Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PATOLOGIS DENGAN BENDUNGAN ASI

TERHADAP NY.” D” DI RSUD DARMAYU


KECAMATAN PONOROGO

I. PENGKAJIAN
1.1 Data Subyektif
Anamnesa ini dilakukan oleh Diyan Riyanti, mahasiswi Akbid Karya
Husada Kediri tanggal 3 Desember 2011, jam 19.00 di Ruang Nifas RSUD
Darmayu Ponorogo.
1.1.1 Identitas
Nama : Ny. D Nama Suami : Tn. S
Umur : 28 Tahun Umur : 32 Tahun
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Staf Cargo Bandara Pekerjaan : TNI- AL
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Tridatu Jl. Mawar Alamat : Tridatu. Jl Mawar
No. 2 Ponorogo No. 2 Ponorogo
1.1.2 Keluhan Utama
Ibu mengatakan kedua payudaranya bengkak dan mengeras serta
terasa sangat nyeri sejak 3 Desember 2011 jam 18.00 WIB
1.1.3 Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 13 tahun
Siklus menstruasi : 30 hari
Lama menstruasi : 7 hari
Banyaknya darah : hari 1-3x/hari ganti pembalut, hari 4-7
2x/hari ganti pembalut
Konsistensi : cair, warna merah
Dismenorea : tidak pernah
Fluor albus : Ya, sebelum menstruasi, warna putih jernih,
tidak gatal, tidak berbau
HPHT : 15 Februari 2010
HPL : 22 November 2011
1.1.4 Status Perkawinan
Menikah :1x
Lama : 1 th
1.1.5 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Tempat Usia Jenis Faktor Jenis Keadaan
No Tgl/Tahun Penolong BB/PB
Persalinan Kehamilan Kehamilan Penyulit Kehamilan anak
Dr. HIS tdk 3000gr/ Hidup
1. 1-12-2011 RS 39 mgg SC L
Obgin adekuat 48cm sehat
1.1.6 Riwayat Persalinan Sekarang
Persalinan melalui operasi Caesar, bayi lahir tanggal 1
Desember 2011, pukul 18.40 WIB. Jenis Kelamin laki-laki, BB:3600
gram, PB: 53 cm
1.1.7 Riwayat Kesehatan Keluarga
Keturunan kembar : Tidak ada
Penyakit menurun : HT, DM, Asma tidak ada
Penyakit lain dalam keluarga : Typus, DM tidak ada
1.1.8 Riwayat Kesehatan Sekarang
Penyakit menurun : DM,Hipertensi tidak ada
Penyakit menahun : paru,jantung, hati tidak ada
Penyakit menular : hipertensi, HIV/ Aids tidak ada

1.1.9 Latar Belakang Sosial Budaya


- Pantangan sesudah melahirkan : ibu belum boleh makan dan minum,
sebelum ibu buang angina
- Kebiasaan keluarga yang menghambat setelah melahirkan :
Tidak ada
- Kebiasaan keluarga yang menunjang : mendampingi ibu dan ikut
membantu ibu melakukan aktivitas
- Dukungan dari suami : mendampingi ibu
- Dukungan keluarga : mendampingi ibu dan membantu ibu

1.1.10 Keadaan Psikososial


- Taking in
Ibu merasa lemah sehingga masih bergantung dengan orang lain
- Taking Hold
Ibu sudah mampu merawat dirinya, namun ibu belum percaya diri
Merawat bayinya.
- Letting Go
__
- Post partum Blues
__
1.1.11 Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Selama hamil : makan 3 kali sehari, porsi cukup, menu
seimbang, (nasi, sayur, lauk, dan buah ) minum 8
gelas/ hari
Setelah melahirkan : makan 3x/ hari, porsi cukup, menu nasi, sayur,
lauk (telur/ ikan )dan buah, minum air putih 6
gelas/ hari
Masalah : tidak ada
b. Pola Eliminasi
Selama hamil : BAB 1x/ hari (lembek, warna kuning tua )
BAK 5-6 x/ hari (warna kuning jernih)
Setelah melahirkan : belum BAB
BAK 5-6 x/ hari (warna kuning jernih)
Masalah : tidak ada
c. Pola Istirahat Tidur
Sebelum hamil : Tidur malam 8 jam, siang jarang tidur,
sejak sakit tidur, makan + 4 – 5 jam
Setelah melahirkan : Tidur malam 6 jam, siang tidak tidur,
makan + 5-6 jam
d. Pola Aktivitas
Sebelum hamil : Ibu tetap bekerja sebagai staf cargo
Bandara hingga usia kehamilannya 8
bulan
Setelah melahirkan : Ibu hanya berjalan-jalan sekitar ruang
an, dan memberikan minum susu
buatan pada bayinya
e. Perilaku Kesehatan
- Personal Hygiene : mandi dan menggosok gigi :2x / hari
Ganti pakaian :2x / hari
Setelah melahirkan : ibu ganti pakaian
Pakaian dalam dan pembalut setiap kali
kencing
1.2 Data Obyektif
1.2.1 Riwayat Persalinan Sekarang
Ibu melahirkan secara SC atas indikasi drip oksitosin gagal tanggal
1Desember 2011 jam 18.40. Operasi SC dilakukan dengan insisi medialis.
Bayi lahir normal tanpa ada kelainan / tidak cacat, berjenis kelamin laki-
laki, BBL:3600 gr PB: 53 cm A-S: 8-9, ketuban keruh
1.2.2 Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis Rr: 20 x / menit
TD :120/ 70mmHg Sh : 37 0C
Nadi : 86 x/ menit
1.2.3 Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : bersih, tidak berketombe, rambut hitam, tidak ada
benjolan/tumor
Muka : tidak ada kelainan pada wajah
Mata : konjungtiva merah simetris kiri dan kanan sclera normal,
tidak ada pembenkakan pada mata, fungsi penglihatan
normal
Mulut : merasa mulut tidak ada sariawan, keadaan bersih, gigi tidak
ada caries
Telinga : simetris, bersih, tidak ada peradangan, fungsi pendengaran
normal
Leher : tidak ada kelainan pembesaran kelenjar dan vena jugularis
Hidung : bersih, simetris tidak ada polip, funsi penciuman normal
Dada : simetris, tidak pembengkakan pada payudara kanan dan
kiri, hyperpigmentasi areola, papilla mamae mendatar,
tidak ada benjolan, tumor, ASI sudah keluar, puting susu
kotor
Abdomen : terdapat luka operasi insisi medialis yang masih tertutup
kasar, terdapat linea nigra, striae gravidarum albican, tidak
ada pembesaran lien
Ekstermitas Atas : tangan tidak ada oedema/pergerakannormal
Ekstremitas Bawah : tidak ada oedema pada kaki tidak ada varices,
reflek patella dan baik, pererakan normal tidak ada bekas
luka, masih tampak cairan lochea rubra, kecocokan dan bau
busuk,
Genetalia : vulva vagina merah kehitaman tidak ada
varices, tidak ada oedem, lochea rubra, tidak ada tumor
a. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada : Tidak ada benjolan, terdapat nyeri tekan, payudara teraba
keras, ASI sudah keluar
Perut : TFU : 2 jari bawah pusat
U.C : baik
Kandung kemih : kosong
Ekstremitas atas dan bawah : Tidak oedem, tidak ada kekauan sendi
b. Auskultasi : Bunyi jantung lub dup normal
c. Perkusi : Refleks patella +/+

1.2.4 Pemeriksaan Lab


HB Post Operasi: 11 gr %
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa/Masalah/
Data Subyektif Data Obyektif
Kebutuhan
Diagnosa  Ibu mengatakan  KU ibu: baik
P1001 post SC hari ke-2 melahirkan anak  TTV: TD: 110/70 mmHg
keduanya secara SC  Nd : 80 x/menit
tanggal 01-12-2011  Rr : 20 x/menit
jam 18.40 WIB jenis  Sh : 36,7C
kelamin laki-laki, BB:  TFU : 2 jari bawah pusat
3200 gram, PB : 51 cm
 Kandung kemih kosong
 U.C : baik
 Keluar lokea rubra
Masalah:
Bendungan ASI  Terdapat luka operasi
meditalis yang masih
ditutup kassa
Kebutuhan :  Ibu mengatakan kedua  Inspeksi
 Perawatan luka seksio payudaranya bengkak
sesarea mulai hhari  Dada: pembengkakan
dan keras
kedua post operasi pada payudara kanan/kiri
 Perawatan payudara  Ibu mengatakan
 Bimbingan cara  Palpasi
payudaranya terasa
menyusui yang benar  Dada: terdapat nyeri
nyeri
tekan pada payudara.
 Payudara teraba kera

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadinya mastitis
DO : ibu mengatakan payudaranya bengkak dan terasa nyeri
DS : − Terdapat pembengkakan payudara kanan dan kiri
− Terdapat nyeri tekan
IV. KEBUTUHAN SEGERA
 Perbaiki KU ibu
 Perawatan payudara
 Kolaboraasi dengan dokter dalam pemberian terapi
 Amoxicillin 500 mg 3x1
 Asam mefenamat 500 mg 3x1
V. INTERVENSI
Diagnosa/masalah Intervensi Rasional
Dx: P post SC hari ke-2 1. Lakukan komunikasi 1. Komunikasi terapeutik
Tujuan: setelah dilakukan terapeutik dengan klien mampu menjalin
asupan kebidanan 1x24 jam hubungan baik antara ibu
diharapkan ibu mampu dengan nakes sehingga
melewati masa nifasnya nakes dapat dengan
dengan normal tanpa mudah menggali masalah
komplikasi. klien
2. Observasi TTV, TFU, 2. Deteksi dini adanya
Kriteria hasil: kontraksi uterus, komplikasi dan
 KU ibu baik kandung kemih, lokea pencegahan dini
 TTV dalam batas normal 3. Anjurkan ibu untuk 3. Mobilisasi dini dapaat
 TFU normal mobilisasi dini memperlancar sirkulasi
 UC baik darah, mencegah flebitus
 Tidak terjadi infeksi dan mampu mempercepat
proses involusi
4. Anjurkan pada ibu 4. Membantu proses
Masalah: makan makanan yang regenerasi sel-sel yang
Bendungan ASI bergizi (4 sehat 5 telah rusak, sehingga
sempurna) terutama mempercepat proses
makanan yang mengan involusi
Kriteria Hasil: dung protein
5. Lakukan perawaatan luka 5. Perawatan luka jahitan
 Payudara tidak bengkak
pada hari ke-3 merupakan salah satu
dan tidak mengeras
caraa mencegah terjadinya
 Payudara tidak terasa
infeksi
nyeri
6. Kolaborasi dengan 6. Terapi yang tepat dapat
 Bendungan ASI dapat
dokter dalam pemberian mempercepat proses
teratasi
terapi penyembuhan
7. Jelaskan pada ibu tentang 7. Pemberiaan informasi dari
keadaannya nakes dapat menenangkan
ibu
8. Ajari ibu cara merawat 8. Dengan melakukan
payudara. perawatan payudara,
aliran darah pada
payudara menjadi lancar
sehingga ductus lactiferus
tidak tersumbat dan
proses laktasi berjalan
lancar
9. Ajari ibu meneteki yang 9. Bayi mampu menyusu
benar dengan baik, sehingga
10. Anjurkan untuk ASI tidak terbendung
memberikan kompres 10. Kompres hangat mampu
hangat pada payudara memperlebar pembuluh
sebelum meneteki darah sehingga proses
sirkulasi berjalan lancar
11. Berikan kompres dingin dan nyeri hilang
pada dada setelah 11. Mengurangi rasa nyeri
menyusui dan mengurangi bengkak
pada payudara

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal/ Jam Implementasi
Tanggal 03-11-2011
Jam 08.00 WIB 1. Melakukan komunikasi terapeutik dengan klien
 Menyapa klien
 Menanyakan keadaan klien
 Mendengarkan semua keluhan klien
Jam 08.10 WIB 2. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini
 Berjalan-jalan di sekeliling ruangan
 Ke kamar mandi sendiri
 Belajar merawaat bayi sendiri (mengganti popok saat
bayi kencing dan buang air besar)
Jam 08.20 WIB 3. Meganjurkan pada ibu makan makanan yang bergizi (4
sehat 5 sempurna) terutama makanan yang mengan dung
protein misalnya telur, tahu, tempe, ikan, daging
Jam 08.30 WIB 4. Menjelaskan pada ibu bahwaa ibu mengalami bendungan
ASI dan masalaah ini dapat diatasi dengan cara menyusui
dengan baik
5. Menganjurkan ibu agar mengompres payudaranya
dengan air hangat sebelum menyusui
Jam 08. 40 WIB 6. Mengajari ibu cara meneteki dengan benar
 Telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus
 Perut bayi menghadap perut ibu
 Mulut bayi terbuka lebar menutupi sebagian besar
daerah areola mammae
 Dagu bayi menempel pada payudara
 Menyusui bayi pada kedua payudara secara bergantian
sampai payudara terasa kosong
 Olesi puting susu sebelum menyusui
Jam 09.00 WIB 7. Menganjurkan pada ibu agar mengompres payudaranya
dengan air dingin setelah meneteki
Jam 09.05 WIB 8. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung
kemih, dan lokea
 TD : 110/70 mmHg
 Nd : 80 x/menit
 Sh : 36,6 C
 Rr : 20 x/menit
 TFU: 2 jari bawah pusat
 UC : baik
 Kandung kemih : kosong
Jam 09.25 WIB  Lokea : sanguiolenta
9. Mengajari ibu cara perawatan payudara
 Puting susu ditutup dengan kapas yang diberi baby oil/
minyak kelapa selama 2 menit
 Bersihkan puting susu dan perbaiki puting susu
dengan menarik puting susu ke kiri, ke kanan, ke atas,
dan ke bawah
 Oleskan minyak ke payudara dengan jari-jari tangan
dilakukan pengurutan mulai dari pangkal payudara ke
arah puting susu secara menyeluruh
 Kedua telapak tangan diletakkan di tengah diantara
kedua payudara ke arah puting susu secara
menyeluruh
 Urut payudara dengan ujung-ujung ruas jari mulai dari
pangkal ke arah puting susu
 Urut payudara dengan arah zigzag seperti huruf Z dari
atas ke bawah
 Membilas dengan air hangat, kemudian dengan air
Jam 09.40 WIB dingin
10. Kolaboraasi dengan dokter dalam pemberian terapi
 Amoxicillin 500mg
 Asam Mefenamat 500mg
 Vitarma

VII. EVALUASI
Tanggal : 04-11-2011 Jam: 07.00 WIB
S : − Ibu mengatakan masih terasa nyeri pada payudaranya
− Ibu mengatakan sudah mampu meneteki bayinya dengan baik
− Ibu mengatakan mengerti tentang nasehat yang telah diberikan
− TD : 110/70 menit − Kandung kemih : kosong
− Nd : 80 x/menit −Bengkak pada payudara kanan
dan
− Sh : 36,6 C kiri berkurang namun masih ter-
− Rr : 22 x/menit dapat nyeri tekan
− Lokea : sanguiolenta − Ibu terlihat mampu meneteki bayi
− UC : baik nya dengan baik
− P post SC hari ke-3
− Masalah bendungan payudara terataasi sebagian
− Observasi TTV, TFU, Lokea, kontraksi uterus, kandung kemih dan proses
laktasi
− Lakukan perawatan luka operasi
− Anjurkan untuk melakukan perawatan payudara
− Anjurkan pada ibu untuk tetap meneteki bayinya dengan benar
− Berikan kompres hangat sebelum meneteki dan kompres dingin sesudah
meneteki
− Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap wanita setelah melahirkan, akan melampaui masa yang dinamakan
dengan masa nifas (puerperium) yang merupaakan masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan dan lamanya 6 minggu (42
hari). Selama masa ini sangat diperlukan pengawasan yang baik. Tidak sedikit
kematian maternal terjadi pada masa post portum. Perhatian yang paling besar
terutama pada masa nifas, karena ini akan berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan
anak. Masalah yang paling sexing muncul pada ibu post portum pada minggu
pertama post portum adalah terjadinya bendungan ASI. Hal ini disebabkan karena
bayi menyusu kurang baik sedangkan produksi ASI semakin meningkat. Hal inilah
yang melatar belakangi dalam menyusui Askeb ini.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan baik
1.2.2 Tujuan Khusus
 Mengetahui pengertian masa nifas
 Mengetahui involusi alat-alat kandungan
 Mengetahui klinik nifas
 Mengetahui Fase Adaptasi Post Portum
 Mengetahui tentang masalah bendungan ASI
 Mengetahui tentang Seksio sesarea

1.3 Ruang Lingkup


Dalam laporan in penulis mengambil kasus "Asuhan Kebidanan pada Ny. "R" P10001
post operasi hari ke-2".

1.4 Tempat
Rumkital Dr. Ramelan Suarabaya di ruangan E II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nifas
2.1.1 Pengertian
Masa nifas/ puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pm. hamil.
Lama masa nifas ini adalah 6-8 minggu (Mochtar, 1998: 15). Nifas dibagi
dalam 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi
2.1.2 Involusi Alat-alat Kandungan
Yaitu perubahan-perubahan alat-alat kandungan atau genital dalam
keseluruhannya.
2.1.2.1 Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat 500 gram
symfisis
2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram
shimpysis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

2.1.2.2 Bekas Implantasi Uri


Merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri yang
berdiameter 7,5 cm dan sering disangka sebagai bagian placenta
yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan
pada 6 minggu telah mencapai 2,4 cm dan akhirnya pulih.
2.1.2.3 Luka-luka pada Jalan Lahir
Seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina
dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer. Infeksi dapat
timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan bila berlanjut dapat
menyebabkan sepsis, bila tidak disertai infeksi maka akan sembuh
dalam 6-7 hari.
2.1.2.4 Rasa Sakit (After Pains)
Mules-mules disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlang- sung 2-4
hari pasca persalinan.
2.1.2.5 Lochea
Yaitu cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
1. Lochea Rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
vemik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca
persalinan
2. Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari ke
3-7 pasca persalinan.
3. Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-
14 pasca persalinan.
4. Lochea Alba
Caftan putih setelah 2 minggu.
5. Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan bernanah dan berbau busuk.
6. Locheostasis
Lochea tidak lancar keluar.

2.1.2.6 Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan jalan Setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari dan
setelah 7 had hanya dapat dilalui 1 jari.
2.1.2.7 Ligamen - ligamen
Ligament, diafragma pelivis, serta fasia yang memegang
sewaktu hamil dan partus berangsur-angsur kembali seperti semula.
Ligamentum rotundum dapat mengendor, sehingga pada hari ke-2
pasca persalinan harus dilakukan latihan senam. Otot-otot dinding
perut akan berinvolusi pada 6-7 minggu pasca persalinan.
2.1.2.8 Endometrium
Timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat
implantasi plasenta.
2.1.3 Klinik Nifas
Keadaan Umum Ibu
a. Suhu
Beberapa hari setelah persalinan suhu sedikit naik (37,2- 37,5 °C) bila
setelah 12 jam suhu antara 38 °C atau lebih merupakan tanda-tanda
infeksi.
b. Nadi
Setelah persalinan nadi menjadi lambat karena ibu istirahat penuh.
c. Miksi
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat. Meskipun demikian, ibu
sering mengalami kesukaran saat buang air kecil, karena :
 Perasaan untuk BAK ibu berkurang, meskipun blast penuh.
 Uretra mungkin sedikit tersumbat karena pertukaran atau oedem dari
dindingnya akibat tekanan oleh kepala bayi.
 Ibu tidak bisa BAK dengan berbaring.
d. Defekasi
 Ibu pada umumnya mengalami konstipasi atau sembelit pada hari-hari
pertama setelah persalinan, karena kekurangan cairan, motilitas menurun dan
tidak nyaman pada luka perineum.
e. Kardiovaskuler
 Brodikardi : 50-70 x/menit dalam batas normal.
 Diaporesis pada malam hari tidak disertai demam (normal)
 Hemoglobin dan hemotokrit tetap, leukosit 15.000-30.000.
f. Saluran kemih
 Diuresis pada 24 jam pertama karena oedem waktu persalinan:
 Hematuri karena trauma kandung kencing.
 Acetonuria karena dehidrasi pada partus lama
 Proteintuia karena proses pratabolik involusi uteri.
g. Endokrin
 Estrogen progesteron menurun setelah plasenta lahir.
 Prolaktin meningkat karena hisapan bayi.
 ASI mulai keluar untuk menyusui.
h. Mammae
 Keluar kolostrum pada minggu pertama.
 ASI pada hari ke-3 mengalami breast engorgement karena vaskularisasi
i. Maskulus
 Tonus otot menurun
 Tromboflebilitis : menurunkan aktifitas, meningkatkan protrombin.
2.1.4 Fase Adaptasi Post Partum
a. Fase Taking in (menerima)
 Ibu sangat tergantung pada orang lath
 Berfokus pada diri sendiri dan bersikap vacum
 Hari 1-2 post partum
b. Fase Taking Hold
 Terjadi perubahan dari tergantung menjadi mandiri
 Mandiri dalam merawat diri
 Terbuka untuk penyuluhan
 Masih kurang percaya diri dalam merawat bayi
 Hari ke 3-10 post parttun
c. Fase Letting Go
 Terjadi perpindahan dan pergerakkan mandiri

 Karakteristik : - ibu mampu menerima tanggung jawabnya


- ibu menyesuaikan dengan kehidupan bayinya
 Hari ke-10
2.1.5 Perawatan Pasca Persalinan
a. Mobilisasi
Karena lelah setelah melahirkan, ibu istirahat, tidur terlentang selama 8
jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri
untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2
diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah
diperbolehkan pulang.
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan-makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Bila kandung
kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
d. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit BAB dan
terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans peroral atau perectal.
e. Perawatan payudara (mammae)
Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola mammae dan
puting susu dicuci dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar tetap lemas,
jangan sampai kelak mudah lecet dan pecah-pecah. Sebelum menyusui mammae
harus lemas dengan melakukan massase menyeluruh. Setelah areola mammae dan
puting dibersihkan, barulah bayi menyusui.
f. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dan kehamilan telah
terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae, yaitu :
 Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak
bertambah
 Keluaran cairan susu dari duktus lactiferus disebut kolostrum,
berwarna putih, kuning susu
 Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-
vena berdilatasi sehingga tampak jelas
 Setelah persalinan, pengaruh laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan
merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oxytosin menyebabkan
mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar produksi
akan banyak sesudah 2-3 hari pasta. persalinan.
Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis
yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
Produksi ASI akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan
lebih sempurna. Disamping ASI merupakan makanan untuk bayi yang tidak ada
bandingannya, menyusukan bayi sangat baik untuk mewujudkan rasa kasih sayang
antara ibu dan anak.

2.2 Bendungan Payudara


2.2.1 Keadaan Abnormal pada Payudara
Payudara telah dipersiapkan sejak mulai datang sehingga pada waktunya dapat
memberikan ASI dengan sempurna. Untuk dapat melancarkan pengeluaran ASI
dilakukan persiapan sejak awal hamil dengan melakukan masase, menghilangkan kerak
pada puting susu dengan duktusnya tidak tersumbat. Beberapa keadaan abnormal yang
mungkin terjadi diantaranya bendungan ASI, mastitis, abses payudara.
2.2.2 Pengertian Bendungan ASI / Bendungan Payudara
 Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan
dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu.
 Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara
dalam rangka mempersiapkan din untuk laktasi.
2.2.3 Etiologi
Faktor-faktor penyebabnya adalah :
 Karena sumbatan pada saluran ASI
 Tidak dikosongkan seluruhnya
 Kelainan pada puting susu

2.2.4 Patofisiologi
Kadar estrogen dan progestin menurun
sesudah bayi lahir dan plasenta keluar
Hipotalamus menghalangi keluamya pituitary
lactogenic hormone (prolaktin) waktu hamil tidak
dikeluarkan lagi.

Sekresi prolaktm oleh hipofisis

Alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan ASI

Jika bayi tidak menyusu dengan baik /


jika kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna

Terjadi bendungan ASI

2.2.5 Tanda dan Gejala


 Mammae ibu terasa panas
 Mammae bengkok dan keras
 Nyeri pada perabaan
 Suhu tubuh tidak naik
 Puting susu bisa mendatar sehingga dapat menyukarkan bayi untuk menyusu.
 Biasanya teijadi pada hari ke 3-5 nifas
 Menyerang kedua payudara
2.2.6 Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Dimulai selama hamil dengan pearawatan payudara

b. Penanganan
 Jika ibu menyusui :
 Jika ibu menyusui dan bayi tidak menetek, bantulah memerah air susu
dengan tangan dan pompa
 Jika ibu menyusui dan bayi mampu menetek
 Bantu ibu agar meneteki lebih sering pada kedua payudara flap kali
meneteki
 Berikan penyuluhan cara meneteki yang baik
 Telinga dan lengan bayi berada dalam 1 garis lurus
 4 Perut bayi menghadap perut ibu
 Mulut bayi terbuka lebar menutupi sebagian besar daerah sekitar
puling susu
 4 Dagu bayi menempel pada payudara
 4 Berikan ASI dari kedua payudara secara
 bergantian sampai kosong
 Mengurangi nyeri sebelum meneteki
 Berikan kompres hangat pada dada sebelum meneteki atau mandi
dengan air hangat
 Pijat punggung dan leher
 Memeras cara manual sebelum meneteki dan basahi puting susu
agar bayi mudah menetek
 Mengurangi nyeri setelah meneteki
 Gunakan bebat atau bra
 Kompres dingin pada dada untuk mengurangi
 bengkak
 Terapi : paracetamol 500 mg peroral
 Tidak Menyusui
 Jika ibu tidak meneteki
 Berikan bebat dan bra yang ketat
 Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak dan nyeri
 Hindari pijat atau kompres hangat
 Berikan parasetamol 500 mg per oral
 Evaluasi 3 hari
 Kalau perlu berikan stil bestrol / lynoral tablet 3x/hari selama 2-3 hari untuk
membendung sementara produksi ASI.
2.3 Seksio Sesarea
2.3.1 Pengertian
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina : atau seksio sesarea adalah
suatu histeretomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
2.3.2 Macam-macam SC
2.3.2.1 SC primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara
SC tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit.
2.3.2.2 SC sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal barn
dilakukan SC.
2.3.2.3 SC ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami SC dan pada kehamilan selanjutnya
dilakukan SC ulang.
2.3.2.4 SC histerektomi
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan SC,
langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
2.3.2.5 Operasi Porro
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri
(janin mati) dan langsung dilakukan histerektomi
2.3.3 Indikasi
2.3.3.1 CPD 21 %
2.3.3.2 Gawat janin 14 %
2.3.3.3 Placenta Previa11 %
2.3.3.4 Pernah SC 11 %
2.3.3.5 Kelainan letak10 %
2.3.3.6 Incoordinate Uteri Action 9%
2.3.3.7 Preeklampsi dan Hipertensi 7 %
2.3.4 Jenis-jenis SC
2.3.4.1 Abdomen
a. Sectio sesarea Transperitonoelis
1. Seksio sesarea klasik kolporal,
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri.
Kelebihan :
 Mengeluarkan janin lebih cepat
 Tidak menyebabkan kandung kemih tertarik
 Sayatan bisa diperpanjang proximal atau distal
Kekurangan :
 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik.
 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan
2. Seksio Sesarea Profonda / Ismika dengan Insisi pada SBR
Dilakukan dengan membuat sayatan melintangkonkaf pada SBR
kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
 Penjahitan luka lebih mudah
 Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
 Perdarahan berkurang
 Dibanding dengan cara klasik kemungkinan rupture uteri spontan
kurang / lebih kecil
Kekurangan :
 Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan, dan bawah, sehingga
dapat menyebabkan arteri uterine putus sehingga
mengakibatkan perdarahan yang banyak
 Keluhan pada kandung kemih post operative tinggi
3. Seksio Sesarea Ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka
peritoneum paritalis dengan demikian tidak membuka kavum
abdominal.
2.3.4.2 Seksio Sesarea Vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, SC dapat dilakukan sebagai berikut :
 Sayatan memanjang (longitudinal)
 Sayatan melintang (transversal)
 Sayatan huruf T (T-Incision)
2.3.5 Komplikasi
2.3.5.1 Infeksi puerperalis (nifas)
 Ringan dengan kenaikkan suhu beberapa hari saja
 Sedang : dengan keadaan suhu yang lebih tinggi, disertai
dehidrasi dan pearl sedikit kembung
 Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik
Penanganannya adalah pemberian cairan yang telah terjadi.
2.3.5.2 Perdarahan, disebabkan karena :
 Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka Atonia uteri
 Perdarahan pada placental bed
2.3.5.3 Luka kemih, emboli pare dan keluhan kandung kemih bila
reperitonealisasi terlalu tinggi
2.3.5.4 Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan yang lalu.
2.3.6 Prognosis
Nasib janin yang "ditolong secara SC sangat tergantung dari keadaan janin
sebelum dilakukan operasi. Angka kematian periontal sekitar 4-7 %. Angka
kematian ibu pada rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh
tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1.000.
2.3.7 Nasihat Pasca Operasi
 Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang satu tahun, dengan memakai
konstrasepsi
 Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik
 Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit besar
 Apakah persalinannya yang berikutnya harus dengan SC bergantung dart
indikasinseksio sesarea dan keadaan pada kehamilan berikutnya
 Once a cesarean not always a cesarean kecuali pada CPD

DAFTAR PUSTAKA

 Mansjoer, Arief dkk (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius.
 Mochtar, Rustam (1998). Sinopsis Obsteri Jilid 1. Jakarta : EGC.
 Mochtar, Rustam (1998). Sinopsis Obsteri Jilid 2. Jakarta : EGC.
 Manuaga, Ida Bagus Gede (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
 Saifudin, Abdul Bari (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
 Wiknjosastro, Hanifa (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta :YBP-SP.

Anda mungkin juga menyukai