HEMOSTATIKA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Farmakologi
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “FARMAKOLOGI dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada:
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima aegala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Homeostasika berasal dari kata homeo berarti “yang sama” dan stasis berarti
“berdiri atau diam”. Sherwood (2007) mendefinisikan homeostasis sebagai pemeliharaan
lingkungan internal yang relatif stabil. Makhluk hidup sejatinya senantiasa melakukan
pertukaran dengan lingkungan, mengambil bahan yang diperlukan dan mengeluarkan zat-zat
yang sudah tidak berguna dalam tubuh. Apa yang terjadi pada tubuh manusia hampir sama
meski tidak sama persis. Manusia mengambil zat-zat yang dibutuhkan dari lingkungan, serta
mengeluarkan zat sisa (sampah) ke lingkungan. Tubuh manusia terdiri dari banyak sel tidak
seperti Amoeba yang hanya terdiri dari satu sel.
Bagi sel-sel tubuh terdapat dua lingkungan yaitu lingkungan eksternal dan
lingkungan internal. Lingkungan eksternal adalah lingkungan dimana tubuh manusia hidup
atau dapat dikatakan segala sesuatu yang berada di luar tubuh manusia. Lingkungan internal
adalah lingkungan di luar sel namun berada di dalam tubuh.
Banyak faktor dalam lingkungan internal tubuh yang harus dipertahankan. Faktor-
faktor tersebut meliputi konsentrasi molekul-molekul nutrien, konsentrasi O2 dan CO2,
konsentrasi zat sisa, pH, konsentrasi garam, air dan elektrolit lain, volume dan tekanan serta
suhu.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Hemostatik adalah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan.
Pendarahan dapat disebabkan oleh defisiensi satu faktor pembekuan darah. Hemostatik
dibagi di bagi dua yaitu :
(b) Astringen
Zat ini bekerja lokal dengan mengendapkan protein darah sehingga perdarahan
dapat dihentikan. Contoh: Ferri Klorida, Nitras argenti dan asam tanat.ua, yaitu hemostatik
lokal dan hemostatik sistemik.
(c) Koagulan
Dapat menimbulkan hemostasis dengan dua cara, yaitu dengan mempercepat
perubahan protrombin menjadi trombin dan secara langsung menggumpalkan fibrinogen.
Contoh : Russell”s viper venom, trombin (dalam bentuk bubuk atau larutan untuk
penggunaan lokal)
(d) Vasokonstriktor
2. Hemostatik Sistemik
2. Kompleks faktor IX Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX dan X; serta sejumlah
kecil protein plasma lain. Digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila
diperlukan faktor - faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegah
perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnya hepatitis, sebaiknya
preparat ini tidak diberikan pada penderita non hemofilia. Efek samping, berupa
trombosis, demam, menggigil, sakit kepala dan shock anafilaksis
3. Human fibrinogen Sediaan ini hanya digunakan bila dapat ditentukan kadar fibrinogen
dalam darah penderita, dan daya pembekuan yang sebenarnya.
4. Vitamin K Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk menimbukan efek,
sebab vitamin K harus merangsang pembentukan darah terlebih dahulu.
6. Asam traneksamat Indikasi dan mekanisme kerja yang sama dengan asam aminokaproat,
tetapi 10 kali lebih kuat dengan efek samping lebih sedikit.
1. oksitosikum
Oksitosik adalah obat yang merangsang kontraksi uterus. Obat ini berguna dalam
praktek kebidanan. Obat yang bermanfaat ini ialah oksitosin dan derivatnya, alkoloid ergot
dan derivatnya, dan prostaglandin semi sintetik.
Sumber alkaloid ergot adalah Claviseps purpurea, suatu jamur yang hidup sebagai
parasit pada tanaman gandum. Khasiatnya yang terpenting adalah stimulus otot polos,
terutama dari pembuluh darah perifer dan rahim, dengan efek vasokonstriksi dan
oksitosik.
Alkaloid – alkaloid ini merupakan turunan asam lisergat, dan dapat dibagi dalam 3
kelompok, yaitu :
1. Ergotamin
Kontra indikasi : Wanita yang habis melahirkan, sepsis, gagal ginjal dan hati
Efek samping : Berdebar, naiknya tekanan darah, perasaan dingin, haus, muntah,
diare
2. Khasiat vasokonstriksi lebih lemah dari pada ergotamin, namun efek Ergometrin
Khasiat vasokonstriksi lebih lemah dari pada ergotamin, namun efek oksitosiknya
lebih kuat. Turunannya metilergometrin, memiliki efek oksitosik yang lebih kuat dan
lebih lama.
Kontra indikasi : Wanita yang habis melahirkan, sepsis, gagal ginjal dan hati
Efek samping : Berdebar, naiknya tekanan darah, perasaan dingin, haus, muntah, diare
3. Ergotoksin
Terdiri dari ergokristin, ergokriptin dan ergokonin. Yang digunakan hanya derivat
dihidro nya. Terutama digunakan pada gangguan sirkulasi dipermukaan, hipotensi
ringan dan
migrain.
(b) Oksitosin
merangsang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot polos uterus. Efek ini
bergantung pada konsentrasi estrogen. Pada konsentrasi estrogen rendah, efek oksitosin
terhadap uterus juga berkurang. Oksitosin tidak dapat diberikan secara oral karena
dirusak dilambung dan di usus. Contoh : Syntocinon IM / IV.
8
Rangkaian reaksi kimiawi yang kompleksterjadi dalam darah yang melibatkan
lebih dari selusin faktor pembekuan darah. Hasil akhirnya adalah terbentuknya
suatu kompleks substansi teraktivasi yang secara kolektif disebut aktivator
protrombin.
b) Aktivator protrombinmengatalis perubahan menjadi trombin.
c) Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang
fibrinyang merangkai trombisit sel darah dan plasma
9
13
3. Lintasan Terakhir
Pada lintasan terskhir yang sama, factor Xa yang dihasilkan oleh lintasan
intrinsic dak ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin(II) menjadi thrombin (IIa)
yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan
memerlukan perakitan kompelks protrombinase yang terdiri atas fosfolipid anionic
platelet, Ca2+, factor Va, factor Xa dan protrombin.
Factor V yang disintesis dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam
trombosit serta plasma berfungsi sebagai kofaktor dng kerja mirip factor VIII dalam
kompleks tenase. Ketika aktif menjadi Va oleh sejumlah kecil thrombin, unsure ini
terikat dengan reseptor spesifik pada membrane trombosit dan membentuk suatu
kompleks dengan factor Xa serta protrombin.
Selanjutnya kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin lebih lanjut,
dengan demikian akan menghasilkan sarana untuk membatasi pengaktifan
protrombin menjadi thrombin. Protrombin (72 kDa) merupakan glikoprotein rantai-
tunggal yang disintesis di hati.
Region terminal-amino pada protrombin mengandung sepeuluh residu Gla,
dan tempat protease aktif yang bergantung pada serin berada dalam region-
terminalkarboksil molekul tersebut. Setelah terikat dengan kompleks factor Va serta
Xa pada membrane trombosit, protrombin dipecah oleh factor Xa pada dua tapak
aktif untuk menghasilkan molekul thrombin dua rantai yang aktif, yang kemudian
dilepas dari permukaan trombosit. Rantai A dan B pada thrombin disatukan oleh
ikatan disulfide. Konversi Fibrinogen menjadi Fibrin Fibrinogen (factor 1, 340
kDa) merupakan glikoprotein plasma yang bersifat dapat larut dan terdiri atas 3
pasang rantai polipeptida nonidentik (Aα,Bβγ)2 yang dihubungkan secara kovalen
oleh ikatan disulfda. Rantai Bβ dan y mengandung oligosakarida kompleks yang
terikat dengan asparagin. Ketiga rantai tersebut keseluruhannya disintesis dihati:
tiga structural yang terlibat berada pada kromosom yang sama dan ekspresinya
diatur secara terkoordinasi dalam tubuh manusia.
14
Region terminal amino pada keenam rantai dipertahankan dengan jarak
yang rapat oleh sejumlah ikatan disulfide, sementara region terminal karboksil
tampak terpisah sehingga menghasilkan molekol memanjang yang sangat asimetrik.
Bagian A dan B pada rantai Aa dan Bβ, diberi nama difibrinopeptida A
(FPA) dan B (FPB), mempunyai ujung terminal amino pada rantainya masing-
masing yang mengandung muatan negative berlebihan sebagai akibat adanya residu
aspartat serta glutamate disamping tirosin O-sulfat yang tidak lazim dalam FPB.
Muatannegatif ini turut memberikan sifat dapat larut pada fibrinogen dalam plasma
dan juga berfungsi untuk mencegah agregasi dengan menimbulkan repulse
elektrostatik antara molekul-molekul fibrinogen.Thrombin (34kDa), yaitu protease
serin yang dibentuk oleh kompleks protrobinase, menghidrolisis 4 ikatan Arg-Gly
diantara molekul-molekul fibrinopeptida dan bagian α serta β pada rantai Aa dan
Bβ fibrinogen.
Pelepasan molekul fibrinopeptida oleh thrombin menghasilkan monomer
fibrin yang memiliki struktur subunit (αβγ)2. Karena FPA dan FPB masing-
masing hanya mengandung 16 dab 14 residu, molwkul fibrin akan
mempertahankan 98% residu yang terdapat dalam fibrinogen.
Pengeluaran molekul fibrinopeptida akan memajankan tapak pengikatan
yang memungkinkan molekul monomer fibrin mengadakan agregasi spontan
dengan susunan bergiliran secara teratur hingga terbentuk bekuan fibrin yang
tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang menangkap trombosit, sel
darah merah dan komponen lainnya sehingga terbentuk trombos merah atau putih.
Bekuan fibrin ini mula-mula bersifat agak lemah dan disatukan hanya melalui
ikatan nonkovalen antara molekul-molekul monomer fibrin.
Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengubah
factor XIII menjadi XIIIa yang merupakan transglutaminase yang sangat spesifik
dan membentuk ikatan silan secara kovalen anatr molekul fibrin dengan
membentuk ikatan peptide antar gugus amida residu glutamine dan gugus ε-amino
residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil dengan
peningkatan resistensi terhadap proteolysis.
15
2. 1.7 Gangguan-gangguan pada hemostasika
1. Anemia
Anemia merupakan suatu keadaan kekurangan eritrosit (Hemoglobin).
Kekurangan hemoglobin menyebabkan suplai oksigen ke jaringan menurun sehingga
dapat mengganggu fungsi kerja sel. Gejala anemia antara lain di tandai dengan muka
pucat, cepat lelah, sakit kepala, timbulnya titik-titik hitam pada mata, jantung
berdebar-debar, dan bertambahnya kecepatan denyut nadi di pergelangan tangan.
2. Talasemia
Talasemia merupakan suatu kelainan pada eritrosit yang berakibat sel tersebut
mudah rapuh dan cepat rusak. Talasemia termasuk penyakit keturunan yang dapat
terjadi pada perempuan maupun laki-laki.
3. Polisitemia
Polisitemia merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan adanya
kelebihan produksi eritrosit. Dalam hal ini darah menjadi kental sehingga
memperlambat aliran darah di dalam pembuluh atau dapat juga membentuk
gumpalan di dalam pembuluh darah. Gumpalan tersebut dapat
menyebabkan ganggren (kematian jaringan) dan bila terjadi pada jantung dapat
berakibat kematian. Gejala yang di timbulkannya dapat berupa sakit kepala dan
pusing.
4. Leukemia
Leukemia atau kanker darah merupakan suatu penyakit yang di sebabkan oleh
kelebihan produksi leukosit. Leukemia terjadi akibat sumsum tulang atau jaringan
limpa bekerja secara tidak normal sehingga produksi leukosit menjadi berlipat
ganda, sedangkan produksi eritrosit dan trombosit menurun. Pada saat demikian,
jumlah leukosit dapat mencapai 500.000 sel per mm3.
5. Agranulositosis
Agranulositosis merupakan kebalikan dari leukemia yang berakibat pada
menurunnya daya tahan terhadap penyakit. Penyakit ini dapat menyebabkan
seorang pasien meninggal karena infeksi yang tidak dapat ia lawan.
16
6. Trombositopenia
Trombositopenia merupakan suatu penyaki t yang di tandai dengan sedikitnya
kandungan keping darah di dalam darah
7. Hemofilia
Hemofilia merupakan suatu penyakit yang berakibat sukarnya darah membeku
ketika terjadi pendarahan. Hemofilia termasuk penyakit keturunan yang terjadi
hampir pada semua keturunan berjenis kelamin laki-laki.
8. Hipertrofi
Hipertrofi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan menebalnya otot-
otot jantung. Kelainan ini terjadi akibat katup-katup jantung tidak berfungsi secara
wajar sehingga jantung tidak bekerja secara esktra agar darah terus mengalir. Pada
waktu tertentu, jantung tidak dapat lagi memberi cukup oksigen kepada jaringan.
17
2.1.8 Ketidakseimbangan Homeostasika
Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secara benar, homeostasis
terganggu dan semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi memperoleh
lingkungan yang optimal tempat mereka hidup dan berfungsi. Muncul beberapa keadaan
patofisiologis. Patofisiologis mengacu kepada abnormalitas fungsional tubuh (perubahan
fisiologi) yang berkaitan dengan penyakit. Jika gangguan terhadap homeostasis menjadi
sedemikian berat sehingga tidak lagi memungkinkan kelangsungan hidup, timbul
kematian.
Hampir semua penyakit merupakan kegagalan tubuh mempertahankan
homeostasis. Keberadaan seseorang di lingkungan sangat dingin tanpa pakaian dan
perlindungan dapat berakibat fatal jika tubuhnya gagal mempertahankan suhu sehingga
suhu tubuh turun. Hal ini disebabkan oleh terganggunya proses-proses enzimatik sel yang
sangat bergangtung pada suhu tertentu.
Contoh lain adalah kehilangan darah dalam jumlah yang kecil mungkin tidak
fatal karena tubuh masih mampu mengkompensasi kehilangan tersebut dengan cara
meningkatkan tekanan darah mereabsorpsi cairan di ginjal, dsb.
Tetapi bila kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang besar, upaya untuk
mengkompensasi tubuh mungkin tidak memadai sehingga berakibat fatal.
18
2. 2 Penjelasan tentang penyakit
Penyakit adalah kondisi abnormal tertentu yang secara negatif memengaruhi
struktur atau fungsi sebagian atau seluruh tubuh suatu makhluk hidup, dan bukan
diakibatkan oleh cedera eksternal apa pun.[1][2] Penyakit juga dikenal sebagai kondisi
medis yang berhubungan dengan gejala dan tanda klinis tertentu.[1] Suatu penyakit dapat
disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti patogen atau oleh disfungsi internal.
Sebagai contoh, disfungsi internal sistem imun dapat menghasilkan berbagai penyakit
yang berbeda, di antaranya berbagai bentuk defisiensi imun, hipersensitivitas, alergi, dan
penyakit autoimun.
2.2.1 Jenis Penyakit Gangguan Faal Hemostatis
a. Hemofilia
Hemofilia merupakan suatu penyakit yang disebabkan kekurangan suatu faktor
yang spesifik dalam plasma yaitu faktor VIII yang disebut sebagai hemofilia A dan faktor
IX yang disebut hemofilia B. Defisiensi faktor VIII (AHF) lebih sering daripada
defisiensi faktor IX (PTC) dan perdarahan yang terjadi pada defisiensi AHG lebih berat
daripada defisiensi PTC.
Defisiensi faktor VIII (hemofilia A) dan defisiensi faktor IX (hemofilia B)
bersama-sama menyebabkan 85% dari kelainan perdarahan yang berhubungan dengan
kelainan faktor pembekuan bawaan. Kedua kelainan ini banyak persamaannya, yang
pertama adalah cara pewarisannya dan yang kedua keadaan ini adalah sebagai hasil gen-
gen X-linked recessive, maka kelainan perdarahan terbatas terutama pada pria. Kedua
gambaran klinik tidak dapat dibedakan, keduannya menampilkan perdarahan spontan
kedalam sendi, perdarahan jaringan dan hematuris. Kadang-kadang dapat terjadi
perdarahan kedalam susunan syaraf, sering disebabkan oleh trauma. Karena kedua
kelainan tidak dapat dibedakan, baik berdasarkan riwayat keluarga maupun pribadi atau
hasil klinik, penyelidikan laboratorium harus dilakukan untuk menentukan faktor
pembekuan mana yang menyebabkan distesis perdarahan.
b. DIC
DIC merupakan sindrom yang ditandai aktivasi koagulasi di intravaskular secara
diseminata (tidak bersifat lokal) karena berbagai sebab.
19
Pembentukan mikrotrombus akibat aktivasi proses koagulasi dan terjadinya DIC
merupakan salah satu penyebab kejadian gagal multiorgan
Salah satu komplikasi sepsis adalah terjadinya disfungsi multi organ dan
perdarahan yang dapat disebabkan oleh DIC. Gejala klinis DIC yang jelas ditandai
dengan adanya pembentukan trombosis mikrovaskular yang menyeluruh dan terjadinya
perdarahan di berbagai tempat. Prevalensi DIC pada sepsis bervariasi antara 7,5 %
sampai 50 %. Disfungsi multi organ dan angka kematian lebih tinggi pada sepsis dengan
DIC dibanding sepsis tanpa DIC. Pada sepsis terjadi perubahan Hemostasis yang
bervariasi dari gangguan Hemostasis ringan sampai DIC. Perubahan sistem Hemostasis
yang terjadi terutama meliputi peran faktor jaringan dalam aktivasi sistem koagulasi,
penghambat sistim koagulasi/antikoagulan dan perubahan sistim fibrinolisis yang
semuanya dipicu oleh pelepasan mediator atau sitokin yang diinduksi toksin bakteri .
20
2.3 Penggolongan Obat Hemostatika
1. Hemostatika Lokal
Yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok
berdasarkan mekanisme hemostatiknya.
a) Hemostatika serap
Mekanisme kerja :
Indikasi :
Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal dari
pemubuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk menghentikan
perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra vaskularnya cukup besar.
b) Astringen
Mekanisme kerja :
Zat ini bekerja local dengan mengendapkan protein darah sehingga perdarahan dapat
dihentikan, sehubungan dengan cara penggunaannya zat ini dinamakan juga stypic.
Indikasi :
Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler tetapi kurang efektif
bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang digunakan local.
c) Koagulan
Mekanisme kerja :
21
Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostatis dengan 2 cara
yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi trombin dan secara
langsung menggumpalkan fibrinogen.
d) Vasokonstriktor
Mekanisme Kerja:
2. Hemostatika Sistemik
Indikasi
b) Kompleks Faktor X
Indikasi
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah kecil protein plasma
lain dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila diperlukan faktor-faktor
yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan tetapi
karena ada kemungkinan timbulnya hepatitis preparat ini sebaiknya tidak diberikan
pada pendrita nonhemofilia.
22
c) Vitamin K
Mekanisme kerja
Indikasi
4. Asam aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan efek
trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan activator plasminogen.
e) Asam traneksamat
Asam tranexamat adalah amstat suatu analog asam aminoka proat dansuatu
penghambat fiebenolitik.
Indikasi
23
f) Adonan AC
Dosis :
25
1. Hemostatika Lokal
a) Hemostatika serap
Mekanisme kerja :
Indikasi :
26
Contoh obat :
Spon gelatin, dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka yang
akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak
memerlukan penyingkiran yang memungkinkan perdarahan ulang
seperti yang terjadi pada penggunaaan kain kasa . Untuk absorpsi yang
sempurna pada kedua zat diperlukan waktu 1- 6 jam. Selulosa oksida
dapat mempengaruhi regenerasi tulang dan dapat mengakibatkan
pembentukan kista bila digunakan jangka panjang pada patah tulang.
Selain itu karena dapat menghambat epitelisasi, selulosa oksida tidak
dianjurkan untuk digunakan dalam jangka panjang.
b. Busa fibrin insani yang berbentuk spon, setelah dibasahi dengan
tekanan sedikit dapat menutupi dengan baik permukaan yang berdarah.
b) Astringen
Mekanisme kerja :
Indikasi :
Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler
tetapi kurang efektif bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang
digunakan local.
Contoh Obat :
27
c) Koagulan
Mekanisme kerja :
Contoh Obat :
d) Vasokonstriktor
Mekanisme Kerja :
Cara pemakaian :
Penggunaanya ialah dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi
dengan larutan 1:1000 tersebut pada permukaan yang berdarah.
2. Hemostatika Sistemik
28
Indikasi
Efek samping
Cara pemakaian
Untuk perdarahan ringan pada otot dan jaringan lunak, diberikan dosis
tunggal 10 unit/kg BB. Pada penderita hemofilia sebelum operasi
diperlukan kadar anti hemofilik sekurang – kurangnya 50% dari normal,
dan pasca bedah diperlukan kadar 20-25 % dari normal untuk 7-10 hari.
b) Kompleks Faktor X
Indikasi
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah kecil
protein plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila
diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk
mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnya
hepatitis preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pendrita nonhemofilia.
29
Efek samping
Dosis
c) V itamin K
2) Nutrisi perenteral
3) Pembedahan
4) Neonatus premature
30
d. Cara kerja
e. Dosis
f. Efek samping :
a. Dyspnoe.
b. Nyeri dada.
c. Nyeri punggung.
d. Kematian.
2) Pemberian oral :
b. Sakit kepala
3) Pemberian intramoskuler :
c Dispenia
d. Reaksi hipersensitivitas
31
e. Hipertensi
f. Hipotermia
g. Takikardiah.
g. Kontra indikasi :
d) Asam aminokaproat
Mekanisme kerja
Indikasi
32
Cara pemakaian
Efek samping
e) Asam traneksamat
c. Indikasi
2) Impotensi
3) Miopati
33
5) Diare
6) Hidung tersumbat.
7) Preuritis.
8) Eritema.
9) Dyspepsia.
10) Inhibisi gakulasif
f. Kontra indikasi :
f) Adonan AC
c. Indikasi :
Pencegahan dan penghambatan perdarahan kapiler.d.Cara kerja
:Memperbaiki permeabilitas kapiler.
d. Dosis :
34
A Dosis Ergotamin :
B. Dosis Oksitosin :
C. Dosis prostaglandin :
35
1.Hiperstimulasai uterus
2. pireksia
3. infalamasi
5.Diuresis+kehilangan elektrolit
6.Efek pada sistem syaraf pusat( tremor merupakan efek samping yang jarang terjadi)
7. Pelepasan hormon hipofise renin steroid adrenal, Sakit persisten pada punggung
bwah dan perut
B. Efek samping oksitosin :
adapun Efeksamping dari pemakaian Oksitosin yaitu :
1. Spasme uterus ( pada dosis rendah )
2. Hiper stimulasi uterus 9 membahayan janin : kerusakan jaringan lunak /uterus
Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar)
3. Mual,muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
4. Kontraksipembuluh darah tali pusat
5. Kerja antidiuretik
6. Reaksi hipersensitifitas
36
7. Reaksi anafilaktik
8. Hiper stimulasi uterus yang membahayakan janin : kerusakan jaringan lunak /
rupture uterus
9. Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar )
10. Mual, muntah,ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
11. Kontraksi pembuluh darah tali pusat
12. Aritmia jantung
13. Hematoma Panggul
39
2.8 Obat yang Beredar Dipasaran
Ada beberapa obat-obatan hemostatik yang perlu diketahui:
1. Aprotinin, sebagai antihemostatik diindikasikan untuk :
a. Pengobatan pasien dengan resiko tinggi kehilangan banyak darah selama bedah buka
jantung dengan sirkulasi ekstrakorporal.
b. Pengobatan pasien yang konservasi darah optimal selama bedah buka jantung
merupakan prioritas absolut.
2. Ethamsylate adalah senyawa yang dapat menstabilkan membran yang menghambat
enzim spesifik postglandin dalam proses sintesanya. Obat hemostatik ini juga digunakan
pada waktu operasi melahirkan sebaik operasi lain dengan kondisi hemoragik lainnya.
3. Carbazochrome, merupakan obat hemostatik yang diindikasikan untuk
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam tubuh manusia banyak sekali faktor-faktor internal tubuh yang harus
dipertahankan secara homeostasis. Zat-zat ini harus dikeluarkan dari tubuh karena
dapat membahayakan tubuh. Proses pengeluaran zat-zat sisa dari dalam tubuh
disebut ekskresi.
Ginjal secara umum tersusun atas korteks, medulla dan pelvis. Adapun nefron
tersusun atas kapsula bowman, glomerulus dan tubulus.Ginjal merupakan alat
ekskresi penting yang mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
a.Mengekskresikan zat yang membahayakan tubuh (racun), misalnya protein-protein
asing, zat sisa metabolism (urea atau asam urat), serta bermacam-macam garam.
b.Menyaring darah sehingga menghasilkan urin.
c.Mengekskresikan zat-zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya kadar gula darah
yang melebihi normal
d.Mempertahankan tekanan osmosis cairan ekstraseluler.
Sebagai organ yang berperan dalam Homeostasis, Pankreas bertindak sebagai
kelenjar endokrin. Bagian Pulau langerhans mengandung sel Islet yaitu Sel α
menghasilkan hormon Glukagon dan sel β menghasilkan hormone Insulin.
Homeostasis merupakan proses pengaturan lingkungan kesetimbangan yang
dinamis dalam (badan organisme) yang konstan.
a. Organ-organ yang terlibat dalam pengaturan homeostasis antara lain:
1) Hati
2) Ginjal
3) Kulit
b. Homeostasis tergantung pada interaksi dan tindakan yang dinamis sejumlah badan
system, Faktor yang mempengaruhi seperti :
1) Temperatur
2) Kadar garam dan keasaman dalam tubuh
41
6. Ilham.2013.“AntiPendarahan”.http://kumpulanmaterikeperawatan.blogspot.com dia
kses 30 Maret 2013.
7. Ganiswara, sulistya G.ed. 2001.Farmakologi dan terapi. Jakarta: Rineka Cipta
8. https://smkkesehatanairlangga.id/read/379/yuk-kenali-pengertian-dan-penggolongan-
obat
9. https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/modul-farmakologi-2-kb-2
10. https://rkzsurabaya.com/mengenal-efek-samping-obat-untuk-kesehatan-kita/
11. https://en.wikipedia.org/wiki/Indication_(medicine)
12. http://yankes.kemkes.go.id/read-jenis-obat-yang-beredar-di-indonesia-2578.html
13. https://www.google.com/search?
q=pengeertian+hemostatika&oq=p&aqs=chrome.1.69i59l2j69i57j69i59j46j0l3.3829j
0j8&sourceid=chrome&ie=UTF-8
43