Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan Kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi,
asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang
diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi,
dan balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat
menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi dan balita. Apabila tidak
diberikan asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita pada masa
peruliahan, sehingga pada saat calon bidan diterjunkan di lahan praktek 
sudah mampu untuk memberikan asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan
balita dengan benar.
Ada beberapa masalah yang lazim terjadi diantaranya adalah
milliariasis,obstipasi,dan sindrom bayi meninggal mendadak.Atas dasar
pemikiran di atas, maka kami menyusun makalah ini dengan harapan dapat
dengan mudah memahami masalah yang lazim terjadi pada neonatus, bayi,
dan balita terutama masalah milliariasis, obstipasi, dan sindrom bayi
meninggal mendadak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa aja konsep dasar tentang miliariasis, obstipasi dan kematian
mendadak?
2. Bagaimana cara penanganan miliariasis, obstipasi dan kematian
mendadak?
3. Bagaimana asuhan kebidanan SOAP tentang miliariasis, obstipasi dan
kematian mendadak?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar tentang miliariasis, obstipasi dan
kematian mendadak

1
2. Untuk mengetahui cara penanganan miliariasis, obstipasi dan kematian
mendadak
3. Untuk mengetahui asuhan kebidanan SOAP tentang miliariasis, obstipasi
dan kematian mendadak

2
BAB II

KONSEP DASAR

A. Miliariasis
1. Definisi
Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat
akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010). Miliariasis
adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai adanya vesikel
milier, berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak berkeringat.
Pada keadaan yang lebih berat, dapat timbul papul merah atau papul
putih. (Sudoyo, 2009).
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul
akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat,
yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan
punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian
dan dapat juga dikepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi
keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit
menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair. (Arjatmo
Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan
lembab. Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang
tinggi. Akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan
yang menyebabkan pembengkakan saluran atau kelenjar itu sendiri,
keringat yang menembus ke jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-
perubahan anatomis pada kulit berupa papul atau vesikel. (Vivian, 2010)
Faktor faktor penyebab milariasis :
a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang

3
b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
c. Aktivitas yang berlebihan
d. Setelah menderita demam atau panas
e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di
absorbsi oleh stratum korneum  (Lenteraimpian, 2010)
3. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-
pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan.
Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar
di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan
edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh
stratum korneum. (Vivian, 2010)
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses
diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus
milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3
bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu
kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat
menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010)
4. Klasifikasi
a. Miliaria Kristalina
1) Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan
jernih disertai kulit kemerahan.
2) Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian
yang tertutup pakaian.
3) Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik
halus.
4) Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal.
5) Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas
yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian
yang menyerap keringat.
b. Miliaria Rubra

4
1) Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas
2) Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat
menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih
3) Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
4) Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum
spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan
perifer kulit di epidermis
5) Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,
menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik,
dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
c. Miliaria Profunda
1) Timbul setelah miliaria rubra
2) Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
3) Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
4) Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih
banyak berupa papula daripada vesikel
5) Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan,
bentuk ini jarang ditemui
6) Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat
yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel
radang
7) Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan
regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis,
pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat
pula resorshin 3% dalam alcohol.
Berdasarkan letak sumbatan, miliaria diklasifikasikan menjadi : (Arif
Mansyoer, 2001)
a. Miliaria Kristalina
Pada miliaria kristalina, sumbatan terjadi pada intra subkorneal.
Terlihat vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah
banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas yang
bergerombol tanpa tanda radang pada bagian yang tertutup

5
pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan
sisik yang halus.
b. Miliaria Rubra
Pada miliaria rubra, sumbatan terjadi pada stratum spinosum.
Terlihat papul merah atau papul vesicular ekstrafolikular yang
gatal dan pedih pada badan tempat tekanan atau gesekan pakaian.
Jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropic.
c. Miliaria Profunda
Miliaria profunda terjadi bila sumbatan terdapat pada dermis
bagian atas, biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai papul
putih, keras berukuran 1-3 mm terutama di badan dan ekstremitas.
5. Penatalaksanaan
a. Pencegahan :
1) Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling
sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun.
2) Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan
handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau
kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.
3) Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat
terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga
mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.
4) Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang
tidak menyerap keringat (FKUI, 2002).

Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin
menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori
bayi dengan cara:

1) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.
2) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti
ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian
oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.
3) Jaga tubuh bayi agar tetap kering.

6
4) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan
bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan
diolesi dengan bedak tipis.
5) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat
bayi.
6) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi
udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam
kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.
7) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat,
sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak
meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa
meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan
(Pasaribu, 2007).
b. Pengobatan
1) Perawatan kulit secara benar
2) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak
salycil atau bedak kocok setelah mandi
3) Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang
terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
4) Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan
antibiotic
5) Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih,
sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk) (lenteraimpian,
2010)

Seluruh bentuk miliaria berespon baik terhadap pendinginan


penderita dengan pengaturan suhu lingkungan, melepas pakaian yang
berlebihan, dan pada penderita demam pemberian anti piretik.
Pengobatan yang paling efektif adalah dengan memperhatikan
kebersihan lingkungan untuk mengatasi sebab ini.

Penting untuk menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan


ventilasi yang baik dan menggunakan pakaian tipis dan menyerap
keringat. Untuk miliaria kristalina tidak diperlukan pengobatan. Untuk

7
miliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2 % dbubuhi menthol ¼ -
2 %.

Losio Febri dapat pula digunakan komposisi sebagai berikut :

R/ Acidi salicylici 500 mg


Talci 5 mg
Oxydi zincici 5 mg
Amyli oryzae 5 mg
Alkohol (90; vo1%) 25 mg
Sebagai antipruritus dapat ditambahkan menthol ½ - 1% atau
kamper 1-2% dalam losio feberi. Untuk miliaria dapat digunakan losio
calamin dengan atau tanpa menthol 0,25%, dapat pula resorsin 3%
dalam alkohol. (Arif Mansyur, 2001)
6. Peran Bidan
Berikut ini merupakan peran bidan dalam kasus milliariasis yang
ditinjau dari aspek pelayanan kesehatan promotif, kuratif, rehabilitatif,
dan preventif. Diantaranya yaitu :
a. Pelayanan Kesehatan Promotive
Memberikan informasi kepada ibu dan kelurga mengenai :
1) Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh
bayi.
2) Kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih
sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk.
3) Keringat yang harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera
ganti pakaian jika basah dan kotor. (Vivian, 2010)
b. Pelayanan Kesehatan Preventif
1) Menggunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap
keringat dan tidak terlalu sempit.
2) Melakukan perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga
kebersihan tubuh bayi.

8
3) Menjaga kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan
bersih sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk.
4) Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti
pakaian jika basah dan kotor. (Vivian, 2010)

c. Pelayanan Kesehatan Kuratif


1) Topikal bisa diberikan bedak atau bedak kocok pendingin dengan
bahan antigatal, dapat ditambah dengan mentol 0,25% sampai 1%
kalau gatal. Lanolin anhidrat dan salephidrofilik bisa
menghilangkan sumbatan pori sehingga mempermudah aliran
keringat yang normal.
2) Kasus ringan bisa berespon dengan bedak seperti talkum bayi.
Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul akibat infeksi,
penderita sebaiknya segera dibawa ke dokter. Dokter akan
memberikan obat minum serta krim atau salap bila diperlukan,
untuk mengatasi keluhan tersebut. Dan bila timbul bisul jangan
dipijat arena kuman dapat menyebar ke sekitar sehingga semakin
meluas. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
3) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering, anjurkan untuk
diberi bedak salicil atau bedak kocok setelah mandi. Dan bila
membasah jangan berikan bedak karena gumpalan yang terbentuk
memperparah sumbatan kelenjar. (Vivian, 2010)
d. Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif
1) Sedapat mungkin mencegah produksi keringat yang berlebihan,
dengan cara menghindari hawa panas dan kelembaban yang
berlebihan, misalnya memakai pakaian tipis dan menyerap
keringat, mandi dengan air dingin dan menggunakan sabun.
Selama berbagai faktor penyebab yang berpengaruh dapat diatasi,
kekambuhan dapat dihindari.
2) Biang keringat dapat membaik dalam beberapa hari setelah
penderita pindah ke lingkungan yang lebih sejuk, atau ke tempat

9
dengan ventilasi yang lebih baik. (Arjatmo Tjoktronegoro dan
Hendra Utama, 2000)

B. Obstipasi
1. Pengertian
Necel (Desember 2007) Obstipasi berasal dari bahasa LatinOb berarti
in the way = perjalanan, Stipare berarti to compress = menekan. Secara
istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh
terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus).
Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi
pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan
pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat.
Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat
kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan
dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. konstipasi disebabkan selain
dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi
intestinal.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal.
Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung
jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang
air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal.
2. Etiologi
Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :

a. Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya


kanker dalam dinding usus

b. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat


penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor
dalam abdomen yang menekan rectum.

10
c. Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan
bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia
lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung
polisakarida atau serat.

d. Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit


Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.

e. Sering menahan terselit karena nyeri pada saat buang air besar.

3. Patofisiologi
Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong
kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses
kedalam rectum yang terjadi sekali atau duakali sehari. Hal tersebut
memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan
dirasakan arkus aferen menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen
sehingga terjadilah defekasi.
Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3 faktor :
a. Asupan cairan yang adekuat.
b. Kegiatan fisik dan mental.
c. Jumlah asupan makanan berserat.
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan dicerna
memasuki kolon, air dan elektrolit di absorbsi melewati membrane
penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses
dari bentuk cair menjadi bentuk yang lunak dan berbentuk. Ketika feses
melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan merangsang untuk
defekasi. Apabila anak tidak mengkonsumsi cairan secara adekuat,
produk dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan
segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rectum, sehingga
penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering, padat
dan sudah dikeluarkan serta menimbulkan rasa sakit.
Rasa sakit ini menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air
besar yang dapat menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka.
Proses dapat terjadi bila anak kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik

11
usus dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan
lambat yang kemungkinan. Penyerapan air yang berlebihan.Bahan
makanan sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan
pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke
saluran yang lebih besar. Sumbatan dan usus dapat juga menyebabkan
obstipasi.

4. Tanda dan Gejala


a. Susah tidur
b. Gelisah
c. Perut kembung
d. Kadang-kadang muntah
e. Abdomen distensi
f. Anoreksia
5. Jenis-Jenis Obstipasi
Obstipasi ada 2 macam, yaitu :
a. Obstipasi obstruksi total
Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada
pemeriksaan colok dubur didapatkan rectum yang kosong, kecuali jika
obstruksi terdapat pada rectum.
b. Obstipasi obstruksi parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa
hari tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan
obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.
6. Penatalaksanaan Obstipasi
a. Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan
yang banyak serat, buah-buahan dan sayur-sayuran.
b. Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila
diperlukan saja.
c. Peningkatan intake cairan

12
d. Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan
usus.
e. Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI
yang memadai bisa diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan pada
botol  pagi dan malam hari
f. Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan
g. Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat
tinggi atau jus aprikot,buah prem kering atau prem.
h. Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi
seperti buah-buahan,kacang polong,sereal,keripik graham,buncis dan
bayam.

C. Sindrom Kematian Mendadak


1. Pengertian
Istilah SIDS pertama kali digunakan pada tahun 1969. Pada tahun
1989, National Institute of Child Health and Human Development (seperti
dikutip Noer, 2014) mendefinisikan SIDS sebagai kematian mendadak
dan tidak terduga dari seorang bayi di bawah umur satu tahun yang relatif
sehat, kematiannya tidak dapat dijelaskan bahkan setelah dilakukan
pemeriksaan post-mortem secara lengkap, termasuk pemeriksaan
toksikologi dan genetik, investigasi TKP menyeluruh hingga peninjauan
rekam medik bayi dan ibu. SIDS juga dikenal dengan sebutan crib death
atau kematian ranjang, karena kematiannya secara umum terjadi di tempat
tidur bayi. Meski demikian, bukan berarti tempat tidur tersebut yang
menjadi penyebab kematian bayi secara mendadak, namun ada hal lain
yang memicu terjadinya sindrom kematian mendadak ini.
2. Faktor Penyebab Menurut Para Ahli
Sindrom Kematian Bayi Mendadak merupakan sindrom yang terjadi
ketika orang tua menidurkan bayi yang tampak sehat lalu ditemukan
dalam keadaan sudah meninggal ketika tidur tanpa alasan yang jelas.
Sindrom ini adalah penyebab utama dari kematian disaat tahun pertama
bayi yang tidak dapat diketahui penyebabnya, umumnya terjadi pada bayi
berusia di bawah 6 bulan. Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya

13
SIDS menurut Toke Hoppenbrouwers dan Joan Hodgman dalam bukunya
yangberjudulSIDS :
a. Asfiksia atau mati lemas
Asfiksia atau mati lemas disebabkan oleh ketidakmampuan untuk
bernapas. Kondisi ini menyebabkan kurangnya oksigen dalam tubuh,
yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dan menyebabkan
kematian. Asfiksia dapat disebabkan oleh tersedak, penyempitan
daerah dada atau perut, tercekik, penyempitan saluran napas dan
menghirup gas beracun. Biasanya bendabenda yang terkait dengan
asfiksia adalah seperti kantong plastik, bantal lembut, dan bahan yang
lembut seperti boneka binatang. Benda- benda ini dapat menyumbat
mulut dan lubang hidung sehingga menyebabkan sesak napas.
Penyebab yang paling sering dilaporkan dari asfiksia pada bayi adalah
sesak napas yang tidak disengaja dan tercekik ketika di tempat tidur.
b. Obstruksi jalan napas
Obstruksi atau sumbatan jalan napas dapat terjadi jika napas yang
normal menyempit secara otomatis saat tidur. Penyempitan ini dapat
menyebabkan jeda singkat dalam bernapas disebut obstruktif apnea.
Apnea ini sering terjadi pada bayi yang sehat. Mekanisme lain yang
menjadi penyebab obstruksi adalah spasme laring, yang mengacu pada
kontraksi tiba-tiba otot laring. Ketika ini terjadi, oksigen terhambat
memasuki paru-paru dan ini dapat mengakibatkan tidak cukupnya
oksigen untuk jantung dan otak, sehingga bisa berakibat fatal.

Gambar 2.1. normal laring (kiri) & laringospasme (kanan) Sumber :


http://www.acuclinic.com.au (Diakses pada 6/11/2019)

14
3. Pemicu Pada Masa Postnatal
Perilaku ibu ketika mengandung maupun setelah melahirkan juga turut
mengambil andil dalam kesehatan bayi yang masih dalam kandungan
maupun yang telah lahir. Kesehatan dan kondisi bayi yang sehat akan
ditentukan oleh perilaku ibu sebelum bayi itu dilahirkan. Ada beberapa
faktor yang dialami oleh wanita yang mempengaruhi masa postnatal
sehingga dapat memicu terjadinya SIDS pada bayi yang baru lahir.
Ambarwati (seperti dikutip Pitriani, 2014) menjelaskan bahwa “Masa
setelah melahirkan adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil
dan berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu”. Menurut Toke
Hoppenbrouwers dan Joan Hodgman dalam bukunya yang berjudul SIDS
masalah yang dapat memicu terjadinya SIDS saat masa postnatal adalah
sebagai berikut:
a. Bayi Lahir Prematur atau BBLR
Bayi yang lahir prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah
(BBLR) berisiko 50% lebih besar mengalami SIDS. Tingginya risiko
bayi prematur mengalami SIDS karena seluruh sistem organ tubuhnya
terutama paruparunya belum mencapai tahap pematangan yang cukup,
sehingga belum siap berfungsi menopang kehidupan di luar rahim ibu.
Bayi dengan kondisi seperti ini sangat disarankan untuk melakukan
pemeriksaan secara teratur ke dokter anak untuk memantau
perkembangan fungsi organ-organnya.
b. Posisi Tidur Tengkurap
Memiliki persentase terbesar penyebab bayi di tahun pertamanya
yang meninggal secara mendadak. Menurut penelitian, bayi yang
mengalami SIDS akibat tidur tengkurap ini umumnya adalah bayi
berusia kurang dari 6 bulan, karena sistem pernapasannya belum
matang atau bekerja dengan sempurna.
c. Asap Rokok

15
Bayi yang memiliki orang tua perokok juga memiliki resiko tinggi
untuk mengalami SIDS dibandingkan bayi yang orang tuanya bukan
perokok. Banyaknya volume karbondioksida yang dihisap oleh bayi
perokok pasif ini 9 menjadi faktor penyebab meningkatnya gangguan
pada sistem pernapasan yang menyebabkan bayi meninggal
mendadak.
d. Suhu yang meningkat
Penting untuk selalu memperhatikan suhu ruangan/kamar bayi
ketika tidur agar tidak kepanasan. Sementara untuk ruangan pendingin
(AC), pengaturan suhu yang tepat di antara 25-27 derajat Celcius,
serta selalu sesuaikan pemakaian baju bayi dengan suhu kamar.

e. Tidur bersama orang tua


Menjelaskan bahwa “Resiko SIDS bisa berkurang jika bayi tidur
sekamar dengan orang tuanya, namun jika bayi tidur pada tempat tidur
yang sama dengan orang tuanya, maka resiko terjadinya SIDS dapat
meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya lebih banyak permukaan
yang empuk atau lunak sehingga dapat mengganggu bayi dalam
bernafas yang dapat meningkatkan resiko terjadinya SIDS”.
4. Upaya Mengurangi Teradinya SIDS
U.S. Department of Health and Human Services menjelaskan bahwa
Penyedia layanan kesehatan harus mendorong orang tua dan pengasuh
lain untuk mengurangi resiko SIDS dan penyebab kematian bayi lainnya
terkait dengan tidur dengan cara berikut:
a. Posisikan tidur bayi secara terlentang
Selalu posisikan tidur bayi dengan cara terlentang ketika tidur siang
ataupun malam, karena posisi terlentang merupakan posisi paling
aman untuk semua bayi termasuk bayi prematur. Posisikan bayi
tengkurap hanya ketika bayi sedang terjaga dan dalam pengawasan
orang tua, karena posisi tengkurap dibutuhkan untuk menguatkan
otot leher dan otot bahu nya.
b. Gunakan permukaan yang tidak terlalu empuk

16
Selalu tempatkan bayi dalam permukaan yang tidak terlalu empuk
ketika tidur, sebaiknya gunakanlah tempat tidur khusus bayi. Jangan
meletakkan bantal, boneka atau selimut secara berlebihan ti dalam
tempat tidur bayi.

Gambar 2.2. Tempat Tidur bayi Sumber:


https://www.nichd.nih.gov (Diakses pada 6/11/2019)
c. Room sharing
Orang tua tidak dianjurkan untuk tidur bersama bayi dalam tempat
tidur yang sama, bawalah bayi bersama orang tua ketika hendak tidur
dan pastikan bayi memiliki tempat tidur sendiri namun tetap dekat
dengan bersama orang tua.

Gambar 2.3. Room Sharing Sumber: https://www.nichd.nih.gov


(Diakses pada 6/11/2019)
d. Perhatikan suhu ruangan
Suhu juga harus diperhatikan untuk kenyamanan bayi. Berikan bayi
pakaian yang cukup dan jangan dibedong secara berlebihan.
Disarankan agar suhu ruangan tidak lebih dari 70 derajat fahrenheit.

17
e. Berikan ASI eksklusif
Menyusui memiliki manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi. Pastikan
menempatkan kembali bayi di tempat tidurnya atau boks bayi ketika
ibu telah selesai menyusui.
f. Jauhkan bayi dari asap rokok
Orangtua tidak diperkenankan merokok di dekat bayi. Keracunan asap
nikotin sangat berbahaya bagi kondisi paru -paru dan jantung bayi.

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN SOAP
A. Asuhan Kebidanan SOAP Miliariasis

18
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 20 Mei 2017
Pukul :14.00 WIB

A. IDENTITAS
1. Anak
a. Nama Anak : By. E
b. Umur : 5 bulan
c. Tanggal Lahir : 18 Desember 2016
d. Anak ke- : 3 (Tiga)
e. Jenis Kelamin : Laki – laki
2. Ibu Dan Ayah

a. Nama : Ny. E Nama : Tn. E b.

b. Umur : 36 th Umur : 39 th

c. Agama : Islam Agama : Islam

d. Pendidikan : SMK Pendidikan : Diploma

e. Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta

f. Alamat : Pronggahan Rt 02/Rw 07, Baturan, Colomadu,


Karanganyar. 52 B.

B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan datang / keluhan utama: Ibu mengatakan sudah 2 hari ini
bayinya rewel dan pada daerah dahi tampak gelembung – gelembung

19
berisi cairan jernih serta pada daerah lipatan lutut sebelah kiri tampak
kemerahan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Imunisasi

1) BCG : Sudah

2) DPT 1 : Sudah

3) DPT 2 : Belum

4) DPT 3 : Belum

5) Polio 1 : Sudah

6) Polio 2 : Sudah

7) Polio 3 : Belum

8) Polio 4 : Belum

9) Hepatitis HB 0 : Sudah

10) Campak : Belum

11) Imunisasi lain : Tidak ada

b. Riwayat Penyakit yang lalu: Ibu mengatakan anaknya tidak pernah


sakit berat, operasi dan tidak pernah cidera.
c. Riwayat Penyakit sekarang: Ibu mengatakan anaknya tampak
gelisah, ada bintik – bintik berisi air pada daerah dahi dan
kemerahan pada lipatan lutut sebelah kiri. 53
d. Riwayat Penyakit keluarga: Ibu mengatakan dari keluarganya
maupun dari keluarga suaminya tidak ada yang menderita penyakit
menular ( TBC, hepatitis ) ataupun penyakit menurun ( hipertensi,
asma, DM ).

3. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh: Ibu mengatakan mengasuh anaknya bersama
suaminya.

20
b. Hubungan dengan anggota keluarga: Ibu mengatakan hubungan
dengan anggota keluarga baik/harmonis.
c. Hubungan dengan teman sebaya: Ibu mengatakan hubungan dengan
teman sebayanya baik.
d. Lingkungan rumah: Ibu mengatakan lingkungan rumahnya aman,
bersih dan nyaman
4. Pola Kebiasaan Sehari-hari (Sebelum sakit dan selama sakit)

a. Nutrisi Sebelum sakit Nutrisi yang diberikan: ibu mengatakan


bayinya diberikan ASI saja dengan frekuensi ± 12x/hari. Selama
sakit Nutrisi yang diberikan: ibu mengatakan bayinya menyusu
ASI saja telah berkurang dengan frekuensi ± 8x/hari. 54

b. Istirahat / Tidur Sebelum sakit 1) Tidur siang : Ibu mengatakan ± 6


jam 2) Tidur malam : Ibu mengatakan ± 10 jam Selama sakit 1)
Tidur siang : Ibu mengatakan ± 4 jam 2) Tidur malam : Ibu
mengatakan ± 8 jam

c. Personal Hygiene Sebelum sakit Ibu mengatakan bayinya mandi


2x/hari (air hangat), keramas setiap sore hari, ganti pakaian 2x/hari
dan ganti popok saat bayinya ngompol, setelah BAB/BAK
dibersihkan menggunakan tissue basah serta menggunakan
pampers saat bepergian saja. Selama sakit Ibu mengatakan bayinya
mandi 2x/hari (air hangat), ganti pakaian dan popok saat
kotor/basah, setelah BAB/BAK dibersihkan menggunakan tissue
basah serta menggunakan pempers saat bepergian saja.

d. Aktifitas Sebelum sakit Ibu mengatakan bayinya sudah bisa


tengkurap, dan mengoceh. 55 Selama sakit Ibu mengatakan
bayinya rewel dan hanya di gendong terus.

e. Eliminasi Sebelum sakit


1) BAK :Ibu mengatakan bayinya BAK ± 5-6 kali sehari,
konsistensi warna kuning jernih, bau khas urine.

21
2) BAB : Ibu mengatakan bayinya BAB 2 kali sehari, konsistensi
warna kuning, bau khas feses, dan tidak lembek.

C. DATA OBYEKTIF
1. Status Generalis
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : Nadi : 112 x/ menit 56 : Respirasi : 40 x/ menit : Suhu
: 36,70C
d. BB / TB : 7500 gram / 54 cm
e. LK / LD : 43 cm / 40 cm
f. LLA : 11 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala : Ubun – ubun berdenyut, kepala bersih, rambut tidak
mudah rontok
b. Muka : Bersih, ada gelembung – gelembung kecil berisi cairan
jernih pada daerah dahi dan tidak pucat
c. Mata : Konjungtiva merah muda dan sklera putih
d. Telinga : Bersih, simetris dan tidak ada serumen
e. Hidung : Bersih, simetris dan tidak ada secret
f.Mulut :Bibir tidak pucat, tidak ada labioskisis, dan
labiopalatoskisis, tidak stomatitis
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
h. Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada

i. Perut : Tidak ada bising usus dan nyeri tekan

j. Kulit : Turgor kulit baik, tampak gelembung - gelembung kecil


berisi cairan jernih pada 57 daerah dahi dan kemerahan
pada daerah lipatan lutut sebelah kiri.

k. Ekstremitas Atas : Dapat bergerak bebas, jari tangan bawah : dapat


bergerak bebas, jari kaki lengkap dan pada lipatan
lutut sebelah kiri berwarna kemerahan.

22
l. Genetalia : Bersih, testis sudah turun ke skrotum dan berlubang

3. Pemeriksaan tingkat perkembangan :


a. Motorik kasar : dada terangkat menumpu 1 lengan, membalik, dan
bangkit kepala tegak.
b. Bahasa : tertawa, berteriak, dan menoleh ke bunyi icik-icik, menoleh
kearah suara.
c. Motorik halus : tangan bersentuhan, mengikuti 1800, mengamati
manik-manik, dan meraih.
d. Personal sosial : tersenyum spontan, mengamati tangannya, dan
berusaha mencapai mainan.
4. Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan

D. ANALISA
1. Caladine ( bedak cair ) 2 kali sehari.
2. Giovan ( sabun cair ) 2 kali sehari.

E. PERENCANAAN
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya.
2. Beritahu ibu untuk segera mengganti pakaian bayinya jika basah dan
kotor.
3. Beritahu ibu untuk tetap memandikan bayinya 2 x sehari pada pagi dan
sore hari lalu diberi Caladine (bedak cair).
4. Beritahu ibu untuk membasuh dengan handuk basah (air hangat) lalu
keringkan jika bayinya berkeringat.
5. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah.

B. Asuhan Kebidanan SOAP Obstipasi


1. Data Subjektif

23
Ny.Y mengatakan bahwa bayinya yang berumur1 bulan tidak keluar
BAB sejak 5 hari yang lalu, anak sering menangis, perut anak kembung
serta anus memerah.

2. Data Objektif
a. Keadaan umum baik;
b. Nadi : 120x/menit,
c. Suhu : 37,5⁰C,
d. Pernafasan : 120 x/menit
e.  BB 3,9 kg;
f. dengan pemeriksaan penunjang Rectal tussae yaitu terasa jepitan
udara dan mekonium menyemprot.

3. Assesment
Diagnosa         : Bayi Ny. Y usia 1 bulan, KU baik dengan obstipasi
parsial.
Masalah          : Bayi mengalami masalah pengeluaran feses, yang tidak
keluar selama 5 hari, anak sering menangis, perut anak
kembung serta anus memerah.
4. Planning
1.     Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan yaitu Kesadaran: baik;
S : 37,50 C, P : 35 x/menit, N : 120 x/menit, BB 3,9 kg dan Ibu paham
dengan penjelasan yang di berikan.
2.     Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin tanpa
di jadwalkan, sehingga dapat mengencerkan feses karena ketika bahan
makanan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan elektrolit
diabsorbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut
menyebabkan perubahan bentuk feses, dari bentuk padat menjadi
lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rektum, feses menekan
dinding rektum dan merangsang untuk defekasi, ibu paham dan mau
melakukan apa yang di anjurkan.
3.    Anjurkan ibu banyak makan makanan yang berserat dan ibu bersedia
untuk mengkonsumsi makanan yang telah dijelaskan.
4.    Menganjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare, karena asupan
makanan yang diperoleh bayi didapat dari asupan makanan ibunya,
ibu mengerti dan mau menghentikannya.

24
5.    Memberikan terapi obat berupa Lactulose 5 ml selama 3 hari pertama
sehingga BAB bayi menjadi lunak dan ibu menerima obat yang telah
diberikan.
6.    Menganjurkan ibu untuk kembali 3 hari lagi kalau BAB bayi belum
juga keluar dan ibu berjanji akan datang apabila ada keluhan / masalah
pada bayinya.

C. Asuhan Kebidanan SOAP Sindrom Kematian Mendadak


A. Data Subjektif
1. Biodata
a.  Identitas Bayi
Nama Bayi                                          : Bayi Ny. R
Tanggal Lahir                                     : 02 JULI 2011
Jenis Kelamin                                     : Laki-laki
BB                                                       : 3600 gram
PB                                                       : 60 cm
b.  Identitas Orang Tua
Nama Ibu        : Ny.R                         Nama Ayah     : Tn.N
Umur               : 32 thn                        Umur               : 40 thn
Agama             : Islam                         Agama             : Islam
Pendidikan      : SMA                         Pendidikan      : SMA
Pekerjaan         : IRT                           Pekerjaan         : Wirasuasta
Goldar             : AB                             Goldar             : B                  
Alamat             : Jln. Sukarasa
2.  Keluhan Utama
Bayi meninggal mendadak
3.  Riwayat Kesehatan yang Lalu
a.  Riwayat Kehamilan

Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke 3, ibu sudah mendapatkan


imunisasi TT lengkap, selama kehamilan ibu tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan dan tidak memiliki penyakit komplikasi

25
selama hamil, ibu pernah memeriksakan keadaan kehamilannya
dengan pemeriksaan USG.

b.  Riwayat Persalinan

Ibu melahirkan di BPS Harapan Bunda, jenis persalinannya spontan


dan lama persalinannya kurang lebih 18 jam.
Presentasi                                : Belakang kepala
Ketuban Pecah                        : Spontan warna jernih
Komplikasi Persalinan : Tidak ada komplikasi
Keadaan tali pusat                  : Tidak ada lilitan
c.  Keadaan Bayi saat Lahir
Resusitasi                             : Baik dengan dilakukan rangsangan taktil
Keadaan Umum                   : Baik
Reflek hisap                          : Baik
Reflek berkedip                   : Baik
Pernapasan                          : Spontan        
Frekwensi         : 50x/menit
    Menangis                     : Kuat
Warna Kulit                         : Kemerah-merahan
d. Riwayat Post Natal
BB                                          : 2600 Gram
PB                                           : 48 cm
Kelainan Kongenital               : Tidak di temukan
Kondisi Kesehatan                 : Baik
4. Riwayat Imunisasi
Pada saat lahir bayi di berikan imunisasi BCG, Vit K, DTP, tidak ada
gejala yang serius setelah pemberian imunisasi hanya badan bayi terasa
hangat.

26
5. Riwayat Tumbuh Kembang
Keadaan bayi pada saat ini bayi mulai memberikan peningkatan
mulai dari kenaikan BB 3500 gram, PB 60 cm bayi sudah bisa
menggenggam dan memasukan benda apapun pada mulutnya.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan keadaan keluarganya tidak ada yang mengidap
penyakit menular serta keturunan dan juga tidak ada yang mengalami
kelainan congenital.
7. Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan ini kelahiran anak yang di inginginkannya
bersama keluarga,hubungan ibu dengan bayi sangat baik begitu dengan
keluarga dan bayi sangat baik pula.
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Nutrisi                        : ASI                          
Eliminasi                : BAB 3 x /hari dengan konsistensi lembek dan        
warna kuning
Istirahat dan Tidur     : 2 jam / hari
Keadaan waktu tidur : Tenang
Hygien                        : 2 x / hari
Ganti baju                   : setiap terlihat basah
Ganti popok                : setiap habis bak dan bab

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum    : Bayi sudah tidak menampakan adanya kehidupan
2. Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan Lahir       : 2600 gram               
BB Sekarang   : 3500 gram
Panjang Badan Lahir : 48 cm 
 PB Sekarang    : 60 cm
Lingkar Kepala lahir   : 34 cm                       
LK Sekarang   : 40 cm
Lingkar Dada Lahir     : 30 cm                       

27
LD Sekarang   : 38 cm
3. Pemeriksaan TTV
Pernapasan            : 0 x/menit
Nadi                      : 0 x/menit
Suhu                      : 0 x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala                         : Ubun-ubun kecil sudah menutup, keadaan:
cembung, sutura: pelebaran.
Mata                            : Bentuk: simetris, secret: tidak ada, konjungtiva:
pucat, sklera:  putih, reflek pupil: tidak ada,
reflek berkedip: tidak ada.
Hidung                        : Pernapasan cuping hidung: tidak ada gerakan
Bibir                            : Warna: sianosis,
Mulut                          : Lidah: tertelan, reflek suckhing: tidak ada, reflek
rooting: tidak ada
Telinga                        : Posisi telinga: melipat
Leher                           : Reflek tonik neck: tidak ada , tidak ada gerakan.
Dada                           : Bentuk dada: tidak simetris, pergerakan: tidak ada
Bunyi Jantung             : Tidak terdengar                    
Abdomen                    : Bising usus: tidak terdengar            
Genetalia                     : Testis: turun
Ekstremitas atas          : Gerakan tangan: kaku, reflek moro: tidak ada
Ektremitas bawah       : Gerakan kaki : kaku, reflek babinski: tidak ada
C  Analisa
Bayi meninggal tanpa di ketahui  sebab-sebab yang jelas.
D. Penatalaksanaan
1.  Melakukan perawatan jenajah
2.  Memberi dukungan kepada ibu untuk tetap tabah.
3.  Memberikan pendidikan pencegahan agar resiko SIDS sedikit terhindar.
4.  Memberi pengertian kepada keluarga untuk tetap temani ibu dan
mendukung

28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan Kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi,
asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang
diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Miliariasis atau
biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat
berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi,
leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung),
serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat
juga dikepala. Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas
dan lembab. Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang
tinggi. Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan
kosong kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses
kedalam rectum yang terjadi sekali atau duakali sehari. Hal tersebut
memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan
dirasakan arkus aferen menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen
sehingga terjadilah defekasi. Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun
tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau
keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan
frekuensi berhajat. Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip
dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi).

B. Saran
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab.
Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Pada
keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong kecuali bila
adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses kedalam rectum
yang terjadi sekali atau duakali sehari. Artinya Pembelajaran ini sangat
penting bagi para pembaca untuk menambah wawasan

29
DAFTAR PUSTAKA

 Dewi, VNL. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
 Khoirunnisa, Endang. (2010). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
 Kosim,MS.dkk. (2008). Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru
Lahir untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumahsakit. Jakarta: IDAI
 Muslihatun, WafiNur. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.
Yogyakarta: Fitramaya
 Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC
 Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta : Bina Pustaka
 Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
 Sudarti, dkk. (2012). Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, persalinan,
neonates, bayi dan balita. Yogyakarta : Nuha Medika
 Varney, Helen. (2004). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
 Yulianti, Ai Yeyeh Rukiyah. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita. Jakarta : TIM

30

Anda mungkin juga menyukai