Anda di halaman 1dari 6

A.

Sejarah Health Belief Model

Teori Health Belief Model (HBM) dikembangkan pada awal 1950-an oleh para ilmuwan
sosial di Dinas Kesehatan AS untuk memahami kegagalan orang untuk mengadopsi strategi
pencegahan penyakit atau tes skrining untuk deteksi dini penyakit. Teori HBM merupakan model
psikologis yang mencoba untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan dengan
berfokus pada sikap dan keyakinan individu. Pada tahun 1950 teori HBM dikembangkan sebagai
bagian dari upaya para psikolog sosial di Dinas Kesehatan Amerika Serikat untuk menjelaskan
mengenai kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan kesehatan dan program
pencegahan (misalnya, sebuah proyek skrining TB gratis dan berlokasi). Sejak itu, HBM telah
diadaptasi untuk mengkaji berbagai perilaku kesehatan jangka panjang dan jangka pendek,
termasuk perilaku seksual berisiko dan penularan HIV / AIDS.

Health Belief Model (HBM) sejauh ini merupakan teori yang paling umum digunakan dalam
pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan (Glanz, Rimer, & Lewis, 2002; National Cancer
Institute [NCI], 2003). Ini dikembangkan pada 1950-an sebagai cara untuk menjelaskan mengapa

program skrining medis yang ditawarkan oleh Dinas Kesehatan Umum AS, khususnya untuk
tuberkulosis, tidak terlalu berhasil (Hoch-baum, 1958). Konsep yang mendasari HBM asli adalah
bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi atau persepsi tentang
penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi kejadiannya (Hochbaum, 1958). Persepsi
pribadi dipengaruhi oleh seluruh rentang faktor intrapersonal yang mempengaruhi perilaku
kesehatan.

B. Pengertian Health Belief Model

Health belief model merupakan model kognitif, yang berarti bahwa khususnya proses
kognitif, yang dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan, termasuk hitungan. Menurut Health
belief model, kemampuan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara
langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan (health belief) yaitu: ancaman
yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threanat injury illness) dan pertimbangan tentang
keuntungan dan kerugian (benefit and costs) (Smet dalam Rizoi, 2018).
Menurut Rizoi (2018) health belief model adalah model yang spesifikasikan bagaimana
individu secara kognitif menunjukan perilaku sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau
penyembuhan suatu penyakit. Menurut Sarafino (dalam Rahmah & Masnaeni, 2018) health
belief model merupakan salah satu model kognitif yang digunakan untuk mengetahui perilaku
kesehatan. Health belief model yakni merujuk pada penelitian subjektif pasien berkenan dengan
kerentaan dirinya terhadap penyakit, tingkat keseriusan penyakit, keuntungan serta kerugian
yang dipersepsikan individu dalam menjalankan perilaku sehat (Rosestock, dalam Nadianti &
Munawaroh, 2014). Health belief model adalah model kepercayaan kesehatan individu dalam
menentukan sikap melakukan atau tidak melakukan perilaku kesehatan (Conner dalam Fanani,
2014).

Menurut Notoadmojo (2012) health belief model merupakan suatu bentuk penjabaran dari
sosio-psikologi. Model ini diciptakan karena adanya masalah-masalah kesehatan yang dapat
dilihat dari kegagalan masyarakat atau individu dalam menerima usaha pencegahan dan
penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider kesehatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa health belief model merupakan
model yang menspesifikasikan bagaimana individu secara kognitif menuju sehat atau
penyembuhan suatu penyak

C. Dimensi Health Belief Model

Menurut Bulgar, White & Robinson (dalam Rizoi, 2018) health belief model terdapat empat
dimensi yang menggambarkan bagaimana keyakinan individu terhadap suatu perilaku sehat.
Dimensi-dimensi tersebut antara lain:

1) Perceived Susceptibility (kerentanan yang dirasakan)

Perceived susceptibility adalah keyakinan individu mengenai kerentanan dirinya atas resiko
penyakit dalam mendorong orang untuk mengadopsi perilaku yang lebih sehat. Semakin besar
resiko yang dirasakan, semakin besar kemungkinan individu terlibat dalam perilaku untuk
megurangi resikonya. Sangat logis bila seseorang berada dalam resiko penyakit, mereka akan
cenderung melakukan sesuatu untuk mencegahnya, sebaliknya juga jika orang percaya mereka
tidak beresiko atau memiliki anggapan rendahnya resiko kerentanan, perilaku tidak sehat
cenderung terjadi. Bila perceived susceptibility dikombinasikan dengan keseriusan akan
menghasilkan ancaman yang dirasakan. Jika presepsi ancaman adalah penyakit serius, untuk itu
ada resiko yang nyata tingkah laku sering berubah.

2) Perceived Severity (bahaya atau kesakitan yang dirasakan)

Perceived severity adalah keyakinan individu akan keparahan suatu penyakit. Sedangkan
presepsi keparahan terhadap penyakit sering didasarkan pada informasi atau pengetahuan
pengobatan, atau berasal dari keprcayaan terhadap orang yang mempunyai kesuiltan tetang
penyakit yang diderita atau dampak dari penyakit terhadap kehidupannya.

3) Perceived Barriers (hambatan yang dirasakan)

Perceived barriers adalah aspek negative pada diri individu yang menghalangi individu untuk
berperilaku sehat. Karena perubahan bukanlah sesuatu yang mudah terjadi, konstruk dari HBM
menangi masalah ini adalah hambatan yang dirasakan untuk berubah. Hal tersebut dimiliki oleh
individu sendiri mengevaluasi hambatan dalam cara individu dalam mengadopsi sebuah perilaku
baru dari sebuah konstruksi, hambatan yang dirasakan adalah hal yang paling dirasakan adalah
hal yang paling signifikan dalam menentukan perubahan perilaku. Agar perilaku baru dilakukan,
seseorang membutuhkan kepercayaan akan manfaat dari perilaku baru lebih besar daripada
melanjutkan perilaku lama. Hal ini memungkinakan adanya penghalang untuk mengatasi
hambatan dalam menentukan perilaku baru yang harus dilakukan.

4) Perceived Benefit

Perceived benefit adalah keyakinan akan manfaat yang dirasakan pada diri individu jika
melakukan perilaku sehat. Konstruksi dari manfaat yang dirasakan adalah pendapat seseorang
tentang kegunaan suatu perilaku baru dalam menurunkan beresiko terkena penyakit. Individu
cenderung lebih sehat saat mereka percaya perilaku baru akan menurun kemungkinan mereka
terserang penyakit. Manfaat yang dirasakn memainkan peran penting dalam menentukan
perillaku untuk pencegahan sekunder.

5) Self Efficacy
Self efficacy ditambahkan ke empat kepercayaan semula dari HBM (Rosenstock, Strecher &
Becker dalam Rizoi 2018). Self efficacy adalah kepercayaan pada diri sendiri kemampuan untuk
melakukan sesuatu. Orang umumnya melakukannya tidak mencoba melakukan sesuatu yang
baru kecuali mereka berpikir bisa melakukannya. Jika seseorang percaya suatu perilaku baru itu
bermanfaat (perceived benefit), tapi tidak berpikir dia mampu melakukannya (perceived barrier),
kemungkinan itu tidak akan di coba.

DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Health Belief Model dan Dimensi-dimensi HBM Menurut Para Ahli - Universitas
Psikologi | Warning - Copyright! Sumber Tulisan:
https://www.universitaspsikologi.com/2020/03/pengertian-health-belief-model-HBM.html

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEORI HEALTH BELIEFE MODEL

Health belief model dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor demografis
(Rosenstock, 1974 dalam Conner & Norman, 2003), karakteristik psikologis (Corner & Norman,
2003) dan juga dipengaruhi oleh structural variable, contohnya adalah ilmu pengetahuan
(Sarafino, 1994). Faktor demografis yang mempengaruhi health belief model individu adalah
kelas sosial ekonomi. Individu yang berasal dari kelas sosial ekonomi menengah kebawah
memiliki pengetahuan yang kurang tentang faktor yang menjadi penyebab suatu penyakit
(Hossack & Leff, 1987 dalam Sarafino, 1994). Faktor demografis (Rosenstock, 1974 dalam
Conner & Norman, 2003), karakteristik psikologis (Conner & Norman, 2003), dan structural
variable(Sarafino, 1994), pada akhirnya mempengaruhi health belief model pada individu yang
mengalami fraktur.

Beberapa faktor Health belief model berbasis kognitif (seperti keyakinan dan sikap) dan
berkaitan dengan proses berfikir yang terlibat dalam pengambilan keputusan individu dalam
menentukan cara sehat individu. Dalam kajian psikologi kesehatan, persepsi individu dalam
melakukan atau memilih perilaku sehat dikaji dalam teori Health Belief Model (HBM). HBM
adalah model kepercayaan kesehatan individu dalam menentukan sikap melakukan atau tidak
melakukan perilaku kesehatan (Corner & Norman, 2003).

Teori Health belief model menghipotesiskan terdapat hubungan aksi dengan faktor berikut :

1. Motivasi yang cukup kuat untuk mencapai kondisi yang sehat.


2. Kepercayaan bahwa seseorang dapat menderita penyakit serius dan dapat menimbulkan
sekuele.
3. Kepercayaan bahwa terdapat usaha untuk menghindari penyakit tersebut
4. walaupun hal tersebut berhubungan dengan finansial.

Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock adalah sebagai berikut:

1. Ancaman
a. Presepsi tentang kerentanan diri terhadap bahaya penyakit (atau kesedian menerima
diagnosa sakit).
b. Presepsi tentang keparahan sakit atau kondisi kesehatannya.
2. Harapan
a. Presepsi tentang keuntungan suatu tindakan
b. Presepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan suatu tindakan.
3. Pencetus tindakan : media, pengaruh orang lain dan hal-hal yang mengingatkan
(reminder).
4. Faktor-faktor sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin atau gender, suku
bangsa).
5. Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan itu)
(anonim,2012).

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI HEALTH BELIEFE MODEL

1. Kelebihan
a. Mudah digunakan
b. Bentuk intervensi yang praktis bagi tenaga kesehatan khususnya untuk tindakan
preventif
c. Analisator perilaku yang beresio terhadap kesehatan
2. Kelemahan
Sedangkan secara teoritis, menurut (Maulana, 2009) terdapat empat kelemahan HBM,
diantaranya :
a. HBM lebih didasarkan penelitian terapan dalam permasalahana pendidikan kesehatan
daripada penelitian akademis (Maulana, 2009 : 58).
b. HBM didasarkan pada beberapa asumsi yang dapat diragukan, seperti pemikiran
bahwa setiap pilihan perilaku selalu berdasarkan pertimbanganrasional. Selain
rasionalisasinya diragukan, HBM juga tidak memberikanspesifikasi yang tepat
terhadap kondisi ketika individu membuat pertimbangan tertentu (Maulana, 2009 :
58).
c. HBM hanya memerhatikan keyakinan kesehatan. Kenyataannya orang dapat
membuat banyak pertimbangan tentang perilaku yang tidak berhubungan dengan
kesehatan, tetapi masih memengaruhi kesehatan. Sebagai contohnya, seseorang dapat
bergabung dengan kelompok olahraga karena kontak sosial atau ketertarikan pada
seseorang dalam kelompok tersebut. Keputusan yang diambil tidak ada kaitannya
dengankesehatan, tetapi memengaruhi kondisi kesehatannya (Maulana, 2009 : 58).
d. Berkaitan dengan ukuran komponen-komponen HBM, banyak studi menggunakan
konsep operasional dan pengenalan yang berbeda sehingga sulit dibandingkan. Hal
ini menunjukkan hasil yang tercampur dan prediksi yang tidak konsisten. Analisis
model ini menunjukkan bahwa berbagai prediktor dapat berubah sewaktu-waktu
(Maulana, 2009 : 58).

Sumber :

Hupunau Eri Rambu (2019) ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK
USIA TODDLER BERDASARKAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL

Anda mungkin juga menyukai