
implantasi ovum.
2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adaya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasi konsepsi masih dalam
uterus. Dalamhal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah,
pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengankuret vakum atau dengan cunam ovum,
disusul dengan kerokan (Leveno, 2015).
3. Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum
uteri telahmenutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak
sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan
secara klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10
hari setelah abortus. Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun
pengobatan.
4. Abortus Inkomplit
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus

13
dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam
kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri ekternum.
5. Missed Abortus
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggaldalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan diatas 14 minggu
sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda
kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang (Leveno, 2015).
6. Abortus Habitualis
Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali, tetapi
kehamilannya berakhir dengan keguguran / abortus secara berturut-turut. Penyebab abortus
habitualis selain faktor anatomis banyak yang mengaitkannya dengan reaksi imunologik yaitu
kegagalan reaksi terhadap antigen lymohotcyte trophoblast cross reactive (TLX).
7. Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
Abortus infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedang abortus
septik ialah abortus infeksious berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran
darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus,
tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Umumnya pada abortus infeksious
infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi, dan infeksi
menyebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum.
A. FAKTOR RISIKO
1. Usia
Menurut Bobak, (2010) Usia seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita.
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah pada usia 20-35 tahun. Pada usia >35 tahun
terkait dengan kemunduran dan 19 penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang
sering menimpa di usia ini . Usia yang kemungkinan tidak risiko tinggi pada saat kehamilan
dan persalinan yaitu umur 20-35 tahun, karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima
kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya sendiri.

14
Sedangkan umur 35 tahun merupakan resiko tinggi kehamilan dan persalinan. Dengan
demikian diketahui bahwa umur pada saat melahirkan turut berpengaruh terhadap morbiditas
dan mortalitas ibu maupun anak yang dilahirkan.
Idealnya, kehamilan berlangsung saat ibu berusia 20 tahun sampai 35 tahun.
Kenyataannya sebagai perempuan hamil berusia dibawah 20 tahun sampai 35 tahun.
Kenyataannya sebagian perempuan hamil berusia dibawah 20 tahun dan tidak sedikit pula yang
mengandung di atas usia 35 tahun. Demikian juga ibu yang berumur di atas 35 tahun
mempunyai risiko 2 atau 3 kali untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan seperti
perdarahan atau hipertensi dalam kehamilan, dan partus lama. Bertambahnya usia pada wanita
juga sangat berpengaruh terhadap jumlah sel telur yang belum di keluarkan dari ovarium atau
indung telur. Diusia pubertas, seorang wanita akan memiliki sekitar 300 ribu sel telur. Telur-
telur ini akan dilepaskan satu demi satu setiap bulan bersamaan dengan siklus menstruasi
(ovulasi) dan siap untuk dibuahi. Ketika wanita mengalami mengalami menopause di usia 50-
55 tahun, terdapat beberapa ribu sel telur berusia tua saja yang masih tertinggal diindung telur.
Itu sebabnya, wanita yang menjelang menopause kesulitan mengalami ovulasi. Kemungkinan
keguguran pada perempuan yang mengandung anak pertama diusia 35 tahun ke atas, yaitu
sekitar 20%. Keguguran terjadi dibawah usia 16-20 minggu. Kalaupun lahir pada usia 20, 36
atau 40 minggu, bayi lahir prematur dan berat badan sekitar 2,5 kg. Umur ibu dengan kejadian
abortus dapat menyebabkan kematian ma ternal.di karenakan pada usia dibawah 19 tahun
fungsi reproduksi wanita belum berkembang dengan sempurna karena perkembangan organ
reprduksi wanita sempurna pada usia 20-34 Tahun.
Resiko terjadinya abortus meningkat bersamaan dengan peningkatan jumlah paritas,
usia ibu, jarak persalinan dengan kehamilan berikutnya. Abortus meningkat sebesar 12% pada
wanita usia kurang dari 20 tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia lebih dari 40 tahun.
Insiden terjadinya abortus meningkat jika jarak persalinan dengan kehamilan berikutnya 3
bulan. Semakin lanjut umur wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur juga
semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia wanita, maka
resiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan
meningkatnya resiko terjadinya kelainan kromosom. Hal ini seiring dengan naiknya kejadian
kelainan kromosom pada ibu yang berusia diatas 35 tahun.
2. Paritas

15
Paritas adalah banyaknya anak yang dimiliki ibu dimulai dari anak yang pertama
sampai anak yang terakhir. Kondisi rahim dipengaruhi juga oleh jumlah anak yang dilahirkan
(Bobak, 2010). Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Para adalah
seorang wanita hamil yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (Viable). Nullipara
adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang viable untuk pertama kali.
Multipara atau pleuripara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable
untuk beberapa kali. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan
jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati setelah viabilitas dicapai, tidak
mempengaruhi paritas.
Primipara adalah seorang wanita yang telah menjalani kehamilan sampai janin
mencapai tahap viabilitas. Multipara adalah seorang wanita yang telah menjalani dua atau lebih
kehamilan dan menghasilkan janin sampai pada tahap viabilitas. Paritas tinggi
(Grandemultipara 5 atau lebih) viabilitas merupakan kapasitas hidup diluar uterus, sekitar 22
minggu periode menstruasi (20 minggu kehamilan) atau berat janin lebih dari 500 gram
(Bobak, 2010). Menurut penelitian (Siska) Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau
dari sudut kematian maternal seperti kejadian abortus. Paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai
angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas maka lebih tinggi resiko komplikasi
dan kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstretrik lebih
baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana. Komplikasi yang mungkin timbul pada paritas tinggi antara lain adalah distosia,
perdarahan antepartum, ruptur uteri, hipertensi, penyakit ginjal, anemia, kelainan letak,
prolabsus uteri, diabetes melitusm (Winkjosastro, 2010).
3. Kadar Hemoglobin
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah (eritrosit) menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada
ibu dan janin menjadi berkurang. Wanita hamil atau dalam nifas dinyatakan menderita anemia
bila kadar hemoglobin<11gr%. Penurunan kadar hemoglobin pada wanita sehat yang hamil
disebaabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada volume sel darah merah dan
hemoglobin terutama terjadi pada trimester II (Bobak, 2010). Komplikasi anemia dapat terjadi
abortus inkomplit, persalinan preterm, partus lama, karena inersia uteri, perdarahan pasca
persalinan, payah jantung, anemia berat, kematian ibu. Nilai ambang batas yang digunakan

16
untuk menentukan status anemia ibu hamil, didaasarkan pada kriteria WHO tahun 2010 yang
ditetapkan dalam 3 kategori yaitu normal (>11 gr%), anemia ringan (8-11 gr%), anemia berat
(<8 gr%).
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus.
b. Pemeriksaan doopler dan USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortus.
C. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berbahaya pada abortus antara lain :
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-amati dengan teliti. Jika ada
tanda bahaya, perlu segera dilakukan 16 laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi, perforasi abortus yang dikerjakan
oleh orang awam menimbulkan personal gawat karena perlukaan uterus biasanya luas. Dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkomplet dan lebih sering pada abortus buatan yang dikejakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah
peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.

17
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi.

18

Anda mungkin juga menyukai