Anda di halaman 1dari 33

DESAIN PENELITIAN

A. Jenis & Bentuk Penelitian


Pengelompokan jenis penelitian sangat bermacam-macam menurut
aspek mana penelitian itu ditinjau. Jenis-jenis penelitian dapat digolongkan
sebagai berikut :
1. Menurut bidangnya, meliputi penelitian pendidikan, penelitian hukum,
pertanian, ekonomi dan penelitian agama, kesehatan, kedokteran,
keperawatan.
2. Menurut tempatnya, meliputi penelitian laboratorium, perpustakaan,
penelitian kancah.
3. Menurut pemakaiannya, meliputi penelitian dasar (murni) dan
penelitian terapan (terpakai)
4. Menurut tujuannya, meliputi penelitian eksploratife, developmental,
verivikati, eksplanative, dll.
5. Menurut Pendekatannya, meliputi penelitian longitudinal dan
penelitian cross sectional

Juga terdapat beberapa macam bentuk penelitian yang perlu dikenal yaitu :
1. Bentuk penelitian menurut tujuannya, terbagi atas :
a. Penelitian eksploratif, yaitu penelitian untuk menemukan hal baru.
b. Penelitian pengembangan, yaitu penelitian untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan
c. Penelitian Verivikatif, yaitu peneltian untuk menguji kebenaran
suatu fenomena

2. Bentuk penelitian menurut penerapannya, terbagi atas :


a. Penelitian dasar (basic research), yaitu penelitian tentang ilmu
dasar sehingga dengan demikian belum dapat diterapkan diklinik.
Misalnya Daun mahoni dapat menurunkan kadar glukosa darah
pada tikus
b. Penelitian terapan (applied reseach), yaitu penelitian yang hasilnya
langsung dapat digunakan dalam klinik.
3. Bentuk penelitian menurut taraf penelitian, terbagi atas :
a. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang hanya menggambarkan
keadaan suatu penyakit tanpa kesimpulan umum.
b. Penelitian inferensial, yaitu penelitian yang mempunyai taraf
menggambarkan suatu obyek atau peristiwa yang lebih mendalam
dan kesimpulannya diupayakan berlaku umum.

4. Bentuk penelitian menurut sifatnya, terbagi atas :


a. Penelitian korelasional, (penelitian untuk tujuan mencari
hubungan)
b. Penelitian komparatif, (penelitian untuk tujuan mencari
perbandingan)

5. Bentuk penelitian menurut desain, terbagi atas :


a. Penelitian observasional (penelitian non eksperimental), penelitian
yang bertujuan untuk pengamatan.
b. Penelitian Eksperimental, yaitu penelitian yang penelitiannya
memberikan suatu perlakuan, treatment, atau eksperimen

Semua macam riset tersebut diatas, tidak dapat terpisah jenisnya


secara jelas, melainkan sering ada tumpang tindih antara bentuk satu
dengan yang lain.

B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap
pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam
penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan
sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut.
Desain harus disusun dan dilaksanakan dengan penuh perhitungan
agar dapat menghasilkan petunjuk empiris yang kuat relevansinya dengan
pertanyaan penelitian.
Beberapa hal hal penting yang perlu dinilai sebelum kita menentukan jenis
penelitian yaitu :
1. Sejak awal peneliti harus menentukan apakah akan dilakukan
intervensi dalam penelitian tersebut, yaitu dengan melakukan
penelitian intervensional (eksperimental) atau apakah hanya
melakukan pengamatan saja tanpa intervensi yaitu dengan melakukan
observasional.
2. Bila peneliti memilih studi observasional, perlu ditentukan apakah akan
mengadakan pengamatan sewaktu (cross sectional) atau melakukan
follow up dalam jangka waktu tertentu (longitudinal).
3. Apakah akan dilakukan studi retrospektif yaitu meneliti peristiwa yang
sudah berlangsung atau prospektif yaitu dengan mengikuti subjek
untuk meneliti peristiwa yang belum terjadi.
Bagan Pembagian desain penelitian

DESAIN
PENELITIAN

Eksperimental Obsevasional

MACAM :
1. Pra eksperimental Deskriptif : Analitik :
2. eksperimental semu/ Macam : Macam :
Quasi eksperimental 1)Sensus 1)Cross sectional
3 eksperimental sungguhan 2)Survey 2)Case control
(True eksperimental) 3)Studi kasus 3)Cohort
- Prospektive
- Retrospektif

1. Jenis Penelitian Observasional


Berbagai bentuk penelitian observasional antara lain adalah
deskriptif (survey, studi kasus) dan analitik (cross seksional, sub control dan
cohort).

a. Penelitian observasional Deskriptif


Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu
keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada
situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-
langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan
dan laporan.
Metode penelitian deskriptif juga diharapkan seorang peneliti
berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data, jadi peneliti juga menyajikan data, menganalisis dan
menginterpretasikan data. Penelitian ini juga bisa bersifat komparatif,
korelatif ataupun analitik.
Masalah yang layak diteliti dalam penelitian ini adalah masalah yang
sedang banyak dihadapi saat ini, khususnya dibidang pelayanan kesehatan.
Masalah ini baik yang berkaitan dengan aspek yang cukup banyak,
menelaah satu kasus tunggal, mengadakan perbandingan antara satu hal
dengan hal lain, melihat pengaruh sesuatu terhadap faktor yang lain atau
melihat hubungan suatu gejala dengan faktor yang lain.

Contoh :
Peneltian mengenai sikap para petugas kesehatan di poli pada pasien
yang berkunjung, atau studi tentang tingkat kepuasan pasien yang dirawat
di ruang rawat IRNA Bedah G RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Hasil dari
penelitian tersebut adalah pemaparan bagaimana sikap seorang petugas
jaga dipoli rawat jalan, dan juga bagaimana tingkat kepuasan seorang
pasien yang sedang dirawat di IRNA Bedah G Dr. Ramelan Surabaya.

Contoh :
 Survei mengenai sikap para petugas kesehatan (perawat) terhadap
pasien yang dirawat di bangsal bedah.
 Persepsi pasien yang datang ke pengobatan alternatif sangkal
putung.
 Penelitian tentang tingkat kepuasan pasien yang dirawat di ruang A1
RSAL Surabaya.
 Gambaran klinis dan laboratorium penderita nefrotik sindrome

Ciri-ciri dari penelitian deskriptif adalah :


 Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bisa
mengajukan hipotesis atau tidak
 Merancang cara pendekatan, hal yang meliputi macam datanya,
penentuan sampelnya, penentuan metode pengumpulan datanya
dan penyajian hasilnya.
 Tidak perlu kelompok pembanding
 Tidak mencari penyebab suatu masalah
 Mengumpulkan data.
 Penyusunan laporan.
Langkah-langkah Penelitian Deskriptif
Secara umum langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
penelitian deskriptif ini tidak berbeda dengan metode penelitian yang lain,
yaitu :
 Memilih masalah yang akan diteliti
 Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah, kemudian
berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk
menghimpun informasi dan teori sebagai dasar penyusunan
kerangka konsep penelitian.
 Membuat asumsi atau anggapan yang menjadi dasar perumusan
hipotesis.
 Dalam penelitian deskriptif tidak diharuskan memakai hipotesis.
 Menentukan desain penelitian, metode pengumpulan data, kriteria
atau kategori untuk membedakan data yang akan diteliti dan yang
tidak diteliti.
 Menentukan teknik dan alat pengumpul data (instrumen/kuesioner)
 Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data.
 Melakukan pengolahan atau analisis data (untuk menguji hipotesis)
 Melakukan pembahasan serta menarik kesimpulan hasil penelitian.

Macam penelitian deskriptif antara lain adalah : survey dan studi kasus
1) Survey
Survey adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulan obyek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu
tertentu. Informasi yang disediakan biasanya berhubungan dengan
prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu
populasi dan tidak ada intervensi. Keuntungan dari survei adalah dapat
menjaring responden secara luas dan dapat mendapatkan informasi
yang bermacam-macam serta hasil informasi dapat dipergunakan
untuk tujuan lainya. Misalnya untuk menyusun perencanaan perbaikan
program tersebut. Jadi survey bukan semata dilakukan untuk
membuat deskripsi tentang suatu keadaan, melainkan untuk juga
untuk menjelaskan tentang hubungan antara berbagai variable yang
diteliti, dari obyek yang mempunyai unit atau individu cukup banyak.
Oleh sebab itu dalam melaksanakan survey biasanya hasilnya dibuat
suatu analisis secara kuantitatif terhadap data yang telah dikumpulkan.
2) Case studi / studi kasus
Studi kasus dilaksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan
melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini
dapat bertrti satu orang, kelompok penduduk yang terkena suatu
masalah misalnya keracunan atau kelompok masyarakat disuatu
daerah. Unit yang menjadi masakah tersebut secara mendalam
dianalisa baik dari segi yang berhubungan dengan ksusnya sendiri ,
faktor resiko, yang mempengaruhi, kejadian yang berhubungan dengan
kasus maupun tindakandan reaksi dari kasus terhadap suatu perlakuan
atau pemaparan tertentu. Meskipun yang diteliti dalam kasus tersebuit
hanya berbentu unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam.
Tujuan dari penelitian studi kasus adalah untuk memepelajari secara
intensif tentang latar belakang keaadaan sekarang dan interaksi
lingkungan sesuatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau
masyarakat.
Contoh
 Studi lapangan mengenai kebudayaan kelompok-kelompok
masyarakat terpencil
 Studi mengenai seorang anak yang mengalami ketidak mampuan
belajar

Ciri-ciri studi kasus


 Penelitian kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai kasus
tertentu yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan
terorganim mengenai kasus itu. Penelitian ini antara lain
mencakupkeseluruhan siklus kehidupan, kadang-kadang hanya
meliputi segmen tertentu pada faktor kasus.
 Studi kasus cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil, tetapi
mengenai variabel dan kondisi yang besar jumlahnya.
 Penelitian kasus sangat berguna untuk informasi latar belakang
guna merencanakan yang lkebih besar dalam ilmu kesehatan dan
sosial.
 Penelitian ini merupakan perintis bagi penelitian lanjutan, juga
merupakan sumber hipotesis.
 Penelitian kasus memberikan contoh yang berguna berdasarkan
data yang diperoleh untuk memberi gambaran mengenai penemuan
yang disimpulkan dengan statistik.
Kelemahan studi kasus
 Tidak memungkinkan generalisasai yang objektif pada populasi
sebab perincian kasus memang sangat terbatas representatnya.
 Hasilnya kurang obyektif.

b. Penelitian Observasional Analitik


Pada peneltian analitik, peneliti mencoba mencari hubungan antar
variabel. Penelitian ini perlu dilakukan analisis terhadap data yang
dikumpulkan, seberapa besar hubungan antar variabel yang ada, perlu juga
diketahui apa ada variabel kontrolnya. Oleh karena itu pada penelitian ini
perlu adanya hipotesis. Penelitian analitik pada umumnya berusaha
menjawab pertanyaan mengapa (why) serta disebut juga penelitian
eksplanatory.
Penelitian yang bersifat analitik dibedakan lagi menjadi 3 macam,
yaitu studi cross sectional, sub control dan cohort.
1) Cross sectional
Dalam penelitian cross sectional, variabel sebab atau resiko dan akibat
atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan
secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu
(dalam waktu yang bersamaan), dan tidak ada follow up. Cross
sectional bisa digunakan dalam penelitian deskriptif maupun analitik.
Adapun langkah-langkah pada studi Cross Sectional adalah sebagai
berikut :
 Merumuskan pertanyaan penelitian beserta hipotesis yang sesuai
 Mengidentifikasi variable penelitian (bebas dan tergantung)
 Menetapkan subyek penelitian
 Melakukan pengukuran faktor resiko dan efek
 Melakukan analisis.

Contoh :
a) Menetapkan pertanyaan penelitian : Apakah ada hubungan antara
kebiasaan memakai obat nyamuk semprot dengan kejadian BKB
(batuk kronik berulang) pada anak balita.
Hipotesisnya yang sesuai tentunya terdapat hubungan antara
pemakaian obat nyamuk semprot dan angka kejadian BKB pada
anak balita.
b) Identifikasi Variabel
 Faktor resiko yang diteliti ; penggunaan obat nyamuk semprot
 Efek : BKB pada balita
 Faktor resiko yang tidak diteliti : riwayat asma dalam keluarga,
tingkat sosial ekonomi, jumlah anak, kebiasaan orang tua
merokok.
Semua istilah tersebut harus dibuat definisi yang jelas sehingga
tidak bermakna ganda
c) Penetapan subyek penelitian
 Populasi terjangkau : Balita pengunjung poliklinik yang tidak
mempunyai riwayat asma dalam keluarga, kebiasaan orang tua
merokok, tingkat sosial ekonomi keluarga tertentu, tingkat
pedidikan orang tua, jumlah anak dalam keluarga dll.
 Sampel : dipilih sejumlah anak balita sesuai dengan estimasi
besar sampel, bisa menggunakan random sampling.
d) Pengukuran
 Faktor resiko : ditanyakan apakah dirumah biasa digunakan
obat nyamuk semprot dll.
 Efek dengan kriteria tertentu ditetapkan apakah subyek
menderita BKB.

e) Analisis
Analisis yang digunakan bisa menggunakan tabel 2 x 2, regresi
multiple atau regresi logistik.

BKB
Obat Ya Tidak Jumlah
nyamuk Ya 20 30 50
Tidak 5 30 35

Kelebihan penelitian Cross Sectional :


Kelebihan :
 Keuntungan utama desain ini adalah memungkinkan
penggunaan populasi dari masyarakat umum.
 Desain ini relatif mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat
diperoleh
 Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel
 Tidak terancam Loss to follow up (droup out)
 Dapat dimasukkan kedalam tahapan pertama suatu penelitian
kohort (prospektif) atau eksperimental.
 Dapat dipakai dasar penelitian selanjutnya yang konklusif

Kekurangan penelitian cross sectional


 Sulit menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data
resiko dan efek dilakukan pada saat bersamaan. Akibatnya
sering tidak mungkin ditentukan mana yang sebab dan mana
akibat.
 Memungkinkan kesalahan interpretasi hasil karena hasil yang
didapatkan adalah ditentukan secara bersamaan
 Dibutuhkan subyek yang cukup besar, terutama jika
variabelnya banyak.
 Tidak bisa menggambarkan perjalanan suatu penyakit, insiden
atau prognosa.
 Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang terjadi
 memungkinkan terjadinya bias dalam penelitian.

2) Kasus kontrol (case control).


Penelitian case control adalah suatu penelitian analitik yang
menyangkut bagaimana variabel bebas/faktor resiko dipelajari dengan
menggunakan pendekatan retropektif. Dengan kata lain efek/variabel
tergantungnya diidentifikasi saat ini, kemudian faktor resiko
diidentifukasi adanya atau terjadinya pada waktu lalu. Rancangan ini
dapat digambarkan sebagai berikut :

E+
disease
Retrospektif

E-

E+

Non disease
Retrospektif
E-
Tahap –tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut :
a) Menetukan pertanyaan penelitian dan hipotesis
b) Identifikasi variabel-variabel penelitian (bebas, tergantung)
c) Identifikasi obyek penelitian (populasi, sampel)
d) Identifikasi kasus
e) Pemilihan subyek sebagai kontrol
f) Melakukan pengukuran retrospektif (kebelakang) untuk melihat
faktor resiko
g) Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara
variabel objek dengan variabel kontrol.
Contoh sederhana : penelitian tentang hubungan antara malnutrisi
pada anak balita dan perilaku pemberian makanan oleh ibu.

Dari judul ini bisa diambil langkah sebagai berikut :

Tahap pertama, yang dilakukan yaitu mengidentifikasi variabel


dependent (efek) dan variabel independent (faktor resiko)
 Vaiabel dependent : Malnutrisi
 Variabel independent : perilaku ibu dalam memberikan maknan
 Variabel independent yang lain : Pendidikan ibu, pedapatan
keluarga, jumlah anak, dan sebagainya.

Tahap kedua, yaitu dengan menetapkan objek penelitian yatiu


populasi dan sampel penelitian. Obyek penelitaian disini adalah
pasangan ibu dan anak balitanya. Namun demikian perlu dibatasi
pasangan ibu dan balita daerah mana yang dianggap menjadi populasi
dan sampel penelitian ini.
Jumlah subyek yang diteliti untuk dapat membuktikan hubungan
tersebut perlu ditentukan sebelum penelitian dimulai.
Pada dasarnya untuk penelitian kasus kontrol jumlah subyek yang akan
diteliti bergantung kepada :

a) Berapa besar densitas faktor resiko pada populasi. Hal ini penting
terutama bila kontrol diambil dari populasi. Kalau jumlah sampel
yang diambil sebagai resiko terlalu kecil atau terlalu besar, maka
kemungkinan pejanan resiko kasus dan kontrol hampir sama dan
diperlukan sampel yang besar untuk mengetahui perbedaannya.
b) Derajat kemaknaan yang diinginkan, biasanya dipilih  = 5%
c) Perbadingan antara kasus dan kontrol, yaitu dengam mengambil
kontrol lebih banyak jumlah kasus bisa dikurangi.
d) Apakah pemilihan kontrol dimatching atau tidak.

Tahap ketiga, dengan melakukan identifikasi kasus, yaitu anak balita


yang menderita malnutrisi. Yang dimaksud kasus disini adalah anak
balita yang memenuhi kriteria malnutrisi yang ditetapkan, misalnya
berat per umurnya kurang dari 75 % standart harvard. Kasus diambil
dari populasi yang telah ditetapkan.

Tahap keempat, adalah pemilihan subyek sebagai kontrol, yaitu


pasanmgan ibu-ibu dengan anak balita mereka. Pemilihan kontrol
hendaknya didasarkan pada kesamaan karakteristik subyek kasus.
Misalnya ciri-ciri masyarakatnya, sosila ekonominya, letak geografinya
dan sebagainya. Pada kenyataannya memang sulit untuk memilih
kelompok kontrol yang mempunyai karakteristik yang sama dengan
kelompok kasus. Oleh sebab itu sebagian besar ciri-ciri tersebut kiranya
dapat dianggap mewakili.

Pemilihan konrol memberi masalah yang lebih besar daripada


pemilihan kasus, karena kontrol semata-mata ditentukan oleh peneliti,
sehingga sangat terancam oleh bias. Yang perlu ditekankan adalah
bahwa kontrol harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus
sehingga baik kasus maupun maupun kontrol mempunyai propbability
yang sama untuk terpajan oleh faktor resiko

Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik :


a) Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama. Misalnya
kasus adalah semua pasien dalam populasi tertentu sedangkan
kontrolnya diambil secara acak dari populasi sisanya. Bisa juga dari
yang sudah ditentukan sebelumnya yang lebih kecil.
b) Matching. Cara kedua untuk mendapatkan kontrol yang baik
adalah dengan melakukan matching yaitu memilih kontrol yang
mempunyai karakter yang sama dengan kasus dalam semua
variabel yang mungkin berperan sebagai faktor resiko tetapi yang
tidak diteliti. Apabila matching dilakukan dengan baik, maka
pelbagai jenis variabel yang mungkin berperan terhadap kejadian
penyakit (kecuali yang sedang diteliti) dapat disamakan, sehingga
didapatkan assosiasi yang lebih kuat antara variabel yang sedang
diteliti dengan penyakit.
Tekhnik ini mempunyai keuntuingan lain yaitu subyek penelitian
yang diteliti menjadi lebih sedikit. Akan tetapi jangan sampai
terjadi overmatching yaitu melakukan matching terhadap variabel
yang mempengaruhi pejanan faktor resiko, sehingga akan
didapatkan resiko relatif yang terlalu rendah. Terlalu banyak faktor
yang disamakan juga menyebabkan kesulitan untu mencari
kontrol.
c) Cara lain ialah dengan memilih lebih dari satu kelompo kontrol.
Karena sukar mencari kelompok kontrol yang benar-benar
sebanding maka dapat dipilih lebih dari satu kelompok kontrol
yang berbeda lokasi dan demogfrafinya yang tidak terlalu berbeda
jauh. Tetapi bila didapatkan perbedaan yang cukup besar antara
kedua kelompok tersebut, maka berarti salah satu atau kedua hasil
tersebut tidak sahih( terdapat bias) dan perlu diteliti dimana letak
biasnya.

Tahap kelima, adalah melakukan pengukuran secara retrospektif yaitu


dari kasus (anak balita malnutrisi) itu diukur atau ditanyakan kepada
ibu dengan menggunakan metode recall mengenai perilaku atau
kebiasaan memberikan makanan kepada anakanya. Recall disini
maksudnya adalah menanyakan pada ibu anak balita kasus tentang
jenis-jenis makana serta jumlahnya yang diberikan kepada anak balita
selama periode tertentu. Biasanya menggunakan metode 24 jam.

Pengukuran variabel yang diteliti merupakan hal sentral pada studi ini.
Penentuan efek harus sudah didefinisikan dalam usulan atau definisi
operasional secar jelas. Pada kenyataannya memang sukar untuk
mengingatkan kembali bila seseorang telah lupa apa yang telah
dilakukannya saat dulu, pada keadaan tertentu bisa menggunakan
rekam medik yang lengkap, gambaran keadaan pasien dan data
demografi dari pasien tersebut.

Tahap keenam, adalah dengan melakukan pengolahan dan analisis


data. Analisis data dilakukan dengan membandingkan proporsi perilaku
ibu yang baik dan kurang baik dalam hal memberikan makanan
keopada anaknya pada kelompok kasus dengan proporsi perilaku ibu
yang sama pada kelompok kontrol. Dari sinilah akan diperoleh bukti
ada atau tidaknya hubungan antara perilaku pemberian makanan
dengan malnutrisi pada anak balita.

Kelebihan penelitian case control


a) Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan
kelompok kontrol.
b) Memerlukan subyek penelitian yang relatif sedikit
c) Memungkinkan untuk mengidentifikasi pelbagai faktor resiko
sekaligus.
d) Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil
penelitian lebih tajam dibanding dengan hasil penelitian cross
sectional
e) Tidak menghadapi kendala etik seperti penilitian ekspreimen atau
cohort
f) Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis).

Kekurangan penelitian Case Control


a) Pengukuran variabel yang retrospektif, objektivitas, dan
reliabilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingat
kembali faktor-faktor resikonya.
b) Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak
dapat dikendalikan
c) Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh
d) Karena kasus dan kontrol sukar dipilih oleh peneliti maka sukar
untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam
faktor eksternal dan sumber bias yang lainnya
e) Tidak dapat memberikan incidens rate
f) Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel
dependent, habya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
g) Kadang-kadang sulit meilih kontrol yang benar-benar sesuai
dengan kelompok kasus karena banyaknya faktor resiko yang
harus dikendalikan.

Bias dalam Penelitian Kasus Kontrol


Kesahihan suatu penelitian kasus kontrol sebagian besar tergantung
pada cara menentukan subyek yang 1) terkena efek, 2) tidak terkena
efek, 3) terpajan, 4) tidak terpajan faktor resiko yang diteliti. Kesalahan
pengelompokan subyek kedalam kategori masing-masing
menyebabkan perhitungan asosiasi antara pejanan dan efek menjadi
tidak benar. Kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian
tidak sesuai dengan kenytaan disebut bias.
Pada penelitian kasus kontrol ada 3 kelompok bias yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian ; 1) bias seleksi, 2) bias informasi, 3)
bias perancu (confounding bias.)

Beberapa hal yang dapat menyebabkan bias :


a) Informasi tentang faktor resiko atau faktor perancu mungkin terlupa
oleh respondent atau tidak tercatat dalam rekam medik atau yang
lain.
b) Subyek yang terena efek (kasus) oleh karena ingin mengetahui
penyebab penyakitnya akan lebih sering melaporkan faktor resiko
dibanding dengan subyek yang tidak terkena efek (kontrol)
c) Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah faktor
resiko memepengaruhi efek atau karena efek terlalu sering sehingga
mudah atau beresiko terpajan.
d) Identifikasi subyek penelitian.

3) Kohort
Penelitian cohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah
penelitian non eksperimen yang paling baik dalam mengkaji hubungan
antara faktor resiko dengan efek. Seperti telah diuraikan sebelumnya
penelitian cohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek melalui
pendekatan longitudinal kedepan. Artinya, faktor resiko yang akan
dipelajari diidentifikasi dulu, kemudian diikuti kedepan secara
prospektif timbulnya efek.

Dalam penelitian ini akan dibagi 2 kelompok, yaitu kelompok resiko


dan kelompok tanpa resiko, kemudian kedua kelompok diikuti sampai
batas waktu tertentu untuk menentukan ada tidaknya efek yang
diteliti.subyek yang dipilih dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi penelitian.
Pemantauan sederhana ini sifatnaya deskriptif akan tetapi pada
umunya penelitaian bersifat analitik, yakni mempelajari hubungan
antara variabel bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek).
Kesimpulan hasil penelitian ini akan membandingkan proporsi subyek
yang menjadi efek positif antara kelompok subyek yang diteliti dengan
faktor resiko positif dengan kelompok subyek dengan faktor resiko
negatif (kontrol).
E+

Exposure +
prospektif
E-

E+
Exposure -
prospektif

E–
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian kohort
a) Merumuskan petrtanyaan penelitian dan hipotesis
b) Identifikasi faktor resiko dan efek
c) Menetapkan subyek penelitian (populasi dan sampel )
d) Pemeilihan subjek dengan faktor resiko positif dari subjek dengan
efek negatif
e) Memilih subjek yang akan dijadikan anggota kelompok kontrol
f) Mengobservasi perkembangan subyek sampai batas waktu yang
ditentukan, selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada
kedua kelompok.
g) Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang
mendapat efek posistif dengan subjek yang mendapat efek negatif
baik kelompok resiko positif maupun kelompok kontrol.

Contoh sederhana tentang penelitian yang ingin membuktikan adanya


hubungan antara kanker paru (efek) dengan perokok (resiko) dengan
menggunakan pendekatan prospektif.

Tahap pertama, adalah mengidentifikasi faktor efek (variabel


dependent) dan resiko (variabel independent) serta variabel
pengendali (variabel kontrol)
 Variabel dependent : kanker paru
 Variabel independent : merokok
 Variabel pengendali : umur, pekerjaan, lama meroko.
Pada penelitian ini faktor resiko dapat bersifat interbnal, yang
menyebabkan predisposisi atau sebagai predileksi timbulnya penyakit,
juga bisa bersifat eksternal yaitu faktor lingkungan dal sebagainya.
Variabel perancu sedapat mungkin dihilangkan dari penelittian ini.

Tahap kedua, dengan menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi


dan sampel penelitian. Misalnya yang menjadi populasi adalah semua
pria disuatu wilayah atau tempat tertentu, dengan umur antara 40-50
tahun, baik perokok maupun tidak.

Tahap ketiga, adalah mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko


positif) dari populasi tersebut, dan juga mengidentifikasi subjek yang
tidak merokok (resiko negatif) sejumlah yang kurang lebih sama
dengan kelompok perokok.
Usaha untuk mengidentifikasi subyek yang belum menderita
memerlukan kecermatan. Peneliti harus yakin bahwa subyek yang
dipilih benar bebas dari dari efek yang diselidiki sehingga pada akhir
pengamatansubyek tersebut terpajan efek atau menjadi sakit maka hal
ini dianggap sebagai akibat terpajan dengan faktor resiko yang
dipelajari.
Perangkat diagnostik yang kurang akurat mengakibatkan efek negatif
yang palsu pada awal penelitian.. kadang tidak mudah menentukan
terdapatnya efek. Berbagai cara dilakukan untuk menyingkirkan
adanya efek, termasuk anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang..
pada umumnya prosedur untuk menetapkan apakah seseorang dapat
dimasukkan kedalam kohort disatu sisi harus bersifat mudah, aman
dan murah disisi lain juga harus mempunyai keandalan dan kesahihan
yang baik.

Tahap keempat, mulai melakukan observasi perkembangan efek pada


kelompok orang-orang yang merokok (resiko positif) dan orang yang
tidak merokok (kontrol) sampai pada waktu tertentu, misalnya selama
10 tahun kedepan untk mengetahui perkembangan atau terjadinya
kanker paru.

Tahap kelima, dengan melakukan pengolahan dan menganilisis data.


Analisis data dilakukan dengan membandingkan proporsi orang yang

95
95
menderita kanker paru dengan proporsi orang yang tidak menderita
kanker paru, diantara kelompok perokok dan kelompok tidak perokok.

Keunggulan Penelitian Kohort


 Merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insiden
perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.
 Paling baik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor
resiko dengan efek secara temporal
 Merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan
progesif.
 Karena dilakukan secara kontinyu dan longitudinal, studi ini
memiliki kakuatan yang andal untu meneliti masalah kesehatan
yang masih meningkat.
 Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok sejak awal
penelitian (subjek dan kontrol)
 Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari
suatu waktu ke waktu yang lain.
 Ada keseragaman observasi baik terhadap faktor resiko maupun
dari efek.

Keterbatasan Penelitian Kohort


 Memerlukan waktu yang cukup lama
 Memerlukan biaya yang mahal dan rumit
 =]Kurang efektif bila kasus jarang terjadi
 Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit
 Kemungkinan adanya subjek penelitian yang droup out dan akan
mengganggu analisis hasil
 Karena faktor resiko yang ada pada subjek akan diamati sampai
terjadinya efek maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.

2. Desain Penelitian Eksperimental


Penelitian ekperimen atau percobaan adalah kegiatan percobaan
yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul,
sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Ciri khusus dari peneltian
eksperimen adalah adanya percobaan atau trial. Percobaan itu berupa
perlakuan atau intervensi terhadap suatu variabel, dan di harapkan terjadi
perubahan atau pengaruh terhadap variabel yang lain.
Ciri dari penelitian experimen adalah adanya replikasi atau
pengulangan, randomisasi, dan adanya kontrol. Bila ciri tiga ini lengkap
maka disebut true experimen, dan bila tidak lengkap (biasanya tidak ada
randomisasi), maka disebut quasy experimen.
Biasanya penelitian ini hanya menggunakan sampel yang relatif kecil,
bila dibandingkan dengan besarnya populasi, oleh karena itu hasil
penelitian eksperemen ini diolah dan dianalisis dengan uji statistik yang
cermat, sehingga dapat dilakukan generalisasi yang memadai.

Penggunaan Kontrol Pada Penelitian experimen


Dalam penelitian eksperimen sering digunakan kontrol yaitu suatu
kelompok atau individu yang tidak dikenai perlakuan atau percobaan.
Kontrol dalam penelitian eksperimen ini sangat penting untuk melihat
perbedaan perubahan variabel terpengaruh antara kelompok yang dikenai
perlakuan dan yang tidak dikenai perlakuan (kontrol).

Faktor – faktor yang dikontrol dalam eksperimen ini meliputi :


 Sasaran atau objek yang diteliti
 Peneliti atau orang melakukan percobaan
 Variabel bebas (dependent variabel ) yaitu kondisi munculnya variabel
terikat
 Variabel terikat (independent Variabel) yaitu variabel yang akan
terpengaruh/berubah setelah dikenakan perlakuan atau percobaan.
 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
 Populasi dan sampel
 Skor rata-rata hasil test

Peranan Kontrol
Dalam penelitian eksperimen, kontrol mempunyai peranan yang
sangat penting, antara lain adalah :
 Untuk mencegah munculnya faktor-faktor yang sebenarnya tidak
diharapkan berpengaruh terhadap variabel terikat
 Untuk membedakan berbagai variabel yang tidak diperlukan dari
variabel yang diperlukan
 Untuk menggambarkan secara kuantitatif hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat, dan sejauh mana tingkat hubungan antara
kedua variabel tersebut.

Validitas Hasil Penelitian Eksperimen


Dalam penelitian eksperimen, terutama eksperimen semu (quasi
eksperiment) selalu dipertanyakan mengenai validitasnya, baik validitas
internal maupun validitas eksternal.
a. Validitas Internal
Validitas internal berhubungan dengan ketepatan mengidentifikasi
perubahan variabel-variabel keluaran (hasil eksperimen) tersebut,
hanya sebagai akibat dari adanya perlakuan (eksperimen). Dengan
kata lain, seberapa jauh hasil atau perubahan yang terjadi pada
variabel terikat tersebut sebagai pengaruh atau akibat dari adanya
perlakuan. Banyak faktor yang memepengaruhi terhadap internal
validitas ini. Beberapa hal yang bisa dianggap sebagai ancaman
validitas tersebut, diantaranya :
 Sejarah (history)
Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu kadang-kadang dapat
berpengaruh terhadap variabel keluaran (terikat). Oleh sebab itu
terjadinya perubahan variabel terikat, kemungkinan bukan
sepenuhnya disebabkan karena perlakuan atau eksperimen. Tetapi
juga dipengaruhi oleh sejarah atau pengelaman subjek penelitian
terhadap masalah yang dicobakan atau masalah lain yang
berhubungan dengan eksperimen tersebut.
 Kematangan (maturitas)
Manusia, binatang atau benda lain sebagi subyek penelitian selalu
mengalami perubahan. Pada manusia perubahan terkait dengan
proses kematangan atau maturitas, baik secara biologis atau
psikologis. Dengan bertambahnya kematangan pada subjek ini
akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Dengan demikian
maka perubahan yang terjadi pada variabel terikat bukan saja
karena adanya eksperimen, tetapi juga oleh proses kematangan
pada subjek yang mendapatkan perlakuan.
 Seleksi
Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol bisa terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat anggota kelompok
satu dengan kelompok yang lainnya. Misal kelompok eksperimen
lebih tinggi pendidikannya dibandingkan dengan anggota
kelompok kontrol sehingga sebelum diadakan perlakuan sudah
terjadi pengaruh yang berbeda terhadap kedua kelompok tersebut.
Setelah adanya perlakuan pada kelompok eksperimen, maka
besarnya perubahan variabel terikat yang terjadi mendapat
gangguan dari variabel pendidikan tersebut. Dengan kata lain,
perubahan yang terjadi pada varie\abel terikat bukan saja
dipengaruhi perlakuan, tetapi juga pengaruh pendidikan.
 Prosedur tes (testing)
Pengalaman pada pretes dapat mempengaruhi hasil posttest,
karena kem,ungkinan para subjek penelitian dapat mengingat
kembali jawaban-jawaban yang salah pada waktu pretes, dan
kemudian pada waktu posttes subjek tersebut dapat memperbaiki
jawabannya. Oleh sebab itu perubahan variabel terikat tersebut
bukan karena hasil eksperimen saja, tetapi karena pengaruh
pretes.
 Instrumen
Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pretes
biasanya digunakan lagi pada posttest. Hal ini sudah tentu akan
berpengaruh terhadap hasil posttest.
 Mortalitas
Pada proses dilakukan eksperimen, atau pada waktu antara pre
dan post tes sering terjadi subjek yang droup out baik karena
pindah, sakit ataupun meninggal dunia. Hal ini juga berpengaruh
terhadap hasil eksperimen.
 Regresi kearah nilai Rata-rata (regresi toward the mean)
Ancaman ini terjadi karena adanya nilai-nilai ekstrem tinggi
maupun ekstrem rendah dari hasil pretes, cenderung untuk tidak
ekstrem lagi pada posttest, namun biasanya mendekati rata-rata.
Perubahan yang terjadi pada variabel terikat tersebut adalah
bukan perubahan yang sebenarnya, tetapi merupakan perubahan
semu. Oleh sebab itu regresi kearah rata-rata ini juga disebut
regresi semu.
Untuk memepertinggi validitas dari hasil penelitian ini maka faktor-
faktor tersebut harus dikontrol

b. Validitas Eksternal
Validitas eksternal ini berkaitan dengan kemungkinan generalisasi dari
hasil eksperimen tersebut. Hal ini berarti, apakah hasil eksperimen
tersebut terjadi pula, apabila eksperimen yang sama dilakukan pada
populasi lain. Dengan kata lain, seberapa jauhkah representatitf
penemuan penelitian ini dan seberapa jauhkah hasil-hasil penelitian
tersebut dapat digeneralisasikan kepada subjek atau kondisi yang
sejenis. Untuk mengonytrol validitas ektrenal ini perlu dilakukan
pengujian-pengujian terhadap faktor berikut :
 Efek seleksi berbagai bias
Karakteristik anggota kelompok atau sampel eksperimen
menentukan sekali terhadap generalisasi yang diperoleh.
Kekeliruan dalam memilih anggota sampel dapat mengganggu hasil
eksperimen. Oleh sebab itu agar sampel yang diambil dapat
representatif terhadap populasi perlu dilakukan identifikasi dan
kontrol yang tepat.
 Efek Pelaksana Pretes
Pretes banyak mempengaruhi variabel eksperimen, sedang pretes
hanya dilakukan terhadap sampel. Oleh sebab itu generalisasi yang
diperoleh dari pelaksanaan eksperimen terhadap sampel
kemungkinan tidak dapat berlaku untuk seluruh populasi, sebab
hanya anggota sampel yang mengalami pretes. Untuk menghindari
akibat dari pelaksanaan pretes yang dapat mempengaruhi
generalisasi, perlu dilakukan kontrol yang cermat pelaksanaan
pretes, sehingga tidak mempunyai pengaruh terhadap peralkuan
yang menjadi dasar membuat generalisasi.
 Efek Prosedur Eksperimen
Eksperimen yang dilakukan terhadap anggota sampel yang
menyadari bahwa dirinya sedang dicoba atau dieksperimen,
menyebabkan generalisasi yang diperoleh tidak berlaku bagi
populasi karena adanya perbedaan pengalaman antara anggota
sampel dengan anggota populasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan
kontrol terhadap pengaruh prosedur eksperimen tersebut.
 Ganguan penanganan Perlakukan Berganda
Jika subjek pada kelompok eksperimen dipaparkan terhadap
perlakuan dua kali atau lebih secara berturut-turut, maka
peralkuan yang terdahulu mempunyai efek terhadap yang
berikutnya. Hal ini menyebabakan perlakuan terakhir yang muncul101
dipengaruhi oleh perlakuan sebelumnya. Jadi generalisasi yang 95
diperoleh hanya berlaku bagi subjek yang mempunyai pengalaman
dengan pelaksanaan dan pemunculan perlakuan ganda secara
berturut-turut.
Macam Penelitian experimen
Rancangan penelitian eksperimen dikelompokan menjadi tiga yaitu
sebabai berikut :
a. Rancangan Pra eksperimen
b. Rancangan Eksperimen semu (quasi eksperimen)
c. Rancangan eksperimen sungguhan (true eksperimen)
Skema desain penelitian experimen

Ekperimental

Pra eksperimental eksperimental semu


(Quasi ksperimental) eksperimental sungguhan
(true experiment)

1) The one shot case 1) Non randomized control 1. Randomized control


study group pre test post test group pre test post
2) One group pre test design. test design.
post test study. 2) The time series design. 2. Randomized
3) The static group 3) Control group time series Solomon four group
comparison design. design.
4) Equivalent time sample 3. Treatment by subject
design. design (rancangan
5) Separate sample pre test sama subyek).
post test design. 4. Factorial design
6) Separate sample pre test
post test control design.
7) Equivalent material design.
8) Counter balanced design..

Dalam penelitian eksperimen sering digunakan simbol atau lambang


sebagai berikut :
R : Randomisasi (acak)
01 (T1) : Pengukuran pertama (pretes)
X : perlakuan atau eksperimen
02 (T2) : pengukuran kedua (post tes)

Bentuk Rancangan Pre Eksperimental


Pada Rancang Bangun Pre-Experimental design tidak ada unsur
random dalam pemilihan kelompok dan/atau kelompok kontrol. Rancang
bangun ini kurang memperhatikan faktor internal yang mempengaruhi
validitas penelitian.
1) Post tes Only Design
Dalam rancangan ini perlakuan atau intervensi telah dilakukan (X),
kemudian dilakukan pengukuran (observasi) atau pos test (02) .
selama tidak ada kelompok kontrol, hasil O2 tidak mungkin
dibandingkan dengan yang lain. Rancangan ini sering juga disebut
The One Shot Case Study. Hasil observasi (02) hanya memberikan
informasi yang bersifat deskriptif.
Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
Eksperimen pos tes
X 02

Dalam rancangan ini sama sekali tidak ada kontrol atau tidak ada
internal validitas. Sifatnya yang cepat dan mudah menyebabkan
rancangan ini sering digunakan untuk meneliti suatu program yang
inovatif, misalnya dalam bidang pendidikan kesehatan. Disamping itu
rancangan ini tidak mempunyai dasar untuk melakukan komparasi,
oleh sebab itu kesimpulan yang diperoleh perlu dianalisa lebih dalam
lagi.
Keuntungan rancangan ini antara lain, dapat digunakan untuk
menjajagi masalah-masalah yang diteliti atau mengembangkan
gagasan atau metode atau alat-alat tertentu.

2) Rancangan One Group Pretes-Postest


Rancangan ini juga tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi
paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretets) yang
memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi
setelah adanya eksperimen.
Bentuk rancangan ini sebagai berikut:
pre test Perlakuan post tes

01 X 02
Kelemahan dari rancangan ini antara lain tidak ada jaminan bahwa
perubahan yang terjadi pada variabel dependent karena intervensi
atau perlakuan. Tetapi perlu dicatat bahwa rancangan ini tidak
terhindar dari berbagai macam (kelemahan) terhadap validitas,
misalnya sejarah, testing, maturasi dan instrumen.
3) Rancangan Perbandingan Kelompok Statis (the static group
comparism)
Rancangan ini seperti rancangan pertama, hanya bedanya
menambahkan kelompok control atau kelompok pembanding.
Kelompok eksperimen menerima perlakuan (X) yang diikuti dengan
pengukuran kedua atau observasi (02). Hasil observasi O2 dibandigkan
pada kelompok control, yang tidak menerima program perlakuan.

Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

kelompok Eksp X 02

kelompok kontrol 02

Dengan rancangan ini, beberapa faktor penggangu seperti histori,


maturasi, testing dan instrumen dapat dikontrol walaupun tidak dapat
diperhitungkan efeknya.

a. Bentuk Rancangan Eksperimen Semu (Quasi Eksperimen)


Desain ini tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap
randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman
validitas. Disebut eksperimen semu karena syarat-syarat sebagai
penelitian eksperimen tidak cukup memadai.
Syarat pokok yang tidak dipenuhi oleh penelitian eksperimen semu
antara lain adalah :
 Tidak adanya randomisasi yang berarti pengelompokan anggota
sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak
dilakukan dengan random atau acak.
 Kontrol terhadap variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen
tidak dilakukan, karena eksperimen ini biasanya dilakukan
dimasyarakat.
Oleh karena itu penelitian menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai
eksperimen yang sebenarnya.
Tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat
diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang
tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasi semua
variabel yang relevan. Sipeneliti harus dengan jelas mengerti
kompromi-kompromi apa yang ada pada validitas internal dan validitas
eksternal rancang bangunnya dan berbuat sesuai dengan
keterbatasan-keterbatasan tersebut.

Ciri-ciri eksperimental semu


Penelitian eksperimental semu secara khas mengenai keadaan
praktis, yang di dalamnya adalah tidak mungkin untuk mengontrol
semua variabel yang relevan, kecuali beberapa dari variabel tersebut.
Si Peneliti mengusahakan untuk sampai sedekat mungkin dengan
ketertiban penelitian eksperimental. Karena itu penelitian ini ditandai
oleh metoda kontrol parsial (non randonmized) berdasar atas
identifikasi secara hati-hati mengenai faktor yang mempengaruhi
internal validity dan external validity.
Perbedaan antara penelitian eksperimental sungguhan dan semu
adalah kecil, terutama kalau yang dipergunakan sebagai subyek adalah
manusia. Walaupun penelitian tindakan dapat mempunyai status
eksperimental semu, namun seringkali penelitian tersebut sangat tidak
formal, sehingga perlu diberi kategori tersendiri. Sekali rencana
penelitian telah ditetapkan secara sistematis untuk menguji masalah
validitas, bergerak menjauhi alam intuitif dan penjelajahan
(exploratory), maka permulaan metoda eksperimental telah mulai
terwujud

Rancangan yang tergolong dalam rancangan semu adalah sebagai


berikut :
1) Rancangan Rangkaian Waktu (time Series Design)
Rancangan ini seperti rancangan pretes-postes, kecuali mempunyai
keuntungan dengan melakukan observasi (pengukuran yang berulang)
sebelum dan sesudah perlakuan.
Bentuk rencangan ini adalah sebagai berikut :
Pre tes Perlakuan pos tes

01 02 03 X 04 05 06

Dengan menggunakan serangkaian observasi (tes), dapat


memungkinkan validitas lebih tinggi. Karena rancangan prepostes ,
kemungkinan hasil 02 dipengaruhi oleh faktor lain diluar perlakuan
sangat besar, sedangkan pada rancangan ini oleh karena observasi
dilakukan lebih dari satu kali (baik sebelum maupun sesudah
perlakuan), maka pengaruh faktor luar tersebut dapat dikurangi.

2) Rancangan Control Time series design


Pada dasarnya rancangan ini adalah rancangan rangkaian waktu, hanya
dengan menggunakan kelompok pembanding (kontrol). Rancangan ini
lebih memungkinkan adanya kontrol terhadap validitas internal,
sehingga keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya
validitas internal yang tinggi.
Bentuk rancangan dapat digambarakan sebagai berikut :
Pre test perlakuan post tes
01 02 03 X 04 05 06
kelompok Eksp

01 02 03 04 05 06
kelompok kontrol

3) Rancangan Non Equivalent Control Group


Dalam penelitian lapangan, biasanya lebih dimungkinkan untuk
membandingkan hasil intervensi program kesehatan disuatu kontrol
yang serupa, tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama.
Misalnya , kita akan melakukan studi tentang pengaruh pelatihan kader
terhadap cakupan Posyandu. Kelompok kader yang akan diberikan
pelatihan tidak mungkin sama betul dengan kelompok kader tidak
diberikan pelatihan (kontrol).
Bentuk rancangan dapat digambarkan sebagai berikut
Pre test Perlakuan Pretes
kelompok Eksp
01 X 02

kelompok kontrol 01 02

Rancangan non equvalen control group ini sangat baik digunakan


untuk evaluasi program pendidikan kesehatan atau pelatihan lainya.
Disamping itu rancangan ini juga baik untuk membandingkan hasil
intervensi program kesehatan di suatu kecamatan atau desa dengan
kecamatan lainnya. Dalam rancangan ini, pengelompokan angota
sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok control tidak
dilakukan secara random atau acak. Oleh sebab itu sering juga disebut
non ramdom control group pretes postes.

4) Rancangan Separate Sampel pretes – postes


Rancangan ini sering digunakan dalam penelitian kesehataan dan
keluarga berencana. Pengukuran pertama (pretes) dilakukan terhadap
sampel yang dipilih secara acak dari populasi tertentu. Kemudian
dilakukan perlakuan pada semua populasi tersebut. Selanjutnya
dilakukan pengukuran kedua (postes) pada kelompok sampel lain, yang
juga dipilih secara acak dari populasi yang sama. Rancangan ini baik
untuk menghindari pengaruh atau efek dari tes. Meskipun tidak dapat
mengontrol sejarah, maturitas, dan instrumen.

Rancangan dapat digambarkan sebagai berikut


Pre test Perlakuan Pretes
kelompok Eksp
01 X

kelompok kontrol X 02

b. Bentuk Rancangan Eksperimen Sunguhan (True Experiment)


Tujuan rancangan bangun eksperimental sungguhan adalah
menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat (possible cause
and effect relationship) dengan cara mengenakan kepada satu atau
lebih kelompok eksperimen satu atau lebih kondisi perlakuan dan
membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kontrol yang tidak
dikenai kondisi perlakuan.
Kelompok eksperimen bisa program lama yang mendapatkan
program baru, sehingga kelompok kontrol adalah kelompok program
lama. Bila kelompok eksperimen adalah kelompok yang baru pertama
mendapatkan program, maka kelompok kontrol adalah kelompok yang
tanpa mendapatkan program.

Kelompok ?
eksperimen

PROGRAM LAMA
(TANPA PERLAKUAN)
Pemilihan
Pre-test
kelompok PROGRAM BARU Post-test
secara acak / PERLAKUAN

Kelompok ?
kontrol

Gambar 5. Rangkaian kejadian dalam eksperimental sungguhan.?

Ciri-ciri True Experimental Design


a. Menuntut pengaturan variabel-variabel dan kondisi kondisi
eksperimental secara tertib, ketat,baik dengan kontrol atau
manipulasi langsung maupun dengan pengaturan secara random.
b. Secara khas dipergunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk
dibandingkan dengan kelompok-kelompok yang dikenai perlakuan
atau program baru (kelompok eksperiment).
c. Memusatkan usaha pada pengontrolan variannya :
 untuk memaksimalkan variance variabel-variabel yang berkaitan
dengan hipotesa.
 untuk meminimalkan variance variabel pengganggu atau yang
tidak diinginkan, yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen,
tetapi yang tidak menjadi tujuan.
 untuk meminimalkan variance kekeliruan atau variance random,
termasuk apa yang disebut kekeliruan pengukuran.
 Penyelesaian terbaik, yaitu pemilihan subyek secara random,
penempatan subyek dalam kelompok-kelompok secara random,
penentuan perlakuan eksperimen kepada kelompok secara
random.
d. Internal validity adalah sine qua non untuk rancang bangun (design)
ini dan merupakan tujuan pertama metoda eksperimental.
Pertanyaan yang perlu dijawab adalah : Apakah manipulasi atau
perlakuan atau program baru pada studi ini memang benar
menimbulkan perbedaan ?
e. Tujuan kedua adalah external validity, yang menanyakan persoalan
Seberapa representatifkah penemuan penemuan penelitian atau
evaluasi program dan seberapa jauh hasil hasilnya dapat
digeneralisasikan kepada subyek subyek atau kondisi-kondisi yang
semacam ?
f. Dalam rancangan bangun eksperimen klasik,semua variabel penting
diusahakan agar kontans kecuali variabel perlakuan yang secara
sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi. Kemajuan
kemajuan dalam metodologi,misalnya "Factorial Design" dan Analisis
Variance telah memungkinkan peneliti/evaluator untuk
memanipulasikan atau membiarkan bervariasi lebih dari satu variabel
dan sekaligus menggunakan lebih dari satu kelompok eksperimen.
Hal hal demikian itu memungkinkan untuk secara se rempak
menentukan :
 efek variabel bebas utama(perlakuan),
 variasi yang berkaitan dengan variabel yang digunakan untuk
membuat klasifikasi.
 interaksi antara kombinasi variabel bebas dan/atau variabel yang
digunakan untuk membuat klasifikasi tertentu.

Langkah-langkah Pokok
a. Lakukan penelusuran kepustakaan yang relevan bagi masalah yang akan
digarap.
b. Identifikasi dan definisikan masalah.
c. Rumuskan hipotesa (berdasarkan atas penelaahan kepustakaan), dan
definisikan engertian-pengertian dasar dan variabel-variabel utama.
d. Susun rencana eksperimen :
 Identifikasi bermacam-macam variabel yang relevan. Identikasi
variabel-variabel non eksperimental yang mungkin mencermakan
eksperimen, dan tentukan bagaimana caranya mengcontrol
variabel-variabel tersebut
 Tentukan rancangan bangun eksperimennya
 Pilih subyek yang representatif bagi populasi tertentu, tentukan
siapa siapa yang masuk kelompok kontrol dan siapa siapa yang
masuk kelompok eksperimen
 Terapkan perlakuan/program baru
 Pilih atau susun alat untuk mengukur hasil eksperimen dan
validasikan alat tersebut
 Rencanakan prosedur pengumpulan data, dan jika mungkin
lakukan pilot atau trial run test untuk menyempurnakan alat
pengukur atau rancang- bangun eksperimennya
 Rumuskan hipotesa nolnya
e. Laksanakan eksperimen
f. Aturlah data kasar itu dalam cara yang mempermudah analisis
selanjutnya; tempatkan dalam rancangan yang memungkinkan
memperhitungkan efek yang diperkirakan akan data
g. Terapkan test signifikansi untuk menentukan taraf signifikansi hasilnya,
kemudian lakukan interprestasi, diskusi dan komunikasikan kedalam
khasanah ilmiah.

Macam-macam Rancangan True experimen

1. Randomized control group pre test post test design.


2. Randomized Solomon four group design.
3. Treatment by subject design (rancangan sama subyek).
4. Factorial design

1) Randomized control group pre test post test design


Protokol desain dapat dilihat seperti berikut :

P1 X P1x

P2 O P20
Keterangan :
R : Randomisasi
P1 : Populasi
X : Experimen
O : Tanpa experimen
Pix : populasi sesudah mengalami experimen X
P20 : populasi tanpa mengelami experimen X
Pemilihan P1 dan P2 di dasarkan atas randomisasi. Dengan protocol
diatas maka dapat dianalisis dan dievaluasi dari p1x dan p20, juga
perbandingan antara p1x p1, p2 dan p2.0, sehingga pada akhirnya
akan diperoleh suatu kesimpulan.
2) Randomized Solomon four group design.
Desain ini merupakan perluasan dari desain pertama, dan berguna
untuk menghilangkan pengaruh pretest terhadap experimen.
P1 X P1x

P2 O P20
R

X PX

0 P0
3) Rancangan Pretes-Postes dengan Kelompon Kontrol (pre-postes
with Control Group)
Dalam rancangan ini dilakukan randomisasi, artinya pengelompokan
anggota-anggota kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dilakukan
berdasarkan acak atau random. Kemudian dilakukan pretes pada
kedua kelompok tersebut, dan diikuti intervensi pada kelompok
eksperimen. Setelah beberapa waktu dilakukan postes pada kedua
kelompok tersebut.
Bentuk rancangan tersebut sebagai berikut

Pre test Perlakuan Pretes


kelompok Eksp
01 X 02

kelompok kontrol 01 02

Dengan randomisasi, maka kedua kelompok mempunyai sifat yang


sama sebelum dilakukan intervensi/ perlakuan. Karena kedua
kelompok sama pada awalnya, maka perbedaan hasil postes pada
kedua kelompok tersebut dapat disebut sebagai pengaruh dari
intervemsi atau perlakuan. Rancangan ini merupakan rancangan
terbaik dalam mengomntrol ancaman terhadap hasil validitas.
Pada rancangan ini sulit sekali dilaksanakan dilapangan karena
biasanya sulit atau tidak mungkin melakukan randomisasai. Disamping
itu dari segi etika atau aspek lain sering tidak mungkin melakukan
perlakuan pada kelompok yang satu dan tidak melakukan intervensi
pada kelompok yang lain.
Rancangan ini dapat diperluas dengan melibatkan lebih dari satu
variabel bebas, dengan kata lain perlakuan dapat dilakukan pada satu
kelompok, dengan bentuk perlakuan yang berbeda.
Dapat digambarkan sebagai berikut ;
Pre test Perlakuan Pretes
kelompok Eksp A
01 XA 02

kelompok Eksp B 01 XB 02

kelompok kontrol 01 02

4) Rancangan postes dengan Kelompok Kontrol (Postes Only


Control Group Design)
Rancangan ini merupakan rancangan eksperimen sungguhan dan
hampir sama dengan rancangan yang telah dibicarakan sebelumnya.
Hanya bedanya tidak dilakukan pre test, karena kasus telah
dirandomisasi baik pada kelompom eksperimen maupun kelompok
kontrol, kelompok tersebut diangap sama sebelum dilakukan
perlakuan.
Dapat digambarkan sebagai berikut

Perlakuan Pretes

kelompok Eksp
X 02

kelompok kontrol 02
Dengan rancangan ini, memungkinkan peneliti mengukur pengaruh
perlakuan pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan
kelompok tersebut dengan kelompok konrol. Tetapi rancangan ini tidak
dapat memungkinkan peneliti untuk mennetukan sejauh mana
perubahan itu terjadi, sebab pretes tidak dilakukan sebagai data awal.

5) Rancangan Faktorial
Adalah langkah lebih maju daripada ekserimental design
sebelumnya. Pada experimental design sebelumnya, hanya ada satu X
(perlakuan/program) yang ingin diketahui efeknya,sedangkan pada
Factorial Design ingin dipelajari dua atau lebih dari perlakuan/program
X (faktor) secara terpisah atau sekaligus. Factorial Design yang paling
sederhana adalah Rancangan Bangun Factorial 2 x 2.

Anda mungkin juga menyukai