NPM : 18.19.22.059
KELAS : S.KEB 3 A
I. PENGUMPULAN DATA
A. Identitas/Biodata
2. Keluhan-keluhan : ibu mengatakan bahwa ini kehamilan yang pertama dan sejak 4 hari lalu
mengalami mual dan muntah 6 – 8 kali sehari, tidak nafsu makan, dan merasa lemas.
3. Riwayat menstruasi :
❖ Siklus : 28 hari
Trimester II :
Trimester III :
: Trimester II :
: Trimester III :
• Pola eliminasi :
DM : tidak ada
8. Riwayat ekonomi
: Diterima
: Ada dukungan
• Pola makan/minum
- Minum : 8 gelas/hari
BB sebelum hamil : 52 kg
11. Dada
Mammae : Simetris
13. Abdomen
- Pembesaran : simetris
: melebar
- Linea : nigra
tidak teraba
Palpasi :
Leopold I : teraba ballotement
Leopold II : tidak dilakukan
Leopold III : tidak dilakukan
Leopold IV : tidak dilakukan
14.Genitalia
16. Ekstremitas :
D. Pemeriksaan Laboratorium
1. Hb : 11,4 gr%
2. Protein urine : tidak dilakukan
E. Pemeriksaan Penunjang
DO :
- KU : Lemah
- Kesadaran : composmentis
- TTV :
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Suhu : 36,6 C
Respirasi : 24 x/m
Nadi : 82 x/m
- mata
conjungtiva : pucat
sklera : putih
- Ekstremitas
kuku : pucat
- Hb : 11,4 %
b. Masalah
Ibu merasa merasa tidak nyaman, cemas dan gelisah dengan kehamilannya saat ini
karena mual muntah yang mengganggu aktivitasnya.
c. Kebutuhan
1) memberikan informasi tentang keadaan ibu
2) memberikan informasi tentang penyebab mual muntah yang dialami ibu
3) Dukungan moril untuk ibu dari suami dan keluarga.
Anjurkan ibu untuk bedrest dan pemberian terapi Vit B12, B6, Vit C.
V. RENCANA TINDAKAN
VII. EVALUASI
Tahun :2016
ISSN :2502-4825
Metode : penelitian ini menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan cross
sectional
Kesimpulan :
Jarak ideal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun. Menurut Rofiq (2008) proporsi kematian
terbanyak terjadi pada ibu prioritas 1-3 anak dan jika dilihat dari jarak kehamilannya temyata
jarak kurang dati 2 tahun. Jarak kehamilan terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu
singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa ke kondisi sebelumnya. Pada
penelitian ini sebagian besar responden dengan jarak kehamilan beresiko mengalami
hiperemisis gravidarum, hal ini dikarenakan jarak yang dekat antara kehamilan sekarang dan
dahulu dapat berpengaruh karena keadaan yang belum normal sebagaimana mestinya harus
sudah bereproduksi lagi untuk kehamilan selanjutnya maka dari itulah dapat menyebabkan
hiperemisis gavidarum dan komplikasi kehamilan lainnya.Pada penelitian ini sebagian besar
responden dengan paritas tinggi mengalami hiperemisis gravidarum, hal ini dikarenakan pada
primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormon dan pada usia lebih tua juga
cenderung lebih menderita karena jumlah hormon yang dikeluarkan semakin tinggi, dan
riwayat kehamilan sebelumnya juga dapat mempengaruhi kehamilannya sekarang.
ISSN : 2549-4058
Kesimpulan :
Tahun : 2015
ISSN : 2549-7081
Kondisi psikologis responden cenderung tenang karena pengaruh hormon progesteron yang
meningkat selama kehamilan. Hormon progesteron ini dihasilkan oleh korpus luteum pada
masa awal kehamilan dan mempunyai fungsi menenangkan tubuh ibu hamil selama
kehamilan, termasuk saraf ibu hamil, sehingga perasaan ibu hamil menjadi tenang. Hormon
ini juga berfungsi membangunlapisan di dinding rahim untuk menyangga plasenta di dalam
rahim dan untuk mencegah gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim. Hormon ini
dapat "mengembangkan" pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun dan
menyebabkan ibu hamil sering pusing. Hormon ini juga membuat sistem pencernaan jadi
lambat, perut menjadi kembung atau sembelit, mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu
hamil, meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan, mual, dan menurunnya gairah
berhubungan intim selama hamil.Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan
karena peningkatan HCG dan hormone progesteron. Peningkatan kadar hormone
progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi
sehingga motilitas usus dan lambung menurun. Penurunan motilitas ini menyebabkan organ
pencernaan menjadi penuh. Ketika ibu hamil mulai makan karena lapar yang mengikuti irama
sirkadian, makanan tersebut cenderung akan dimuntahkan.
4. Judul : asuhan gizi pada ibu hamil dengan hiper emesis gravidarum
Tahun : 2021
ISSN : 2355-1364
Kesimpulan :
Pada hyperemesis gravidarum, ibu hamil dapat mengalami penurunan berat badan lebih dari
5% dari berat badan sebelum hamil yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pola makan,
karena nafsu makan yang menurun akibat rasa mual yang diderita.(Histeria Friska Armynia
Subratha, 2018) Penurunan berat badan juga dipengaruhi oleh factor aktivitas ibu yang
berlebihan, factor hormonal, dan factor infeksi.(Histeria Friska Armynia Subratha, 2018) Ibu
juga akan mengalami gangguan kehamilan seperti dehidrasi, dapat mengalami syok,
menghambat tumbuh kembang janin, gangguan eletrolit, cadangan karbohidrat dalam tubuh
ibu akan habis, robekan pada selaput jaringan esophagus dan lambung yang terjadi karena
muntah yang terlalu sering dan memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah, premature dan nilai apgar kurang dari tujuh. Emesis gravidarum
yang jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat akan berlanjut menjadi hyperemesis
gravidarum. Pada hyperemesis gravidarum, ibu hamil akan mengalami mual dan muntah
hebat lebih dari 10 kali sehari dan mengalami kekurangan cairan dan penurunan berat badan
yang berdampak pada terganggunya aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam
kandungan.(Munjiah et al., 2015) Mual dan muntah yang berlangsung terus menerus akan
menyebabkan berkurangnya cairan tubuh, sehingga darah menjadi lebih kental
(hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah ke jaringan terhambat. Kondisi ini menimbulkan
kerusakan jaringan yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan perkembangan janinnya
Tahun : 2020
Kesimpulan :
Menurut Sofian (2010) bahwa sebagian besar ibu hamil 70 -80% mengalami morning
sickness dan sebanyak 1-2% dari semua ibu hamil mengalami morning sickness yang
ekstrim. Dari hasil penelitian dalam jurnal Aril (2012), Hiperemesis Gravidarum terjadi di
seluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam mulai dari 1 - 3% dari seluruh kehamilan
di indonesia, 0,3% dari seluruh kehamilan di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada,
10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki, di Amerika Serikat,
prevalensi hiperemesis gravidarum adalah 0,5 - 2 %. Berdasarkan hasil penelitian Depkes RI
di tahun 2009 menjelaskan bahwa lebih dari 80% perempuan hamil mengalami rasa mual dan
muntah, hal ini bisa menyebabkanperempuan menghindari makanan tertentu dan biasanya
membawa resiko baginya dan janin (Vicki, 2012). Diduga 50% sampai 80% ibu hamil
mengalami mual dan muntah dan kira-kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan
untuk penggantian cairan dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas
kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan
jumlah Human chorionic gonadotropin (HCG). Mual juga dihubungkan dengan perubahan
dalam indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan (Walsh, 2007)