Anda di halaman 1dari 9

Kisah Dion

(Dion (30) bekerja di pertambangan sejak usia 21 tahun. Bulan Mei 2017, Dion merasakan sesak
didadanya yang tidak dapat di kendalikan lagi.)

Andini : “Dion, kamu sakit? Kok Pucat? Atau belum sarapan?” (sambil mendekati dion yang
sedang terduduk lemas)

Dion : “Dada saya belakangan ini sering sakit, susah untuk bernafas. Tapi nanti hilang
sendiri kok” (sambil memegang dadanya)

Andini : “Kamu serius gak kenapa-kenapa? Atau mau aku antar ke dokter?”

Dion : “Iya din, nanti ini hilang sendiri. Kamu lanjutin aja pekerjaan kamu. aku cuma butuh
istirahat sebentar aja”

Andini : “Baiklah” (Andini kembali ke pekerjaannya)

(Ketika Andini kembali ke pekerjaannya, Andini mendengar ada suara jatuh dari arah dion. Ternyata dion
sudah jatuh pingsan dengan cepat Andini meminta bantuan. Kemudian Dion digendong oleh 3 orang
teman kerja nya ke dalam mobil dan di bawa ke RS Jakarta.)

RUANG IGD

(Di ruang IGD, dengan cepat perawat langsung memberikan pertolongan pertama terhadap Dion.)

Andini : “Sus, tolong teman saya ya, Sus”

Suster 1 : “Baik mbak. Mbak tenang dulu, kami akan memberikan yang terbaik untuk teman
mbak. Mbak tunggu sebentar ya di luar.”

(Perawat masuk ke dalam IGD. lalu Andini menelepon Kakak dari Dion yaitu Deny.)

Andini : “Kak Deny.. Dion kak.. Dion..”

Deny : “Dion Kenapa, Din?“

Andini : “Dion tiba-tiba pingsan tadi di tempat kerja. Sekarang ada di RS Jakarta, Kak. Cepat
kesini yaa kak.“ (berbicara sambal terengah-engah)

Deny : “Astagfirullah kok bisa? Oke oke aku segera kesana ya. Kamu tolong tunggu dulu di
sana.”

(Dokter dan perawat memberikan tindakan medis terhadap Tn. Dion dengan memberikannya oksigen.
Setelah itu perawat dan dokter melakukan kolaborasi untuk tindakan pengobatan selanjutnya terhadap
Tn. Dion yaitu dengan mengecek Tanda Vital dan melakukan pemasangan infus.)

Dokter Roger : “Pak, dengar suara saya pak! RR  40 , Nadi  130, TD 130/90 , suhu normal,
suster tolong oksigen “
(Dokter berbicara dengan tegas dan cepat sambil dicatat oleh perawat hasil vital sign nya dan cepat
mengambil alat bantu oksigen untuk diberikan kepada dokter. Setelah melakukan beberapa tindakan,
dokter memberikan instruksi kepada perawat untuk memanggil wali dari Tn. Dion untuk melakukan
identifikasi pasien karena pasien belum sadarkan diri.)

Dokter Roger : “Sus, tolong panggilkan wali tn. Dion ya.”

Suster 2 : “Baik, Dok.” (memanggil wali dari Tn. Dion)

(Perawat memanggil wali dari Tn. Dion yaitu, Andini. Disana juga sudah ada kakak dari Dion yaitu Deny.)

Suster 2 : "Permisi, Mbak. Benar dengan walinya Tn. Dion?”

Andini : “Oh iya, Sus, benar. Saya Andini, teman dari Dion dan ini kakaknya.”

Deny : Iya, Sus. Saya kakaknya Dion. Bagaimana keadaan adik saya, Sus?

Suster 2 : “Baik, Mas Deny. Mari ikut saya. Dokter ingin bicara dengan anda.”

(Deny dan Andini mengikuti perawat untuk menemui dokter)

Suster 2 : “Ini wali dari Tn. Dion, Dok.”

Dokter Roger : “Oh iya, silahkan mas duduk. Masnya namanya siapa?”

Deny : “Nama saya Deny, Dok. Adik saya kenapa ya, Dok?”

Dokter Roger : “Sebentar ya. Kalau boleh tahu, pekerjaan Mas Dion apa ya?”

Deny : “Adik saya sudah bekerja cukup lama di pertambangan, Dok.”

Dokter Roger : “Jadi begini, setelah dilakukan pemeriksaan, Tn. Dion didiagnosa menderita
penyakit pulmonary fibrosis atau penyakit paru yang mengakibatkan gangguan pada paru-paru tersebut.
Kemungkinan diduga karena seringnya terpapar debu dan polusi di tempat ia bekerja.”

Deny : “Jadi adik saya, apakah bisa sembuh?”

Dokter Roger : “Adik mas bisa sembuh, dengan mendapatkan paru-paru baru agar keadaannya
dapat pulih kembali.”

Deny : “Bagaimana cara saya agar mendapatkan donor itu, Dok? Saya dan Dion hanya
orang biasa... pasti akan membutuhkan biaya yang banyak.”

Dokter Roger : “Tenang, Mas Deny. Kami pihak dari RS juga akan membantu mencari pendonor
paru-paru untuk Tn. Dion.”

Deny : “Baiklah, Dok. Saya percayakan semuanya kepada dokter.”

(Kemudian dokter Roger dipanggil oleh Direktur Rumah Sakit dan langsung menuju ke ruangannya.)
RUANG DIREKTUR RS

Dokter Roger : “Permisi, Pak. Selamat siang.“ (Sambil membuka pintu ruangan dan menuju meja
pak direktur.)

Pak Direktur : “Iya, selamat siang. Silahkan, silahkan masuk dr. Roger “ (sambil mempersilahkan
dr. Roger masuk.)

Dokter Roger : “Ada apa ya, Pak, memanggil saya? “ (sambil tersenyum – senyum)

Pak Direktur : “Jadi begini dokter, kita kan sudah lama saling mengenal, dan saya sangat
mempercayai dokter Roger disini. Saya ingin memberikan suatu tugas khusus nih untuk dokter. Kalau
dokter berhasil melaksanakan tugas ini dengan baik saya akan beri bonus pada dokter.” (berbicara
sambil sedikit berbisik)

Dokter Roger : “Mohon maaf, Pak, saya masih kurang paham. Tugas seperti apa yaa pak? “ (sambil
tersenyum – senyum kecil)

Pak Direktur : “Jadi begini, Dok, saya itu ingin rumah sakit ini lebih maju dan terkenal lagi gitu
lohh, Dok. Nah, saya ingin minta bantuan dokter Roger untuk memikirkan kira-kira bagaimana caranya
kita bisa membesarkan nama rumah sakit ini. Nah, saya dengar nih, dokter punya pasien yang butuh
donor paru. Saya ingin dokter berhasil untuk melakukan transplantasi paru ini di rumah sakit ini dengan
cara apapun.“

Dokter Roger : “Wah pak. Sebenarnya saya tertarik. Namun sulit sekali pak untuk mencari donor
paru. Itu saja sih pak yang saya permasalahkan.“

Pak Direktur : “Saya Percaya dokter Roger bisa mencari donor tersebut sesegara mungkin.
Pokoknya dokter harus berhasil melakukan transplantasi itu dok dengan cara apapun yaa dok.”

Dokter Roger : “Hmmm baik pak saya akan berusaha sebisa saya.”

Pak Direktur : “Okee , saya yakin dokter Roger bisa.” (sambil berdiri dan berjabat tangan dengan
dokter Roger)

Dokter Roger : (membalas jabat tangan pak Direktur) “baik pak , kalau gitu saya kembali bekerja
dulu.“ (keluar dari ruangan direktur)

(Setelah dua hari berada diruang IGD, Tn. Dion dipindahkan ke ruang rawat inap, dan Tn. Dion sudah
dalam keadaan sadar, setelah 2 hari pingsan.)

RUANG RAWAT

Suster 3 : “Selamat pagi Tn. Dion Bagaimana keadaanya hari ini?”

Dion : “Pagi, Sus. Ya, saya sudah lebih baik.”

Suster 1 : “Baiklah, saya mau melakukan pengukuran tekanan darah mas Dion dan suhu ya
mas. Sebelumnya ada yang ingin mas tanyakan?”
Dion : “Tidak sus. Periksa saja.”

(Perawat melakukan pengukuran tanda-tanda vital.)

Dion : “Kak, sebenernya gue sakit apa sih?”

Deny : “Nanti lu bakalan tau sendiri kok dari dokter. Sabar ya dek.”

(Tidak lama kemudian, dokter datang untuk memeriksa keadaan Tn. Dion.)

Dokter Roger : “Selamat pagi mas Dion, bagaimana kondisinya pagi ini?” (sambil memeriksa Dion)

Dion : “Saya lebih baik dari sebelumnya. Oh iya dok, saya ini sakit apa ya dok?”

Dokter : “Jadi begini, Mas. Mas kan sering sekali sesak nafas dan dadanya sering sakit juga.
Setelah dilakukan pemeriksaan, hasilnya menunjukkan bahwa mas menderita penyakit pulmonary
fibrosis, atau gangguan pada paru-paru mas. Dan jalan terbaik dari pengobatan untuk mas Dion selain
obat adalah mendapatkan donor paru-paru.”

Dion : “Apa tidak ada cara lain untuk menyembuhkan penyakit saya, Dok?” (sambil
merasa kaget akan penyakit yang diderita)

Dokter : “Tidak ada, Mas. Mas tenang saja, RS akan membantu mas.”

Dion : “Tapi saya tidak mempunyai biaya untuk melakukan transplantasi paru-paru, Dok.”

Dokter : “Saya akan memberikan obat untuk mengurangi rasa sesaknya. Intinya RS
akan memberikan yang terbaik untuk mas. Kalau begitu saya tinggal ya mas.”

(Setelah 3 hari dirawat di RS, akhirnya Dion di izinkan untuk pulang. Dan tidak lupa, Dion masih
melakukan rawat jalan untuk mengontrol kesehatannya. Setelah melakukan rawat jalan, Dion akhirnya
menunggu obat di apotek. Ketika Dion sedang menunggu obat, ia duduk bersebelahan dengan Diandra
yang juga sedang menunggu obat untuk ibunya. Terjadi perkenalan antara Dion dan Diandra.)

Dion : “Lagi nunggu obat juga?”

Diandra : “Oh, iya.” (sambil tersipu malu)

Dion : “Buat siapa? “

Diandra : “Buat Ibu. Kamu?”

Dion : “ Ngomong-ngomong saya Dion, Kamu?”

Diandra : “Oh iya, aku Diandra. ”

Dion : “Emang Ibu kamu kenapa? Buat saya sendiri”

Diandra : “Sudah berbulan-bulan Ibu saya tidak sadarkan diri. Emang kamu sakit apa?”

Dion : “Oh yasudah. Pasti ibu kamu akan sembuh kok. Kalau saya cuma batuk biasa kok.”
Diandra : “Yasudah, kamu cepat sembuh ya. Aku balik ke ruangan ibuku dulu ya...” (Diandra
bangkit berdiri)

Dion : “Eh sebentar, Diandra, boleh minta nomer HPnya?”

Diandra : “Oke” (Diandra menyebutkan nomer HPnya)

Dion : “Terimakasih. nanti saya hubungin ya. Semoga kita bisa bertemu kembali...”

(Esoknya Dion menghubungi Diandra lewat telepon, untuk mengajak Diandra pergi bersama. Namun
Diandra menolak, karena harus menjaga ibunya dirumah sakit. akhirnya Dion menemui Diandra dirumah
sakit.)

DIRUANGAN RAWAT INAP

(tok-tok-tok)

Diandra : “Masuk”

Dion : “Apa kabar Diandra? Bagaimana kabar ibu kamu?”

Diandra : “Masih sama, belum ada perubahan, On”

Dion : “Kamu nungguin Ibu kamu sama siapa?”

Diandra : “Sendiri, aku anak tunggal, dan ayahku sudah meninggal.”

Dion : “Oh, maaf. Kalau gitu boleh aku temenin nungguin Ibu kamu disini?”

Diandra : “Oh iya, dengan senang hati”

(Akhirnya hubungan Dion dengan Diandra semakin dekat. Meraka semakin mengenal satu sama lain,
dan bertukar cerita. Sore harinya, Dion izin pulang kerumah dan akan kembali esok hari. Ketika Diandra
mengantar Dion keluar ruangan. Diandra dipanggil oleh suster.)

Suster 4 : “Mbak Diandra, bisa biacara sebentar?”

Diandra : “Oh, baik, Sus”

Suster 4 : “Mari ikut ke ruangan dokter, sebentar” (Diandra mengikuti suster dibelakang)

Dokter : “Maaf, Mbak Diandra, saya panggil Mbak Diandra karena ingin membicarakan
tentang kondisi Ibu Mbak Diandra. Jadi begini, Ibu anda belum signifikan. Kami dari tim medis ingin
memberikan pengobatan yang lebih ekstra untuk Ibu anda, dan itu membutuhkan biaya yang lebih.”

Diandra : “Tapi dok, saya gak punya biaya yang lebih. Dan saya harus melakukan apa?”

Dokter : “Jadi gini mba, kami pihak rumah sakit mau membantu pengobatan ibu anda,
dengan syarat. Mbak mau mendonorkan paru-paru mba untuk pasien kami.”
(tanpa berfikir panjang, Diandra langsung mengiyakan perjanjiannya dengan dokter tersebut, dan
mentandatangani prosedur yang harus ia jalani. Tanpa berlama-lama, dokter menghubungi Dion untuk
segera menjalani transplantasi paru-paru dalam waktu dekat. Karena rumah sakit sudah mendapatkan
pendonor tersebut. Seminggu kemudian, sebelum operasi Dion dan Diandra bertemu. Diandra
memberitahu Dion kalau untuk beberapa terakhir ini mereka tidak bertemu karena ada kepentingan.)

Diandra : “Maaf Dion, mungkin untuk akhir-akhir ini kita gak ketemu dulu. Soalnya aku ada
kepentingan.”

Dion : “Lho, memangnya kamu ada urusan apa? baik-baik ya diandra. nanti kalau
urusannya sudah selesai. Kita ketemu lagi”

Diandra : “Yasudah, saya pergi dulu yaaa”

(Kemudian Diandra menuju ruang rawat ibu nya dan mengambil secarik kertas untuk menuliskan surat
yang akan dia berikan pada ibunya.)

Surat Terakhir Untuk Ibu

“Ibu, maaf beberapa hari kedepan diandra gabisa nemenin dan jagain ibu dulu. Kalua ibu udh sadar
jangan lupa minum obatnya yaa bu, jangan lupa makan, jangan tunggu diandra yang suruh yaa bu.
Maafin diandra yaa bu kalau diandra gabisa selalu nemenin ibu, diandra yakin ibu bakalan sembuh,
diandra sayang ibu.“

RUANG OPERASI

(Dion sudah siap untuk dioperasi, Dion juga sudah diberikan obat anastesi. Ketika Diandra masuk
kedalam ruang operasi, Diandra terkejut karena yang akan menerima paru-parunya adalah Dion. namun,
sayangnya Dion tidak tahu siapa yang mendonorkan paru-paru kepadanya.)

Diandra : (berkata dalam hati) "Dion, terimakasih karena telah membantu untuk mengobati
ibuku walaupun dengan cara seperti ini, aku harap paru-paru bisa membantumu untuk sehat kembali.
aku titip ibuku yaa Dion.“

(Operasi Transplantasi Paru ini dilakukan oleh beberapa dokter spesialis yang memang dibutuhkan
dalam operasi ini yaitu terdiri dari Dokter Roger Spesialis Paru, Assisten Operasi, Dokter Burhan spesialis
jantung, Dokter Lilia spesialis anastesi dan 2 orang perawat.)

Ruang Operasi Diandra

Dokter Lilia (Sp, Anastesi ) : “Dok, anastesi sudah dilakukan“

Perawat 1 : “Tanda vital normal dok“

Dokter Roger : “Oke kita mulai , Scalpel“

(Setelah selesai, Rumah Sakit langsung membuat konferensi pers untuk memberitahukan kepada publik
bahwa telah berhasil melakukan transpaltasi paru-paru.)
Wartawan 1 : “Dok, bagaimana dengan transplantasi paru-parunya? Apakah pasiennya selamat?”

Dokter Roger : “Transplantasi berjalan dengan lancar, dan pasien sudah kembali pulih”

Wartawan 2 : “Siapa nama pendonornya?”

Dokter Roger : “Untuk itu, saya minta maaf. Hanya pihak rumah sakit saja yang mengetahui soal
pendonornya."

Wartawan 3 : “Kenapa rumah sakit menutupi sumber organ tersebut? Bukannya itu bisa menjadi
kepercayaan untuk masyarakat yang berobat disini bila rumah sakit memeliki keterbukaan siapa sumber
pendonor tersebut?”

Dokter Roger : “Maaf, itu adalah privasi dari rumah sakit. sekali lagi rumah sakit tidak bisa
memberitahu siapa sumber pendonor tersebut, namun rumah sakit telah sukses mentransplantasi paru-
paru pertama di provinsi ChuaChua. Selama 6 jam menjalani operasi. Cukup sekian penjelasan dari
rumah sakit, terimakasih.”

(Akhirnya pihak rumah sakit menutup konferensi pers tersebut.)

Satu hal penting yang sering terlewatkan dari kasus ini adalah, bahwa rumah sakit tidak menyebutkan
sumber organ yang digunakan untuk operasi Tn.Dion karena industri transpaltasi organ di china tidak
diawasi. Dan dari bukti-bukti yang berlimpah tentang pengambilan organ ada kemungkinan bahwa
organ yang digunakan berasal dari seorang pendonor non-sukarela yang mungkin masih hidup pada saat
pembedahan.

Tokoh :

1. Dion : baju kumal, celana pendek, baju rawat inap, baju OK.
2. Andini : baju kumal, celana panjang.
3. dokter Roger : sneli, baju OK.
4. Direktur RS : sneli / jas.
5. Deny : pakaian biasa.
6. dokter Lilia : baju OK.
7. dokter Burhan : baju OK.
8. Perawat (1, 2, 3, 4, 5) : baju suster / jas lab.
9. Wartawan 1 : vest, kemeja, celana panjang.
10. Wartawan 2 : kemeja, celana panjang.
11. Wartawan 3 : Rompi, celana panjang.
12. Penambang (1, 2, 3, 4, 5) : baju kumal, celana pendek.
13. petugas ambulans (1, 2) : vest KBK, celana panjang.
Properti :

 tambang : cangkul, palu, batu, sound debu dan pukulan palu, background pertambangan.
 RS : stetoskop, meja, kursi (2), tensi, termometer, penlight, tirai, neon box, rontgen, meja
periksa, background RS, sound rame omongan orang.
 OK : meja periksa, EKG, infus set, bedah set, background ruang OK, sound operasi.
 saat emergency : bawa kotak P3K KBK, sound sirine, background pertambangan.
 apotek : kursi (2), meja, resep, background aoptek, sound rame.
 saat adegan nulis surat : meja, kursi, pulpen

Peran nya sesuain ini aja shel

Pemain :

1. Dion : Daniel

2. Diandra : Dena

3. Dokter Roger : Pandu

4. Andini : wening

5. Deny : Haykal

6. Ibu Diandra : Kenza

7. pak Direktur : Nuel

8. Dokter Burhan : Arrens

9. Dokter Lilia : Lia

10. Suster 1 : shabrina

11. Suster 2 :qinta

12. Suster 3 : Tata

13. Suster 4 : Yana

14. Perawat OK : Nelly

15. Perawat OK : Tio

16. Wartawan 1 : Anggi

17. Wartawan 2 : Sasa Dicha

18. Wartawan 3 : Bang Agung

19. Pekerja tambang 1 : Amin

20. Pekerja tambang 2 : Hafiz


21. Pekerja tambang 3 : Bagas

Narrator : Sarah

Anda mungkin juga menyukai