Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

TERHADAP BAYI Ny.A SEGERA SETELAH LAHIR DENGAN BBLR

Tanggal pengkajian : 08-08-2021


Jam : 21.50 WIB
Tempat Pengkajian : RUANG PONED PUSKESMAS BANJARWANGI
Nama Mahasiswa : YOSI YULISPIANI
NIM : 1530220200051
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Identitas bayi
Nama : By. Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/pukul : 08 Agustus 2021/21.50 Wib
b. Biodata orang tua
Istri Suami
Nama : Ny. A Tn. D
Umur : 27 Tahun 28tahun
Agama : Islam Islam
Suku : Sunda Sunda
Pendidikan : SD SMP
Pekerjan : IRT Swasta
Alamat : Kp. Jangkar 01/05 Desa Bojong
Kec. Banjarwangi Kab. Garut
2. Riwayat antenatal
- G2P1A0 Umur kehamilan 39-40 mnggu
- Riwayat ANC : 4 kali
- Imunisasi TT : Selama hamil ibu mendapatkan imunisasi TT 2 kali
- Keluhan saat hamil : Tidak ada
3. Penyakit selama hamil
- Diabetes melitus : Tidak ada
- Hepatitis : Tidak ada
- Tuberculosis : Tidak ada
- HIV/AIDS : Tidak ada
4. Kebiasaan
- Minum obat / jamu : Tidak pernah
- Merokok : Tidak pernah
5. Komplikasi
- Hyperemesis : Tidak pernah
- Perdarahan : Tidak pernah
- Preeklamsia : Tidak pernah
- Eklamsia : Tidak pernah
- Infeksi : Tidak pernah

B. DATA OBJEKTIF
Tonus otot : Lemah
Warna kulit : Kebiruan
Usaha bernafas : Megap –Megap
C. DATA PENUNJANG
- Komplikasi janin
IUGR : Tidak Ada
Polihidramnion : Tidak ada
Oligohidramnion : Tidak Ada
Gameli : Tidak Ada
b) Riwayat intranatal
Lahir tanggal : 22 Mei 2013
Lahir pukul :12.40 Wib dengan penilain bayi merintih,warna kulit kebiruan
dan tonus otot lemah
Jenis persalinan : Spontan
Penolong : Bidan
Lama persalinan : 13 jam 20 menit
Kala I : 12 jam 35 menit
Kala II : 45 menit
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 Jam
c) Komplikasi ibu
Hipertensi : Tidak ada
Partus lama : Ya
Penggunaan obat : Tidak ada
Infeksi : Tidak ada
KPD : Tidak ada
Perdarahan : Tiadak ada
d) Komplikasi janin
Premature : Tidak ada
Malposisi : Tidak ada
Gawat janin : Ya
Ketuban campur meconium : Ya
Lilitan tali pusat : Tidak ada

Keadaan bayi baru lahir : Tonus otot lemah, warna kulit kebiruan,
bernafas megap – megap

Bayi Ny. M sesuai masa kehamilan post asfiksia normal

A. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Pernafasan : 48 x/menit
b. Suhu : 36,80c
c. Kulit
Warna :Kemerahan
Turgor : Elastis
d. Denyut jantung : 128 x/menit
e. Tonus otot : Positif (+)
f. Gerakan : Aktif
g. Tali pusat : Tidak ada perdarahan tali pusat
h. Ekstremitas : Normal, tidak ada kelainan
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Ubun-ubun besar : Datar
Ubun-ubun kecil : Datar
Rambut : Terdapat sisa-sisa darah dan lendir
Caput succedaneum : Ada
Cephal hematoma : Tidak ada
b. Muka : Simetris antara kanan dan kiri,
tidak ada oedema
c. Mata
Simetris : Simetris antara kanan dan kiri
Kelopak mata : Tidak oedema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
d. Hidung : Simetris antara kanan dan kiri
Lubang : Ada kanan & kiri, bersih tidak ada sekret
e. Mulut
Bentuk : Simetris kanan dan kiri
Labioskisis : Tidak ada
Palatoskizis : Tidak ada
f. Telinga
Simetreis : Simetris antara kanan dan kiri
Lubang : Ada lubang telinga kanan dan kiri, bersih
tidak ada serumen
g. Dada
Bentuk : Simetris antara kanan dan kiri
Puting susu : Menonjol, simetris antara kanan dan kiri
Auskultasi : Tidak ada wezing maupun ronchi
h. Abdomen
Tali pusat : Tidak ada perdarahan tali pusat
Bising usus : Ada
Benjolan : Tida ada
i. Punggung
Fleksibiltas tulang punggung : Ada
Tonjolan tulang punggung : Tidak ada
j. Anus : Ada lubang
k. Genetalia
Laki-laki
Lubang penis : Ada, di sentralis
Skrotum : Ada,sebalah kanan dan kiri
l. Tungkai dan kaki
Gerakan : Aktif
Jumlah jari : Lengkap, jari kanan dan kiri 5

3. Antopometri
a. BB : 3700 gram
b. PB : 50cm
c. LK : 35cm
d. LD : 36 cm
e. Lila : 11 cm

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi segera setelah lahir pada
By. Ny. M Dengan Asfiksia Di BPS Desi Andriani Amd.Keb. Ditemukan hasil sebagai berikut:

A.PENGKAJIAN DATA
1. Pada pengkajian dilakukan untuk pengumpulan data dasar tentang keadaan pasien.
Pada studi kasus ini penulis melakukan pengkajian terhadap bayi baru lahir yaitu By.Ny.M
Umur 0 Hari Dengan Asfiksia, dengan hasil sebagai berikut:
1. Umur ibu
a. Menurut Tinjauan Teori
Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi)
maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparitas merupakan faktor
resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur
tua (> 35 tahun), secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan.
Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa,
rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru
lahir
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus asfiksia terhadap By. Ny.M, umur Ny.M adalah 36 tahun

c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan toeri dan tinjauan kasus, karena pada tinjauan
teori factor resiko terjadinya asfiksia adalah ibu dengan usia kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun, sedangkan umur Ny.M adalah 36 tahun
2. Masa Gestasi
a. Menurut Tinjauan teori
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia yaitu
kehamilan postmatur atau lahir sesudah 42 minggu kehamilan dan bayi premature atau
lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu (JNPK-KR, 2008, hal: 144)
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada hasil tinjauan kasus usia kehamilan Ny.M pada saat melahirkan adalah 37 minggu 6
hari.
c. Pembahasan
Terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, dimana usia kehamilan ibu
masih dalam batas normal dan bukan merupakan penyebab bayi mengalami asfiksia yaitu
37 minggu 6 hari, kemungkinan asfiksia pada bayi disebabkan oleh factor factor lain.
3. Riwayat Kesehatan
a. Menurut Tinjauan Teori
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu
melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, sehingga dapat
menyebabkan asfiksia, yaitu Infeksi berat seperti malaria, sifilis, TBC dan HIV (JNPK-KR,
2008, hal: 144).
b. Menurut Tinjauan Kasus
Riwayat kesehatan sekarang, NY.M tidak sedang menderita penyakit menular atau penyakit
keturunan
c. Pembahasan
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, karena pada tinjauan kasus
Ny.M tidak menderita infeksi yang menjadi salah satu factor pemicu terjadinya asfiksia
pada bayi, kemungkinan asfiksia yang terjadi pada bayi diakibatkan oleh ketuban
bercampur mekonium dan sedikit serta partus lama.
4. Pengaruh obat
a. Menurut Tijauan teori
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)
Pengaruh obat, karena narkoba saat persalinan.
b. Menurut tinjauan kasus
Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat – obatan atupun jamu selama kehamilan.
c. Pembahasan
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan karena pada Ny. M tidak
mengkonsumsi obat –obatan yang memicu terjadinya asfiksia.
5. Keadaan ibu
a. Menurut tinjauan teori
Menurut tinjauan teori penyebab asfiksia adalah salah satunya keadaan ibu yang
mengalami preeklamsia dan eklamsia yang memicu terjadinya asfiksia.
b. Menurut tinjauan kasus
Menurut tinjauan kasus pada Ny. M tidak mengalami preeklamsia dan eklamsia.
c. Pembahasan
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan karena pada Ny.M tidak
mengalami preeklamsia dan eklamsia yang dapat menyebabakan asfiksia.
6. Lama persalinan.
a. Menurut Tinjauan Teori
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu
melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang yang dapat
menyebabkan terjadi asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama atau partus macet dan
persalinan sulit, seperti letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacuum dan
vorcep (JNPK-KR, 2008, hal : 144)
b. Menurut Tinjauan Kasus
Lama persalinan : 13 jam 20 menit pada kala I dan kala II.
c. Pembahasan
Terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena menurut asuhan
persalinan normal partus lama merupakan salah satu factor penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi dan pada kasus Ny.M terjadi partus lama dimana lama persalinannya yaitu 13
jam 20 menit pada kala I dan kala II, sehingga terjadi pengurangan pasokan oksigen
kejanin. Karenanya timbulah asfiksia saat bayi lahir.
7. Paritas
a. Menurut Tinjauan Teori
Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparitas merupakan faktor resiko yang
mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas di atas 4,
secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut
memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio
plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir
b. Menurut Tinjauan Kasus
Ny.M mengatakan ini kehamilan keempat, pernah melahirkan dua kali dan pernah
keguguran satu kali.
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, dimana pada tinjauan kasus
jumlah paritas ibu bukan merupakan salah satu factor penyebab bahaya kematian janin
yaitu tidak lebih dari 4, kemungkinan asfiksia yang terjadi pada janin disebabkan oleh
ketuban bercampur mekonium dan sedikit serta partus lama.
8. Lilitan Tali Pusat
a. Menurut Tinjauan Teori
Menurut tinjauan teori faktor yang dapat menimbulkan asfiksia yaitu gangguan aliran pada
tali pusat seperti lilitan tali pusat, simpul tali pusat dan tekanan pada tali pusat (Manuaba,
2010, hal: 421)
b. Menurut Tinjauan Kasus
By.Ny M tidak terdapat lilitan tali pusat.
c. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, dimana By.Ny.M tidak
mengalami lilitan tali pusat, kemungkinan bayi asfiksia diakibatkan karena ketuban
bercampur mekonium dan sedikit serta partus lama
9. Ketuban
a. Menurut TinjauanTeori
Menurut tinjauan teori salah satu faktor penyebab asfiksia adalah air ketuban bercampur
mekonium(warna kehijauan) (JNPK KR, 2008).
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada Ny.M air ketuban bercampur mekonium dan sedikit
c. pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan karena air ketuban
ibu bercampur mekonium dan sedikit yang merupakan factor penyebab bayi mengalami
asfiksia.

B. Identifikasi Masalah, Diagnosa danKebutuhan


1. Diagnosa kebidanan
a) Menurut Tinjauan Teori Pada langkah ini mengidentifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data
dasar tersebut kemudian dinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah
yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah keduanya harus ditangani.
(soepardan; h. 99).
Data subjektif : informasi tentang identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran
bayi, jenis kelamin bayi dan anak keberapa.
Data objektif : keadaan yang lebih pasti dilihat dari pasien yang dikaji.
b) Menurut Tinjauan Kasus.
Pada kasus By.Ny.M didapatkan diagnose kebidanan “Bayi Baru Lahir Cukup Bulan Sesuai
Masa Kehamilan Segera Setelah Lahir Dengan Asfiksia”.
Data subjektif : bayi lahir pada tanggal 22 Mei 2013 pukul 12:40wib, usia kehamilan 37
minggu 6 hari,
Data objektif : warna kulit kebiruan, tonus otot lemah dan usaha bernafas megap-megap.
c) Pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena pada
tinjauan kasus diagnose didapatkan dari data subjektif dan data objektif sesuai dengan
teori yang disampaikan oleh (JNPK KR, 2008)., dimana untuk menegakkan diagnose
didapatkan berdasarkan hasil pengkajian, baik data subjektif ataupun objektif.
2. Masalah
a. Menurut Tinjauan Teori
Pada teori, terdapat masalah pada bayi baru lahir dengan asfiksia adalah bayi baru lahir
yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
( Dewi.2010; h.102)
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus dikatakan masalah pada bayi yaitu bayi bernafas yaitu megap-megap.
c. Pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena pada kasus
salah satu masalah yang ada pada bayi adalah bernafas megap-megap, sama seperti yang
ada pada teori yang disampaikan oleh (Dewi.2010;h.102) yaitu terdapat masalah pada bayi
baru lahir dengan asfiksia adalah pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau
pernafasan tidak adekuat.
3. Kebutuhan
a. Menurut Tinjauan Teori
Menurut teori pada kasus asfiksia dilakukan tindakan resusitasi yang dimulai dengan
langkah awal resusitasi yaitu JAIKAP (JNPK-KR, 2008)
b. Menurut Tinjauan Kasus
Dalam kasus asfiksia pada bayi baru lahir terhadap By.Ny.M diperlukan tindakan resusitasi
yaitu JAIKAP.
c. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tersebut tidak ditemukan kesenjangan, karena
kebutuhan yang diperlukan oleh bayi sesuai dengan teori pada yang ada pada asuhan
persalinan normal, yaitu JAIKAP.

C. Antisipasi Masalah Potensial


a) Menurut Tinjauan Teori
Pada langkah ini mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan diagnosa atau
masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan (Soepardan, 2009; hal. 99)
b) Menurut Tinjauan Kasus
Pada By.Ny.M dengan asfiksia yang mungkin terjadi jika tidak tertangani adalah henti
nafas.
c) Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tersebut tidak didapatkan kesenjangan, dimana pada
kasusnya Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk
mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau
bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti
napas komplet. Kejadian ini disebut apnue primer ( drew.2009;h.9)

D. Tindakan Segera
a. Menurut Tinjauan Teori
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut
kemudian diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah
tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus tersebut ditemukan indikasi untuk melakukan tindakan segera berupa tindakan
resusitasi dengan alasan terdapat potensi terjadinya apnea jika asfiksia pada bayi tidak
tertangani dengan baik
c. Pembahasan
Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena pada
kasusnya tindakan segera berupa tindakan resusitasi dilakukan untuk mengantisipasi
masalah potensial yang mungkin terjadi pada bayi berupa henti nafas.

E. Rencana Asuhan
a. Menurut tinjauan teori
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang ditentukan berdasarkan
langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelautan manajemen untuk masalah
atau diagnosis yang telah diidentikasi atau antispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan yang menyuluruh
tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien
tersebut. Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi
berikutnya: apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk
klien bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, atau psikososial.
1. Langkah awal resusitasi
a) Jaga bayi tetap hangat
b) Atur posisi bayi
c) Isap lendir
d) Keringkan bayi dan rangsang bayi
e) Atur posisi bayi kembali
f) Lakukan penilaian bayi
2. Lakukan tindakan pasca resusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan
perawatan instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan
pemantauan sera intensif serta pencatatan.
a) Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
b) Pemantauan dan perawatan tali pusat
c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
d) Pencegahan hipotermi
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih
lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan BBL/
neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut
dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.
e) Pemberian vit-K
f) Pencegahan infeksi
g) Pemeriksaan fisik
h) Pencatatan dan pelaporan
i) Asuhan pasca lahir
j) Pemberian ASI
k) Menilai BAB bayi
l) Menilai BAK
m) Kebutuhan istirahat/tidur
n) Menjaga kebersihan kulit bayi
o) Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66)
b. Menurut tinauan kasus.
1) Lakukan langkah awal resusitasi
a) Jaga kehangtan bayi
b) Atur posisi bayi
c) Isap lendir
d) Keringkan bayi dan rangsang bayi
e) Atur pposisi bayi kembali
f) Lakukan penilaian bayi
2) Lakukan tindakan pasca resusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan
perawatan instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan
pemantauan sera intensif serta pencatatan.
a. Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
b. Pemantauan dan perawatan tali pusat
c. Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
d. Pencegahan hipotermi
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih
lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan BBL/
neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut
dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.
e. Pemberian vit-K
f. Pencegahan infeksi
g. Pemeriksaan fisik
h. Pencatatan dan pelaporan
i. Asuhan pasca lahir
j. Pemberian ASI
k. Menilai BAB bayi
l. Menilai BAK
m. Kebutuhan istirahat/tidur
n. Menjaga kebersihan kulit bayi
o. Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66)
c. Pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena sesuai
dengan teori asuhan persalinan normal, rencana yang diberikan dimulai dari langkah awal
resusitasi dan asuhan pasca resusitasi.

F. Pelaksanaan
1. Tinjauan Teori
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyuluruh dilakukan dengan efisien dan aman.
Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien
atau anggota tim kesehatan lainnya walau bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia
tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya dengan
memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana).
2. Menurut Tinjauan Kasus
a) Menjaga bayi tetap hangat dengan segera meletakkan bayi diatas perut ibu, lalu
menyelimuti dengan kain untuk mencegah terjadi hipotermi sampai menutupi kepala. Lalu
melakukan pemotongan tali pusat dengan klem pertama yang berjarak 3 cm dari pusat dan
klem kedua berjarak 2 cm dari klem pertama, kemudian memotong dengan gunting tali
pusat dan segera mengikat dengan benang tali pusat. lalu segera meletakkan bayi ke meja
resusitasi.
b) Membaringkan bayi terlentang dengan kepala dekat dengan penolong, lalu mengganjal
bahu dengan kain yang dilipat setebal 2-3 cm, lalu memposisikan kepala bayi sedikit
ekstensi, agar jalan nafas terbuka.
c) Dengan menggunakan pengisap lendir Slem seher, melakukan pengisapan lendir yang
dimulai dari bagian mulut sedalam 5 cm dan dilanjutkan dengan bagian hidung sedalam 3
cm, lalu menghisap lendir sambil menarik slem seher kearah luar.
d) Mengeringkan bayi mulai dari bagian muka, kepala lalu bagian tubuh yang lainnya
dengan sedikit tekanan, sambil melakukan rangsangan taktil dengan menggosok bagian
punggung bayi dan menyentil telapak kaki bayi.
e) Mengganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang telah disiapkan
kemudian menyelimuti bayi dengan kain tersebut dengan menutupi bagian kepala dan
membuka bagian dada agar pemantauan pernafasan bayi dapat dilanjutkan. Lalu mengatur
kembali posisi bayi dengan sedikit ekstensi, agar jalan nafas bayi tetap terbuka.
f) Menilai bayi dengan melihat apakah telah bernafas normal, megap-megap atau tidak
bernafas.
g) Menilai adanya tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti warna kulit kebiruan, bayi lemah,
adanya retraksi dinding dada, nafas <40 kali permenit atau >60 kali permenit, nadi <120
kali permenit atau >160 kali permenit, bayi kuning.
h) Melihat apakah terjadi perdarahan pada tali pusat atau tidak dan merawatan tali pusat
dengan yang baik, yaitu dengan selalu menjaga agar tali pusat tetap bersih, kering dan
tidak lembab serta tidak membubuhi apapun pada tali pusat.
i) Melakukan pencegahan hipotermi, dengan meletakkan bayi pada suhu >250C, tidak
memandikkan bayi <6-24 jam setelah lahir, memakaikan bedong dengan menutupi seluruh
tubuh bayi sampai bagian kepala
j) Menyuntikan Vit-K1 dengan dosis 1 mg, di 1/3 paha kiri bagian luar bayi secara IM,
untuk mencegah terjadinya perdarahan intrakranial.
k) Memberikan salep mata gentamycin pada kedua mata bayi, dari arah dalam keluar
untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi.
l) Melakukan pemeriksaan antropometri, dengan mengukur BB, TB, LL, LK, LD dan
pemeriksaan fisik secara head to toe.
m) Melakukan pemantauan kondisi bayi setelah 2 jam pasca tindakan resusitasi, untuk
melihat apakah kondisi bayi telah membaik atau tidak.
n) Melakukan pemantauan kondisi bayi 24 jam/ 1 hari pasca tindakan resusitasi, untuk
melihat kondisi bayi dan untuk melihat kebiasaan bayi.

3. Pembahasan
Jadi terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, dimana pada asuhan
persalinan normal dikatakan pelaksanaan resusitasi setelah JAIKAP namun pada
penatalaksanaan kasus tidak dilakukan VTP karena penatalaksanaan yang dilakukan telah
berhasil hanya dengan langkah awal resusitasi yaitu JAIKAP, sehingga dilanjutkan dengan
asuhan pasca resusitasi pada bayi.

G. Evaluasi
1. Menurut Tinjauan Teori
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak
efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat
keberhasilan asuhan yang diberikan.
Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini
meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apkah benar- benar telah terpenuhi
sebagaimana diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.
2. Menurut Tinjauan Kasus
a. Bayi telah diselimuti dengan kain dan tali pusat telah dipotong
b. Kepala bayi telah diatur dalam posisi sedikit ekstensi dan jalan nafas telah terbuka
c. Pengisapan lendir telah dilakukan dengan slem seher dimulai dari mulut dan
dilanjutkan pada hidung.
d. Bayi telah dikeringkan dari sisa-sisa darah dan lendir serta bayi telah dirangsang
taktil.
e. Kepala bayi telah diatur kembali dalam posisi sedikit ekstensi.
f. Bayi telah bernafas normal, Bayi dalam kondisi baik, warna kulit kemerahan, tonus otot
baik, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada perdarahan talipusat
g. Pencegahan hipotermi telah dilakukan.
h. Penyuntukan Vit- K1 telah dilakukan.
i. Pencegahan infeksi telah dilakukan.
j. Hasil pemeriksaan:
BB: 3700 gram
TB: 50 cm
LD: 36 cm
LK: 35 cm
LL: 11 cm
Kepala berbentuk simetris, UUB datar, UUK datar, rambut terdapat sisa-sisa darah dan
lendir, tidak ada caput succedenum dan cephal hematome
Wajah simetris, dan tidak ada oedema
Kelopak mata tidak oedema, konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung bentuk simetris, terdapat lubang hidung, tidak terdapat pernafasan cuping hidung
ataupun pengeluaran.
Bentuk bibir simetris, tidak ada labioskizis dan palatosizis
Telinga simetris dan terdapat lubang telinga
Dada simetris, terdapat pengembangan rongga dada, bunyi jantung lup-dup dan bunyi
paru-paru normal, tidak ada mengi
Perut simetris, terdapat bising usus, tidak ada perdarahan tali pusat, tidak terdapat
benjolan
Terdapat fleksibilitas tulang punggung serta tidak ada tonjolan tulang punggung
Terdapat lubang anus
Genetalia terdapat penis, ada lubang uretra, skrotum lengkap.
Pergerakan kaki dan tangan lemah, jari-jari tangan dan kaki lengkap.
k. Pemantauan kondisi bayi telah dilakukan:
Keadaan umum bayi baik
RR: 48 kali permenit
N : 128 kali permenit
T : 36,80 C
Terdapat reflek menghisap
3. Pembahasan
Pada evaluasi kasus asfiksia pada By.Ny.M tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori
dan tinjauan kasus, karena pada teori yang disampaikan oleh nurhayati langkah evaluasi
dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dari asuhan dan pada kasusnya evaluasi
dilakukan dengan hasil yang baik.

Anda mungkin juga menyukai