I. PENGKAJIAN
1.1 Data Subyektif
Anamnesa ini dilakukan oleh Diyan Riyanti, mahasiswi Akbid Karya
Husada Kediri tanggal 3 Desember 2011, jam 19.00 di Ruang Nifas RSUD
Darmayu Ponorogo.
1.1.1 Identitas
Nama : Ny. D Nama Suami : Tn. S
Umur : 28 Tahun Umur : 32 Tahun
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Staf Cargo Bandara Pekerjaan : TNI- AL
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Tridatu Jl. Mawar Alamat : Tridatu. Jl Mawar
No. 2 Ponorogo No. 2 Ponorogo
1.1.2 Keluhan Utama
Ibu mengatakan kedua payudaranya bengkak dan mengeras serta
terasa sangat nyeri sejak 3 Desember 2011 jam 18.00 WIB
1.1.3 Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 13 tahun
Siklus menstruasi : 30 hari
Lama menstruasi : 7 hari
Banyaknya darah : hari 1-3x/hari ganti pembalut, hari 4-7
2x/hari ganti pembalut
Konsistensi : cair, warna merah
Dismenorea : tidak pernah
Fluor albus : Ya, sebelum menstruasi, warna putih jernih,
tidak gatal, tidak berbau
HPHT : 15 Februari 2010
HPL : 22 November 2011
1.1.4 Status Perkawinan
Menikah :1x
Lama : 1 th
1.1.5 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Tempat Usia Jenis Faktor Jenis Keadaan
No Tgl/Tahun Penolong BB/PB
Persalinan Kehamilan Kehamilan Penyulit Kehamilan anak
Dr. HIS tdk 3000gr/ Hidup
1. 1-12-2011 RS 39 mgg SC L
Obgin adekuat 48cm sehat
1.1.6 Riwayat Persalinan Sekarang
Persalinan melalui operasi Caesar, bayi lahir tanggal 1
Desember 2011, pukul 18.40 WIB. Jenis Kelamin laki-laki, BB:3600
gram, PB: 53 cm
1.1.7 Riwayat Kesehatan Keluarga
Keturunan kembar : Tidak ada
Penyakit menurun : HT, DM, Asma tidak ada
Penyakit lain dalam keluarga : Typus, DM tidak ada
1.1.8 Riwayat Kesehatan Sekarang
Penyakit menurun : DM,Hipertensi tidak ada
Penyakit menahun : paru,jantung, hati tidak ada
Penyakit menular : hipertensi, HIV/ Aids tidak ada
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal/ Jam Implementasi
Tanggal 03-11-2011
Jam 08.00 WIB 1. Melakukan komunikasi terapeutik dengan klien
Menyapa klien
Menanyakan keadaan klien
Mendengarkan semua keluhan klien
Jam 08.10 WIB 2. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini
Berjalan-jalan di sekeliling ruangan
Ke kamar mandi sendiri
Belajar merawaat bayi sendiri (mengganti popok saat
bayi kencing dan buang air besar)
Jam 08.20 WIB 3. Meganjurkan pada ibu makan makanan yang bergizi (4
sehat 5 sempurna) terutama makanan yang mengan dung
protein misalnya telur, tahu, tempe, ikan, daging
Jam 08.30 WIB 4. Menjelaskan pada ibu bahwaa ibu mengalami bendungan
ASI dan masalaah ini dapat diatasi dengan cara menyusui
dengan baik
5. Menganjurkan ibu agar mengompres payudaranya
dengan air hangat sebelum menyusui
Jam 08. 40 WIB 6. Mengajari ibu cara meneteki dengan benar
Telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus
Perut bayi menghadap perut ibu
Mulut bayi terbuka lebar menutupi sebagian besar
daerah areola mammae
Dagu bayi menempel pada payudara
Menyusui bayi pada kedua payudara secara bergantian
sampai payudara terasa kosong
Olesi puting susu sebelum menyusui
Jam 09.00 WIB 7. Menganjurkan pada ibu agar mengompres payudaranya
dengan air dingin setelah meneteki
Jam 09.05 WIB 8. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung
kemih, dan lokea
TD : 110/70 mmHg
Nd : 80 x/menit
Sh : 36,6 C
Rr : 20 x/menit
TFU: 2 jari bawah pusat
UC : baik
Kandung kemih : kosong
Jam 09.25 WIB Lokea : sanguiolenta
9. Mengajari ibu cara perawatan payudara
Puting susu ditutup dengan kapas yang diberi baby oil/
minyak kelapa selama 2 menit
Bersihkan puting susu dan perbaiki puting susu
dengan menarik puting susu ke kiri, ke kanan, ke atas,
dan ke bawah
Oleskan minyak ke payudara dengan jari-jari tangan
dilakukan pengurutan mulai dari pangkal payudara ke
arah puting susu secara menyeluruh
Kedua telapak tangan diletakkan di tengah diantara
kedua payudara ke arah puting susu secara
menyeluruh
Urut payudara dengan ujung-ujung ruas jari mulai dari
pangkal ke arah puting susu
Urut payudara dengan arah zigzag seperti huruf Z dari
atas ke bawah
Membilas dengan air hangat, kemudian dengan air
Jam 09.40 WIB dingin
10. Kolaboraasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Amoxicillin 500mg
Asam Mefenamat 500mg
Vitarma
VII. EVALUASI
Tanggal : 04-11-2011 Jam: 07.00 WIB
S : − Ibu mengatakan masih terasa nyeri pada payudaranya
− Ibu mengatakan sudah mampu meneteki bayinya dengan baik
− Ibu mengatakan mengerti tentang nasehat yang telah diberikan
− TD : 110/70 menit − Kandung kemih : kosong
− Nd : 80 x/menit −Bengkak pada payudara kanan
dan
− Sh : 36,6 C kiri berkurang namun masih ter-
− Rr : 22 x/menit dapat nyeri tekan
− Lokea : sanguiolenta − Ibu terlihat mampu meneteki bayi
− UC : baik nya dengan baik
− P post SC hari ke-3
− Masalah bendungan payudara terataasi sebagian
− Observasi TTV, TFU, Lokea, kontraksi uterus, kandung kemih dan proses
laktasi
− Lakukan perawatan luka operasi
− Anjurkan untuk melakukan perawatan payudara
− Anjurkan pada ibu untuk tetap meneteki bayinya dengan benar
− Berikan kompres hangat sebelum meneteki dan kompres dingin sesudah
meneteki
− Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan baik
1.2.2 Tujuan Khusus
Mengetahui pengertian masa nifas
Mengetahui involusi alat-alat kandungan
Mengetahui klinik nifas
Mengetahui Fase Adaptasi Post Portum
Mengetahui tentang masalah bendungan ASI
Mengetahui tentang Seksio sesarea
1.4 Tempat
Rumkital Dr. Ramelan Suarabaya di ruangan E II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nifas
2.1.1 Pengertian
Masa nifas/ puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pm. hamil.
Lama masa nifas ini adalah 6-8 minggu (Mochtar, 1998: 15). Nifas dibagi
dalam 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi
2.1.2 Involusi Alat-alat Kandungan
Yaitu perubahan-perubahan alat-alat kandungan atau genital dalam
keseluruhannya.
2.1.2.1 Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
2.1.2.6 Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan jalan Setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari dan
setelah 7 had hanya dapat dilalui 1 jari.
2.1.2.7 Ligamen - ligamen
Ligament, diafragma pelivis, serta fasia yang memegang
sewaktu hamil dan partus berangsur-angsur kembali seperti semula.
Ligamentum rotundum dapat mengendor, sehingga pada hari ke-2
pasca persalinan harus dilakukan latihan senam. Otot-otot dinding
perut akan berinvolusi pada 6-7 minggu pasca persalinan.
2.1.2.8 Endometrium
Timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat
implantasi plasenta.
2.1.3 Klinik Nifas
Keadaan Umum Ibu
a. Suhu
Beberapa hari setelah persalinan suhu sedikit naik (37,2- 37,5 °C) bila
setelah 12 jam suhu antara 38 °C atau lebih merupakan tanda-tanda
infeksi.
b. Nadi
Setelah persalinan nadi menjadi lambat karena ibu istirahat penuh.
c. Miksi
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat. Meskipun demikian, ibu
sering mengalami kesukaran saat buang air kecil, karena :
Perasaan untuk BAK ibu berkurang, meskipun blast penuh.
Uretra mungkin sedikit tersumbat karena pertukaran atau oedem dari
dindingnya akibat tekanan oleh kepala bayi.
Ibu tidak bisa BAK dengan berbaring.
d. Defekasi
Ibu pada umumnya mengalami konstipasi atau sembelit pada hari-hari
pertama setelah persalinan, karena kekurangan cairan, motilitas menurun dan
tidak nyaman pada luka perineum.
e. Kardiovaskuler
Brodikardi : 50-70 x/menit dalam batas normal.
Diaporesis pada malam hari tidak disertai demam (normal)
Hemoglobin dan hemotokrit tetap, leukosit 15.000-30.000.
f. Saluran kemih
Diuresis pada 24 jam pertama karena oedem waktu persalinan:
Hematuri karena trauma kandung kencing.
Acetonuria karena dehidrasi pada partus lama
Proteintuia karena proses pratabolik involusi uteri.
g. Endokrin
Estrogen progesteron menurun setelah plasenta lahir.
Prolaktin meningkat karena hisapan bayi.
ASI mulai keluar untuk menyusui.
h. Mammae
Keluar kolostrum pada minggu pertama.
ASI pada hari ke-3 mengalami breast engorgement karena vaskularisasi
i. Maskulus
Tonus otot menurun
Tromboflebilitis : menurunkan aktifitas, meningkatkan protrombin.
2.1.4 Fase Adaptasi Post Partum
a. Fase Taking in (menerima)
Ibu sangat tergantung pada orang lath
Berfokus pada diri sendiri dan bersikap vacum
Hari 1-2 post partum
b. Fase Taking Hold
Terjadi perubahan dari tergantung menjadi mandiri
Mandiri dalam merawat diri
Terbuka untuk penyuluhan
Masih kurang percaya diri dalam merawat bayi
Hari ke 3-10 post parttun
c. Fase Letting Go
Terjadi perpindahan dan pergerakkan mandiri
2.2.4 Patofisiologi
Kadar estrogen dan progestin menurun
sesudah bayi lahir dan plasenta keluar
Hipotalamus menghalangi keluamya pituitary
lactogenic hormone (prolaktin) waktu hamil tidak
dikeluarkan lagi.
b. Penanganan
Jika ibu menyusui :
Jika ibu menyusui dan bayi tidak menetek, bantulah memerah air susu
dengan tangan dan pompa
Jika ibu menyusui dan bayi mampu menetek
Bantu ibu agar meneteki lebih sering pada kedua payudara flap kali
meneteki
Berikan penyuluhan cara meneteki yang baik
Telinga dan lengan bayi berada dalam 1 garis lurus
4 Perut bayi menghadap perut ibu
Mulut bayi terbuka lebar menutupi sebagian besar daerah sekitar
puling susu
4 Dagu bayi menempel pada payudara
4 Berikan ASI dari kedua payudara secara
bergantian sampai kosong
Mengurangi nyeri sebelum meneteki
Berikan kompres hangat pada dada sebelum meneteki atau mandi
dengan air hangat
Pijat punggung dan leher
Memeras cara manual sebelum meneteki dan basahi puting susu
agar bayi mudah menetek
Mengurangi nyeri setelah meneteki
Gunakan bebat atau bra
Kompres dingin pada dada untuk mengurangi
bengkak
Terapi : paracetamol 500 mg peroral
Tidak Menyusui
Jika ibu tidak meneteki
Berikan bebat dan bra yang ketat
Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak dan nyeri
Hindari pijat atau kompres hangat
Berikan parasetamol 500 mg per oral
Evaluasi 3 hari
Kalau perlu berikan stil bestrol / lynoral tablet 3x/hari selama 2-3 hari untuk
membendung sementara produksi ASI.
2.3 Seksio Sesarea
2.3.1 Pengertian
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina : atau seksio sesarea adalah
suatu histeretomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
2.3.2 Macam-macam SC
2.3.2.1 SC primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara
SC tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit.
2.3.2.2 SC sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal barn
dilakukan SC.
2.3.2.3 SC ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami SC dan pada kehamilan selanjutnya
dilakukan SC ulang.
2.3.2.4 SC histerektomi
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan SC,
langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
2.3.2.5 Operasi Porro
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri
(janin mati) dan langsung dilakukan histerektomi
2.3.3 Indikasi
2.3.3.1 CPD 21 %
2.3.3.2 Gawat janin 14 %
2.3.3.3 Placenta Previa11 %
2.3.3.4 Pernah SC 11 %
2.3.3.5 Kelainan letak10 %
2.3.3.6 Incoordinate Uteri Action 9%
2.3.3.7 Preeklampsi dan Hipertensi 7 %
2.3.4 Jenis-jenis SC
2.3.4.1 Abdomen
a. Sectio sesarea Transperitonoelis
1. Seksio sesarea klasik kolporal,
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri.
Kelebihan :
Mengeluarkan janin lebih cepat
Tidak menyebabkan kandung kemih tertarik
Sayatan bisa diperpanjang proximal atau distal
Kekurangan :
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik.
Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan
2. Seksio Sesarea Profonda / Ismika dengan Insisi pada SBR
Dilakukan dengan membuat sayatan melintangkonkaf pada SBR
kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
Perdarahan berkurang
Dibanding dengan cara klasik kemungkinan rupture uteri spontan
kurang / lebih kecil
Kekurangan :
Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan, dan bawah, sehingga
dapat menyebabkan arteri uterine putus sehingga
mengakibatkan perdarahan yang banyak
Keluhan pada kandung kemih post operative tinggi
3. Seksio Sesarea Ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka
peritoneum paritalis dengan demikian tidak membuka kavum
abdominal.
2.3.4.2 Seksio Sesarea Vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, SC dapat dilakukan sebagai berikut :
Sayatan memanjang (longitudinal)
Sayatan melintang (transversal)
Sayatan huruf T (T-Incision)
2.3.5 Komplikasi
2.3.5.1 Infeksi puerperalis (nifas)
Ringan dengan kenaikkan suhu beberapa hari saja
Sedang : dengan keadaan suhu yang lebih tinggi, disertai
dehidrasi dan pearl sedikit kembung
Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik
Penanganannya adalah pemberian cairan yang telah terjadi.
2.3.5.2 Perdarahan, disebabkan karena :
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka Atonia uteri
Perdarahan pada placental bed
2.3.5.3 Luka kemih, emboli pare dan keluhan kandung kemih bila
reperitonealisasi terlalu tinggi
2.3.5.4 Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan yang lalu.
2.3.6 Prognosis
Nasib janin yang "ditolong secara SC sangat tergantung dari keadaan janin
sebelum dilakukan operasi. Angka kematian periontal sekitar 4-7 %. Angka
kematian ibu pada rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh
tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1.000.
2.3.7 Nasihat Pasca Operasi
Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang satu tahun, dengan memakai
konstrasepsi
Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik
Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit besar
Apakah persalinannya yang berikutnya harus dengan SC bergantung dart
indikasinseksio sesarea dan keadaan pada kehamilan berikutnya
Once a cesarean not always a cesarean kecuali pada CPD
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief dkk (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius.
Mochtar, Rustam (1998). Sinopsis Obsteri Jilid 1. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam (1998). Sinopsis Obsteri Jilid 2. Jakarta : EGC.
Manuaga, Ida Bagus Gede (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Saifudin, Abdul Bari (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
Wiknjosastro, Hanifa (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta :YBP-SP.