PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan Kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi,
asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang
diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi,
dan balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat
menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi dan balita. Apabila tidak
diberikan asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita pada masa
peruliahan, sehingga pada saat calon bidan diterjunkan di lahan praktek
sudah mampu untuk memberikan asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan
balita dengan benar.
Ada beberapa masalah yang lazim terjadi diantaranya adalah
milliariasis,obstipasi,dan sindrom bayi meninggal mendadak.Atas dasar
pemikiran di atas, maka kami menyusun makalah ini dengan harapan dapat
dengan mudah memahami masalah yang lazim terjadi pada neonatus, bayi,
dan balita terutama masalah milliariasis, obstipasi, dan sindrom bayi
meninggal mendadak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa aja konsep dasar tentang miliariasis, obstipasi dan kematian
mendadak?
2. Bagaimana cara penanganan miliariasis, obstipasi dan kematian
mendadak?
3. Bagaimana asuhan kebidanan SOAP tentang miliariasis, obstipasi dan
kematian mendadak?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar tentang miliariasis, obstipasi dan
kematian mendadak
1
2. Untuk mengetahui cara penanganan miliariasis, obstipasi dan kematian
mendadak
3. Untuk mengetahui asuhan kebidanan SOAP tentang miliariasis, obstipasi
dan kematian mendadak
2
BAB II
KONSEP DASAR
A. Miliariasis
1. Definisi
Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat
akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010). Miliariasis
adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai adanya vesikel
milier, berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak berkeringat.
Pada keadaan yang lebih berat, dapat timbul papul merah atau papul
putih. (Sudoyo, 2009).
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul
akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat,
yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan
punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian
dan dapat juga dikepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi
keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit
menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair. (Arjatmo
Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan
lembab. Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang
tinggi. Akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan
yang menyebabkan pembengkakan saluran atau kelenjar itu sendiri,
keringat yang menembus ke jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-
perubahan anatomis pada kulit berupa papul atau vesikel. (Vivian, 2010)
Faktor faktor penyebab milariasis :
a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
3
b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
c. Aktivitas yang berlebihan
d. Setelah menderita demam atau panas
e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di
absorbsi oleh stratum korneum (Lenteraimpian, 2010)
3. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-
pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan.
Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar
di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan
edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh
stratum korneum. (Vivian, 2010)
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses
diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus
milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3
bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu
kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat
menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010)
4. Klasifikasi
a. Miliaria Kristalina
1) Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan
jernih disertai kulit kemerahan.
2) Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian
yang tertutup pakaian.
3) Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik
halus.
4) Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal.
5) Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas
yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian
yang menyerap keringat.
b. Miliaria Rubra
4
1) Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas
2) Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat
menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih
3) Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
4) Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum
spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan
perifer kulit di epidermis
5) Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,
menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik,
dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
c. Miliaria Profunda
1) Timbul setelah miliaria rubra
2) Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
3) Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
4) Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih
banyak berupa papula daripada vesikel
5) Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan,
bentuk ini jarang ditemui
6) Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat
yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel
radang
7) Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan
regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis,
pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat
pula resorshin 3% dalam alcohol.
Berdasarkan letak sumbatan, miliaria diklasifikasikan menjadi : (Arif
Mansyoer, 2001)
a. Miliaria Kristalina
Pada miliaria kristalina, sumbatan terjadi pada intra subkorneal.
Terlihat vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah
banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas yang
bergerombol tanpa tanda radang pada bagian yang tertutup
5
pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan
sisik yang halus.
b. Miliaria Rubra
Pada miliaria rubra, sumbatan terjadi pada stratum spinosum.
Terlihat papul merah atau papul vesicular ekstrafolikular yang
gatal dan pedih pada badan tempat tekanan atau gesekan pakaian.
Jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropic.
c. Miliaria Profunda
Miliaria profunda terjadi bila sumbatan terdapat pada dermis
bagian atas, biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai papul
putih, keras berukuran 1-3 mm terutama di badan dan ekstremitas.
5. Penatalaksanaan
a. Pencegahan :
1) Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling
sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun.
2) Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan
handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau
kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.
3) Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat
terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga
mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.
4) Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang
tidak menyerap keringat (FKUI, 2002).
Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin
menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori
bayi dengan cara:
1) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.
2) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti
ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian
oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.
3) Jaga tubuh bayi agar tetap kering.
6
4) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan
bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan
diolesi dengan bedak tipis.
5) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat
bayi.
6) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi
udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam
kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.
7) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat,
sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak
meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa
meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan
(Pasaribu, 2007).
b. Pengobatan
1) Perawatan kulit secara benar
2) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak
salycil atau bedak kocok setelah mandi
3) Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang
terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
4) Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan
antibiotic
5) Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih,
sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk) (lenteraimpian,
2010)
7
miliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2 % dbubuhi menthol ¼ -
2 %.
8
3) Menjaga kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan
bersih sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk.
4) Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti
pakaian jika basah dan kotor. (Vivian, 2010)
9
dengan ventilasi yang lebih baik. (Arjatmo Tjoktronegoro dan
Hendra Utama, 2000)
B. Obstipasi
1. Pengertian
Necel (Desember 2007) Obstipasi berasal dari bahasa LatinOb berarti
in the way = perjalanan, Stipare berarti to compress = menekan. Secara
istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh
terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus).
Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi
pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan
pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat.
Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat
kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan
dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. konstipasi disebabkan selain
dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi
intestinal.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal.
Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung
jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang
air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal.
2. Etiologi
Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :
10
c. Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan
bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia
lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung
polisakarida atau serat.
e. Sering menahan terselit karena nyeri pada saat buang air besar.
3. Patofisiologi
Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong
kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses
kedalam rectum yang terjadi sekali atau duakali sehari. Hal tersebut
memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan
dirasakan arkus aferen menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen
sehingga terjadilah defekasi.
Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3 faktor :
a. Asupan cairan yang adekuat.
b. Kegiatan fisik dan mental.
c. Jumlah asupan makanan berserat.
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan dicerna
memasuki kolon, air dan elektrolit di absorbsi melewati membrane
penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses
dari bentuk cair menjadi bentuk yang lunak dan berbentuk. Ketika feses
melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan merangsang untuk
defekasi. Apabila anak tidak mengkonsumsi cairan secara adekuat,
produk dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan
segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rectum, sehingga
penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering, padat
dan sudah dikeluarkan serta menimbulkan rasa sakit.
Rasa sakit ini menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air
besar yang dapat menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka.
Proses dapat terjadi bila anak kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik
11
usus dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan
lambat yang kemungkinan. Penyerapan air yang berlebihan.Bahan
makanan sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan
pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke
saluran yang lebih besar. Sumbatan dan usus dapat juga menyebabkan
obstipasi.
12
d. Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan
usus.
e. Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI
yang memadai bisa diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan pada
botol pagi dan malam hari
f. Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan
g. Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat
tinggi atau jus aprikot,buah prem kering atau prem.
h. Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi
seperti buah-buahan,kacang polong,sereal,keripik graham,buncis dan
bayam.
13
SIDS menurut Toke Hoppenbrouwers dan Joan Hodgman dalam bukunya
yangberjudulSIDS :
a. Asfiksia atau mati lemas
Asfiksia atau mati lemas disebabkan oleh ketidakmampuan untuk
bernapas. Kondisi ini menyebabkan kurangnya oksigen dalam tubuh,
yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dan menyebabkan
kematian. Asfiksia dapat disebabkan oleh tersedak, penyempitan
daerah dada atau perut, tercekik, penyempitan saluran napas dan
menghirup gas beracun. Biasanya bendabenda yang terkait dengan
asfiksia adalah seperti kantong plastik, bantal lembut, dan bahan yang
lembut seperti boneka binatang. Benda- benda ini dapat menyumbat
mulut dan lubang hidung sehingga menyebabkan sesak napas.
Penyebab yang paling sering dilaporkan dari asfiksia pada bayi adalah
sesak napas yang tidak disengaja dan tercekik ketika di tempat tidur.
b. Obstruksi jalan napas
Obstruksi atau sumbatan jalan napas dapat terjadi jika napas yang
normal menyempit secara otomatis saat tidur. Penyempitan ini dapat
menyebabkan jeda singkat dalam bernapas disebut obstruktif apnea.
Apnea ini sering terjadi pada bayi yang sehat. Mekanisme lain yang
menjadi penyebab obstruksi adalah spasme laring, yang mengacu pada
kontraksi tiba-tiba otot laring. Ketika ini terjadi, oksigen terhambat
memasuki paru-paru dan ini dapat mengakibatkan tidak cukupnya
oksigen untuk jantung dan otak, sehingga bisa berakibat fatal.
14
3. Pemicu Pada Masa Postnatal
Perilaku ibu ketika mengandung maupun setelah melahirkan juga turut
mengambil andil dalam kesehatan bayi yang masih dalam kandungan
maupun yang telah lahir. Kesehatan dan kondisi bayi yang sehat akan
ditentukan oleh perilaku ibu sebelum bayi itu dilahirkan. Ada beberapa
faktor yang dialami oleh wanita yang mempengaruhi masa postnatal
sehingga dapat memicu terjadinya SIDS pada bayi yang baru lahir.
Ambarwati (seperti dikutip Pitriani, 2014) menjelaskan bahwa “Masa
setelah melahirkan adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil
dan berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu”. Menurut Toke
Hoppenbrouwers dan Joan Hodgman dalam bukunya yang berjudul SIDS
masalah yang dapat memicu terjadinya SIDS saat masa postnatal adalah
sebagai berikut:
a. Bayi Lahir Prematur atau BBLR
Bayi yang lahir prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah
(BBLR) berisiko 50% lebih besar mengalami SIDS. Tingginya risiko
bayi prematur mengalami SIDS karena seluruh sistem organ tubuhnya
terutama paruparunya belum mencapai tahap pematangan yang cukup,
sehingga belum siap berfungsi menopang kehidupan di luar rahim ibu.
Bayi dengan kondisi seperti ini sangat disarankan untuk melakukan
pemeriksaan secara teratur ke dokter anak untuk memantau
perkembangan fungsi organ-organnya.
b. Posisi Tidur Tengkurap
Memiliki persentase terbesar penyebab bayi di tahun pertamanya
yang meninggal secara mendadak. Menurut penelitian, bayi yang
mengalami SIDS akibat tidur tengkurap ini umumnya adalah bayi
berusia kurang dari 6 bulan, karena sistem pernapasannya belum
matang atau bekerja dengan sempurna.
c. Asap Rokok
15
Bayi yang memiliki orang tua perokok juga memiliki resiko tinggi
untuk mengalami SIDS dibandingkan bayi yang orang tuanya bukan
perokok. Banyaknya volume karbondioksida yang dihisap oleh bayi
perokok pasif ini 9 menjadi faktor penyebab meningkatnya gangguan
pada sistem pernapasan yang menyebabkan bayi meninggal
mendadak.
d. Suhu yang meningkat
Penting untuk selalu memperhatikan suhu ruangan/kamar bayi
ketika tidur agar tidak kepanasan. Sementara untuk ruangan pendingin
(AC), pengaturan suhu yang tepat di antara 25-27 derajat Celcius,
serta selalu sesuaikan pemakaian baju bayi dengan suhu kamar.
16
Selalu tempatkan bayi dalam permukaan yang tidak terlalu empuk
ketika tidur, sebaiknya gunakanlah tempat tidur khusus bayi. Jangan
meletakkan bantal, boneka atau selimut secara berlebihan ti dalam
tempat tidur bayi.
17
e. Berikan ASI eksklusif
Menyusui memiliki manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi. Pastikan
menempatkan kembali bayi di tempat tidurnya atau boks bayi ketika
ibu telah selesai menyusui.
f. Jauhkan bayi dari asap rokok
Orangtua tidak diperkenankan merokok di dekat bayi. Keracunan asap
nikotin sangat berbahaya bagi kondisi paru -paru dan jantung bayi.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN SOAP
A. Asuhan Kebidanan SOAP Miliariasis
18
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 20 Mei 2017
Pukul :14.00 WIB
A. IDENTITAS
1. Anak
a. Nama Anak : By. E
b. Umur : 5 bulan
c. Tanggal Lahir : 18 Desember 2016
d. Anak ke- : 3 (Tiga)
e. Jenis Kelamin : Laki – laki
2. Ibu Dan Ayah
b. Umur : 36 th Umur : 39 th
B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan datang / keluhan utama: Ibu mengatakan sudah 2 hari ini
bayinya rewel dan pada daerah dahi tampak gelembung – gelembung
19
berisi cairan jernih serta pada daerah lipatan lutut sebelah kiri tampak
kemerahan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Imunisasi
1) BCG : Sudah
2) DPT 1 : Sudah
3) DPT 2 : Belum
4) DPT 3 : Belum
5) Polio 1 : Sudah
6) Polio 2 : Sudah
7) Polio 3 : Belum
8) Polio 4 : Belum
9) Hepatitis HB 0 : Sudah
3. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh: Ibu mengatakan mengasuh anaknya bersama
suaminya.
20
b. Hubungan dengan anggota keluarga: Ibu mengatakan hubungan
dengan anggota keluarga baik/harmonis.
c. Hubungan dengan teman sebaya: Ibu mengatakan hubungan dengan
teman sebayanya baik.
d. Lingkungan rumah: Ibu mengatakan lingkungan rumahnya aman,
bersih dan nyaman
4. Pola Kebiasaan Sehari-hari (Sebelum sakit dan selama sakit)
21
2) BAB : Ibu mengatakan bayinya BAB 2 kali sehari, konsistensi
warna kuning, bau khas feses, dan tidak lembek.
C. DATA OBYEKTIF
1. Status Generalis
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : Nadi : 112 x/ menit 56 : Respirasi : 40 x/ menit : Suhu
: 36,70C
d. BB / TB : 7500 gram / 54 cm
e. LK / LD : 43 cm / 40 cm
f. LLA : 11 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala : Ubun – ubun berdenyut, kepala bersih, rambut tidak
mudah rontok
b. Muka : Bersih, ada gelembung – gelembung kecil berisi cairan
jernih pada daerah dahi dan tidak pucat
c. Mata : Konjungtiva merah muda dan sklera putih
d. Telinga : Bersih, simetris dan tidak ada serumen
e. Hidung : Bersih, simetris dan tidak ada secret
f.Mulut :Bibir tidak pucat, tidak ada labioskisis, dan
labiopalatoskisis, tidak stomatitis
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
h. Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada
22
l. Genetalia : Bersih, testis sudah turun ke skrotum dan berlubang
D. ANALISA
1. Caladine ( bedak cair ) 2 kali sehari.
2. Giovan ( sabun cair ) 2 kali sehari.
E. PERENCANAAN
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya.
2. Beritahu ibu untuk segera mengganti pakaian bayinya jika basah dan
kotor.
3. Beritahu ibu untuk tetap memandikan bayinya 2 x sehari pada pagi dan
sore hari lalu diberi Caladine (bedak cair).
4. Beritahu ibu untuk membasuh dengan handuk basah (air hangat) lalu
keringkan jika bayinya berkeringat.
5. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah.
23
Ny.Y mengatakan bahwa bayinya yang berumur1 bulan tidak keluar
BAB sejak 5 hari yang lalu, anak sering menangis, perut anak kembung
serta anus memerah.
2. Data Objektif
a. Keadaan umum baik;
b. Nadi : 120x/menit,
c. Suhu : 37,5⁰C,
d. Pernafasan : 120 x/menit
e. BB 3,9 kg;
f. dengan pemeriksaan penunjang Rectal tussae yaitu terasa jepitan
udara dan mekonium menyemprot.
3. Assesment
Diagnosa : Bayi Ny. Y usia 1 bulan, KU baik dengan obstipasi
parsial.
Masalah : Bayi mengalami masalah pengeluaran feses, yang tidak
keluar selama 5 hari, anak sering menangis, perut anak
kembung serta anus memerah.
4. Planning
1. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan yaitu Kesadaran: baik;
S : 37,50 C, P : 35 x/menit, N : 120 x/menit, BB 3,9 kg dan Ibu paham
dengan penjelasan yang di berikan.
2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin tanpa
di jadwalkan, sehingga dapat mengencerkan feses karena ketika bahan
makanan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan elektrolit
diabsorbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut
menyebabkan perubahan bentuk feses, dari bentuk padat menjadi
lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rektum, feses menekan
dinding rektum dan merangsang untuk defekasi, ibu paham dan mau
melakukan apa yang di anjurkan.
3. Anjurkan ibu banyak makan makanan yang berserat dan ibu bersedia
untuk mengkonsumsi makanan yang telah dijelaskan.
4. Menganjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare, karena asupan
makanan yang diperoleh bayi didapat dari asupan makanan ibunya,
ibu mengerti dan mau menghentikannya.
24
5. Memberikan terapi obat berupa Lactulose 5 ml selama 3 hari pertama
sehingga BAB bayi menjadi lunak dan ibu menerima obat yang telah
diberikan.
6. Menganjurkan ibu untuk kembali 3 hari lagi kalau BAB bayi belum
juga keluar dan ibu berjanji akan datang apabila ada keluhan / masalah
pada bayinya.
25
selama hamil, ibu pernah memeriksakan keadaan kehamilannya
dengan pemeriksaan USG.
b. Riwayat Persalinan
26
5. Riwayat Tumbuh Kembang
Keadaan bayi pada saat ini bayi mulai memberikan peningkatan
mulai dari kenaikan BB 3500 gram, PB 60 cm bayi sudah bisa
menggenggam dan memasukan benda apapun pada mulutnya.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan keadaan keluarganya tidak ada yang mengidap
penyakit menular serta keturunan dan juga tidak ada yang mengalami
kelainan congenital.
7. Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan ini kelahiran anak yang di inginginkannya
bersama keluarga,hubungan ibu dengan bayi sangat baik begitu dengan
keluarga dan bayi sangat baik pula.
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Nutrisi : ASI
Eliminasi : BAB 3 x /hari dengan konsistensi lembek dan
warna kuning
Istirahat dan Tidur : 2 jam / hari
Keadaan waktu tidur : Tenang
Hygien : 2 x / hari
Ganti baju : setiap terlihat basah
Ganti popok : setiap habis bak dan bab
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Bayi sudah tidak menampakan adanya kehidupan
2. Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan Lahir : 2600 gram
BB Sekarang : 3500 gram
Panjang Badan Lahir : 48 cm
PB Sekarang : 60 cm
Lingkar Kepala lahir : 34 cm
LK Sekarang : 40 cm
Lingkar Dada Lahir : 30 cm
27
LD Sekarang : 38 cm
3. Pemeriksaan TTV
Pernapasan : 0 x/menit
Nadi : 0 x/menit
Suhu : 0 x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Ubun-ubun kecil sudah menutup, keadaan:
cembung, sutura: pelebaran.
Mata : Bentuk: simetris, secret: tidak ada, konjungtiva:
pucat, sklera: putih, reflek pupil: tidak ada,
reflek berkedip: tidak ada.
Hidung : Pernapasan cuping hidung: tidak ada gerakan
Bibir : Warna: sianosis,
Mulut : Lidah: tertelan, reflek suckhing: tidak ada, reflek
rooting: tidak ada
Telinga : Posisi telinga: melipat
Leher : Reflek tonik neck: tidak ada , tidak ada gerakan.
Dada : Bentuk dada: tidak simetris, pergerakan: tidak ada
Bunyi Jantung : Tidak terdengar
Abdomen : Bising usus: tidak terdengar
Genetalia : Testis: turun
Ekstremitas atas : Gerakan tangan: kaku, reflek moro: tidak ada
Ektremitas bawah : Gerakan kaki : kaku, reflek babinski: tidak ada
C Analisa
Bayi meninggal tanpa di ketahui sebab-sebab yang jelas.
D. Penatalaksanaan
1. Melakukan perawatan jenajah
2. Memberi dukungan kepada ibu untuk tetap tabah.
3. Memberikan pendidikan pencegahan agar resiko SIDS sedikit terhindar.
4. Memberi pengertian kepada keluarga untuk tetap temani ibu dan
mendukung
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan Kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi,
asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang
diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Miliariasis atau
biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat
berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi,
leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung),
serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat
juga dikepala. Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas
dan lembab. Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang
tinggi. Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan
kosong kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses
kedalam rectum yang terjadi sekali atau duakali sehari. Hal tersebut
memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan
dirasakan arkus aferen menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen
sehingga terjadilah defekasi. Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun
tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau
keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan
frekuensi berhajat. Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip
dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi).
B. Saran
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab.
Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Pada
keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong kecuali bila
adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses kedalam rectum
yang terjadi sekali atau duakali sehari. Artinya Pembelajaran ini sangat
penting bagi para pembaca untuk menambah wawasan
29
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, VNL. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Khoirunnisa, Endang. (2010). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
Kosim,MS.dkk. (2008). Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru
Lahir untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumahsakit. Jakarta: IDAI
Muslihatun, WafiNur. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.
Yogyakarta: Fitramaya
Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta : Bina Pustaka
Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Sudarti, dkk. (2012). Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, persalinan,
neonates, bayi dan balita. Yogyakarta : Nuha Medika
Varney, Helen. (2004). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Yulianti, Ai Yeyeh Rukiyah. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita. Jakarta : TIM
30