0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
31 tayangan7 halaman
Teks tersebut membahas penerapan Health Belief Model dalam memprediksi keputusan wanita hamil dalam memilih metode persalinan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah kerentanan yang dirasakan terhadap komplikasi, tingkat keparahan yang dirasakan, manfaat yang dirasakan dari masing-masing metode, serta isyarat dari lingkungan sekitar. Health Belief Model dapat digunakan untuk memahami hubungan
Teks tersebut membahas penerapan Health Belief Model dalam memprediksi keputusan wanita hamil dalam memilih metode persalinan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah kerentanan yang dirasakan terhadap komplikasi, tingkat keparahan yang dirasakan, manfaat yang dirasakan dari masing-masing metode, serta isyarat dari lingkungan sekitar. Health Belief Model dapat digunakan untuk memahami hubungan
Teks tersebut membahas penerapan Health Belief Model dalam memprediksi keputusan wanita hamil dalam memilih metode persalinan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah kerentanan yang dirasakan terhadap komplikasi, tingkat keparahan yang dirasakan, manfaat yang dirasakan dari masing-masing metode, serta isyarat dari lingkungan sekitar. Health Belief Model dapat digunakan untuk memahami hubungan
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 2017 1. KONSEP HEALTH BELIEF MODEL Health Belief Model adalah salah satu model yang dikembangkan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang untuk mencari upaya hidup sehat. Menurut Rosenstock (1960) dalam Anies (2006), model ini pertama kali dikembangkan pada tahun lima puluhan oleh sekelompok ahli psikologi sosial yang menjelaskan penyebab kegagalan individu dalam menjalani program pencegahan penyakit. Kemudian diperluas oleh Becker (1974) menjelaskan mengenai perilaku seseorang terhadap diagnosis yang ditegakkan khususnya masalah kepatuhan terhadap pengobatan. Health Belief Model juga digunakan untuk menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventive health behavior). Health Belief Model yaitu teori yang dikembangkan oleh Rosenstock (1982). Menurut teori ini, individu berperilaku tertentu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya terhadap suatu hal tertentu tanpa memperdulikan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut. Oleh karena itu penting untuk membedakan apakah kebutuhan tersebut termasuk kebutuhan kesehatan yang obyektif atau yang subyektif. Kebutuhan kesehatan obyektif adalah kebutuhan yang diidentifikasi oleh petugas kesehatan berdasarkan penilaian yang dilakukan secara profesional dengan mempertimbangkan adanya gejala yang mengganggu/membahayakan kesehatan individu. Sedangkan kebutuhan kesehatan subyektif yaitu individu menentukan sendiri apakah dirinya mengalami penyakit atau masalah kesehatan tertentu, berdasarkan perasaan dan penilaiannya sendiri. Pendapat subyektif ini merupakan penyebab atau kunci bahwa individu akan melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan kesehatan. Individu akan melakukan suatu tindakan untuk menyembuhkan penyakitnya jika benar-benar merasa terancam oleh penyakit tersebut. Jika tidak merasa terancam, individu tidak akan melakukan suatu hal apapun (Noerkasiani, 2009). 2. KOMPONEN HEALTH BELIEF MODEL Terdapat empat variabel yang mempengaruhi perilaku pencarian pengobatan dan tindakan pencegahan, berupa kerentanan yang dirasakan, keparahan yang dirasakan, manfaat yang dirasakan, rintangan yang dirasakan dan isyarat: 1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility) Merupakan persepsi subyektif seseorang tentang risiko terkena penyakit. Seseorang akan bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, bila ia merasa bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap serangan penyakit tersebut. 2. Keparahan yang dirasakannya (perceived seriousness) Persepsi seseorang terhadap tingkat keparahan penyakit yang dideritanya. Tindakan seseorang untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit didorong oleh ancaman dari penyakit tersebut. 3. Manfaat yang dirasakan (perceived benefits) Seseorang menerima tindakan atau melakukan pengobatan atau mencari upaya pencegahan terhadap suatu penyakit didasarkan pada keyakinannya bahwa tindakan tersebut dapat mengurangi ancaman penyakit dan ia sanggup melakukan tindakan kesehatan tersebut. Meskipun ia rentan terhadap suatu penyakit dan sudah mengetahui bahaya penyakit tersebut, ia tidak begitu saja menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan kepadanya. 4. Rintangan yang dirasakannya (perceived barriers) Merupakan aspek negatif yang menghalangi seseorang untuk melakukan tindakan kesehatan atau upaya pencegahan terhadap penyakit, misalnya mahalnya biaya, bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan, kegiatan tidak menyenangkan, menyita terlalu banyak waktu, dan sebagainya. 5. Isyarat atau tanda-tanda (cues to action) Bisa bersifat internal (misalnya gejala), atau merupakan faktor eksternal (pesan-pesan kesehatan melalui media massa, nasihat atau anjuran teman atau konsultasi dengan petugas kesehatan) yang mempengaruhi seseorang dalam mendapatkan pengertian yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan tindakan pencegahan dan pengobatan yang dilakukannya.
3. APLIKASI HEALTH BELIEF MODEL PADA KIA
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita dalam memilih metode persalinan: Health Belief Model Penelitian yang dilakukan oleh Loke et, al (2015) yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan yang dibuat perempuan dalam memilih metode persalinan mereka, didukung oleh Health Belief Model yang dilakukan secara cross sectional pada ibu yang sedang hamil atau telah melahirkan dalam waktu 3 tahun terakhir. Dari 319 wanita, 73 diantaranya memilih melahirkan secara operasi sesar. Hasilnya menunjukkan bahwa wanita lebih memilih operasi sesar karena mereka khawatir hamil pada usia lanjut, khawatir tentang persepsinya karena sakit saat persalinan dan perineum yang robek, selain itu alas an lain yaitu ingin mendapatkan rencana cuti hamil yang lebih baik, karena telah memilih tanggal yang menguntungkan untuk melahiran, dan merasakan bahwa operasi sesar adalah cara yang lebih nyaman untuk dilakukan. Manfaat yang dirasakan dan tingkat keparahan ketika melahirkan secara noral / kelahiran pervaginam, dan manfaat yang dirasakan, tingkat keparahan, dan isyarat untuk tindakan pada operasi sesar, mempengaruhi keputusan untuk menjalani persalinan normal atau persalinan sesar. Data menunjukkan bahwa teori Health Belief Model, terkait kerentanan yang dirasakan, tingkat keparahan yang dirasakan, manfaat yang dirasakan, dan isyarat untuk bertindak, hal-hal ini mempengaruhi keputusan yang dibuat perempuan untuk menggunakan metode tertentu dalam proses melahirkan mereka. HBM dapat menentukan hubungan antara keyakinan / faktor yang berkaitan dengan kesehatan dan perilaku ibu, sehingga membantu dalam memprediksi kemungkinan seorang wanita memilih cara kelahiran tertentu. Pengalaman negatif pada kelahiran sebelumnya dapat mempengaruhi preferensi wanita terhadap metode persalinan tertentu pada kelahiran berikutnya, karena keyakinan bahwa pengalaman negatif dapat terjadi lagi. 1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility) Jika diyakini bahwa ada komplikasi yang sangat serius atau tidak dapat ditolerir yang terkait dengan metode persalinan tertentu, wanita cenderung lebih mengutamakan metode persalinan alternatif, sehingga mengurangi risiko mereka. Komplikasi persalinan SC yaitu resiko karena SC tiga kali lebih besar daripada persalinan normal, berisiko masuk ke unit perawatan intensif, berisiko membutuhkan transfusi darah. Telah dicatat bahwa SC dapat memiliki beberapa konsekuensi negatif pada kesehatan ibu, termasuk hasil buruk yang berkaitan dengan anestesi, dan berisiko terjadinya ruptur uteri dan juga depresi pernafasan neonatal akibat anestesi yang diberikan pada ibu.
2. Keparahan yang dirasakannya (perceived seriousness)
Komplikasi persalinan normal pervaginam meliputi risiko terjadinya prolaps organ panggul, persalinan yang berlangsung lama, dan trauma perineum. Untuk neonatus, ada juga peningkatan risiko tertular infeksi seperti Hepatitis C, HIV, dan HPV selama kelahiran vagina dari transmisi maternal ke neonatus.
3. Manfaat yang dirasakan (perceived benefits)
Ketika mempertimbangkan manfaat yang dirasakan untuk kesehatan wanita yang melahirkan, telah dicatat bahwa di sejumlah negara, wanita menghubungkan persalinan normal memiliki manfaat lebih banyak daripada operasi sesar. Ketika berfokus pada kesehatan neonatal, hampir 60% wanita percaya bahwa persalinan normal lebih aman untuk bayi, selain itu memungkinkan ibu dan bayi dengan melakukan inisiasi meyusu dini.
4. Rintangan yang dirasakannya (perceived barriers)
Ketakutan akan persalinan dan tindakan pemeriksaan vagina berulang adalah alasan mendasar mengapa wanita lebih memilih persalinan dengan operasi. Hal ini didukung oleh wanita yang mengalami ketakutan saat kontraksi, persalinan lama, gawat janin, dan trauma perineum yang terkait dengan persalinan normal. Keinginan untuk memilih melakukan persalinan normal terhambat oleh kontraindikasi medis yang ada. Ada beberapa kontraindikasi medis untuk ibu yang meninginkan persalinan normal, termasuk disproportion pelvis / panggul sempit, pre-eklampsia, penyakit kardiovaskular berat, diabetes mellitus, herpes genital aktif, infeksi HIV, dan kehamilan multipel. Di sisi lain, kontraindikasi medis untuk bayi meliputi gambaran kelainan janin, malformasi janin, prolaps tali pusat, dan makrosomia.
5. Isyarat atau tanda-tanda (cues to action)
Saran dari saudara, teman, profesional perawatan kesehatan, serta kesadaran akan hak perempuan merupakan faktor penting yang membimbing keputusan ibu atas metode persalinan. Keyakinan dan sikap wanita terhadap cara persalinan tertentu sangat dipengaruhi oleh cerita dan nasehat yang mereka dengar dari saudara dan teman. Wanita didorong ke metode persalinan alternatif setelah mendengar cerita negatif tentang metode tertentu yang meningkatkan kekhawatiran bahwa mereka mungkin memiliki pengalaman yang sama saat mereka melahirkan. Selain itu, wanita hamil mungkin juga khawatir jika ada riwayat keluarga hasil obstetrik yang buruk. Nasihat dari profesional perawatan kesehatan seperti bidan dan dokter sangat mempengaruhi pemahaman wanita tentang mode persalinan tertentu dan pilihannya untuk itu. Selain saran dari orang lain, beberapa wanita merasa bahwa mereka harus memiliki hak mereka sendiri untuk memutuskan cara persalinannya. . DAFTAR PUSTAKA
Hal 30-31. Anies, Dr., dr. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan dari Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal 17-19. Loke et al. Factors influencing the decision that women make on their mode of delivery: the Health Belief Model. BMC Health Services Research (2015), Online, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4506759/pdf/12913_2015_ Article_931.pdf diakses pada 23 Agustus 2017.