Anda di halaman 1dari 35

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Penelitian keperawatan (nursing research) dibangun dari dua kata, yaitu penelitian (research) dan keperawatan (nursing). Kata penelitian dan riset mempunyai makna yang sama dan selalu dapat dipertukarkan (Danim, Sudarwan. 2003: 3). Tujuan penelitian keperawatan adalah menegembangkan dasar pengetahuan ilmiah (development scientific knowledge base) untuk praktik keperawatan yang efektif dan efisien. Peneliti keperawatan bertanggung jawab kepada masyarakat dalam hal penyediaan kualitas layanan dan merumuskan cara-cara untuk meningkatkan mutu layanan itu, dan lebih khusus, perawat bertanggung jawab terhadap kliennya. Penelitian keperawatan memerlukan keterampulan berpikir, baik berpikir abstrak maupun berpikir konkret. Berpikir abstrak dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat diteliti, mendesain studi, dan mengintrepretasikan atau memberi makna atas penemuan-penemuan dalam penelitian. Berpikir konkret diperlukan, baik pada perencanaan maupun implementasi penelitian; juga pada tahap pengumpulan data dan analisis temuantemuan penelitian. Arus bolak-balik (back-and-forh) di antara berpikir abstrak dan berpikir konkret menjadi sebuah rasional mengapa penelitian keperawatan terlihat asing dan kompleks (Danim, Sudarwan. 2003: 9, 15). Penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan formal, objektif, dan proses sistematik. Pada penelitian kuantitatif, data numeris digunakan untuk memperoleh informasi tentang dunia ini. Metode ini digunakan untuk menjelaskan variabel, menguji hubungan antarvariabel, dan menentukan interaksi sebab dan akibat antarvariabel. Penelitian kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subjektif yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikan makna atasnya. Penelitian kualitatif berorientasi pada upaya memahami fenomena secara menyeluruh (Danim, Sudarwan. 2003: 44-45).

Metode penelitian kuantitatif diklasifikasikan menjadi tujuh kategori, yaitu penelitian deskriptif, penelitian perkembangan, penelitian tindakan, penelitian perbandingan kausal, penelitian korelasional, penelitian eksperimental-semu, dan penelitian eksperimental. Sedangkan metode penelitian kualitatif meliputi tujuh jenis, yaitu penelitian fenomenologis, penelitian grounded, penelitian etnografi, penelitian historis, penelitian kasus, penelitian filosofis, dan penelitian teori kritik sosial. Penelitian deskriptif, perkembangan, dan tindakan, misalnya, dapat saja dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif (Danim, Sudarwan. 2003: 51). Bentuk-bentuk pelaksanaan Penelitian Deskriptif dapat dikategorikan menjadi beberapa macam, antara lain Survey (Survei), Case Study (Studi Kasus), Corelation Study (Studi Korelasi), Comparative Study (Studi Perbandingan), Prediction Study (Studi Prediksi), dan Evaluation Study (Studi Evaluasi) (S, Dodiet Aditya. 2009)

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1.2.1. Apakah pengertian dari penelitian deskriptif? 1.2.2. Apakah pengertian dari penelitian survei? 1.2.3. Apakah pengertian desain penelitian survei?

1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dari desain penelitian survey. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi penelitian deskriptif 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi penelitian survei 3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi desain penelitian survei 1.4. Manfaat Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang desain penelitian survey dan dapat digunakan sebagai kajian ilmiah dan landasan pengetahuan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian 2.1.1. Desain penelitian Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehinggan peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tesebut. Desain penelitian membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dengan sahih, objektif, akurat serta observasional (Setiadi. 2007: 127). 2.1.2. Syarat Desain Penelitian Desain harus disusun dan dilaksanakan dengan penuh perhitungan agar dapat menghasilkan petunjuk empiris yang kuat relevansinya dengan pertanyaan penelitian. Terhadap hal penting yang perlu dinilai sebelum kita menentukan jenis penelitian yaitu : 1. Sejak awal peneliti harus menentukan apakah akan dilakukan intervensi dalam penelitian tersebut, yaitu atau dengan apakah melakukan hanya penelitian melakukan

intervensional

(eksperimental)

pengamatan saja tanpa intervensi yaitu dengan melakukan pengamatan saja tanpa intervensi yaitu dengan melakukan observasional. 2. Bila peneliti memilih studi observasional, perlu ditentukan apakah akan mengadakan pengamatan sewaktu (cross sectional) atau melakukan follow up dalam jangka waktu tertentu (longitudinal). 3. Apakah akan dilakukan studi retrospektif yaitu meneliti peristiwa yang sudah berlangsung atau prospektif yaitu dengan mengikuti subyek untuk meneliti peristiwa yang belum terjadi (Setiadi. 2007: 127-128).

2.1.3. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian menurut desainnya terbagi secara jelas bisa dilihat pada bagan. DESAIN PENELITIAN Eksperimental Observasional

1. Pra eksperimental 2. Eksperimental semu (Quasi Eksperimental) 3. Eksperimental Sungguhan (True Eksperimental)

Deskriptif 1.Sensus 2.Survey 3.Studi kasus

Analitik
1. Cross sectional 2. Case control 3. Cohort Prospektive Retrospektive

(Setiadi. 2007: 128) 2.1.4. Desain Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual. Penelitian deskriptif dapat pula diartikan sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi, atau kelompok tertentu yang terjadi baru-baru ini. Studi deskriptif adalah alat untuk menemukan makna-makna baru, menjelaskan sebuah kondisi keberadaan, menentukan frekuensi kemunculan sesuatu, dan mengategorikan informasi. Ada beberapa ciri dominan dari penelitian deskriptif, antara lain: a. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual. Adakalanya penelitian dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau uraian semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antar variabel, menguji hipotesis, atau membuat ramalan. b. Dilakukan secara survei, karena itu penelitian deskriptif sering disebut sebagai penelitian survey. Dalam arti luas, penelitian deskriptif dapat

mencakup seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat historis dan eksperimental. c. Bersifat mencari informasi fakyual dan dilakukan secara mendetail. d. Mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung. e. Mendeskripsikan tentang subyek yang sedang dikelola oleh kelompok orang tertentu dalam waktu yang bersamaan (Danim, Sudarwan. 2003: 52-53). Langkah umum penelitian deskriptif (Danim, Sudarwan. 2003: 53), adalah: a. Mengidentifikasi masalah b. Mendefinisikan masalah secara spesifik c. Merumuskan rancangan atau desain pendekatan d. Mengumpulkan data dan menganalisis data e. Menyusun laporan penelitian.

BAB 3 PEMBAHASAN 3.1. Penelitian Survei Penelitian survei adalah pengumpulan data dari suatu populasi dengan memilih sampel. Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif. Survei tidak selalu identik dengan kuesioner (meski teknik pengumpulan data survei seringkali menggunakan kuesioner karena berhubungan dengan sampel berjumlah besar). Dalam praktiknya, terkadang pelaksanan survei tidak hanya menggunakan kuesioner atau angket, namun dilengkapi dengan wawancara atau observasi. Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk melakukan penelitian survei, antara lain: 1. Penelitian survei dapat digunakan untuk sampel yang besar. 2. Penggunaan kuesioner dapat menghasilkan data/informasi yang beragam dari setiap responden/individu dengan variabel penelitian yang banyak. 3. Data yang diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Menurut Daniel dalam Balipaper (2010), survei merupakan pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang baik terhadap suatu persoalan tertentu di dalam daerah atau lokasi tertentu atau suatu studi ekstensif yang dipolakan untuk memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan.

Penelitian Survey adalah jenis penelitian yang mengumpulkan informasi tentang karakteristik, tindakan, pendapat dari sekelompok responden yang representative yang dianggap sebagai populasi.

3.2. Jenis Survei Ada beberapa kategori penelitian survei dilihat dari proses pelaksanaannya dan perlakuan terhadap sampel. a. Survei Sekali Waktu (Cross-sectional Survei). Data hanya dikumpulkan untuk waktu tertentu saja dengan tujuan menggambarkan kondisi populasi. b. Survei Rentang Waktu (Longitudinal Survei). Survei dilakukan berulang untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena dari waktu ke waktu. c. Survei Tracking/Trend. Survei dilakukan pada populasi yang sama namun dengan sampel berbeda untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena dari waktu ke waktu. d. Survei Panel. Survei dilakukan terhadap sampel yang sama untuk memahami suatu fenomena dari waktu ke waktu. e. Survei Cohort. Survei dilakukan pada sekelompok populasi yang spesifik untuk mengetahui perkembangan suatu fenomena dari waktu ke waktu.

Dalam konteks pendidikan dan tingkah laku, penelitian survey minimal dapat dikelompokkan menjadi lima macam yaitu (Sukardi, 2007): a. Survey catatan Jenis survey ini sering disebut survey of records, karena dalam kegiatan penelitian ini banyak menggunakan sumber-sumber yang berupa catata atau informasi nonreaksi. Dalam penelitian nonreaksi ini, penelitian ini biasanya tidak banyak melibatkan jawaban langsung dari subjek orang atau subjek

yang diteliti. Survey model catatan ini mempunyai keuntungan dibanding model lainnya, yaitu bahwa objektivitas informasi yang diperolah lebih objektif dan bisa dipertanggung jawabkan.

b.

Survey menggunakan angket Jenis kedua adalah metode survei dengan menggunakan angket atau kuisioner. Survei dengan angket biasanya didistribusikan ke responden melalui jasa pos. Di negara-negara dimana masyarakatnya lebih maju tingkat pendidikannya, penelitian ini temasuk aman, tetapi untuk negara kita masih memerlukan pencermatan secara insentif.

c.

Survey melalui telepon Pada penelitian ini, peneliti dengan menggunakan buku petunjuk telepon (buku kuning) menghubungi responden, kemudian mengatakan kepada mereka maksud dan tujuannya memperoleh informasi yang diinginkan adalah jawaban dari mereka. Seiring dengan kemajuan teknologi, penelitian survey melalui telepon juga maju dan banyak digunakan baikd alam bidang pendidikan maupun pada penelitian social

d.

Survey dengan melakukan wawancara kelompok Teknik ini mirip dengan wawancara perorangan. Peneliti dalam menggali informasi dalam grup, memungkinkan terjadinya interaksi di antara anggota kelompok dan dengan peneliti, sehingga menghasilkan suatu gambaran yang lebih baik tentang keadaan subjek atau objek yang diteliti.

e.

Survey dengan melakukan wawancara individu Penelitian survey jenis yang kelima ini merupakan survey dengan menggunakan pendekatan konvesional, yaitu wawancara perorangan. Pada penelitian dengan wawancara individual ini lebih berhasil apabila peneliti merasa tertantang atau challenging untuk melakukan eksplorasi permasalahan dengan informasi terbatas.

3.3. Tahapan Penelitian Survei Secara umum survei dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni: a. Menentukan masalah penelitian Setiap penelitian diawali dari adanya masalah. Masalah Penelitian adalah konseptualisasi (pemakaian konsep) atas sebuah fenomena atau gejala sosial yang akan diteliti. Itu berarti, tidak semua masalah dapat dikatakan sebagai masalah penelitian. Masalah adalah gejala/fenomena/kasus yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan Masalah Penelitian adalah konseptualisasi terhadap masalah sosial. Masalah sosial dapat di ubah menjadi masalah penelitian, dengan syarat: 1) 2) 3) 4) Hubungkan masalah sosial dengan konsep (teori). Kaitkan dengan metode penelitian yang dipakai. Hubungkan dengan paradigma penelitian yang dipergunakan. Rumuskan dalam kalimat tanya.

b. Membuat desain survei Tahap kedua dalam penelitian survei adalah membuat desain penelitian. Desain penelitian merupakan konseptualisasi atas sebuah fenomena atau gejala sosial yang akan diturunkan menjadi variabelvariabel penelitian sampai ke tingkat indikator. Jika digambarkan secara sistematis, maka desain penelitian survei tampak dalam hierarki sebagai berikut: 1) Teori 2) Konsep 3) Variabel 4) Dimensi 5) Indikator 6) Skala/Pengukuran Skala diperlukan sebagai teknik pengukuran yang sejak awal dirancang dalam desain penelitian. Terdapat empat jenis skala dalam penelitian survei, yakni nominal, ordinal, interval, dan rasio.

a) Skala Nominal Skala nominal membedakan satu kategori dengan kategori lainnya. Dasar perbedaannya adalah penggolongan yang tidak saling tumpang tindih antar kategori. Contoh: Jenis kelamin : a. pria b. Wanita

Status kepegawaian : a. Honorer b. Tetap c.Kontrak

Sumber informasi utama bagi Anda : a. Radio b. Televisi c. Koran d. Internet

Stasiun radio yang Anda dengarkan : a. W FM b. X FM c. Y FM d. Z FM

b) Skala Ordinal Skala ordinal mempunyai sifat membedakan dan mencerminkan adanya tingkatan dari tinggi ke rendah. Contoh: Jenjang Pendidikan : a. SD b. SLTP c. SMA d. Sarjana

Tingkat kepuasan : a. Sangat Tidak Memuaskan c. Sangat Memuaskan Kepangkatan dalam militer : a. Brigadir Jendral Jendral c) Skala Interval Skala interval mempunyai sifat membedakan, mempunyai tingkatan, dan mempunyai jarak yang pasti antara satu kategori dengan kategori lainnya Contoh: Tingkat Penghasilan b. Mayor Jendral c. Letnan Jendral d. b. Cukup Memuaskan

10

a. < 500.000 > 3 juta

b. 500.000 999.000 c. 1000.000- 3.000.000 d.

Frekuensi Mendengarkan radio a. 1-5 jam = sangat rendah b. 6- 10 jam = cukup c. 11-15 jam = tinggi d. 16-20 jam = sangat tinggi d) Skala Rasio Skala rasio mempunyai sifat membedakan, mempunyai tingkatan dan jarak, dan setiap nilai variabel diukur dari suatu keadaan atau titik yang sama (titik nol mutlak). Contoh: Umur Manusia (0, 1, 2, 3 dst) Berat badan dalam kg Tinggi badan dalam cm, dan sebagainya. 7) Pertanyaan

c. Mengembangkan instrumen survei Tahap ketiga dari penelitian survei adalah mengembangkan isntrumen penelitian dari matriks menjadi daftar pertanyaan. Dalam penelitian survei, data dapat diperoleh dengan berbagai alternatif cara pengumpulan data. Berikut adalah beberapa teknik pengumpulan data dalam survei. 1) Kuesioner langsung 2) Kuesioner via pos 3) Wawancara tatap muka 4) Wawancara via telepon 5) Pengisian kuesioner via komputer 6) Wawancara online (chatting, dsb) 7) Polling

11

Tahap akhir dalam menyusun desain penelitian survei adalah menurunkan matriks operasionalisasi ke dalam item-item pertanyaan. Berikut adalah ciri-ciri pertanyaan penelitian yang baik: 1) Jelas dan menggunakan bahasa yang sederhana 2) Padat 3) Spesifik 4) Bisa dijawab 5) Memiliki relevansi dengan responden 6) Tidak menggunakan kalimat negatif 7) Hindari menggunakan terminology yang bias 8) Hindari menanyakan dua hal sekaligus dalam suatu pertanyaan.

d. Menentukan sampel Tahap keempat dalam penelitian survei adalah menentukan sampel. Menentukan sampel artinya memilih teknik dan metode yang akan digunakan untuk mengambil sampel yang didasarkan pada keadaan dan kebutuhan data penelitian. Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga untuk meneliti suatu populasi menyebabkan perlunya dilakukan penentuan sampel. Dalam hal ini, populasi adalah semua individu/unit-unit yang menjadi target penelitian. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih mengikuti prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Kerangka sampel adalah daftar anggota populasi (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007: 37). Secara umum ada dua macam teknik penentuan sampel, yakni random sampling atau probability sampling dan non-random

sampling atau non probablity sampling. 1) Teknik Sampling a) Sampel Probabilita Penarikan sampel Secara Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

12

Sampel

acak

sederhana

adalah

sampel

yang

diambil

sedemikian rupa sehingga anggota populasi mempunyai kesempatan/peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Penarikan Sampel Sistematis (Systematic Random Sampling) Metode pengambilan sampel di mana anggota sampel dipilih secara sistematis dari daftar populasi. Daftar populasi harus berada dalam keadaan acak atau membaur.

Penarikan Sampel Stratifikasi (Stratified Random Sampling) Metode penarikan sampel berlapis atau berstrata. Suatu kriteria yang jelas harus ditetapkan untuk membatasi strata. Penarikan sampel dari setiap strata dapat dilakukan secara proporsional atau tidak proporsional.

Penarikan Sampel Secara Bergerombol (Cluster Sampling) Dalam praktek seringkali kita tidak mempunyai daftar populasi yang lengkap. Dalam kondisi seperti ini diperlukan Populasi Mini yang sifat dan karakternya sama dengan seluruh Populasi. Populasi mini seperti ini disebut Cluster atau Gerombol. Setelah cluster ditetapkan, barulah memilih sampel secara acak. Kelemahan cara ini adalah sulit mengetahui bahwa setiap gerombol meng-gambarkan sifat populasi secara tuntas.

b) Sampel Tidak Probabilita

Penarikan Sampel Secara Kebetulan (Accidental Sampling) Peneliti dapat memilih orang atau responden yang terdekat dengannya, atau yang pertama kali dijumpainya dan seterusnya.

Penarikan Sampel Secara Sengaja (Purposive Sampling) Peneliti telah menentukan responden menjadi sampel

penelitiannya dengan anggapan atau menurut pendapatnya sendiri degan suatu argumentasi.

Penarikan Sampel Jatah (Quota Sampling)

13

Populasi dibagi menjadi beberapa strata sesuai dengan fokus penelitian. Penarikan sampel jatah dilakukan kalau peneliti tidak mengetahui jumlah yang rinci dari setiap strata populasinya. Dalam kondisi ini peneliti menentukan jatah untuk setiap strata yang kurang-lebih seimbang.

Penarikan Sampel Bola Salju (Snowball Sampling) Bola salju dibuat dengan menggulung salju yang bertebaran di atas rumput, dari sedikit menjadi banyak dan besar. Pertama kali ditentukan satu atau beberapa responden untuk diwawancarai, sehingga berperan sebagai titik awal penarikan sampel.

Responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan petunjuk dari responden sebelumnya. Cara ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian pemasaran. c) Sampling Error (Tingkat Kesalahan yang Diinginkan) dan Tingkat Kepercayaan (Derajat Ketelitian) Dalam penentuan sampel sering dikenal istilah sampling error dan Tingkat Kepercayaan (derajat ketelitian). Sampling error menunjukkan tingkat presisi yang

diinginkan oleh peneliti (berapa derajat perbedaan yang diinginkan antara hasil sampel dengan populasi). Sampling error adalah kesalahan (error) yang terjadi dari tahap kerangka sampel dan penarikan sampel. Kesalahan ini adalah kesalahan alamiah yang pasti terjadi karena peneliti menggunakan sampel dan tidak mewawancarai semua anggota populasi (Tim AROPI, 2007: 61). Besar kecilnya sampling error sangat tergantung pada jumlah sampel yang dipakai. Jika peneliti ingin

mendapatkan sampling error yang kecil, maka jumlah sampel harus ditambah. Sebaliknya, jika sampel yang dipakai

kecil, sampling error akan besar. d) Menghitung Sampel dengan Rumus Dalam menghitung sampel dapat digunakan beberapa rumus. Antara lain dengan rumus Slovin dan Yamane.

14

e) Menghitung Sampel dengan Tabel Selain menggunakan rumus, menetukan jumlah sampel juga bisa dilakukan dengan melihat tabel penentuan jumlah sampel

e. Melakukan pre-test Tahap kelima dari penelitian survei adalah melakukan tes pendahuluan pra riset (pre-test) . Tujuan pre-test: 1) Untuk mengetahui apakah ada beberapa pertanyaan yang perlu dihilangkan atau ditambah. 2) Untuk mengetahui apakah ada pertanyaan yang sulit dipahami responden. 3) 4) Untuk mengetahui apakah susunan pertanyaan ada yang pertu diubah. Untuk mendeteksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengisi satu kuesioner. Test yang dilakukan meliputi: 1) Jawaban yang salah 2) Jawaban dengan pilihan lebih dari satu 3) Jawaban lain-lain sebutkan 4) Jawaban yang benar Untuk format kuesioner termasuk: . 1) Perintah pengisian 2) Aliran pertanyaan 3) Layout Dalam tahapan pretest, seringkali dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui kemantapan dan keshahihan instrumen penelitian. a) Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mendeteksi apakah alat ukur (butir-butir pertanyaan dalam suatu kuesioner) yang digunakan untuk mengumpulkan data itu memang benar-benar alat yang sesungguhnya, artinya alat itu sahih atau valid. Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat

15

suatu tes melakukan fungsi ukurnya terhadap suatu gejala. Untuk menguji validitas dapat dilakukan dengan pendekatan teknik koreksi produk moment misalnya dengan rumus Karl Pearson b) Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah derajat ketepatan atau tingat presisi dan tingkat keajegan konsistensi suatu alat ukur, artinya jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pendekatan yang sering digunakan untuk uji ini adalah dengan mencari koefisien alpha dari formula Cronbach.

f. Mengumpulkan data Tahap keenam dalam rangkaian prosedur penelitian survei adalah mengumpulkan data. Seperti dipaparkan pada bahasan sebelumnya, dalam penelitian survei, data dapat diperoleh dengan berbagai alternatif teknik pengumpulan data. Pengumpulan data merupakan aksi langsung ke lapangan yang artinya mengumpulkan data. Dalam kaitan ini peneliti dalam riset survei tidak harus turun sendiri ke lapangan. Sesuai dengan perannya, peneliti dapat mengambil salah satu peran, beberapa peran, atau semua peran sekaligus dalam penelitian survei. Posisi tersebut yakni: 1) 2) 3) 4) Pembuat desain instrumen/konseptor riset Pengumpul data/enumerator Pengolah dan interpreter data/analis Penyusun laporan.

g. Memeriksa data (editing) Tahap ketujuh dalam penelitian survei adalah memeriksa data. Pemeriksaan data dilakukan dengan beberapa langkah: 1. Menyortir kuesioner yang masuk apakah layak diproses atau didrop, misalnya untuk jawaban yang tidak lengkap 2. Memberi nomor kuesioner sebagai kendali 3. Memeriksa kelengkapan jawaban dan kejelasan makna jawaban

16

4. Memeriksa konsistensi antar jawaban dan relevansinya h. Mengkode data Tahap kedelapan dalam penelitian survei adalah mengkode data. Sebagai bagian dari penelitian kuantitatif, data yang terkumpul dalam penelitian survei biasanya berupa angka-angka yang merupakan nilai dari variabel-variabel tertentu. Untuk angket atau kuesioner dengan sistem tertutup maka kode-kode jawaban yang harus diberikan oleh responden sudah dibuatkan oleh peneliti (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007: 73-74). Dalam pemberian kode ini peneliti harus selalu ingat tentang prinsip-prinsip pengukuran atau skala pengukuran. Sebagai contoh dalam kuesioner sering ditanyakan hal-hal berikut: a. Jenis kelamin responden: 1 = laki-laki 2 = perempuan b. Penghasilan per bulan responden dari pekerjaan pokok: 1 = 0 1.000.000 2 = 1.000.001- 2.000.000 3 = 2.000.001 ke atas Dalam contoh a, angka 1 dan 2 merupakan kode. Karena jenis kelamin memiliki skala nominal, maka angka 1 dan 2 tidak memiliki nilai kecuali nilai pembeda antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sementara pada contoh b, angka 1, 2, dan 3 sedikit berbeda perannya, karena angka tersebut mencerminkan skala ordinal yang mengurutkan responden berdasarkan besarnya penghasilan di mana 3> 2> 1. Pemberian kode setelah pengumpulan data juga perlu dilakukan ketika pertanyaan dalam kuesioner bersifat terbuka atau kombinasi antara tertutup dan terbuka. Sehingga, jawaban-jawaban responden perlu dikode untuk dapat di-entry dan dianalisis. Contoh: Pekerjaan pokok responden 1 = PNS 2 = Karyawan swasta

17

3 = Pengusaha 4 = Lainnya, sebutkan Misalnya responden menjawab buruh, maka buruh kemudian harus diberi kode yang baru, misalnya 5= buruh.

i. Data entry (Memasukkan data ke dalam program komputer ) Tahap kesembilan dari penelitian survei adalah data entry. Data entry berkaitan dengan memasukkan (input) data ke dalam program komputer. Setelah seluruh data yang dikumpulkan dari angket atau kuesioner diberi kode, maka peneliti kemudian memasukkan data-data tersebut dengan menggunakan software yang ada, misalnya program SPSS (singkatan dari Statistical Package for the Social Sciences) atau yang lebih sederhana dengan program Excell dari Microsoft Office. Setelah data dimasukkan, selanjutnya adalah membersihkan data dari salah ketik atau salah mengkode data. Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007: 75) cara yang dilakukan dalam mengkode data adalah: 1) Memproses data untuk dilihat misalnya dengan pilihan statistik deskriptif seperti frekuensi, mean, modus, dan median. 2) Melihat penyimpangan-penyimpangan yang ada. 3) Mencocokkan kembali data dengan data yang ada pada kuesioner. 4) Membetulkan data entry. 5) Memproses kembali dan kembali ke langkah pertama.

j. Pengolahan dan analisis data Tahap kesepuluh dari penelitian survei adalah pengolahan dan analisis data. Agar dapat menjawab pertanyaan penelitian dan

membuktikan hipotesis, peneliti harus memilih teknik analisis data yang tepat. Karena penelitian survei menyangkut banyak kasus, maka umumnya teknik analisis data berhubungan dengan statistik. Ada beberapa prosedur pengujian hipotesis secara statistik (Djarwanto, 1996: 20-21; dalam Rahayu, 2008: 74)

18

1)

Memilih uji statistik yang sesuai, yaitu teknik uji yang modelnya paling mendekati asumsi yang memperbolehkan penggunaan uji tersebut dan syarat pengukurannya dapat dipenuhi oleh ukuran-ukuran yang digunakan dalam penelitian.

2) 3)

Menentukan taraf signifikansi dan besarnya sampel. Mengemukakan distribusi sampling harga statistik, arah pengujian, daerah penerimaan dan penolakan, serta kriteria pengujian hipotesis nihil.

4)

Menghitung harga uji statistik dengan menggunakan data yang diperoleh dari sampel, berdasarkan pada uji statistik yang telah dipilih.

5)

Mengambil kesimpulan pengujian, yaitu apakah hipotesis nihil diterima atau ditolak berdasarkan suatu taraf signifikansi yang telah dipilih. Dalam menetukan uji statistik, peneliti perlu mempertimbangkan

sejumlah aspek, misalnya skala pengukuran (nominal, ordinal, interval, dan rasio), kategori sampel (tunggal, ganda independen, atau ganda berpasangan), jumlah variabel, serta asumsi apakah populasi digambarkan berdistribusi normal atau tidak. Variabel yang diukur dengan skala nominal atau ordinal dianalisis dengan uji statistik nonparametrik, sedangkan yang diukur dengan skala interval atau rasio dianalisis dengan uji statistik parametrik. Uji statistik parametrik adalah teknik uji yang mengasumsikan populasi yang diteliti berdistribusi normal. Sementara, uji nonparametrik tidak memerlukan asumsi tersebut. Sampel tunggal, ganda independen, dan ganda berpasangan menuntut aplikasi uji statistik yang berbeda. Sebagai contoh, variabel dengan skala nominal dengan sampel tunggal menggunakan uji nonparametrik-chiSquare. Sementara, variabel ordinal dengan sampel independen

menggunakan teknik uji Kolmogorof Smirnov.

19

Setelah uji statistik ditemukan, selanjutnya peneliti memasuki proses pengolahan data dilanjutkan oleh analisis data. Analisis data dilakukan tidak hanya dengan membaca data, tapi juga menghubungkan data yang diperoleh dari hasil pengolahan data dan sejumlah informasi lainnya. Peneliti perlu melakukan komparasi teoritis untuk mengkritisi fenomena yang dikaji, atau sebaliknya, mengkritisi teori yang ada. Pada suatu uji eksplanatif, analisis yang dilakukan terutama ditujukan untuk melakukan pengujian terhadap research hypothesis dan statistical hypothesis. Dalam hal ini, peneliti harus jelas membatasi analisis yang dilakukannya hanya seputar data empiris (facts) yang telah dikumpulkan, tanpa mencampuradukkan dengan interpretasi atau opini. Berikut ini beberapa metode uji statistik dalam olah data. Pengolahan dan Analisis Data: Jenis Statistik Inferensi Nonparametrik - Chi Square- Mann Whitney Wilcoxin U Test-

Analisa/Pengujian Parametrik

signed-rank

Test-Kruskall-Wallace Uji Komparatif - T-test- ANOVA Test Contingency Rank-

Coefficient-

- Pearson Correlation difference correlation, Uji Asosiatif Coefficient Rho-Kendalls Tau

20

k. Interpretasi data Tahap kesebelas dari penelitian survei adalah interpretasi data. Interpretasi datamenjadi dasar untuk membuat kesimpulan. Dilihat dari proses timbulnya, analisis data mendahului baru kemudian interpretasi.D ilihat dari sifatnya, analisis data bersifat objektif, asli, apa adanya sedangkan interpretasi bersifat subjektif, dan bisa berubah-ubah. Untuk menginterpretasi data yang perlu dilakukan peneliti adalah mengaitkan temuan dan data dengan teori yang dibangun di awal. Selanjutnya berikan konteks, makna, atau implikasi data temuan tersebut dengan kondisi dan situasi atau setting penelitian secara lebih luas.

l. Membuat kesimpulan serta rekomendasi. Tahap terakhir dari rangkaian penelitian survei adalah Membuat Kesimpulan dan Rekomendasi. Setelah analisis dan interpretasi data, bagian akhir dari penelitian survei adalah menyusun kesimpulan dan rekomendasi. Cara membuat kesimpulan: 1) Perhatikan permasalahan dan tujuan penelitian 2) Perhatikan hipotesis 3) Buat kesimpulan umum 4) Buat kesimpulan-kesimpulan khusus 5) Kesimpulan harus bersandar pada hasil analisis data dan hasil interpretasi data Cara membuat rekomendasi: 1) Perhatikan gap antara kebutuhan dan hasil penelitian 2) Temukan rekomedasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian itu 3) Berikan saran yang realistis 3.4. Instrumen penelitian survei Penelitian penelitian yang menggunakan teknik sampling, kecuali penelitian eksperimental dan penelitian penyelidikan naturalistik termasuk kedalam kategori metode metode penelitian suvei atau analisis survei.

21

Pada metode penelitian survei atau analisis survei, instrument penelitian yang digunakan ada 2 jenis, yaitu kuesioner dan pedoman wawancara. Kuesioner dan pedoman wawancara digunakan dengan cara yang berbeda dan data yang diperoleh umumnya berbedapula, meskipun respondennya juga sama. 3.4.1. Kuesioner Kuesioner atau angket paling umum dipakai dalam metode-metode penelitian survei, saat penelitian mengajukan pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada sekelompok populasi atau representatifnya. Dilihat dari permukaan, kuesioner adakalanya sulit dibedakan dengan instrumen tes, akan tetapi dari segi isi dan kedudukan subjek di dalamnya, kuesioner berbeda dengan instrumen pilihan tes. atau Pada sebuah kuesioner, dengan peneliti tidak

menyajikanalternatif

kategori

jawaban,

menentukan mana pilihan yang salah atau benar. Kuesioner sebagai alat pengumpul data penelitian dirumuskan dengan kriteria tertentu. Kuesioner yang dirumuskan tanpa kriteria yang jelas, tidak banyak manfaatnya dilihat dari tujuan penelitian dan hipotesis yang akan di uji. Kriteria ini sebenarnya merupakan media penghubung antara peneliti dan respoden, oleh karena data yang dikehendaki sejalan dengan baik jika antara penelitian yang akan diuji,hanya akan didapat dengan tujuan atau hipotesis penelitian yang akan diuji, hanya akan didapat dengan baik jika antara peneliti dan responden tidak ada jurang kognitif yang lebar, perbedaan nuansa yang ekstrem, dan perbedaan makna konotatif yang kentara.sebagai misal,status sosial tinggi, sedang, dan rendah dipersepsikan berbeda oleh responden yang berasal dari lingkungan sosial ekonomi yang berbeda pula. Kuesioner sebagai alat pengumpul data disusun oleh peneliti dengan keragaman tertentu. Keragaman ini ditentukan oleh beberapa hal, seperti jenis data/ informasi yang dikehendaki, tingkat penguasaan peneliti terhadap fokus dan karakrentang opini atau pendapatteristik umum responden. Keragaman kuesioner dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:

22

3.4.1.1. Jenis pertanyaan dalam kuesioner Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner meliputi pertanyaan rentang fakta, pertanyaan informatif atau pengetahuan, pertanyaan tentang opini atau pendapat, dan pertanyaan persepsi. Pertanyaan tentang fakta Pertanyaan tentang fakta adalah pertanyaan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang ada pada diri responden atau yang dipahami secara jelas oleh responden. Pertanyaan ini paling banyak dipakai dalam penelitian survei dimaksudkan untuk mengumpulkan fakta sebanyak-banyaknya. Pertanyaan tentang fakta terdiri dari beberapa jenis, seperti berikut ini: 1) Pertanyaan yang menjawabnya hampir dapat dipastikan oleh peneliti,sehubung dengan jawaban diatas pertanyaan itu relatif dapat diterka dari permukaan. Contoh: Apakah pekerjaan anda? Keterangan: jika pertanyaan itu diajukan kepada kepala keluarga yang tinggal didesa tradisional, hampir dipastikan jawabannya adalah tani. 2) Pertanyaan yang dimaksudkan untuk membuat klasifikasi. Contoh: Jenis kelamin a. Pria b. Wanita Keterangan : misalnya, peneliti ingin mengetahui ada perbedaan persepsi antara pria dan wanita mengenai suatu gejala tertentu. 3) Pertanyaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan fakta mengenai responden sendiri atau beberapa aspek yang terkait langsung dengan dirinya. Contoh: Apakah agama anda? Berapa gaji tetap anda? 4) Pertanyaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan fakta mengenai gejalatertentu diluar diri responden, namun diketahuinya secara pasti. Contoh: Ada berapa kepala keluarga penghuni desa gunung mesir ini? Tuan A,berapa orang puteranya? Tuan B, berapa orang puteranya?

23

a. Pertanyaan tentang pendapat Pertanyaan tentang pendapat relatif mudah menyusunnya, sebaliknya hal itu cenderung menyebabkan responden relatif lebih sukar menjawabnya dari pad pertanyaan fakta. Pertanyan tentang pendapat ini dimaksud oleh peneliti untuk mengetahui pendapat responden mengenai gejala umum diluar dirinya atau public opinion pools (bailey,1982),

meski juga dapat berupa pendapat responden mengenai gejala yang ada padsa dirinya sendiri . pertanyaan pendapat banyak sekali fokusnya, seperti moral, kebudayaan, harga diri dan sebagainya (Nazir, 1985). Juga dapat pula memuat hal hal yang berkaitan dengan masalah politik, proyeksi ke depan (kuantitatif), kualitas suatu subjek, dan sebagainya. Pertanyaan tentang pendapat ada dua jenis, yaitu : 1. Pertanyaan yang dimaksudkan untuk menggali pendapat responden mengenai gejala diluar dirinya Contoh : a. Bagaimana pendapat anda mengenai kebijakan pemerintah menaikan harga obat? b. Bagaimana pendapat anda mengenai kebijakan sistem promosi

bagu tenaga perawat di lingkungan rumah sakit X? 2. Pertanyaan yang dimaksud untuk menggali pendapat responden mengenai gejala pada dirinya sendiri Contoh : a. Sebagai perawat, jika anda ditawari pekerjaan dilembaga swasta dengan gaji yang lebih besar, akan tetapi anda harus meninggalkan pekerjaan sekarang; apakah anda akan menerima penawaran tersebut? b. Beberapa saat sebelum votingb, ternyata and mengundurkan diri sebagai calon direktur rumah sakit Z. apa alasan utama anda?

24

b. Pertanyaan Persepsi Pertanyaan tentang persepsi seringkali sulit dibedakan dengan pertanyaan pendapat. Konsep dasar pertanyaan persepsi adalah peneliti diminta menilai sesuatu mengenai perilakunya sendiri dikaitkan dengan perilaku orang lain, posisi siri sendiri dikaitkan dengan gejala eksternal, atau suatu gejala dihubungkan dengan gejala lainnya. Pertanyaan tentang persepsi bersifat terbuka dan tidak diformat dalam bentuk benar-salah (truefalse), oleh karena jawaban atas pertanyaan tidak dinilai dalam bobot benar atau salahnya. Peneliti tidak bleh memaksakan kehendak agar responden mempunyai persepsi tertentu, karena lasan-alasan politik melancarkan suatu usaha atau praktik asal bapak senang (ABS), dan sebagainya. Apa yang dikemukakan oleh responden secara persepsi, begitulah adanya dan itulah yang harus direncanakan oleh peneliti (Danim, Sudarwan. 2003: 205). c. Pertanyaan Informatif Pertanyaan informatif sering pula disebut pertanyaan tentang

pengetahuan. Dimaksudkan untuk menggali pengetahuan yang dimiliki oleh responden mengenai sesuatu hal atau gejala. Menyusun pertanyaan informatif tidak sulit, namun peneliti perlu bertindak hati-hati, agar pertanyaan semacam ini benar-benar berbeda dengan tes. Artinya, pertanyaan tentang pengetahuan tidak dimaksudkan untuk mengukur satu segi dari ranah kognitif ( cognitive domain) responden (Danim, Sudarwan. 2003: 206). 3.4.1.2. Bentuk Pertanyaan Kuesioner Dari bentuk pertanyaan yang disajikan, kuesioner dibedakan dalam tiga jenis, yaitu : 1) Kuesioner berstruktur (tertutup) Umumnya dibuat dengan pertimbangan untuk menghimpun data kuantitatif atau data yang bisa dikuantifikasi. Responden hanya diberi peluang untuk memilih salah satu atau beberapa (beberapa ini tidak lazim dan sebaiknya dihindari, meskipun adakalanya tidak selalu bisa)

25

alternatif/ kategori jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Kuesioner berstruktur harus disusun dengan cara yang hati-hati, penyusunnya harus benar-benar memahami permasalahan dan sebelum digunakan harus reliabilitasnya. 2) Kuesioner setengah berstruktur (tertutup dan terbuka). Pertanyaan-pertanyaan pertimbangan untuk setengah berstruktur data dibuat kuantitatif dengan (dapat

menghimpun

dikuantifikasi), menghimpun data kualitatif, dan memberi keleluasan terbatas kepada responden. Setiap pertanyaan atau pernyataan yang ada pada kuesioner disertai alternatif/kategori jawaban, tetapi tidak tuntas. Kuesioner setengah berstruktur disusun oleh peneliti dengan dua pertimbangan utama, yaitu memberikan keleluasaan kepada responden untuk menentukan kategori/alternatif jawaban yang benarbenar sesuai dengannya dan peneliti tidak dapat menyajikan secara tuntas kategori/alternatif jawaban sehubungan dengan keterbatasan pemahamannya mengenai karakteristik responden, situasi lokal yang bersifat spesifik, dan penguasaan terhadap masalah yang menjadi fokus. 3) Kuesioner terbuka Pertanyaan terbuka umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan data kualitatif dan memberi keleluasaan penuh kepada responden untuk menjawab pertanyaan itu. Jenis pertanyaan kuesioner yang tidak disertai alternatif/kategori jawaban. Jawaban terhadap pertanyaan dalam kuesioner sepenuhnya dibuat oleh responden. Untuk

pertanyaan terbuka ditekankan pada usaha untuk mendapatkan keterangan atau data kualitatif. Pertimbangan ini tidak sepenuhnya benar, namun dalam batas-batas tertentu akan sangat membantu proses pengumpulan, tabulasi, dan analisis data (Danim, Sudarwan. 2003: 206-207). Menurut Bailey (1982) dan Mallo (1988) kuesioner mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan, sebagai berikut:

26

Kelebihan a) Jawaban responden mudah

Kelemahan a) Kemungkinan responden memilih asal saja b) Menimbulkan kekecewaan

dikomparasikan b) Mudah dianalisis dan ditafsirkan

responden, jika jawaban tidak tersedia c) Responden dapat memahami c) Adakalnya daftar alternatif/

semua pertanyaan atau pertanyaan yang diajukan d) Kecil kemungkinan (peneliti)

kategori jawaban yang terlalu panjang d) Kemungkinan mempunyai responden persepsi yang

memperoleh jawaban yang tidak relevan

berbeda dengan peneliti mengenai kategori/alternatif jawaban yang disediakan

e)

Memperkecil pepekaan, terutama memguasai masalah pribadi,

e) Jika ternyata responden salah memilih jawaban, melacaknya f) Variasi (terutama jawaban yang responden berbentuk alternatif/kategori peneliti sulit

harga diri, dan masalah-masalah politik. f) Meringankan responden dalam menjawabnya.

interval) kurang/tidak terlihat

3.4.1.3. Pola Sajian Kuesioner Kuesioner dapat disajikan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan disertai kategori/alternatif jawaban. Kuesioner yang disajikan dalam bentuk pernyataan (kalimat pernyataan) sering kali dirasakan lebih praktis, jika pada bagian awal kuesioner dibuat instruksi atau petunjuk yang jelas, sehingga responden tidak salah tafsir terhadap apa yang dimaksud oleh peneliti (Danim, Sudarwan. 2003: 213, 214). Kuesioner yang alternatif/kategori jawabannya ditetapkan secra bergam seperti sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), 27

dan sangat tidak setuju (STS); atau sangat sering (SS), sering (S), jarang (J), dan sangat jarang (SJ), dan sejenisnya sebaiknya disajikan dalam bentuk pertanyaan. Sebaliknya, kuesioner yang alternatif/kategori jawabannya beragam atau memiliki keragaman, sebaiknya disajikan dalam bentuk pertanyaan (Danim, Sudarwan. 2003: 214). 3.4.1.4. Urutan Pertanyaan Urutan penelitian memungkinkan peneliti memperoleh

data/keterangan yang cukup dan objektif serta memudahkan peneliti dalam proses pengolahan data, seperti editing, coding, tabulasi data, analisis data, dan interpretasi. Urutan pertanyaan juga menudahkan responden untuk mengisinya, sekaligus menjaga keutuhan pikiran peneliti selama proses menjawab pertanyaan kuesioner. Kuesioner yang baik tidak hanya memenuhi kriteria isi, bersifat tuntas, dan tidak saling tumpang tindih, melainkan juga harus memenuhi kriteria urutan pertanyaan yang baik. Secara keseluruhan, sebuah kuesioner berbentuk batang tubuh sebagai berikut (Danim, Sudarwan. 2003: 220-221). BAGIAN AWAL Surat pengantar dari instansi/pejabat pemberi izin atau surat pengantar dari peneliti. BAGIAN INTI Instruksikan atau pedoman pengisian dan contoh pengisian. Adakalnya diperlukan penjelasan untuk masing-masing bagian dari kuesioner. Kuesioner (pertanyaan/pernyataan/isian) yang disajikan sesuai dengan kriteria urutan. BAGIAN PENUTUP Pernyataan singkat, misalnya: Terima kasih atas partisipasi Anda.

3.4.1.5. Mengatur Pokok-Pokok Kuesioner Dalam rangka menyusun instrumen, kriteria-kriteria berikut ini perlu diperhatikan oleh peneliti, meskipun tidak sepenuhnya berlaku untuk setiap 28

bentuk kuesioner yang dibuat. Kriteria kuesioner yang baik, secara umum adalah sebagai berikut: 1) dirumuskan secara singkat 2) dapat dicerna isinya 3) ditata dengan urutan yang logis 4) jawaban yang diminta tidak bermakna ganda 5) jawaban yang diminta tidak membingungkan 6) tidak memuat unsur prasangka atau bias 7) hanya untuk tujuan menjaring data penelitian 8) bersifat tuntas 9) tidak tumpang tindih 10) mencakup semua variabel penelitian (Danim, Sudarwan. 2003: 224225) 3.4.2. Wawancara dan Observasi Wawancara merupakan salah satu teknik yang dipakai dalam rangka pengumpulan data penelitian. Wawancara dapat dilakukan dengan menggunakan jadwal terstruktur, terfokus, atau bebas. Jadwal terstruktur adalah wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman wawancara spesifik dan ada strukturnya. Wawancara berstruktur sring pula disebut sebagai angket yang dicakapkan. Wawancara terfokus dilakukan untyk tujuan memperoleh data atau opini dari responden yang bersifat sanfat khusus, misalnya sangat pribadi atau rahasia. Wawancara bebas atau tidak terstruktur dilakukan oleh peneliti dengan tidak mengguanakan panduan khusus. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terhadap responden beranjak dari fokus umum dan isu-isu yang berkembang dalam proses (Danim, Sudarwan. 2003: 231-232). Sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Observasi data dapat dilakukan dengan menggunakan tida pola dasar, yaitu observasi objektif, observasi peran serta (participant observation), dan observasi tersamar atau tidak langsung. Observasi objektif dimaksudkan untuk mengamati kondisinyata dari suatu subjek atau perilaku yang dapat dilihat. Untuk itu, biasanya peneliti membuat pedoman observasi (yang umumnya dalam

29

bentuk daftar periksa). Peneliti mengamati subjek atau perilaku tertentu dan menentukan objek atau perilaku tersebut, seperti: baik, sedang, atau kurang; memuaskan, kurang memuaskan, atau tidak memuaskan (Danim, Sudarwan. 2003: 232). Observasi partisipan atau observasi peran serta dilakukan peneliti dengan hajat untuk mendapatkan bukti yang benar-benar ilmiah, sesuai dengan kondisi alami di lapangan. Misalnya, seorang peneliti ingin menegetahui kebiasaan komunitas tradisional tertentu dalam mengatur menu makanan. Untuk itu, dia tinggal cukup lama di dalam kelompok komunitas tersebut. Hasil pengamatan dalam proses observasi partisipan ini akan lebih tajam jika dilengkapi dengan wawancara (Danim, Sudarwan. 2003: 232). Observasi secara tersamar atau tidak langsung. Observasi ini dapat dapat dilakukan oleh peneliti atau subjek lain yang ditugasi untuk itu. misalnya, seseorang peneliti ingin mengamati secara mikro keterampilan mengajar seorang calon guru perawat. Untuk itu, peneliti tersebut mengamati perilaku mengajar calon guru perawat itu secara makro, yaitu, pengamatan dilakukan di laboratorium pengajaran mikro. Keakuratan hasil observasi akan sangat bergantung pada ketelitian pengamat dan frekuensi pengamatan (Danim, Sudarwan. 2003: 232-233).

3.4.3. Kelebihan dan Keterbatasan Survei Sebagaimana umunya sebuah metode penelitian, survei juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Wimmer dan Dominick (2003: 167-168), kelebihan survei meliputi sejumlah aspek, yaitu: 1. Dapat digunakan untuk melakukan investigasi masalah

dalam setting yang alamiah tanpa harus dilakukan dalam laboratorium atau melalui perancangan suatu kondisi tertentu. Karenanya, survei dapat menguji pola-pola perilaku bermedia, seperti membaca surat kabar, menonton televisi, mendengarkan radio, dan sebagainya. 2. Dari sisi pembiayaan, survei paling masuk akal karena dapat disesuaikan dengan jangkauan informasi yang ingin dikumpulkan.

30

3. Data yang luas dapat dikumpulkan dari responden yang bervariasi dengan cara yang relatif mudah, sebab survei memperbolehkan peneliti memilih dan menguji sejumlah variabel. Peneliti juga dapat

menggunakan beragam statistik untuk menganalisis data. 4. Survei tidak dihalangi oleh batas-batas gegografi dan dapat dilakukan di mana saja, tergantung kepentingan dan sumber daya yang dimiliki oleh peneliti. 5. Data yang telah ada di lapangan memberikan kemudahan survei, seperti dokumen-dokumen pemerintah, data sensus, rating media, dan sebagainya.

Di samping kelebihan tersebut, survei pun memiliki sejumlah keterbatasan sebagimana disampaikan Wimmer dan Dominick (2003: 168) dan Rahayu (2008: 76), yaitu: 1. Variabel independen tidak dapat dimanipulasi seperti halnya metode eksperimental. Tanpa kontrol pada variabel independen, peneliti tidak dapat meyakini sepenuhnya apakah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen memiliki hubungan sebab akibat (causal) atau bukan (noncausal). Survei hanya mampu memproyeksikan ada-tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut, sebab untuk menilai hubungan sebab akibat (causal linked) terdapat sejumlah variabel yang kemungkinan berada di antara keduanya. 2. Instrumen kuesioner memiliki potensi bias yang cukup besar karena pertanyaan yang tertuang di dalamnya tidak selalu menampung persoalan penelitian. Selain itu, ada kemungkinan kuesioner dipahami secara berbeda oleh responden. 3. Ada kemungkinan responden yang terlibat dalam survei tidak sesuai dengan karakteristik sampel yang dituju. Misalnya, dalam wawancara melalui telepon, responden bisa saja mengklaim dirinya berkesesuaian dengan karakteristik tertentu (umur, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya).

31

4. Beberapa survei dukup sulit dilakukan, terutama terkait dengan kesediaan berpartisipasi. 5. Survei tak cukup fleksibel menangkap sejumlah perbedaan atau perubahan sosial yang terjadi karena tidak mampu diprediksi sebelumnya oleh peneliti. 6. Survei mensyaratkan kerangka operasional yang ketat, sedangkan tidak semua fenomena dapat diukur atau terukur sehingga survei tidak bisa menjangkau semua persoalan. 7. Survei terlalu mengandalkan statistik sehinga mereduksi data-data kualitatif yang sebenarnya dapat memperkaya penjelasan sebuah persoalan.

32

BAB 4 PENUTUP Setelah kami membahas desain penelitian survey, kami selaku penulis dapat menarik kesimpulan dan saran, yakni sebagai berikut : 4.1. Kesimpulan Penelitian survei adalah pengumpulan data dari suatu populasi dengan memilih sampel. Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif. Survei tidak selalu identik dengan kuesioner (meski teknik pengumpulan data survei seringkali menggunakan kuesioner karena berhubungan dengan sampel berjumlah besar). Dalam praktiknya, terkadang pelaksanan survei tidak hanya menggunakan kuesioner atau angket, namun dilengkapi dengan wawancara atau observasi. Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka Ada beberapa kategori penelitian survei dilihat dari proses pelaksanaannya dan perlakuan terhadap sampel. a. Survei Sekali Waktu (Cross-sectional Survei). b. Survei Rentang Waktu (Longitudinal Survei). c. Survei Tracking/Trend. d. Survei Panel. e. Survei Cohort. Secara umum survei dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni: a. Menentukan masalah penelitian b. Membuat desain survei c. Mengembangkan instrumen survei d. Menentukan sampel 33

e. Melakukan pre-test f. Mengumpulkan data g. Memeriksa data (editing) h. Mengkode data i. Data entry (Memasukkan data ke dalam program komputer ) j. Pengolahan dan analisis data k. Interpretasi data

4.2. Saran Demikianlah makalah yang telah kami buat. Semoga isi dari makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan teman-teman tentang desain penelitian survey. Saran, kritik, maupun sanggahan tetap kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini.

34

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan: Sejarah & Metodologi. Jakarta: EGC S, Dodiet Aditya. 2009. Penelitian Deskriptif. Diakses di pdffactory.com tanggal 26 Oktober 2013 pukul 06.15 WIB Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Sripsi,Tesis, Metodologi dan Penelitian Ilmu

Keperawatan

Pedoman

Instrumen

Penelitian

Keperawatan. Edisi2. Jakarta: Salemba Medika Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

35

Anda mungkin juga menyukai