Anda di halaman 1dari 16

HEALTH BELIEF

MODEL
1. Adriani Julyanti Rombe 1. Noor Azizah
2. Elfrida Rahmawati 2. Kinanti Asmara
3. Erika 3. Resty Lolo Tangkelangi
4. Irma Ningsih 4. Triyana Dirgantari
5. Juniati Pertiwi 5. Widya Lestari
6. Karina Eka Ariani
7. Kristin Patadungan
Health Belief Model (HBM) di
kembangkan sejak tahun1950 oleh
kelompok ahli psikologi sosial dalam
pelayanan kesehatan masyarakat Amerika.
Model ini digunakan sebagai upaya
menjelaskan secara luas kegagalan
partisipasi masyarakat dalam program
pencegahan atau deteksi penyakit dan
sering di pertimbangkan sebagai kerangka
utama dalam perilaku yang berkaitan
dengan kesehatan manusia yang dimulai
dari pertimbangan orang-orang
kesehatan. 
PENGERTIAN HEALTH BELIEF
MODEL
Pengertian health belief model menurut Becker & Rosenstock (dalam Sarafino,
2006) adalah individu mau melakukan perilaku pencegahan yaitu dalam bentuk perilaku
 sehat tergantung pada dua penilaian yaitu perceived threat (perceived seriousness,
perceived susceptibility, cues to action) dan perceived benefits and barriers.

Health belief model merupakan suatu konsep yang mengungkapkan alasan dari
individu untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku sehat (Janz & Becker,
1984).Health belief model juga dapat diartikan sebagai sebuah konstruk teoretis
mengenai kepercayaan individu dalam berperilaku sehat (Conner, 2005).
Komponen Health Belief Model
■ Kerentanan (susceptibility);

■ Keparahan (severity);

■ Manfaat (benefit);

■ Hambatan (barrier);

■ Motivasi Kesehatan (Health motivation);

■ Aksi (cues to action);


Health belief Model didasarkan atas 3
faktor esensial :
1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari
suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.

2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya


merubah perilaku.

3. Perilaku itu sendiri.


Faktor lain yang mempengaruhi HBM
■ Variabel demografi;

■ Variabel sosio-psikologi;

■ structural variable;

■ Edukasi
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan
menurut Rosenstock
■ Ancaman;

■ Harapan;

■ Pencetus tindakan;

■ Faktor-faktor Sosio-demografi;

■ Penilaian diri;
MENURUT ROSENSTOCK (1974, 1977),
MODEL INI DEKAT DENGAN PENDIDIKAN
KESEHATAN
KONSEP : 
“Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara
khusus bahwa persepsi sesorang tentang kerentanan dan kemujaraban
pengobatan dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku
kesehatannya”
Model Kepercayaan kesehatan
oleh Becker (1974-1979)
■ Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
tertentu.
■ Menganggap masalah ini serius.
■ Meyakini efektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan.
■ Tidak mahal.
■ Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
KASUS
■ Imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat penting karena dapat
melindungi balita dari berbagai macam penyakit. Namun, ternyata tidak semua lapisan masyarakat
bersedia menerima program imunisasi ini dengan baik, diantaranya beberapa ibu diDesa Godog yang
juga merupakan Istri – istri dari tokoh agama setempat yang memiliki pengaruh cukup besar. Terdapat
14 orang dari 146 balita (9,59%) tidak mendapatkan imunisasi dasar di Dukuh Tulakan Desa Godog.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan persepsi ibu mengenai imunisasi
dasar balita yang meliputi pengertian, tujuan, manfaat, jenis dan asal bahan-bahan vaksin. Penelitian
ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dilakukan terhadap 6 responden
dengan cara melakukan Focuss group Discussion (FGD) dalam pengumpuan datanya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ibu – ibu tersebut memahami imunisasi dasar4 balita sebagai memasukkan
kuman penyakit ke dalam tubuh anak yang sehat, Imunisasi tidak bermanfaa, bahkan berbahaya bagi
kesehatan anak. Macam-macam imunisasi dasar yang mereka ketahui adalah Hepatitis, Polio, Campak
dan BCG. Meurut mereka, penyakit – penyakit tidak harus dicegah dengan imunisasi, melainkan
dengan mengkonsumsi bahan-bahan alami dan menghindari bahan-bahan kimia buatan. Mereka
menolak imunisasi karena meragukan kehalalan vaksin.(4)
■ Kata kunci : pengetahuan, persepsi, ibu, menolak, imunisasi dasar
PEMBAHASAN STUDI KASUS DARI
TINJAUAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL

1. Perceived Seriousness (Keseriusan yang dirasa) :


■ Persepsi ibu-ibu tentang penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi dasar adalah
penyakit yang berbahaya bagi balita mereka. Namun menurut mereka, cara
pencegahannya tidak harus dengan dilakukan imunisasi, melainkan dengan bahan-bahan
alamiah.
■ Penelitian Smith, et al yang mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan orang tua
yang tidak tertunda atau tidak menolak vaksin, orang tua yang tertunda dan menolak
vaksin secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk percaya bahwa vaksin
diperlukan untuk melindungi kesehatan anak-anak. Kerentanan yang dirasakan rendah
terhadap suatu penyakit dapat disebabkan karena minimnya pengetahuan tentang
bahaya penyakit tersebut.
LANJUTAN…
2. Perceived Susceptibility (keseriusan yang dirasakan) :
■ Hasil penelitian menyebutkan bahwa responden atau ibu meyakini bahwa imunisasi
adalah memasukkan kuman, virus , bahan kimia atau penyebab penyakit ke dalam tubuh
anaknya. Bahan-bahan vaksin berasal dari bahan haram seperti ginjal kera, janin yang
digugurkan, sel babi yang justru berbahaya apabila dimasukkan ke dalam tubuh anaknya.
■ Keseriusan yang dirasakan seseorang berbeda, bergantung pada pengetahuan medisnya
tentang penyakit, dapat tidaknya penyakit tersebut menyerangnya dan kemampuan
tubuhnya dalam menghadapi penyakit tersebut. Artikel review yang dilakukan Abdallah
Salamatu, dkk. (2016) di Nigeria menjelaskan bahwa sebelum orang tua memiliki
informasi yang lengkap tentang imunisasi, mereka akan merasa bahwa vaksin tersebut
akan menyebabkan komplikasi kebutaan, kecacatan fisik bahkan kecacatan mental pada
anak-anak.
LANJUTAN…
3. Perceive Benefits :
■ Ibu yang menolak imunisasi dasar beranggapan bahwa imunisasi yang memiliki kandungan bahan
kimia dan bahan haram, tidak memiliki manfaat, tidak aman dan semakin berbahaya bagi kesehatan
tubuh anak-anak mereka.Seseorang akan cenderung untuk menerapkan perilaku sehat ketika ia
merasa perilaku tersebut bermanfaat untuk menurunkan kasus penyakit
4. Perceive Barrier:
■ Para ibu yang menolak imunisasi tidak memahami dengan baik tujuan dan manfaat dari program
imunisasi karena pengetahuan tentang imunisasi yang masih kurang. Sebagian beranggapan bahwa
program imunisasi erat hubungannya dengan program komersial / urusan bisnis orang barat.
Kemudian adanya perasaan takut menggunakan bahan vaksin yang haram.
■ Penelitian yang dilakukan Deswiyanti (2014) menyebutkan hambatan lain yang diungkapkan ibu
yang tidak lengkap mengimunisasikan anaknya yaitu anak sakit. Pengetahuan ibu yang terbatas
tentang dapat tidaknya anak yang sakit diimunisasi dan ketakutan ibu bahwa vaksinasi akan
menyebabkan anak yang sedang sakit tersebut akan semakin parah sakitnya ketika diimunisasi.
LANJUTAN…
5. Cues of Action :
■ Adanya pengaruh dari tokoh masyarakat setempat yang juga menolak pemberian vaksin
pada anaknya. Isu–Isu yang tidak diketahui sumbernya yang mengatakan bahwa
imunisasi berasal dari bahan kimia berbahaya dan bahan yang tidak halal, meskipun
Komisi fatwa MUI sendiri telah mengeluarkan fatwa tentang imunisasi.
6. Self Efficacy :
■ Lebih memilih pengobatan dan pencegahan dengan menggunakan bahan – bahan
alamiah lebih baik daripada imunisasi, seperti menggunakan jinten hitam, madu, dll.
Bila merasa belum sembuh dengan obat-obat alamiah baru akan mengambil tindakan
berobat ke dokter.
lanjutan

7. Modifying Factors :
■ Dalam penelitian ini ada beberapa faktor yang dapat dianggap mempengaruhi
komponen Health Belief Model antara lain Pengetahuan ibu terhadap program imunisasi
masih sangat kurang dibuktikan dengan masih kurang pahamnya para ibu terhadap
tujuan dan manfaat imunisasi. Peranan tokoh agama yang tinggal dikawasan pesantren
di daerah tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat
setempat termasuk dalam masalah kesehatan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai