Anda di halaman 1dari 3

Bidan Tahan Diri Tidak Mengikuti Semua Trend Fashion Sebagai tenaga kesehatan, pakaian dan penampilan harus

sangat diperhatikan. Bidan yang merupakan salah satu tenaga medis di Indonesia juga memiliki penampilan yang wajib dijaga agar mendukung dalam bekerja dan tidak menggangu saat melakukan persalinan. Suatu keprofesionalitasan dapat pula dinilai dengan cara membawa diri dalam berpakaian dan berpenampilan saat mengemban tugas. Bidan Romana Tari menceritakan sutu pengalaman tentang betapa pentingnya nilai pakaian dan penampilan tenaga kerja kesehatan yang prosesional. Saat itu dalam perjalanan bus antar kota bersama teman - teman menuju ke pulau Bali, saya disapa seseorang di sebelah saya.Mbak, kerja di kesehatan ya? Saya tidak langsung menjawab. Heran juga, darimana tahu kalau kami orang kesehatan, Kenapa dapat menebak begitu bu? Karena kukunya pendek - pendek, dandanan biasa saja, rambutnya juga tidak model macam macam Bidan Romana tidak menyadari selama ini memang dia dan sesama rekan bidan tidak pernah memanjangkan kuku. Jika kelihatan panjang sedikit segera dipotong pendek. Kalau tidak dipotong ujung kuku bisa merobek sarung tangan steril, tempat kuman bersarang dan melukai bayi mungil yang dirawat. Masalah tentang rambut, tidak pernah rambut dimodel aneh-aneh. Paling hanya dipotong pendek rapi, atau kalau panjang disanggul dan diikat. Rambut ditata dengan sederhana dan praktis. Belum pernah mencoba memakai model rambut yang keriting spiral, rebounding, atau ikal-ikal. Bahkan di rumah sakit tempat kami bekerja ada peraturan tertulis tidak boleh mewarnai rambut selain warna hitam. Diantara kami tidak ada yang memakai aksesoris anting-anting yang berderet lebih dari satu di telinga atau gelang . Aksesoris yang paling umum dipakai adalah jam tangan. Kuku tidak boleh diwarnai. Lalu apabila hendak jalan-jalan keluar rumah, rasanya aneh kalau kami harus memakai pakaian minim. Bukan karena kuper, tapi sejak di pendidikan terutama yang tinggal di asrama, kami harus bisa membedakan kapan harus berpakaian pada tempatnya. Jika keluar harus pakai pakaian sopan. Pernah ada salah satu teman memakai kacamata minus dengan variasi warna bingkai yang agak terang, langsung dipanggil bagian HRD, dan diingatkan lagi tatacara penampilan. Dulu, awal tahun 1990 hingga 1996 perawat di rumah sakit tempat saya bekerja tidak boleh berlipstik. Tetapi seiring perkembangan jaman, perlahan kami mulai dapat ijin pakai lipstik yang lembut dan dipanggilkan ahli khusus tata rambut dan rias wajah natural untuk paramedis.

Ketika masih baru lulus perawat 20 tahun lalu, saya masih ingat kami dipanggilkan pelatih khusus dari JRP untuk berpenampilan yang sesuai dengan peran dan tugas kami, bagaimana berkomunikasi yang baik dengan masyarakat yang dilayani, dan berbagai tata cara yang perlu kami pelajari tentang seluk beluk kepribadian dan etika pergaulan. Bagi kami para perawat dan bidan, menahan diri untuk tidak mengikuti semua trend fashion bukan menjadi penyesalan dan tidak merasa rugi, tapi sudah merupakan bagian dari hidup dan pelayanan kami. Kami bahagia menjalaninya. Rambut tidak bisa warna - warni, kuku tak bisa panjang, pakaian juga pilih yang sesuai. Semoga bidan Indonesia dimanapun bertugas tetap semangat dalam pelayanan bagi masyarakat, sederhana dan bersahaja. Para bidan tidak berarti apa - apa tanpa dukungan, kerjasama dan doa dari masyarakat juga. Suka dan duka menjadi bidan adalah bagian dari panggilan dalam pelayanan hidup.Tetap semangat melayani dan bersyukur dalam segala hal. Ada kegembiraan tersendiri dalam pelayanan kami ditengah masyarakat. Meskipun masih muda belia dan baru lulus, seorang bidan harus siap jika dipanggil ibu Bidan dimana masyarakat Indonesia ini menyebutnya demikian. Panggilan ibu, berarti memang kita harus menjadi pendamping para ibu dengan segala sifat keibuan kita. Hadir sebagai tenaga kesehatan, sahabat, dan ibu saat mereka membutuhkan bantuan seorang bidan. Kami para bidan rutin berkumpul dan berdiskusi. Seringkali beberapa topik menarik berkaitan dengan pengembangan diri dan profesi kami bicarakan bersama. Diskusi ini akan sangat membantu memecahkan persoalanpersoalan yang dihadapi oleh para bidan. Baik bidan praktek mandiri maupun yang bekerja di rumah sakit. Ikatan persaudaraan dalam organisasi IBI (Ikatan Bidan Indonesia) sangat erat. Kami saling bekerjasama untuk melayani ibu dan bayi. Namun ada saat dimana kami berdandan dan malah memakai sanggul lengkap. Salah satunya saat kami mengadakan pemilihan ketua Ikatan Bidan di setiap ranting wilayah tugas masing-masing. Kami memakai kebaya dan berdandan. Ada juga lomba fashion show bidan sebagai selingan kegiatan dalam organisasi, terutama pada hari Kartini. Pada acara khusus seperti itu kami berhias tampil beda. Kami ada seragam khusus untuk para bidan. Setiap kegiatan yang mengatasnamakan Ikatan Bidan Indonesia kami memakai seragam yang sama. Boleh bermakeup tapi perhiasan harus sederhana. Kegiatan menjadi anggota Ikatan Bidan Indonesia ada banyak sekali. Terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak serta kegiatan bakti sosial di tengah masyarakat. Dalam organisasi bidan ada yang istilah Cabang dan Ranting. Ini sebagian dari bidan Indonesia. Kami sebagai bidan mungkin tidak bisa terus mengikuti semua trend fashion, tetapi yang terpenting kami harus terus mengikuti perkembangan ilmu terkini di bidang kebidanan terutama untuk

pelayanan kesehatan ibu dan anak. Oleh karena itu sebagai bidan harus menjalin relasi yang harmonis dengan masyarakat dan mengikuti perkembangan berbagai lintas ilmu yang berkaitan dengan pelayanan kebidanan. Sumber: Tari, Romana. 2012. Bidan Tahan Diri Tidak Mengikuti Semua Trend Fashion. http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/06/20/bidan-tahan-diri-tidakmengikuti-semua-trend-fashion-465835.html . Diakses tanggal 5 September 2013 pukul 22.00 http://www.stanford.edu/group/usvh/stanford/misc/Periodontal%203.pdf

Anda mungkin juga menyukai