Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENYULUHAN DAN KONSELING GIZI

Teori Perubahan Perilaku

Dosen pembimbing :
1. Eny Sayuningsih, SKM, M.Kes

Disusun oleh :
Galuh Nadya Annisa [P27835116003]
Nur Laili Mursyidah [P27835116004]
Miftakhul Mauludiah [P27835116021]
Amirul Ananda Mulyadana [P27835116022]
Amellia Dwinanda Andyre [P27835116012]
Astria Maulani Rachman [P27835116033]
Emma Maulidia Sari [P27835116034]

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
Jl. Pucang jajar Tengah No. 56 Surabaya, telp 031-5033028
TAHUN 2016/2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN
A. Teori Perubahan Perilaku ................................................................... 3
B. Teori Though and Feeling .................................................................. 4
C. Teori Perilaku L.Green ...................................................................... 5
D. Teori Plan of Behaviour ..................................................................... 6
E. Teori Cognitive Behaviour ................................................................ 7

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku adalah perubahan atau tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya
dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orag yang melakukannya.
Berdasarkan sifatnya perilaku terbagi menjadi dua ,yaitu : perilaku baik dan buruk. tolak
ukur perilaku yang baik dan buruk dinili dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat. baik
itu norma agama, hukum, kesopanan, keasusilaan dan norma-norma yang lainnya
Dalam kesehatan hubungan perilaku sangat erat sekali. banyak hal yang tanpa kiita
sadari dari perilaku yang kecil dapat menimbulkan efek kesehatan yang besar bagi
seseorang. salah satu contohnya berupa pesan kesehatan yang sedang marak digerakkan oleh
faktor-faktor kesehatan tentang cuci tangan sebelum melakukan aktivitas, dari hal kecil
tersebut kita dapat melakukan revolusi kesehatan yang lebih baik. sangat besar efek perilaku
bagi kesehatan begitu pula dengan ksehatan yang baik akan trcemin apabilla seseorang
tersebut melakukan perilaku yang baik maka dari itu makalah ini membahas tentang
hubungan kesehatan dengan perilaku kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pendapat L.Green tentang teori perubahan perilaku manusia dalam
kesehatan?
2. Bagaimana teori perubahan perilaku manusia dalam kesehatan menurut Teori Though and
Feeling?
3. Bagaimana teori perubahan perilaku manusia dalam kesehatan menurut teori of Plan
Behavior?
4. Bagaimana teori perubahan perilaku manusia dalam kesehatan menurut teori Cognitive
Behavior?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui berbagai macam teori tentang perubahan perilaku manusia dalam
kesehatan
2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam teori tentang perubahan perilaku manusia
dalam kesehatan
1.4 Manfaat
1. Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memperoleh edukasi mengenai
teori perubahn perilaku.
2. Sebagai pemenuhan tugas PKG tentang teori perubahan perilaku.
3. Mendapatkan pengetahuan mengenai teori perubahan perilaku
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Though and Feeling


Tim kerja dari organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (1984) menganalisis bahwa yang
menyebabkan seorang itu berperilaku menentu adalah karena adanya 4 alasan pokok.
Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi,
sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal
ini adalah objek kesehatan).
a. Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh
pengalaman, tangan atau kakinya kena api. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya
setelah melihat anak tetangganya kena penyakit polio, karena anak tetangganya tersebut
belum pernah memperoleh imunisasi polio.
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih
dahulu. Misalnya wanita hamil tidak boleh makan telur agar tidak kesulitan waktu lahir.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif
terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini
disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain:
1. Sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. misalnya,
seorang ibu yang anaknya sakit, segera ingin membawanya ke puskesmas, tetapi
pada saat itu tidak mempunyai uang sepeserpun sehingga ia gagal membawa anaknya
ke puskesmas.
2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman
orang lain. Seorang ibu tidak mau membawa anaknya yang sakit keras ke rumah
sakit, meskipun ia mempunyai sikap yang positif terhadap RS, sebab ia teringat akan
anak tetangganya yang meninggal setelah beberapa hari di RS.
3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang. Seseorang akseptor KB dengan alat kontrasepsi
IUD mengalami pendarahan. Meskipun sikapnya sudah positif terhadap KB, tetapi ia
kemudian tetap tidak mau ikut KB dengan alat kontrasepsi apapun.
4. Nilai (Value) Di dalam suatu masyarakat apa pun selalu berlaku nilai-nilai yang
menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.
Misalnya, gotong royong adalah suatu nilai yang selalu hidup di masyarakat.
d. Orang penting sebagai refrensi Perilaku orang lebih-lebih perilaku anak kecil, lebih
banyak dipengaruhi oleh orangorang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu
penting untuknya, maka apa yang ia katakana atau perbuatan cenderung untuk dicontoh.
Untuk anak-anak sekolah misalnya, maka gurulah yang menjadi panutan perilaku
mereka. Oramg-oarang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok refrensi
(reference group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan
sebagainya.
e. Sumber-sumber daya (resources) Sumber daya di sini mencakup fasilitas, uang, waktu,
tenaga, dan sebagainya. Semua ini berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau
kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif
maupun negative. Misalnya pelayan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap
perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya. Perilaku
normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber dalam suatu masyarakat
akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut
kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari
kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat ataupun
cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup masyarakat
disini merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan di atas. Perilaku yang
normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempunyai
pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa
banyak alasan seseorang untuk berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara
beberapa orang dapat disebabkan oleh sebab atau latar belakang yang berbeda-beda.
Misalnya, alasan masyarakat tidak mau berobat ke puskesmas. Mungkin karena tidak
percaya terhadap puskesmas, mungkin tidak punya uang untuk pergi ke puskesmas,
mungkin takut pada dokternya, mungkin tidak tahu fungsinya puskesmas, dan lain
sebagainya. Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat
ditentukan oleh pemikiran dan perasaan seseorang, adanya orang lain yang dijadikan
refrensi, dan sumber-sumber atau fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku dan
kebudayaan masyarakat. Seseorang yang tidak mau membuat jamban keluarga, atau tidak
mau buang ai besar di jamban, mungkin karena ia mempunyai pemikiran dan perasaan
yang tidak enak kalau buang air besar di jamban (Thouught and feeling). Atau barangkali
karena tokoh idolanya juga tidak membuat jamban keluarga sehingga tidak ada orang
orang yang menjadi refrensinya (personal refrence). Faktor lain juga mungkin karena
langkanya sumber-sumber yang diperlukan atau tidak mempunyai biaya untuk membuat
jamban keluarga (resources). Faktor lain lagi mungkin karena kebudayaan (culture),
bahwa jamban keluarga belum merupakan budaya masyarakat (Soekidjo, 2010).

2.2 Teori Perilaku L.Green


Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes)
dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,
obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

Pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :


A. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap
masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :


1. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi
fisik.
2. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
3. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metodedalam
pembelajaran.
B. Sikap (attitude)
1. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga
komponen pokok :
 Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
 Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
 Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

C. Praktik atau tindakan (practice)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan
(support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh
adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.
4. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya
tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall).
Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan
atau kegiatan responden.
Dikutip Notoatmodjo (2003),mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
2. Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek)
3. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
4. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
5. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
6. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.

2.3 Teori Plan of Behaviour


Pendekatan lain dalam perubahan perilaku sehat melalui pendekatan modifikasi sikap adalah
the theory of planned behavior, dimana hubungan antara perilaku sehat dengan keyakinan akan
kesehatan lebih dekat dibandingkan dengan HBM. Menurut teori ini, perilaku sehat merupakan
hasil langsung dari tujuan perilaku seseorang. Tujuan perilaku seseorang ditentukan oleh tiga
faktor antara lain:
1. Sikap terhadap aktifitas tertentu;
2. Norma-norma yang berhubungan aktifitas tertentu;
3. Persepsi terhadap pengontrol perilaku

2.4 Teori Cognitive Behaviour


Mengubah perilaku dan kebiasaan sehat dengan pendekatan kognitif memfokuskan kepada tiga
hal berikut:
1) perilaku target itu sendiri;
2) kondisi yang menimbulkan atau memelihara perilaku tersebut; dan
3) faktor-faktor yang memperkuat perilaku tersebut. Metode Cognitive-Behavioral Therapy
(CBT) merupakan pendekatan perubahan perilaku sehat yang paling efektif dengan
pendekatan kognitif. Metode CBT yang disajikan pada paper ini terdiri dari berbagai teknik
mengubah perilaku antara lain:
- Self-monitoring
- Stimulus control
- The self-control behavior
- Self-reinforcement
- Behavioral assignments
- Social skills training
- Relaxational trainings
- Motivational Interviewing
- Relapse prevention
Self Monitoring Dengan prinsip self-monitoring, metode CBT berusaha menghilangkan
kondisi-kondisi yang memungkinkan timbulnya perilaku sehat/tidak sehat. Prinsip ini
menyatakan bahwa setiap orang harus memahami dimensi-dimensi dari kebiasaan sehat
sebelum memulai mengubah perilaku sehat.
Tahap-tahap dalam self-monitoring meliputi:
1. Memahami perilakunya sehingga bisa membedakan perilaku tersebut dengan orang lain.
Pada beberapa perilaku, hal ini mudah dilakukan. Misalnya pada perilaku merokok, orang yang
akan mengubah perilakunya harus memahami bahwa dia termasuk kelompok perokok atau
bukan;
2. Memetakan perilaku. Misalnya seorang perokok yang akan mengubah perilakunya bisa
memetakan kebiasaannya dengan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan perilakunya
tersebut, seperti mencatat kapan merokok dilakukan, berapa kali sehari, situasi-situasi yang
mendorong perilaku merokok, dan bila ada dengan siapa merokok dilakukan. Dengan langkah-
langkah di atas, seseorang yang akan mengubah perilaku sehatnya dapat mengidentifikasi
kondisikondisi yang memungkinkan perilaku tersebut muncul, atau disebut dengan
discriminative stimulus atau rangsangan diskriminan. Misalnya kondisi melihat dan mencium
aroma makanan merupakan discriminative stimulus dari perilaku makan. Melihat sebungkus
rokok dan menicum aroma kopi bisa menjadi discriminative stimulus dari perilaku merokok.
 Stimulus Control

Ketika kondisi-kondisi yang mendukung perilaku seseorang telah dipahami, maka selanjutnya
faktor-faktor di dalam lingkungan yang ikut memelihara perilaku tidak sehat dapat
dimodifikasi, dengan intervensi stimulus control. Prinsip stimulus-control mengurangi perilaku
tidak sehat seseorang dengan dua
cara:
1. Menghilangkan discriminative stimulus yang menimbulkan perilaku tidak sehat. Misalnya
pada perilaku makan, diketahui bahwa discriminative stimulus-nya adalah adanya makanan
yang disukai dan aktivitas lain seperti menonton televisi. Seseorang yang akan menurangi berat
badan dapat mengubah perilaku makan dengan mengurangi stimulus tersebut, misalnya dengan
menghilangkan makanan yang menggemukkan, membatasi makan hanya di satu tempat dalam
rumah, dan menghindari makan sambil melakukan aktifitas lain (misalnya menonton televisi).
2. Menciptakan discriminative stimulus yang baru untuk mengurangi kebiasaan tidak sehat.
Misalnya dengan menempelkan peringatan-peringatan untuk mengurangi discrimative stimulus
di lokasi strategis di
rumah, seperti tulisan “jangan makan sambil menonton TV” atau “kurangi belanja makanan
yang bikin gemuk”. The Self-Control of Behavior Metode ini mendasarkan keyakinan bahwa
setiap orang melakukan dialog dengan dirinya sendiri (monolog) dalam rangka mengubah
perilaku mereka. Misalnya: pada perokok yang hampir menyerah dengan upayanya untuk
berhenti merokok akan menyemangati dirinya dengan monolog “Saya tidak akan pernah
menyerah untuk berhenti merokok”. Pada metode ini teknik yang dipakai untuk mengubah
perilaku tidak sehat adalah dengan menciptakan dan memodifikasi monolog-monolog yang
berpengaruh terhadap perubahan perilaku atau disebut dengan cognitive-restructuring. Self-
reinforcement Metode ini merupakan teknik memberikan ganjaran (positif atau negatif) dalam
rangka meningkatkan atau menurunkan faktor-faktor yang mengubah perilaku seseorang.
Ganjaran positif misalnya dengan memberikan sesuatu yang disukai apabila seseorang sukses
memodifikasi perilaku tidak sehat. Misalnya: mengiming-imingi nonton film di bioskop jika
berhasil menurunkan berat badan. Sedangkan ganjaran negatif misalnya dengan menghilangkan
hal-hal atau kondisi yang tidak disukai jika seseorang berhasil mengubah perilakunya.
Misalnya: seorang anak boleh bermain games jika selama seminggu selalu menggosok gigi
sebelum tidur. Behavioral Assignments Metode ini merupakan teknik dengan pendekatan
kognitif yang dilakukan dengan memberikan penugasan-penugasan di rumah pada seseorang
yang ingin mengubah perilaku tidak sehat. Metode ini umumnya diberikanoleh ahli atau terapis
kepada pasiennya setelah melakukan konsultasi. Misalnya pada seseorang yang ingin
mengubah perilaku diet, seorang terapis bisa memberikan penugasan seperti:
1. Saat makan, hitung jumlah kunyahan makanan menggunakan stopwatch;
2) catat jumlah kunyahan, waktunya, lokasinya, dan apa yang Anda makan;
3) Catat jenis makanan yang Anda makan selama seminggu;
4) buat perjanjian konsultasi lagi; dan
5) bawa catatan Anda saat konsultasi berikutnya.
 Teknik behavioral assignments memiliki keunggulan antara lain:

- Melibatkan pasien dalam proses penyembuhan (perubahan perilaku);


- Pasien ikut melakukan analisa terhadap perilakunya;
- Pasien menjadi lebih komitmen dalam proses pengobatan (perubahan perilaku);
- Tanggung jawab untuk mengubah perilaku secara bertahap menjadi meningkat; dan
- Meningkatkan keinginan untuk mengontrol diri pasien.
 Social skill trainings

Metode social skill trainings atau assertiveness trainings digunakan untuk mengubah perilaku
yang tidak sehat yang diakibatkan oleh reaksi kecemasan terhadap masalah sosial (social
anxiety). Misalnya pada beberapa orang dewasa kebiasaan merokok dilakukan untuk
mengurangi kegugupan saat menghadapi situasi tertentu untuk memudahkan komunikasi atau
membayangkan hal-hal menyenangkan. Minum alkohol dan makan berlebih bisa juga
diakibatkan oleh kecemasan terhadap lingkungan sosial. Pada metode ini, seseorang yang akan
mengubah perilakunya diberi pelatihan bagaimana menghadapi situasi-situasi sosial yang tidak
diinginkan dengan cara-cara yang lebih efektif dan tidak mengganggu kesehatan. Pasien
diajarkan berbagai cara untuk menurangi kecemasan akibat lingkungan. Misalnya: teknik
menghadapi orang-orang yang memiliki dominasi tinggi dengan berani mengatakan “tidak”.
 Relaxational Trainings

Teknik relaksasi juga diberikan untuk mengubah perilaku tidak sehat akibat tekanan sosial.
Misalnya pada beberapa karyawan yang akan presentasi di hadapan klien, ada yang merokok
hanya untuk menghilangkan stress, atau menggigit kuku, menggaruk kulit dan sebagainya.
Teknik ini dilakukan dengan menarik nafas lebih dalam dan merelaksasi otot. Saat menarik
nafas lebih dalam, seseorang akan merasa tenang, pernafasan terkontrol, mengurangi detak
jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan kadar oksigen di dalam darah. Selesai menarik
nafas dalam, proses dilanjutkan dengan melakukan peregangan agar otot tidak kaku.
 Motivational Interviewing

Metode wawancara motivasional pada awalnya digunakan untuk mengurangi perilaku adiksi
pada seseorang. Dalam perkembangan selanjutnya metode ini digunakan juga untuk
mengurangi perilaku merokok, diet, membiasakan olahraga, skrining kanker, dan perilaku seks
tidak wajar. Metode ini dilakukan dengan menggunakan gaya konseling kepada pasien yang
mengalami kebingungan atau khawatir bagaimana mengubah perilakunya. Prinsip-prinsip yang
dijalankan dalam metode ini antara lain:
- Tidak menghakimi, tidak konfrontatif, mendorong ke arah yang baik, dan mendukung;
- Bertujuan menggali pemikiran pasien baik yang positif maupun yang negatif tentang
perilakunya atau membuat pasien berkomunikasi sebanyak mungkin dengan konselor;
- Tidak berusaha membujuk pasien untuk mengubah perilakunya atau menganalisis
kepercayaan yang irasional, melainkan berusaha agar pasien memikirkan dan menjelaskan
alasan kenapa ia memiliki perilaku tidak sehat. Sehingga konselor harus banyak mendengar dan
mendorong ke arah yang baik.
 Relapse Prevention

Metode pencegahan kekambuhan atau relapse prevention merupakan teknik mengubah perilaku
dengan pendekatan kognitif yang dilakukan untuk mencegah kembalinya seseorang memiliki
perilaku yang tidak sehat, misalnya pada perilaku alkoholik, merokok, adiksi obat, dan makan
berlebih. Seseorang yang merokok sebatang sigaret pada saat berkumpul atau makan es krim
saat akhir pekan, meskipun belum tentu menimbulkan ketagihan (atau kekambuhan), namun
dapat menimbulkan satu keadaan yang disebut abstinence violation effect. Keadaan ini adalah
suatu rasa kehilangan kontrol diri akibat melanggar aturan yang dibuatnya sendiri, yang
memicu ketagihan (atau kekambuhan) seseorang terutama saat dirinya sedang goyah. Saat awal
mengubah perilaku, seseorang memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi, lama-lama
menghilang dan kemungkinan kambuh akan meningkat. Seseorang yang memiliki self-efficacy
(kemampuan dan kesadaran menyembuhkan diri sendiri) tinggi akan terhidar dari kekambuhan.
Misalnya: saat seorang yang sedang berhenti merokok akibat asma masuk ke dalam situasi
yang memungkin ia harus merokok seperti pesta kecil. Seseorang yang memiiliki self-efficacy
rendah berisiko untuk kambuh misalnya ia merasa terpukul akibat sakit asmanya yang tidak
sembuh-sembuh maka orang tersebut akan melampiaskan dengan merokok. Faktor penyebab
atau pemicu kekambuhan umumnya berasal dari hal-hal yang negatif seperti depresi,
kecemasan, atau di bawah tekanan. Contohnya saat mengalami kondisi putus hubungan atau
kesulitan menyelesaikan satu pekerjaan atau tugas. Tahap-tahap dalam program mencegah
kekambuhan (relapse prevention) antara lain:
1. Menyeleksi pasien (atau anggota) yang benar-benar serius akan mengubah perilakunya.
Orang yang tidak memiliiki keseriusan untuk mengubah kekambuhan sebaiknya dikeluarkan
dari program, karena akan berpengaruh negatif kepada pasien lain dan kepada terapis/dokter,
serta menghambat program;
2. Mengidentifikasi situasi-situasi yang memungkinkan timbulnya kekambuhan, misalnya
menghadiri pesta, nongkrong dengan teman, makan bersama di luar rumah dan sebagainya;
3. Menyarankan untuk menghindari situasisituasi yang memicu perilaku tidak sehat. Misalnya:
mengurangi makan bersama di luar rumah dengan teman, yang menyebabkan keinginan
merokok jadi timbul. Seseorang yang ingin terhindar dari kekambuhan minum alkohol, bisa
mengurangi kebiasaan mengunjungi bar/pub.
4. Menyarankan pasien untuk melakukan penyeimbangan gaya hidup atau lifestyle rebalancing
merupakan metode yang dilakukan untuk perawatan jangka panjang yang bertujuan seseorang
memiliki kehidupan yang lebih sehat dan menghindari kekambuhan. Metode ini umumnya
digunakan untuk meningkatkan kesehatan seseorang secara keseluruhan. Misalnya
menganjurkan kebiasaan berolahraga dan menggunakan teknik mengelola stress.
Metode CBT memiliki kelebihan antara lain:
a. Beberapa teknik dalam CBT dapat mengatasi berbagai masalah;
b. Rencana terapi dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan; dan
c. Dapat mengatasi masalah perilaku secara bersama-sama, misalnya: perilaku diet dan
olahraga dilakukan secara bersama-sama.
PENDEKATAN TRANSFORMATIF
Perubahan perilaku sehat tidak terjadi secara tiba-tiba dalam satu waktu, melainkan melalui
melalui berbagai tahapan. Salah teori yang akan dikemukakan adalah the transtheoretical model
of behavior change yang dikembangkan oleh Prochaska dan kawan-kawan tahun 1994. Model
ini menganalisis tahap-tahap seseorang mengalami perubahan perilaku sehat dan mengusulkan
intervensi serta tindakan yang sebaiknya dilakukan pada setiap tahapan. Awalnya teori ini
diterapkan pada perilaku akibat gangguan zat aditif seperti merokok, konsumsi obat terlarang,
danalkohol. Saat ini juga diterapkan pada perubahan perilaku seperti olahraga dan perilaku
melindungi dari radiasi sinar matahari. Tahapan-tahap seseorang untuk mengubah perilaku
tidak sehat antara lain: tahap Prekontemplasi (precontemplation), Kontemplasi (contemplation),
Persiapan (preparation), Tindakan (action), dan Pemeliharaan (maintenance). Tahap
prekontemplasi adalah tahap yang terjadi saat seseorang tidak memiliki keinginan untuk
mengubah perilakunya. Beberapa orang pada tahap ini tidak sadar bahwa dirinya mengalami
masalah kesehatan, meskipun lingkungan sosial sekitarnya memiliki perilaku yang sehat.
Misalnya pada perilaku minum alkohol yang sebagian besar menyebabkan masalah pada
keluarganya. Peminum alkohol pada tahap ini umumnya mau mengubah perilaku bila keluarga
mendorongnya atau menekannya untuk memperbaiki diri. Sebagian besar orang pada tahap ini
kembali melakukan perilaku tidak sehat, yang menyebabkan sulitnya program intervensi atau
upaya perubahan perilaku. Tahap kontemplasi adalah tahap dimana seseorang sadar bahwa ia
memiliki masalah kesehatan dan telah memikirkan masalahnya, namun belum memiliki
komitmen untuk berubah. Rata-rata seseorang berada pada tahap ini selama beberapa tahun.
Intervensi perubahan perilaku yang dilakukan bertujuan meningkatkan penerimaannya akan
perubahan perilaku.Tahap persiapan atau preparation adalah tahap dimana seseorang berniat
untuk mengubah perilaku, namun tidak berhasil mengubahnya. Pada beberapa kasus, orang
pada tahap ini mengubah perilaku seadanya saja dan belum ada komitmen untuk mengubah
perilakunya, misalnya mengurangi jumlah rokok yang dihisap. Tahap tindakan atau action
adalah tahap yang terjadi saat seseorang memodifikasi perilaku mereka untuk mengatasi
masalahnya. Pada tahap ini dibutuhkan komitmen dan energi yang tinggi untuk mengubah
perilaku seseorang. Intervensi yang dilakukan adalah memberhentikan perilaku dan
memodifikasi gaya hidup serta lingkungan sosial. Tahap pemeliharaan atau maintenance adalah
tahap untuk mencegah kekambuhan dan mengkonsolidasi upaya yang sudah dijalankan.
Misalnya: bila seseorang telah mampu menghindari perilaku aditif selama 6 bulan maka ia
dianggap berada pada tahap pemeliharaan.
PENDEKATAN REKAYASA SOSIAL
Pendekatan ini memodifikasi lingkungan yang mempengaruhi perubahan perilaku sehat
seseorang. Contoh rekayasa sosial antara lain:
- Kewajiban vaksinasi sebelum masuk sekolah
- Membatasi peredaran obat-obat terlarang
- Membatasi kecepatan kendaraan di jalan tol
- Membatasi pembelian alkohol dan rokok pada usia tertentu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendapat Green mengenai teori perubahan perilaku, bahwa kesehatan seseorang
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku
(non behavior causes).
Tim kerja dari organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (1984) menganalisis bahwa yang
menyebabkan seorang itu berperilaku menentu adalah karena adanya 4 alasan pokok. Pemikiran dan
perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-
kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek
kesehatan).
Menurut teori of plan behavior perilaku sehat merupakan hasil langsung dari tujuan perilaku
seseorang. Tujuan perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor.
Metode Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) merupakan pendekatan perubahan perilaku
sehat yang paling efektif dengan pendekatan kognitif.
3.2 Saran
sebaiknya dalam pembuatan makalah ini memerluka referensi yang lebih banyak dan buku
penunjang untuk melengkapi makalah mengenai teori perubahan perilaku dalam kesehatan..
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo,2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai