DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
SEMESTER 3
BAB I
PENDAHULUAN
I LATAR BELAKANG
Perilaku kesehatan masyarakat merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
kualitas kesehatan masyarakat. Belakangan ini, kualitas kesehatan masyarakat di
Indonesia mengalami penurunan akibat perilaku kesehatan masyarakat yang buruk.
Penurunan kualitas kesehatan masyarakat akibat perilaku kesehatan
masyarakat yang buruk ini kemudian menjadi suatu hal yang sangat krusial bagi
petugas kesehatan. Perilaku yang buruk, rusaknya lingkungan, dan penurunan
kualitas kesehatan menjadi siklus yang harus diputus untuk menciptakan kehidupan
masyarakat yang sehat.
Melalui teori Health Belief Model, kita mampu mempelajari perilaku
kesehatan masyarakat yang akan mempermudah pemahaman tehadap perubahan
kualitas kesehatan masyarakat. Melalui pemahaman dan pengaplikasian teori Health
Belief Model yang baik akan tercipta kualitas kesehatan masyarakat indonesia yang
baik pula.
II TUJUAN
Dengan mempelajari teori Health Belief Model ini diharapkan mahasiswa
gizi mempu menjadi calon diploma gizi, yang dapat meningkatkan kualitas
kesehatan di Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Penjelasan
Masyarakat umum mempercayai bahwa kepercayaan terhadap perilaku
akan mmpengaruhi output dari masing-masing individu. Kemudian melalui
pemikiran-pemikiran tersebut kemudian lahirlah peraturan-peraturan yang
membatasi perilaku. Peraturan atau norma yang lahir kemudian menjadi sebuah
intensitas yang pada ahirnya melahirkan sebuah perilaku yang umum dilakukan
dimasyarakat.
Sebagai contoh, masyarakat dilingkungan yang kumuh beranggapan
bahwa membuang sampah disembarang tempat adalah hal yang biasa. Kemudian,
karena pemikiran tersebut maka muncul kebiasaan membuang sampah tidak pada
tempatnya didaerah yang kumuh. Kebiasaan tersebut pada akhirnya melahirkan
perilaku hidup tidak sehat yang menjadikan kualitas kesehatan masyarakat di
daerah kumuh juga menurun.
Kasus Hipertensi
Kampanye skrining (pemeriksaan) tekanan darah tinggi, dilakukan untuk
mengindentifikasi orang yang beresiko mengalami serangan jantung dan stroke.
Tetapi, orang yang mengalami hipertensi tidak selalu mengeluh sakit malahan
sebagian besar orang dengan hipertensi tidak mengalami gejala apa pun. Jadi,
orang-orang tersebut berpikir tidak perlu mengkonsultasikan masalah hipertensi
dengan dokter, mengikuti anjuran untuk diet rendah garam, mengontrol berat
badan, atau meminum obat anti hipertensi. Karena faktanya, hanya sebagian kecil
orang dengan hipertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg) yang mengeluhkan
gejala seperti sakit kepala, mimisan, nafas pendek, dan kecemasan. Sering
pertama kali pasien dengan hipertensi didiagnosa ketika hendak mencari bantuan
kesehatan untuk alasan yang tidak berhubungan dengan hipertensi. Oleh karena
itu, Hipertensi disebut sebagai silent killer pembunuh diam-diam. Teori Health
Belief Model, dapat sangat berguna dalam menganalisa perilaku ketidakpatuhan
tersebut.
Sebelum seseorang menerima diagnosa hipertensi dan mengikuti
treatmen atau Regimen yang dianjurkan, 1) Seseorang tersebut harus yakin bahwa
kondisi hipertensi dapat terjadi tanpa mengalami gejala apa pun (penyakit silent
killer)->Perceived susceptibility: sejauh mana sesorang merasa rentan atau
beresiko mengalami penyakit tersebut. 2) Hipertensi dapat menyebabkan serangan
jantung dan stroke-> perceived severity: sejauh mana seseorang merasa takut atau
mengangap hipertensi merupakan hal yang gawat dan memiliki dampak yang
parah. 3) Mengikuti anjuran untuk meminum obat dan menurunkan berat badan
dapat mengurangi resiko hipertensi -> perceived benefit: sejauh mana anggapan
seseorang bahwa dengan mengikuti anjuran petugas kesehatan akan memberi
manfaat tehindar dari resiko tersebut, jadi sejauh mana nilai keuntungan tersebut
di maknai apakah sangat berharga atau tidak. 4) Pelaksanaan anjuran untuk
mengontrol hipertensi dengan obat atau penurunan berat badan tidak meyebabkan
efek samping atau kesulitan dalam pelaksanaanya -> Perceived Barrier: sejauh
mana seseorang mengangap bahwa untuk mencapai hal tersebut harus ada yang
dikorbankan atau ada harganya misalnya tidak boleh merokok, harus meluangkan
waktu untuk berolahraga, makan tidak enak karena harus mengurangi konsumsi
garam, jadi sering kecing akibat efek dari obat hipertensi (diuretik), dll. 5) Apa
yang akan dilakukan individu melakukan anjuran tersebut atau malah menolak ->
Cues to action (isyarat tindakan): kearah mana seseorang condong berperilaku
setelah mempertimbangkan perceived susceptibility, severity, benefit, dan Barrier.
Komponen cues to action dapat di perkuat melalui, pembagian leaflet atau
informasi mengenai hipertensi, surat pos sebagai reminder (pengingat), kalender
minum obat yang dapat membatu konsintesi perilaku, pembuatan kelompok
senam, dll. 6) jika individu mempunyai pengalaman kegagalan sebelumnya
mengenai sulit untuk berolahraga dan menjaga keteraturannya, maka dibutuhkan
upaya untuk meningkatkan self Eficacy (kemanjuran diri): keyakinan bahwa
individu tersebut mampu untuk melakukan hal tersebut. Dapat diperkuat melalui
pelatihan dan pendampingan.
HBM bisa menjadi sebuah model yang baik, jika masalah kesehatan yang
muncul hanya menyangkut masalah motivasi sebagi bahasan utamanya. Konsep
HBM harus mendapat tambahan bila diterapkan pada rung lingkup yang lebih luas
seperti diberi tambahan dengan konsep motivasi sosial atau ekonomi, seperti
sesorang akan terlihat lebih menarik jika berat badan turun dan akan menghemat
uang jika berhenti merokok. Akan tetapi, tambahan tersebut akan didapatkan dari
model atau teori kesehatan lain, karena fokus utama HBM hanya kepada faktor-
faktor yang berada di dalam individu itu sendiri (intrapersonal).
Mayoritas orang tua balita berumur 26-35 tahun, memiliki etnis Jawa dan
memiliki pendapatan kurang dari satu juta rupiah. Orang tua balita memiliki
tingkat pengetahuan yang cukup mengenai status gizi balita.
Ada hubungan antara persepsi kerentanan (perceived susceptibility) orang
tua terhadap status gizi balita, dibuktikan dengan orang tua telah cukup
mengetahui mengenai risiko penyebab terjadinya permasalahan status gizi, ada
hubungan antara persepsi keseriusan (perceived seriousness) orang tua terhadap
status gizi balita dibuktikan dengan kecemasan orang tua apabila balitanya
mengalami permasalahan gizi, ada hubungan antara persepsi manfaat dan
hambatan (perceived benefit and barrier) terhadap status gizi balita dibuktikan
dengan orang tua lebih menganggap bahwa manfaat yang ditimbulkan oleh
tindakan dalam meningkatkan status gizi lebih besar daripada hambatan yang
diterima dikarenakan oleh faktor pengubah berupa umur, etnis, penghasilan dan
sebagian besar tingkat pengetahuan responden yang cukup baik mengenai status
gizi balita serta ada hubungan antara petunjuk untuk berperilaku (cues to action)
orang tua terhadap status gizi balita dikarenakan mayoritas orang tua telah
mendapatkan informasi kesehatan mengenai status gizi balita dari para petugas
kesehatan di Puskesmas Perak Timur Surabaya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1 The Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus
pada sikap dan keyakinan individu
2 HBM atau Health Belief Model dikembangkan pertama kali tahun 1950-an oleh seorang
psikologf sosial di layanan kesehatan Publik AS yaitu dimulai dengan adanya kegagalan
pada program Pencegahan dan pencegahan penyakit ( Hocbaum 1958,Rosenstok
1960.1974 )
3 Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;
a Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit
atau memperkecil risiko kesehatan.
b Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
c Perilaku itu sendiri.
4 Ada beberapa model perilaku untuk melindungi kesehatan yang umum digunakan yaitu :
a Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) disingkat dengan TRA.
b Teori Motivasi perlindungan (Protection Motivation Theory)
c Teori manfaat yang diharapkan dan subjektif (Subjective Expected Utility)
Saran
Mengingat besarnya manfaat dari teori Health Belief Model ini, maka seharusnya
teori Health Belief Model ini tidak hanya terbatas ilmu yang dipelajari kemudian dilupakan
begitu saja. tetapi seharusnya, seorrang yang mengabdi dibidang kesehatan khususnya
kesehatan masyarakat mampu menerapkan konsep Health Belief Model dalam kehidupan
nyata.
Diharapkan, dengan pemahaman mengenai perilaku kesehatan masyarakat
melalui Health Belief Model, akan tercipta kualitas kesehatan masyarakat Indonesia yang
baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
http://smiqilover.blogspot.com/2009/12/promosi-kesehatan-health-belief-model.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Health_belief_model
http://www.fhi360.org/nr/rdonlyres/ei26vbslpsidmahhxc332vwo3g233xsqw22er3vofqvrfjvub
wyzclvqjcbdgexyzl3msu4mn6xv5j/bccsummaryfourmajortheories.pdf
http://msucares.com/health/health/appa1.htm
http://syilgagemily.blogspot.co.id/2012/06/health-belief-model.html