Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

A. Teori Lawrence Green


Teori lawrence green tentang perilaku kesehatan, perilaku precede-proceed dari
Lawrence Green dan M.Kreuter (2005), bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh
faktor-faktor individu maupun lingkungan dan karena itu memiliki dua bagian utama
yang berbeda, bagian pertama adalah PRECEDE terdiri atas Predisposing,
Reinforcing, Enabling, constructs in,educational/ecological, diagnosis dan evaluation.
Bagian kedua adalah Proceed yang terdiri atas Policy,Regulatory, organizational,
Constructs in, Educational, Environment dan Development. (Fertman,2010).
Menurut Green Lawrence dalam teori ini bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi
oleh dua faktor yakni faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Faktor perilakau
dipengaruhi oleh 3 hal yakni (Notoatmodjo,2010); (Irwan, 2017); (Gochman, 1998):
a. Faktor-faktor predisposisi, yakni faktor-faktor yang mempermudah terjadinya
perilaku seseorang.Faktor-faktor ini terwujud dalam pengetahuan,sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, norma sosial, budaya dan faktor
sosiodemografi.
b. Faktor-faktor pendukung, yakni faktor-faktor yang memfasilitasi suatu perilaku.
Yang termasuk kedalam faktor pendukung adalah saranna dan prasarana
kesehatan.
c. Faktor-faktor pendorong, yakni faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya suatuu perilaku. Faktor-faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas lain yang merupakan kelompok referensi perilaku masyarakat.

Dari teori Precede dan proceed diketahui bahwa salah satu cara mengubah
perilaku adalah dengan melakukan intervensi terhadap faktor predisposisi yaitu
mengubah pengetahuan,sikap dan persepsi terhadap masalah kesehatan melalui
kegiatan pendidikan kesehatan. Tetapi dalam teori lawrence green yang sering dibahas
ada lima yaitu:

a. Teori Norma Sosial, teori ini mengatakan bahwa individu cenderung mengikuti
norma sosial dalam perilaku mereka erkait lingkungan. Jika seseorang percaya
bahwa tindakan pro-lingkungan diterima dan dihargai dalam masyarakat, mereka
lebih cenderung meniru perilaku tersebut.
b. Teori sikap, teori ini fokus pada pengaruh sikap individu terhadap perilaku mereka
terkait lingkungan. Jika seseorang memiliki sikap yang positif terhadap tindakan
pro lingkungan, mereka lebih mungkin mengambil tindakan tersebut.
c. Teori kepercayaan dan persepsi, teori ini menekankan peran kepercayaan dan
persepsi individu terkait lingkungan, jika individu percaya bahwa tindakan mereka
dapat membuat perbedaan dalam menjaga lingkungan,mereka lebih cenderung
melakukan tindakan tersebut.
d. Teori motivasi, teori ini fokus pada faktor motivasi individuuntuk berperilaku pro-
lingkungan. Motivasi ini bisa berupa insentif ekonomi,dorongan internal,atau
faktor-faktor lain yang mendorong individu untuk berperilaku ramah lingkungan.
e. Teori pengendalian diri, teori ini menyoroti kemampuan individu untuk
mengendalikan perilaku mereka terkait lingkungan. Pengendalian diri mancakup
kemampuan untuk mengatasi hambatan dan godaan yang mungkin menghalangi
tindakan yang pro-lingkungan.
B. Teori Health Belief Model Triad Epidemiologi
Health Belief Model perama dikembangkan pada tahun 1950an oleh sekelompok
psikologi sosial pada US Public Health Service untuk menjelaskan kegagalan orang
berpartisipasi dalam program pencegahan atau pendeteksian penyakit.Kemudian
model tersebut diperluas agar dapat diterapkan pada respons orang terhadap gejala
dan perilakunya dalam respons pada diagnosis penyakit, khususnya kepatuhan pada
regimen medis.
Teori perilaku model The Health Belief biasa digunakan dalam menjelaskan
perubahan perilaku kesehatan di masyarakat. Beberapa hal yang dikembangkan dalam
model the health belief antara lain teori adopsi tindakan (action). Teori ini
menekankan pada sikap dan kepercayaan individu dalam berperilaku khususnya
perilaku kesehatan.
Health Belief Model merupakan teori nilai harapan , konsep nilai harapan, dalam
konteks perilaku terkait kesehatan, maka konsep tersebut berubah menjadi keinginan
untuk menghindarkan penyakit atau menjadi sehat (nilai) dan keyakinan bahwa
tindakan perkiraan individu tentang kerentanan pribadi terhadap penyakit dan berat
penyakit serta kemungkinan kemampuan untuk mereduksi ancaman tersebut melalui
tindakan pribadi. Health Belief Model dikembangkan dari teori perilaku, yang antara
lain berasumsi bahwa perilaku seseorang tergantung pada nilai yang diberikan
individu pada suatu tujuan dan perkiraan individu terhadap kemungkinan bahwa
perilakunya akan dapat mencapai tujuan tersebut (Bandura, 1989; Glanz, 2008).
Konsep utama dari health belief model adalah perilaku sehat ditentukan oleh
kepercayaan individu atau presepsi tentang penyakit dan sarana yang tersedia untuk
menghindari terjadinya suatu penyakit.
mengeksplorasi mengapa individu terlibat dalam perilaku yang meningkatkan
kesehatan atau mengambil tindakan pencegahan ini mempertimbangkan beberapa
faktor:
1. Kerentanan yang dirasakan (Perceived Susceptibility)
Dimensi persepsi kerentanan mengukur persepsi subyektif individu terhadap
risiko terkena kondisi kesehatan.Untuk kasus penyakit medis, dimensi tersebut
telah dirumuskan ulang sehingga meliputi penerimaan individu terhadap
diagnosis, penilaian pribadi akan kerentanan ulang (resusceptibility) dan
kerentanan terhadap penyakit secara umum (Bandura, 1994; Glanz, 2008).
Jadi, Pentingnya dimensi ini dalam teori health belief model adalah bahwa
persepsi individu tentang kerentanan mereka terhadap penyakit atau kondisi
kesehatan tertentu dapat mempengaruhi tindakan kesehatan yang mereka
ambil.jika seseorang merasa rentan terhadap suatu penyakit dan percaya bahwa
tindakan pencegahan atau pengobatan tertentu akan mengurangi risiko,mereka
mungkin cenderung untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang
dianjurkan.pemahaman terhadap dimensi ini penting dalam merancang intervensi
kesehatan masyarakat dan program-program pencegahan penyakit, karena
membantu mengidentifikasi faktor-faktor psikologis mempengaruhi perilaku
individu terkait dengan kesehatan mereka.
2. Keparahan yang dirasakan (Perceived Severity)
Persepsi ini menjelaskan perasaan tentang keseriusan terkena penyakit atau
membiarkannya tak terobati. Persepsi keparahan meliputi evaluasi
konsekuensimedis dan klinis (misal,kematian,cacat dan nyeri) serta kemungkinan
konsekuensi sosial (pengaruh terhadap kondisi kerja, kehidupan keluarga dan
hubungan sosial). Kombinasi kerentanan dan keparahan tersebut di naman
persepsi ancaman (perceived threat).
Persepsi keparahan adalah faktor penting dalam pengambilan keputusan terkait
kesehatan. Ketika seseorang menganggap suatu penyakit atau kondisi sebagai
sesuatu yang serius atau berpotensi merugikan maka cenderung mencari
perawatan medis yang tepat dan mengikuti rekomendasi perawatan medis yang
tepat dan mengikuti rekomendasi perawatan dengan lebih tekun. Sebaliknya, jika
seseorang menganggap suatu penyakit atau kondisi kurang serius, mereka
mungkin cenderung kurang peduli terhadap perawatan medis atau membiarkannya
terobati.yang harus diingat bahwa intensitas persepsi dapat bervariasi antara
individu, dan dokter dan profesional kesehatan sering berperan penting dalam
memberikan informasi yang akurat dan membantu pasien memahami sejauh mana
suatu penyakit atau kondisi dapat berdampak pada mereka.
3. Manfaat yang dirasakan (Perceived Benefit)
Manfaat yang di rasakan merupakan faktor penting dalam memahami perilaku
kesehatan seseorang. Manfaat yang dirasakan ini mencerminkankeyakinan
individu terhadap efektivitas suatu tindakan dalam mengurangi ancaman terhadap
kesehatan seseorang.
4. Hambatan ( Perceived Barrier)
Akan menghambat pelaksanaan perilaku yang disarankan. Terjadi semacam
analisisseseorang menimbang antara dugaan efektivitas tindakan dan persepsi
bahwa tindakan tersebut berefek samping negatif, tidak menyenangkan,tidak
nyaman, makan waktu dan sebagainya. Jadi kombinasi kadar kerentanan dan
keparahan memberikan energi atau daya untuk bertindak dan persepsi manfaat
lebih sedikit hambatan memberikan jalan bagi tindakan. Misalkan seseorang
melakukan analisis mental yang rumit untuk menimbang semua faktor ini
sebelummereka memutuskan apakah akan melakukan tindakan kesehatan atau
tidak. Jika hambatannya lebih besar daripada manfaat yang dipersepsikan, mereka
mungkin cenderung tidak melakukan tindakan tersebut. Sebaliknya, jika
manfaatnya lbih besar daripada hambatannya,mereka mungkin lebih cenderung
mengambil tindakan.
5. Isyarat Bertindak (Cues to Action)
Berbagai formulasi awal Health Belief Model membahas konsep cues (isyarat)
yang memicu tindakan. Persepsi kerentanan dan persepsi manfaat hanya dapat
dipontensialisasi dengan faktor lain, khususnya isyarat berupa peristiwa badani
dan peristiwa lingkungan, misal publisitas media yang memicu tindakan.
Model ini digunakan untuk menjelaskan perilaku individu terkait dengan
kesehatan dan bagaimana kepercayaan seseorang terhadap suatu kondisi atau
penyakit dapat mempengaruhi keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan
tertentu.
C. Triad Epidemiologi
Pengertian Epidemiologi menurut asal kata, jika ditinjau dari asal kata
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu Epi yang
berarti pada atau tentang, Demos yang berarti penduduk dan kata terakhir adalah
Logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang penduduk. Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini
adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta
determinant masalah kesehatan pada sekelompok orang atau masyarakat serta
determinasinya (faktor-faktor yang mempengaruhinya).
Penyakit menular timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari agen,
induk semang atau lingkungan. Bentuk ini tergambar didalam istilah yang dikenal luas
dewasa ini. Yaitu penyebab majemuk (multiple causation of disease) sebagai lawan
dari penyebab tunggal (single causation). Didalam usaha para ahli untuk
mengumpulkan pengetahuan mengenai timbulnya penyakit, mereka telah melakukaN
eksperimen terkendali untuk menguji sampai dimana penyakit itu bisa di cegah
sehinga dapat meningkat taraf hidup penderita. Dalam epidemiologi ada tiga faktor
yang dapat menerangkan penyebaran (distribusi) penyakit atau masalah kesehatan
yaitu orang (person), tempat (place), dan waktu (time). Informasi ini dapat digunakan
untuk menggambarkan adanya perbedaan keterpaparan dan kerentanan. Perbedaan ini
bisa digunakan sebagi petunjuk tentang sumber, agen yang bertanggung jawab,
transisi, dan penyebaran suatu penyakit
Model triad epidemiologi adalah sebuah konsep yang digunakan dalam bidang
epidemiologi untuk memahami dan menganalisis penyakit infeksi. Model ini
membantu epidemiologis dalam memahami faktor-faktoro yang berperan dalam
penyebaran penyakit. Model ini terdiri dari tiga komponen utama, yang disebut
sebagai “triad epidemiologi” yaitu:
1. Angen
Agent adalah penyakit, bisa berupa bakteri, virus, parasit, jamur atau kapang yang
merupakan agent yang ditemukan sebagai penyebab penyakit infeksius. Pada
penyakit, kondisi,ketidakmampuan,cedera, atau situasi kematian lain,agent dapat
berupa zat kimia, faktor fisik seperti radiasi atau panas, defiisiendi gizi, atau
beberapa subtansi lain seperti racun ular berbisa. Satu atau beberapa agent dapat
berkontribusi pada suatu penyakit. faktor agent juga dapat digantikan dengan
faktor penyebab, yang menyiratkan perlunya dilakukan identifikasi terhadap
faktor penyebab atau faktor etiologi penyakit, ketidakmampuan, cedera, dan
kematian. Sifat-sifat agent biologis yaitu:
a) Patogenesis : kemampuan menimbulkan reaksi pada pejamu baik subklinis
maupun klinis. Proporsi orang yang terinfeksi berkembang menjadi
penyakit klinis
b) Virulensi: derajat berat ringannya reaksi yang ditimbulkan oleh agen
biologik. Proporsi orang dengan penyakit klinis menjadi sakit yang berat
atau mati.
c) Imunogenitas: suatu kemampuan menghasilkan kekabalan/imunitas.
d) Infektivitas: kemampuan unsur penyebab/agent untuk masuk dan
berkembang biak serta menghasilkan infeksi dalam tubuh pejamu dan
patogenesis
2. Host (Pejamu), Komponen kedua adalah inang atau individu yang dapat terinfeksi
oleh agen penyebab penyakit. Hewan ini bisa menjadi manusia, hewan atau
organisme lain yang rentan terhadap penyakit. Faktor-faktor seperti sistem
kekebalan tubuh, usia,jenis kelamin, dan kondisi kesehatan mempengaruhi
seberapa rentan seseorang terhadap infeksi.
3. Lingkungan (Environment), Komponen ketiga adalah lingkungan di mana
interaksi antara agen penyebab penyakit dan inang terjadi. Lingkungan ini
mencakup faktor-faktor seperti iklim, sanitasi, pola hidup, dan faktor sosial
ekonomi. Lingkungan yang buruk atau tidak sehat dapat memfasilitasi penyebaran
penyakit, sementara lingkungan yang sehat dapat membantu mencegah
penyebaran penyakit.
Model triad epidemiologi membantu epidemiologi untuk memahami bagaimana
interaksi antara komponen ketiga ini dapat mempengaruhi penyebaran
penyakit.Selain itu, model ini juga berguna dalam merencanakan intervensi dan
pengendalian penyakit, karena memahami bagaimana agen, masyarakat, dan
lingkungan berinteraksi dapat membantu dalam merancang strategi pencegahan
dan pengendalian penyakit. penting untuk diingat bahwa model tried epidemiologi
adalah kerangka dasar dalam epidemiologi dan bahwa setiap penyakit memiliki
karakteristik unik yang dapat mempengaruhi cara model ini diterapkan dalam
situasi tertentu.
a. Karakteristik Penyakit Menular
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain
ditentukan oleh tiga faktor tersebut diatas, yakni faktor Agen atau penyebab
penyakit Agen merupakan pemegang peranan penting didalam epidemiologi yang
merupakan penyebab penyakit. Agen dapat dikelompokkan menjadi Golongan
virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya, Golongan riketsia,
misalnya typhus, Golongan bakteri, misalnya disentri, Golongan protozoa,
misalnya malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya. Faktor Host (manusia)
sejauh mana kemampuan host didalam menghadapi invasi mikroorganisme yang
infektius itu, berbicara tentang daya tahan. Misalnya Imunitas seseorang. Faktor
Route of transmission (jalannya penularan). Penularan penyakit dapat dilihat dari
potensi infeksi yang ditularkan. Infeksi yang ditularkan tersebut berpotensi wabah
atau tidak.
Karakteristik penyakit menular Secara umum memiliki gejala klinik yang
berbeda-beda sesuai dengan faktor penyebab penyakit tersebut. Berdasarkan
manifestasi klinik maka karakteristik penyakit menular terdiri dari :
1) Spektrum Penyakit Menular
Pada proses penyakit menular secara umum dijumpai berbagai manifestasi
klinik, mulai dari gejala klinik yang tidak tampak sampai keadaan yang berat
disertai komplikasi dan berakhir cacat / meninggal dunia.Akhir dari proses
penyakit adalah sembuh, cacat atau meninggal. Penyembuhan dapat lengkap
atau dapat berlangsung jinak (mild) atau dapat pula dengan gejala sisa yang
berat (serve sequele).
2) Infeksi Terselubung (tanpa gejala klinis)
Adalah keadaan suatu penyakit yang tidak menampakan secara jelas dan
nyata dalam bentuk gejala klinis yang jelas sehingga tidak dapat di diagnosa
tanpa cara tertentu seperti tes tuberkolin, kultur tenggorokan, pemeriksaan
antibody dalam tubuh dan lain-lain. Pada proses perjalanan penyakit menular
di dalam masyarakat sektor yang memegang peranan penting adalah faktor
penyebab /agent yaitu organisme penyebab penyakit menular, sumber
penularan yaitu reservoir maupun resources, cara penularan khusus melalui
mode of transmission.
3) Sumber Penularan
Merupakan media yang menjadikan suatu penyakit tersebut bisa menyebar
kepada seseorang.Sumber ini meliputi,penderita,pembawakuman, Binatang
sakit,tumbuhan/ enda.Cara Penularan. Penyakit dapat menyerang seseorang
dengan bebarapa cara diantaranya, Kontak langsung, Melalui udara, Melalui
makanan / minuman, Melalui vector, Keadaan Penderita.Suatu penyebab
terjadinya penyakit sangat tergantug pada kondisi tubuh / imunitas seseorang.
Makin lemahnya seseorang maka sangat mudah menderita penyakit. Kondisi
ini terdiri dari keadaan umum, kekebalan, status gizi, keturunan, cara Keluar
dan cara masuk sumber. Kuman penyebab penyakit dapat menyerang
seseorang melalui beberapa cara yaitu ; Mukosa / kulit, Saluran Pencernaan,
Saluran Pernapasan, Saluran Urogenitalia, Gigitan suntikan, luka, plasenta,
interaksi penyakit dengan penderita.
b. Cara unsur penyebab keluar dari penjamu (Reservoir)
Berdasarkan cara unsur penyebab keluar dari pejamu, penyakit menular dapat
melalui konjungtiva seperti penyakit mata,melalui saluran napas (droplet) ;
karena batuk, bersin, bicara atau udara pernapasan. Seperti penyakit TBC,
influensa, difteri, campak, dan lainlain, melalui pencernaan ; lewat ludah,
muntah atau tinja. Seperti penyakit kolera, tifus abdominalis, kecacingan,
melalui saluran urogenitalia yaitu penyakit hepatitis, melalui luka pada kulit
atau mukosa, seperti penyakit sifilis, frambusia, secara mekanik,seperti
suntikan atau gigitan, antara lain penyakit malaria, hepatitis, AIDS
c. Cara penularan (Mode of Transmission)
Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk
mendapatkan potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu jalur lingkaran
perjalanan khusus atau suatu jalur khusus yang disebut jalur penularan. Tiap
kelompok memiliki jalur penularan tersendiri dan pada garis-garis besarnya
dapat di bagi menjadi dua bagian utama yakni:
 Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara langsung dari
penderita atau resevoir, langsung ke penjamu potensial yang baru.
 Penularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi dengan melalui
media tertentu seperti melalui udara (air borne) dalam bentuk droplet dan
dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector
borne).
Berdasarkan tingkat patogenisitasnya, penyakit menular pada hakekatnya
dibagi atas 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1) Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian cukup tinggi.
2) Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan cacat,
walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama.
3) Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapi dapat
mewabah yang menimbulkan kerugian materi.
D. Teori Simpul
Kesehatan lingkungan menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia) adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
terciptanya kulitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Menurut WHO kesehatan
lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Paradigma kesehatan
lingkungan atau teori simpul merupakan metode yang kita bisa gunakan untuk melihat
dan menganaisis penyebab kesehatan dan dapat digunakan untuk merancang ditahap
mana dapat dilakukan pencegahan secara efektif dan efisien. Kesehatan lingkungan
merupakan salah satu aspek kesehatan masyarakat, sebagai salah satu aspek kesehatan
masyarakat, sebagai salah satu komponen program dalam mencapai tujuan kesehatan
masyarakat yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam sejarah
perkembangan kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan merupakan salah satu
point penting yang harus diperhatikan yang mana dalam mengembangkan pelayanan
kesehatan masuyarakat harus disertai pula upaya kesehatan lingkungan.
Sedangkan ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang
mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau
masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang di
duga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari
upaya untuk penanggulangan dan pencegahan selain itu sering kita kenal ilmu sanitasi
lingkungan yang merupakan bagian dari kesehatan lingkungan yang meliputi tatacara
dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan
hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam
kelangsugan hidup manusia (Chandra 2007).
Gambar paradigma kesehatan lingkungan atau teori simpul dapat menjelaskan bahwa
terdapat 5 simpul didala diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Simpul 1 yaitu sumber penyakit.


Sumber penyakit adalah titik dimana dapat mengemiskan agent penyakit. agent
peyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan (penyakit) melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara
yang mana juga merupakan komponen lingkungan. Agen penyakit dapat dibagi
menjadi 3 kelompok besar yaitu mikroorganisme (virus,jamur,bakteri dll),
kelompok fisik (kebisingan,getaran,radiasi) dan kelompok bahan kimia toksik
(petisida,merkuri,cadmium dll).
2. Simpul 2 yaitu media transmisi penyakit
Media transmisi penyakit adalah wahana atau alat perantara yang di gunakan
penyakit untuk dapat menyebar secara luas. Media transmisi penyakit antara lain
udara,air,tanah/pangan,binatang atau serangga dan bisa juga manusia secara
langsung media transmisi penyakit tidak akan menimbulkan potensi penyakit jika
didalamnya tidak ada bibit penyakit atau bibit penyakit.
3. Simpul 3 yaitu perilaku pemenjanan (Behavioural Exposure)
Perilaku pemejanan adalah kegiatan kontak antara manusia dengan komponen
lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit.Agent penyakit dengan
atau tanpa penumpang komponen lingkungan lain dapat masuk kedalam tubuh
melalui suatu proses yang di kenal dengan proses “hubungan interaktif”.
4. Simpul 4 yaitu Kejadian Penyakit
Dampak adalah suatu hasil dari interaksi antara sumber penyakit dengan manusia,
dampak disini bisa berupa sakit maupun sehat. Penyakit merupakan outcame
interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya
gangguan kesehatan. Penyakit bisa berupa kelain bentuk, kelainan fungsi, kelainan
genetik, yang mana merupakan hasil interaksi dengan lingkungan baik fisik
maupun sosial.
5. Simpul 5 yaitu Variabel Supersistem
variabel supersistem disini adalah iklim, topografi, suhu lingkungan, kelembaban
dan supersistem lainya yakni keputusan politik berupa kebijakan mikro dan makro
yang bisa mempengaruhi semua simpul, misanya adalah kebijakan pembangunan
berwawasan lingkungan kesehatan.

Gambar dibawah ini merupakan salah satu gambaran paradigma kesehatan yang
menjelaskan penularan penyakit yang bersumber dari air limbah tinja kepada
manusia:

Melalui teori simpul berdasarkan gambar rantai penularan penyakit yang bersumber
dari air limbah dapat kita tarik kesimpulan bahwa pencegahan penularan penyakit
yang efektif adalah pada simpul yang pertama yaitu pada air limbah dan tinjanya. Hal
yang dapat kita lakukan adalah dengan melakukan pengolahan pada air limbah
sebelum masuk kewahana yang berupa air, tangan, serangga, maupun tanah.
Pengolahan air limbah atau tinja dapat berupa menguraikan zat-zat yang terkandung
didalam air limbah tersebut diolah dengan teknologi sehingga zat-zat yang berbahaya
tersebut dapat hilang atau berkurang. Teknologi pengolahan limbah dan tinja sering
kita kenal dengan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). IPAL ini terdapat
berbagai macam metode dan teknik yang mana tujuannya adalah mengelola limbah
yang tadinya berbahaya menjadi aman baik bagi lingkungan maupun bagi manuisanya
sendiri.
Paradigama kesehatan lingkungan atau teori simpul merupakan metode yang kita bisa
gunakan untuk melihat dan menganalisis penyebab kesehatan dan dapat digunakan
untuk merencang ditahap mana dapat dilakukan pencegahan secara efektif dan efisien.
Pengendalian penularan yang paling efektif dan efisien adalah dengan memutus mata
rantai penularan langsung pada sumbernya.

E. Teori Bloom
Taksonomi merupakan sistem klasifikasi (Yaumi, Muhammad: 2013) yang
berasal dari bahasa Yunani dan mengandung dua arti yaitu “Taxis/pengaturan” dan
“Nomos/ ilmu pengetahuan” (Wibowo, Tri: 2007).
Taksonomi Bloom berangkat dari pemikiran seorang psikolog pendidikan yaitu
Dr. Benjamin Boom (1956) yang membentuk pemikiran pendidikan pada level yang
lebih tinggi, yaitu menganalisis dan mengevaluasi konsep, proses, prosedur, dan
prinsip, bukan hanya mengingat fakta/hafalan (Zhou & Brown,2017).
Pada tahun 1956, Bloom menerbitkan karyanya yang berjudul “Taxonomy of
Educational Objective Cognitive Domain”, dilanjutkan pada tahun 1964 dengan
karyanya “Taxonomy of Educataional Objectives, Affective Domain”. Produktifitas
Bloom tidak berhenti sampai di situ. Pada tahun 1971, Bloom berkarya kembali
dengan mempublikasikan karyanya yang berjudul “Handbook on Formative and
Summatie Evaluation of Student Learning”, serta di tahun 1985 keluar kembali karya
Bloom yang berjudul “Developing Talent in Young People” (Winkel, 2007).
Taksonomi Bloom banyak diterapkan ketika merencanakan tujuan belajar dan
pembelajaran dan berbagai aktifitas pembelajaran.Pada awal penyusunan
taksonominya, Bloom merumuskan dua domain pembelajaran yaitu domain kognitif:
keterampilan mental (pengetahuan), dan domain afektif: pertumbuhan perasaan atau
bidang emosional (sikap). Pada tahun 1966, Simpson merumuskan satu domain untuk
melengkapi taksonomi yang dicetuskan oleh Bloom, yaitu domain psikomotor:
keterampilan manual atau fisik (keterampilan). Simpson memperkenalkan “The
Classification of Educational Objectives in the Pyschomotor Domain” dan Dave
(1967) memperkenalkan “Psychomotor Domain”.
Teori Bloom, yang sering disebut sebagai Taksonomi Bloom, adalah sebuah
kerangka kerja pendidikan yang pertama kali dikembangkan oleh seorang psikolog
bernama Benjamin S.Bloom pada tahun 1956. Tujuan utama dari taksonomi ini adalah
untuk membantu guru dan pengajar merancang tujuan pembelajaran yang konkret dan
mengukur kemajuan siswa dengan lebih efektif. Taksonomi Bloom
mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam enam tingkat hierarki, mulai dari
yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Ini membantu dalam merancang
aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan keterampilan
siswa. Berikut adalah enam tingkat taksonomi Bloom:
1. Pengetahuan (Pengetahuan):Tingkat ini berisi pengingatan informasi dasar
seperti fakta, konsep, atau prinsip. Siswa diberi tugas untuk mengingat atau
mengidentifikasi informasi.
2. Pemahaman (Comprehension):Pada tingkat ini, siswa diharapkan dapat
menginterpretasikan informasi, merangkumnya, dan menjelaskannya dengan
kata-kata mereka sendiri. Ini melibatkan pemahaman konsep-konsep yang lebih
dalam.
3. Penerapan (Application):Pada tingkat ini, siswa diminta untuk menerapkan
pengetahuan mereka dalam situasi-situasi nyata atau baru. Mereka harus dapat
menggunakan informasi yang telah mereka pelajari untuk memecahkan masalah
atau menjalankan tugas-tugas tertentu.
4. Analisis (Analysis): Pada tingkat analisis, siswa diharapkan dapat memecah
informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil,mengidentifikasi
hubungan antara komponen-komponen tersebut, dan menganalisis struktur
informasi.
5. Evaluasi (Evaluation):Pada tingkat ini, siswa diberi kesempatan untuk
menyebarkan informasi, argumentasi, atau ide-ide.Mereka harus dapat membuat
penilaian dan memutuskan nilai atau keefektifan suatu hal berdasarkan kriteria
tertentu.
6. Penciptaan (Sintesis):Tingkat tertinggi dalam taksonomi Bloom adalah
penciptaan. Di sini, siswa diharapkan untuk menggabungkan elemen-elemen
yang berbeda untuk membuat sesuatu yang baru seperti merancang proyek,
mengembangkan solusi baru, atau menciptakan karya seni.

Taksonomi Bloom telah menjadi alat yang berguna dalam perencanaan


pembelajaran dan pengembangan kurikulum.Ini membantu guru merancang tujuan
yang lebih spesifik dan menyebarkan kemajuan siswa secara lebih mendalam, serta
memberikan arahan tentang jenis aktivitas pembelajaran yang paling sesuai untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Irwan, 2017, Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta: CV. Absolute Media.

Irwan, 2017, Etika dan perilaku kesehatan. Yogyakarta: CV. Absolute Media.

Fithri, kamila nayla, Pengantar Kesehatan Lingkungan,Modul Topik 1.

https://lmsparalel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=%2F50331%2Fmod_resource
%2Fcontent%2F4%2Fmodul%20topik%201.pdf

Nafiati, Amaliah Dewi,202 1.Revisi Taksonomi Bloom: Kognitif,afektif, dan


psikomotorik Vol 21.No 2. Journal Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum.
https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/view/29252

Rachmawati, Chusniah Windi, 2019.Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.


Malang:Wineka Media.

https://fik.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/10/2.-PROMOSI-KESEHATAN-DAN-
ILMU-PERILAKU.pdf

Anda mungkin juga menyukai