Anda di halaman 1dari 6

Resume teori HEALTH BELIEF

MODELS dan contoh penerapannya


Dosen Pengampu :

Rr. Vita Nurlatif, S. KM., M. Kes

Di Susun Oleh :

1. Ainun fuadina (1222007291)


2. Putri kurniasari (1222007311)
3. Dewi mafazati (122200361)
4. Agustina setyaningsih (1222007461)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dasar HealthBelief Model (HBM)

1.1 Pengertian

Secara bahasa, Health Belief Model (HBM) memilki tiga kata utama
sebagai sebuah konsep, yakni health, believe, dan modal. Health diartikan sebagai
keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun social, dan tidak hanya bebas dari
penyakit dan catat World Health Organization (WHO, 2017). Health Belief Model
adalah teori yang paling umum digunakan dalam pendidikan kesehatan dan promosi
kesehatan (Glanz & Lewis, 2010; National Cancer Institute /NCI, 2010). Health
Belief Model ini juga menjadi salah satu dari teori perilaku kesehatan (Maulana,
2010). Dimana teori kesehatan perilaku adalah kombinasi antara pengetahuan,
pendapat, dan tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang mengacu
pada kesehatan mereka (Kennedy, 2011).

Hubungan antara keyakinan terhadap kesehatan dan perilaku sangat


berkaitan erat terhadap kepercayaan dan perilaku dimana yang diyakini seseorang
dalam mengambil tindakan positif atau negatif Lewin (1951 dalam Charles
Abraham dan Paskah Sheeran 2015). Teori Health belief model merupakan suatu
konsep yang mengungkapkan alasan dari individu untuk mau atau tidak mau
berperilaku sehat (Becker, 1984). Health Belief Model adalah teori yang paling
umum digunakan dalam pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan (Glanz &
Lewis, 2010; National Cancer Institute /NCI, 2010). Health Belief Model ini juga
menjadi salah satu dari teori perilaku kesehatan (Maulana, 2010). Dimana teori
kesehatan perilaku adalah kombinasi antara pengetahuan, pendapat, dan tindakan
yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang mengacu pada kesehatan mereka
(Kennedy, 2011).

Hubungan antara keyakinan terhadap kesehatan dan perilaku sangat berkaitan


erat terhadap kepercayaan dan perilaku dimana yang diyakini seseorang dalam
mengambil tindakan positif atau negatif Lewin (1951 dalam Charles Abraham dan
Paskah Sheeran 2015). Teori Health belief model merupakan suatu konsep yang
mengungkapkan alasan dari individu untuk mau atau tidak mau berperilaku
sehat (Becker, 1984). Konsep utama dari HBM adalah perilaku sehat ditentukan
oleh kepercaaan individu atau presepsi tentang penyakit dan sarana yang tersedia
untuk menghindari terjadinya suatu penyakit. Dari pengertian-pengertian mengenai
HBM yang sudah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa HBM adalah model
yang menspesifikasikan bagaimana individu secara kognitif menunjukkan perilaku
sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau penyembuhan suatu penyakit.

Health belief model merupakan model kognitif, yang digunakan untuk


meramalkan perilaku dari seseorang dalam upaya meningkatan kesehatan (Putri,
2016). Menurut teori Health belief model, kemungkinan seseorang melakukan
tindakan pencegahan dipengaruhi secara langsung dari hasil tiga keyakinan atau
penilaian kesehatan (helath beliefs), diantaran lainnya adalah sebagai berikut :

1. Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury)
Hal ini mengacu pada sejauh mana seorang berpikir bahwa penyakit atau
kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Oleh karena itu, jika
ancaman yang dirasakan meningkat, perilaku pencegahan juga akan meningkat
(Maulana, 2010).
2. Keuntungan dan kerugian (benefit and costs)
Pertimbangan antara keuntungan dan kerugian perilaku untuk memutuskan
melakukan tindakan pencegahan atau tidak (Maulana, 2010)
3. Petunjuk berperilaku juga diduga tepat untuk memulai proses perilaku, yang
disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol (salient position). Hal
ini berupa berbagai informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan
kesehatan (misalnya media massa, kampanye, nasihat orang lain, penyakit dari
anggota keluarga yang lain atau teman) (Maulana, 2010)
II. Gambara Health Belief Model (HBM)
Gambaran HBM terdiri dari 4 dimensi, diantaranya:
a. Perceived susceptibility atau kerentanan yang dirasakan konstruk tentang
resiko atau kerentanan (susceptibility) personal. Hal ini mengacu pada
persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko dari kondisi
kesehatannya. Di dalam kasus penyakit secara medis, dimensi tersebut
meliputi penerimaan terhadap hasil diagnosa, perkiraan pribadi terhadap
adanya resusceptibilily (timbul kepekaan kembali), dan susceptibilily
(kepekaan) terhadap penyakit secara umum.
Perceived susceptibility disebut juga sebagai kerentanan yang
dirasakan atau sebagai presepsi subyektif seseorang tentang risiko
terkena penyakit (Anies, 2016). ini juga mengacu pada keyakinan tentang
kemungkinan mendapatkan suatu penyakit, misalnya, seorang wanita
pasti percaya ada kemungkinan mendapatkan penyakit kanker payudara
sebelum dia mendapatkan mammogram (Hayden, 2017).
b. Perceived seriousness
disebut juga sebagai keparahan/keseriusan yang dirasakan. Keparahan /
keseriusan yang dirasakan bermaksud sebagai presepsi seseorang
terhadap tingkat keparahan penyakit yang diderita individu (Anies,
2016). Sehingga perceived seriousness juga memiliki hubungan dengan
perilaku sehat, jika presepsi keparahan individu tinggi maka ia akan
berperilaku sehat (Conner, dkk, 2013).
Perceived seriousness ini juga mengacu pada tingkat keparahan kondisi
(konsekuensi medis yang meliputi kecacatan, rasa sakit, atau kematian)
dan dampaknya terhadap gaya hidup (konsekuensi social yang meliputi
kemampuan kerja, hubungan social, dan lain-lain). Contohnya individu
percaya bahwa merokok dapat menyebabkan kanker.
c. Perceived benefitsm,
manfaat yang dirasakan.Penerimaan susceptibility sesorang terhadap
suatu kondisi yang dipercaya dapat menimbulkan keseriusan (perceived
threat) adalah mendorong untuk menghasilkan suatu kekuatan yang
mendukung kearah perubahan perilaku. Ini tergantung pada kepercayaan
seseorang terhadap efektivitas dari berbagai upaya yang tersedia
dalammengurangi ancaman penyakit, atau keuntungan-keuntungan yang
dirasakan (perceived benefit) dalam mengambil upaya-upaya kesehatan
tersebut. Ketika seorang memperlihatkan suatu kepercayaan terhadap
adanya kepekaan (susceptibility) dan keseriusan (seriousness), sering
tidak diharapkan untuk menerima apapun upaya kesehatan yang
direkomendasikan kecuali jika upaya tersebut dirasa manjur dan cocok.
d. Perceived barriers
Perceived barriers disebut juga sebagai rintangan yang dirasakan.
Ini mengacu pada perasaan seseorang terhadap hambatan untuk
melakukan tindakan kesehatan yang disarankan (Lamorte, 2016). Ada
variasi yang luas dalam perasaan penghalang, atau hambatan, yang
menghasilkan analisis biaya/manfaat. Orang tersebut
mempertimbangkan keefektifan tindakan terhadap persepsi bahwa hal itu
mungkin mahal, berbahaya (misalnya, efek samping), tidak
menyenangkan (misalnya menyakitkan), menyita waktu, atau
merepotkan (Glanz, 2010).
III. Penerapan dan contoh HEALTH BELIEF MODEL
Teori Health Belief Model adalah model teoritis yang dapat digunakan untuk
memandu promosi kesehatan dan program pencegahan penyakit.
Berdasarkan Health Belief Model, orang mengubah perilaku mereka ketika
mereka memahami bahwa sebuah penyakit serius, jika tidak, mereka tidak
akan beralih ke perilaku hidup sehat. Orang akan termotivasi melakukan
tindakan yang akan meningkatkan kesehatan mereka jika mereka percaya
mereka berisiko terhadap penyakit, penyakit berpengaruh negatif pada
kesehatan mereka dan kebiasaan khusus akan meningkatkan kualitas hidup
mereka. Seperti pada pemeriksaan VCT yang merupakan salah satu strategi
kesehatan masyarakat yang di lakukan untuk menekan penyebaran
HIV/AIDS, tngginya kasus HIV/AIDS di Indonesia salah satunya
dikarenakan minta seseorang yang berisiko untuk melakukan pemeriksaan
VCT yang masih rendah.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan pemanfatan klinik VCT pada LSL remaja dengan pendekatan teori
Health Belief Model (HBM). Pwnwlitian ini termasuk penelitian analiotik
korelasi dengan pendekatan Cross sectional. 83 sampel orang dipilih denagn
porposive sampling. Variabel Independen variabel meliputi perceived
susceptibility, perceived benefits, perceived barrier, perceived seriusnes, dan
cues to action. Variabel dependen adalah pemanfaatan layanan VCT. Data di
kumpulkan dengan kuesioner dan di analisis dengan sperman rank.
Contohnya:
Coronavirus merupakan virus yang penyebarannya sangat cepat antar
manusia. Hal ini dapat dilihat dari data persebaran kasus COVID-19 yang
berkembang secara signifikan dan eksponensial di masyarakat. Salah satu
provinsi yang juga terkena adalah Provinsi Jawa Timur. Transmisi lokal
masih terjadi di hampir seluruh kabupaten di Jawa
Timur. Masyarakat harus mengutamakan tindakan pencegahan untuk
memutus rantai penularan di masyarakat dengan menerapkan protokol
kesehatan. Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis faktor yang
berpengaruh terhadap kepatuhan menjalankan protokol kesehatan saat
pandemi COVID-19 pada masyarakat Jawa Timur dengan pendekatan health
belief model.faktor yang mempengaruhi kepatuhan terhadap protokol
kesehatan selama pandemi COVID-19 adalah manfaat yang dirasakan dan
hambatan yang dirasakan. Hasil tersebut dijelaskan dengan menggunakan uji
regresi logistik untuk mengetahui pengaruh persepsi individu terhadap
kepatuhan penerapan protokol kesehatan. Faktor persepsi individu memiliki
hasil yaitu variabel persepsi kerentanan memiliki p value 0,719> 0,05,
variabel persepsi manfaat memiliki p-value 0,005 < 0,05, variabel persepsi
penghalang memiliki p-value 0,001 < 0,05 , variabel kepercayaan diri
memiliki p-value 0,152 > 0,05 dan cue to action memiliki p-value 0,502 >
0,05. faktor yang mempengaruhi kepatuhan terhadap protokol kesehatan
selama pandemi COVID-19 adalah manfaat yang dirasakan dan
hambatan yang dirasakan

Anda mungkin juga menyukai