Dosen pembimbing :
1. Eny Sayuningsih, SKM, M.Kes
Disusun oleh :
Galuh Nadya Annisa [P27835116003]
Nur Laili Mursyidah [P27835116004]
Miftakhul Mauludiah [P27835116021]
Amirul Ananda Mulyadana [P27835116022]
Amellia Dwinanda Andyre [P27835116012]
Astria Maulani Rachman [P27835116033]
Emma Maulidia Sari [P27835116034]
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
A. Teori Perubahan Perilaku ................................................................... 3
B. Teori Though and Feeling .................................................................. 4
C. Teori Perilaku L.Green ...................................................................... 5
D. Teori Plan of Behaviour ..................................................................... 6
E. Teori Cognitive Behaviour ................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui berbagai macam teori tentang perubahan perilaku manusia dalam
kesehatan
2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam teori tentang perubahan perilaku manusia
dalam kesehatan
1.4 Manfaat
1. Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memperoleh edukasi mengenai
teori perubahn perilaku.
2. Sebagai pemenuhan tugas PKG tentang teori perubahan perilaku.
3. Mendapatkan pengetahuan mengenai teori perubahan perilaku
BAB II
PEMBAHASAN
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall).
Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan
atau kegiatan responden.
Dikutip Notoatmodjo (2003),mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
2. Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek)
3. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
4. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
5. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
6. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
Ketika kondisi-kondisi yang mendukung perilaku seseorang telah dipahami, maka selanjutnya
faktor-faktor di dalam lingkungan yang ikut memelihara perilaku tidak sehat dapat
dimodifikasi, dengan intervensi stimulus control. Prinsip stimulus-control mengurangi perilaku
tidak sehat seseorang dengan dua
cara:
1. Menghilangkan discriminative stimulus yang menimbulkan perilaku tidak sehat. Misalnya
pada perilaku makan, diketahui bahwa discriminative stimulus-nya adalah adanya makanan
yang disukai dan aktivitas lain seperti menonton televisi. Seseorang yang akan menurangi berat
badan dapat mengubah perilaku makan dengan mengurangi stimulus tersebut, misalnya dengan
menghilangkan makanan yang menggemukkan, membatasi makan hanya di satu tempat dalam
rumah, dan menghindari makan sambil melakukan aktifitas lain (misalnya menonton televisi).
2. Menciptakan discriminative stimulus yang baru untuk mengurangi kebiasaan tidak sehat.
Misalnya dengan menempelkan peringatan-peringatan untuk mengurangi discrimative stimulus
di lokasi strategis di
rumah, seperti tulisan “jangan makan sambil menonton TV” atau “kurangi belanja makanan
yang bikin gemuk”. The Self-Control of Behavior Metode ini mendasarkan keyakinan bahwa
setiap orang melakukan dialog dengan dirinya sendiri (monolog) dalam rangka mengubah
perilaku mereka. Misalnya: pada perokok yang hampir menyerah dengan upayanya untuk
berhenti merokok akan menyemangati dirinya dengan monolog “Saya tidak akan pernah
menyerah untuk berhenti merokok”. Pada metode ini teknik yang dipakai untuk mengubah
perilaku tidak sehat adalah dengan menciptakan dan memodifikasi monolog-monolog yang
berpengaruh terhadap perubahan perilaku atau disebut dengan cognitive-restructuring. Self-
reinforcement Metode ini merupakan teknik memberikan ganjaran (positif atau negatif) dalam
rangka meningkatkan atau menurunkan faktor-faktor yang mengubah perilaku seseorang.
Ganjaran positif misalnya dengan memberikan sesuatu yang disukai apabila seseorang sukses
memodifikasi perilaku tidak sehat. Misalnya: mengiming-imingi nonton film di bioskop jika
berhasil menurunkan berat badan. Sedangkan ganjaran negatif misalnya dengan menghilangkan
hal-hal atau kondisi yang tidak disukai jika seseorang berhasil mengubah perilakunya.
Misalnya: seorang anak boleh bermain games jika selama seminggu selalu menggosok gigi
sebelum tidur. Behavioral Assignments Metode ini merupakan teknik dengan pendekatan
kognitif yang dilakukan dengan memberikan penugasan-penugasan di rumah pada seseorang
yang ingin mengubah perilaku tidak sehat. Metode ini umumnya diberikanoleh ahli atau terapis
kepada pasiennya setelah melakukan konsultasi. Misalnya pada seseorang yang ingin
mengubah perilaku diet, seorang terapis bisa memberikan penugasan seperti:
1. Saat makan, hitung jumlah kunyahan makanan menggunakan stopwatch;
2) catat jumlah kunyahan, waktunya, lokasinya, dan apa yang Anda makan;
3) Catat jenis makanan yang Anda makan selama seminggu;
4) buat perjanjian konsultasi lagi; dan
5) bawa catatan Anda saat konsultasi berikutnya.
Teknik behavioral assignments memiliki keunggulan antara lain:
Metode social skill trainings atau assertiveness trainings digunakan untuk mengubah perilaku
yang tidak sehat yang diakibatkan oleh reaksi kecemasan terhadap masalah sosial (social
anxiety). Misalnya pada beberapa orang dewasa kebiasaan merokok dilakukan untuk
mengurangi kegugupan saat menghadapi situasi tertentu untuk memudahkan komunikasi atau
membayangkan hal-hal menyenangkan. Minum alkohol dan makan berlebih bisa juga
diakibatkan oleh kecemasan terhadap lingkungan sosial. Pada metode ini, seseorang yang akan
mengubah perilakunya diberi pelatihan bagaimana menghadapi situasi-situasi sosial yang tidak
diinginkan dengan cara-cara yang lebih efektif dan tidak mengganggu kesehatan. Pasien
diajarkan berbagai cara untuk menurangi kecemasan akibat lingkungan. Misalnya: teknik
menghadapi orang-orang yang memiliki dominasi tinggi dengan berani mengatakan “tidak”.
Relaxational Trainings
Teknik relaksasi juga diberikan untuk mengubah perilaku tidak sehat akibat tekanan sosial.
Misalnya pada beberapa karyawan yang akan presentasi di hadapan klien, ada yang merokok
hanya untuk menghilangkan stress, atau menggigit kuku, menggaruk kulit dan sebagainya.
Teknik ini dilakukan dengan menarik nafas lebih dalam dan merelaksasi otot. Saat menarik
nafas lebih dalam, seseorang akan merasa tenang, pernafasan terkontrol, mengurangi detak
jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan kadar oksigen di dalam darah. Selesai menarik
nafas dalam, proses dilanjutkan dengan melakukan peregangan agar otot tidak kaku.
Motivational Interviewing
Metode wawancara motivasional pada awalnya digunakan untuk mengurangi perilaku adiksi
pada seseorang. Dalam perkembangan selanjutnya metode ini digunakan juga untuk
mengurangi perilaku merokok, diet, membiasakan olahraga, skrining kanker, dan perilaku seks
tidak wajar. Metode ini dilakukan dengan menggunakan gaya konseling kepada pasien yang
mengalami kebingungan atau khawatir bagaimana mengubah perilakunya. Prinsip-prinsip yang
dijalankan dalam metode ini antara lain:
- Tidak menghakimi, tidak konfrontatif, mendorong ke arah yang baik, dan mendukung;
- Bertujuan menggali pemikiran pasien baik yang positif maupun yang negatif tentang
perilakunya atau membuat pasien berkomunikasi sebanyak mungkin dengan konselor;
- Tidak berusaha membujuk pasien untuk mengubah perilakunya atau menganalisis
kepercayaan yang irasional, melainkan berusaha agar pasien memikirkan dan menjelaskan
alasan kenapa ia memiliki perilaku tidak sehat. Sehingga konselor harus banyak mendengar dan
mendorong ke arah yang baik.
Relapse Prevention
Metode pencegahan kekambuhan atau relapse prevention merupakan teknik mengubah perilaku
dengan pendekatan kognitif yang dilakukan untuk mencegah kembalinya seseorang memiliki
perilaku yang tidak sehat, misalnya pada perilaku alkoholik, merokok, adiksi obat, dan makan
berlebih. Seseorang yang merokok sebatang sigaret pada saat berkumpul atau makan es krim
saat akhir pekan, meskipun belum tentu menimbulkan ketagihan (atau kekambuhan), namun
dapat menimbulkan satu keadaan yang disebut abstinence violation effect. Keadaan ini adalah
suatu rasa kehilangan kontrol diri akibat melanggar aturan yang dibuatnya sendiri, yang
memicu ketagihan (atau kekambuhan) seseorang terutama saat dirinya sedang goyah. Saat awal
mengubah perilaku, seseorang memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi, lama-lama
menghilang dan kemungkinan kambuh akan meningkat. Seseorang yang memiliki self-efficacy
(kemampuan dan kesadaran menyembuhkan diri sendiri) tinggi akan terhidar dari kekambuhan.
Misalnya: saat seorang yang sedang berhenti merokok akibat asma masuk ke dalam situasi
yang memungkin ia harus merokok seperti pesta kecil. Seseorang yang memiiliki self-efficacy
rendah berisiko untuk kambuh misalnya ia merasa terpukul akibat sakit asmanya yang tidak
sembuh-sembuh maka orang tersebut akan melampiaskan dengan merokok. Faktor penyebab
atau pemicu kekambuhan umumnya berasal dari hal-hal yang negatif seperti depresi,
kecemasan, atau di bawah tekanan. Contohnya saat mengalami kondisi putus hubungan atau
kesulitan menyelesaikan satu pekerjaan atau tugas. Tahap-tahap dalam program mencegah
kekambuhan (relapse prevention) antara lain:
1. Menyeleksi pasien (atau anggota) yang benar-benar serius akan mengubah perilakunya.
Orang yang tidak memiliiki keseriusan untuk mengubah kekambuhan sebaiknya dikeluarkan
dari program, karena akan berpengaruh negatif kepada pasien lain dan kepada terapis/dokter,
serta menghambat program;
2. Mengidentifikasi situasi-situasi yang memungkinkan timbulnya kekambuhan, misalnya
menghadiri pesta, nongkrong dengan teman, makan bersama di luar rumah dan sebagainya;
3. Menyarankan untuk menghindari situasisituasi yang memicu perilaku tidak sehat. Misalnya:
mengurangi makan bersama di luar rumah dengan teman, yang menyebabkan keinginan
merokok jadi timbul. Seseorang yang ingin terhindar dari kekambuhan minum alkohol, bisa
mengurangi kebiasaan mengunjungi bar/pub.
4. Menyarankan pasien untuk melakukan penyeimbangan gaya hidup atau lifestyle rebalancing
merupakan metode yang dilakukan untuk perawatan jangka panjang yang bertujuan seseorang
memiliki kehidupan yang lebih sehat dan menghindari kekambuhan. Metode ini umumnya
digunakan untuk meningkatkan kesehatan seseorang secara keseluruhan. Misalnya
menganjurkan kebiasaan berolahraga dan menggunakan teknik mengelola stress.
Metode CBT memiliki kelebihan antara lain:
a. Beberapa teknik dalam CBT dapat mengatasi berbagai masalah;
b. Rencana terapi dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan; dan
c. Dapat mengatasi masalah perilaku secara bersama-sama, misalnya: perilaku diet dan
olahraga dilakukan secara bersama-sama.
PENDEKATAN TRANSFORMATIF
Perubahan perilaku sehat tidak terjadi secara tiba-tiba dalam satu waktu, melainkan melalui
melalui berbagai tahapan. Salah teori yang akan dikemukakan adalah the transtheoretical model
of behavior change yang dikembangkan oleh Prochaska dan kawan-kawan tahun 1994. Model
ini menganalisis tahap-tahap seseorang mengalami perubahan perilaku sehat dan mengusulkan
intervensi serta tindakan yang sebaiknya dilakukan pada setiap tahapan. Awalnya teori ini
diterapkan pada perilaku akibat gangguan zat aditif seperti merokok, konsumsi obat terlarang,
danalkohol. Saat ini juga diterapkan pada perubahan perilaku seperti olahraga dan perilaku
melindungi dari radiasi sinar matahari. Tahapan-tahap seseorang untuk mengubah perilaku
tidak sehat antara lain: tahap Prekontemplasi (precontemplation), Kontemplasi (contemplation),
Persiapan (preparation), Tindakan (action), dan Pemeliharaan (maintenance). Tahap
prekontemplasi adalah tahap yang terjadi saat seseorang tidak memiliki keinginan untuk
mengubah perilakunya. Beberapa orang pada tahap ini tidak sadar bahwa dirinya mengalami
masalah kesehatan, meskipun lingkungan sosial sekitarnya memiliki perilaku yang sehat.
Misalnya pada perilaku minum alkohol yang sebagian besar menyebabkan masalah pada
keluarganya. Peminum alkohol pada tahap ini umumnya mau mengubah perilaku bila keluarga
mendorongnya atau menekannya untuk memperbaiki diri. Sebagian besar orang pada tahap ini
kembali melakukan perilaku tidak sehat, yang menyebabkan sulitnya program intervensi atau
upaya perubahan perilaku. Tahap kontemplasi adalah tahap dimana seseorang sadar bahwa ia
memiliki masalah kesehatan dan telah memikirkan masalahnya, namun belum memiliki
komitmen untuk berubah. Rata-rata seseorang berada pada tahap ini selama beberapa tahun.
Intervensi perubahan perilaku yang dilakukan bertujuan meningkatkan penerimaannya akan
perubahan perilaku.Tahap persiapan atau preparation adalah tahap dimana seseorang berniat
untuk mengubah perilaku, namun tidak berhasil mengubahnya. Pada beberapa kasus, orang
pada tahap ini mengubah perilaku seadanya saja dan belum ada komitmen untuk mengubah
perilakunya, misalnya mengurangi jumlah rokok yang dihisap. Tahap tindakan atau action
adalah tahap yang terjadi saat seseorang memodifikasi perilaku mereka untuk mengatasi
masalahnya. Pada tahap ini dibutuhkan komitmen dan energi yang tinggi untuk mengubah
perilaku seseorang. Intervensi yang dilakukan adalah memberhentikan perilaku dan
memodifikasi gaya hidup serta lingkungan sosial. Tahap pemeliharaan atau maintenance adalah
tahap untuk mencegah kekambuhan dan mengkonsolidasi upaya yang sudah dijalankan.
Misalnya: bila seseorang telah mampu menghindari perilaku aditif selama 6 bulan maka ia
dianggap berada pada tahap pemeliharaan.
PENDEKATAN REKAYASA SOSIAL
Pendekatan ini memodifikasi lingkungan yang mempengaruhi perubahan perilaku sehat
seseorang. Contoh rekayasa sosial antara lain:
- Kewajiban vaksinasi sebelum masuk sekolah
- Membatasi peredaran obat-obat terlarang
- Membatasi kecepatan kendaraan di jalan tol
- Membatasi pembelian alkohol dan rokok pada usia tertentu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendapat Green mengenai teori perubahan perilaku, bahwa kesehatan seseorang
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku
(non behavior causes).
Tim kerja dari organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (1984) menganalisis bahwa yang
menyebabkan seorang itu berperilaku menentu adalah karena adanya 4 alasan pokok. Pemikiran dan
perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-
kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek
kesehatan).
Menurut teori of plan behavior perilaku sehat merupakan hasil langsung dari tujuan perilaku
seseorang. Tujuan perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor.
Metode Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) merupakan pendekatan perubahan perilaku
sehat yang paling efektif dengan pendekatan kognitif.
3.2 Saran
sebaiknya dalam pembuatan makalah ini memerluka referensi yang lebih banyak dan buku
penunjang untuk melengkapi makalah mengenai teori perubahan perilaku dalam kesehatan..
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo,2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta