Anda di halaman 1dari 18

Nama : Friska Retno Wahyu .K. NIM : 101.

0045 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Terapi Diet Pada Obesitas Usia Dewasa 2.1 Konsep Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global ( WHO, 2010; Physical Activity. In Guide to Community Preventive Services Web site, 2008). Kerja sama otot dan sistem syaraf akan mempertahankan keseimbangan, postur, dan kesejajaran tubuh saat mengangkat, membungkuk, bergerak dan melakukan aktivitas harian. Keseimbangan yang tepat akan mengurangi risiko cedera muskuloskeletal dan mempermudah pergerakan tubuh tanpa disertai menegangnya otot dan penggunaan energi yang berlebihan. Aktivitas

muskuloskeletal yang terkoordinasi sangat penting saat memosisikan dan memindahkan atau mentransfer klien. Jika klien tidak dapat ikut membantu pemindahan, gunakan alat pengangkat mekanik atau tim pengangkat. Tim pengangkat terdiri dari dua orang dengan fisik yang sehat, mampu melakukan teknik pengangkatan, dan menggunakan perlengkapan penanganan klien untuk melakukan pemindahan yang berisiko tinggi (nelson dan baptis, 2004). Salah satu individu yang sehat adalah adanya kemampuan melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan misalnya berdiri, berjalan, dan bekerja. Olahraga juga merupakan aktivitas fisik yang bertujuan untuk

mengkondisikan tubuh, meningkatkan kesehatan, dan mempertahankan kebugaran atau dapat digunakan sebagai tindakan terapeutik. Program olahraga sangat bergantung pada toleransi aktivitas klien, atau jenis dan kadar olahraga atau kerja

yang

mampu

dilakukan

seseorang.

Faktor

fisiologis,

emosional,

dan

perkembangan akan memengaruhi toleransi aktivitas klien. Aktivitas fisik dan olahraga yang teratur akan meningkatkan fungsi seluruh sistem tubuh seperti fungsi jantung dan paru (ketahanan), kebugaran otot dan tulang (fleksibilitas dan integritas tulang), pengaturan dan pemeliharaan berat badan (citra tubuh), serta kesejahteraan psikologis (Burbank et al.,2002; Gillespie, 2006 dalam Buku Potter dan Perry, 2005) Program aktivitas fisik terbaik adalah kombinasi olahraga yang

menghasilkan berbagai manfaat fisiologis dan psikologis. Isotonik, isometrik, dan isometrik resistif adalah 3 kategori olahraga. Mereka dikelompokkan sesuai jenis kontraksi otot. Olahraga isotonik menyebabkan kontraksi otot dan perubahan panjangnya(kontraksi isotonik). Contohnya adalah berjalan, berenang, aerobik, dansa, joging, bersepeda, dan menggerakkan lengan dan kaki dengan tahanan ringan. Olahraga isotonik akan meningkatkan fungsi sirkulasi dan respirasi, meningkatkan massa,tonus, dan kekuatan otot dan mempromosikan aktivitas osteoblastik (aktivitas sel pembentukan otot) sehingga melawan osteoporosis. Olahraga isometrik melibatkan peregangan otot tanpa menggerakkan tubuh (kontraksi isometrik). Contohnya adalah olahraga kuadriseps dan kontraksi otot gluteus. Ini ideal untuk klien yang ridak mampu mentoleransi peningkatan aktivitas. Klien yang terimobilisasi di tempat tidur dapat melakukan olahraga isometrik. Manfaat yang diperoleh adalah peningkatan massa, tonus, peningkatan sirkulasi ke anggota tubuh yang terlibat dan aktivitas osteoblastik. Olahraga isometrik resistif terjadi jika seseorang mengontraksikan otot sambil mendorong benda stasioner atau menahan gerakan suatu benda (hoeman,2002). Peningkatan bertahap pada kadar tahanan dan durasi yang dilakukan oleh kontraksi otot akan meningkatkan kekuatan dan ketahanannya. Contohnya adalah push up, mendorong papan kaki untuk bangkit di tempat tidur, dan mengangkat pinggul (hip lifting). Hip lifting melibatkan klien dalam posisi duduk yang mendorong suatu permukaan (seperti kursi) dengan tangan dan mengangkat pinggulnya. Olahraga ini membantu meningkatkan kekuatan otot dan

memberikan tekanan terhadap tulang untuk merangsang aktivitas osteoblastik. (Potter dan Perry, 2005) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan aktivitas seseorang dipengaruhi oleh adekuatnya sistem persarafan, otot, tulang, atau sendi. (Tarwoto dan Wartonah, 2010). Pola latihan aktivitas fisik dapat memengaruhi status kesehatan. Latihan aktivitas fisik yang dilakukan terus-menerus meningkatkan frekuensi nadi selama 15-20 menit 3 kali seminggu meningkatkan fungsi kardiopulmonal dengan menurunkan rata-rata tekanan darah dan denyut jantung. Selain itu latihan aktivitas fisik dapat menurunkan kecenderungan mudah lelah, insomnia, ketegangan dan iritabilitas. (Potter dan Perry, 2005) 2.2.1 Mekanisme pergerakan Gerak tubuh secara keseluruhan diatur dengan prinsip-prinsip fisiologis. Adanya pergerakan otot-otot memungkinkan tulang ikut bergerak melalui persendian. Tubuh dapat melaksanakan aktivitas, gerakan dengan cepat dan tepat serta adanya pengaturan postur tubuh dan memungkinkan terjadinya gerakan terkoordinasi. Untuk menggerakkan sebuah anggota badan, otak harus merencanakan gerakan yang sesuai dengan berbagai sendi pada saat yang sama, dan menyesuaikan gerakan dengan membandingkan rencana yang ada. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat kompleks yang melibatkan sistem muskulo, skeletal, dan syaraf. Mekanisme gerak dapat dibedakan menjadi gerak yang disadari atau volunter, dan gerak yang tidak disadari atau involunter atau yang disebut dengan refleks. Proses gerak yang disadari mekanismenya melalui jalur yang panjang mulai dari reseptor, saraf, sensorik, kemudian dibawa ke otak untuk selanjutnya diasosiasi menjadi respon yang akan dibawa oleh syaraf motorik ke efektor. Perintah untuk gerakan volunter berasal dari area asosiasi korteks. Gerakan direncanakan di korteks, basal ganglia, dan bagian lateral dari hemisfer serebelum kemudian diperintahkan ke otot melalui jalur kortikospinal dan kortikobulbaris. Gerakan diperhalus di serebelum bagian medial dan intermedial.

Pada gerakan dalam pengaturan postur tubuh dikendalikan melalui jalur spinoserebelum yang berproyeksi ke batang otak. Jalur batang otak utama dalam pengaturan postur adanya traktus rubrospinalis, retikulospinalis, tektospinalis, vestibulospinalis, serta neuron-neuron di batang otak. Serat jalur batang otak kortikospinalis pada batang otak membentuk piramida yang disebut sistem piramidalis. Sedangkan jalur lain pada batang otak yang tidak melewati piramid, tetapi berperan dalam kontrol postur disebut sistem ekstrapiramidalis. Sedangkan gerakan refleks berjalan dengan sangat cepat dan respons terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. (Tarwoto dan Wartonah, 2010). 2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh dan

pergerakan(aktivitas) 1. Tingkat perkembangan tubuh usia akan memengaruhi tingkat perkembangan tubuh neuromuskular tubuh secara proporsional, postur, pergerakan dan refleks akan berfungsi secara optimal 2. Kesehatan fisik penyakit, cacat tubuh, dan immobilisasi akam memengaruhi pergerakan tubuh. 3. Keadaan nutrisi kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas dapat menyebabkan pergerakan aktivitas menjadi kurang bebas. 4. Emosi rasa aman dan gembira dapat memengaruhi aktivitas tubuh seseorang. Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat, yang kemudian sering dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas.

5. Kelemahan neuromuskular dan skeletal Adanya postur abnormal seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis dapat berpengaruh terhadap pergerakan. 6. Pekerjaan Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila dibandingkan dengan petani atau buruh. (Tarwoto dan Wartonah, 2010). 2.3.4 Manfaat Aktivitas Fisik terhadap Kesehatan Aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap kesehatan yaitu : 1. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis, dan lain-lain 2. Berat badan terkendali 3. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat 4. Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional 5. Lebih percaya diri 6. Lebih bertenaga dan bugar 7. Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik (Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI 2006 ) 2.3.5 Tipe-tipe Aktivitas Fisik Ada 3 tipe/macam/sifat aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh yaitu: 1. Ketahanan (endurance) Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih bertenaga.

Untuk mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: Berjalan kaki, misalnya turunlah dari bus lebih awal menuju tempat kerja kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti di halte yang menghabiskan 10 menit berjalan kaki menuju rumah Lari ringan, Berenang, senam,Bermain tenis, Berkebun, dan kerja di taman. 2. Kelenturan (flexibility) Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti :Peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan atau sentakan, lakukan secara teratur untuk 10-30 detik, bisa mulai dari tangan dan kaki,Senam taichi, yoga,Mencuci pakaian, mobil,Mengepel lantai. 3. Kekuatan (strength) Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti : Push-up, naik turun tangga, angkat berat/beban, Membawa belanjaan, Mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness). 2.2 Konsep Dietetika Diet merupakan kombinasi ilmu dan seni bagaimana mengatur suatu perencanaan, persiapan, dan pelayanan makan kepada individu maupun sekelompok orang dengan variasi keadaan kesehatan (sehat atau sakit) dan

penyakit-penyakit yang berbeda-beda dengan berpedoman pada manajemen, prinsip, dan syarat diet serta memperhatikan dan mempertimbangkan sosial, ekonomi, budaya, dan faktor psikologi. Diet mengatur kecukupan makanan dan minuman yang dikonsumsi orang secara teratur setiap hari dengan jumlah dan jenis makanan yang dibutuhkan dalam situasi tertentu, seperti menurunkan atau menaikkan berat badan, serta untuk penyembuhan penyakit. (Fajar Ibnu,dkk. 2013) diet disusun dari kelompok-kelompok makanan dalam perbandingan yang sesuai, maka dapat dihasilkan suatu diet yang komposisi nutriennya juga seimbang. Diet seimbang telah dikaitkan dengan anjuran pola makan sehat dalam berbagi pedoman perencanaan makanan misalnya model piramida (yang digunakan di AS, Asia, dan kawasan mediteran) atau model piring (seperti yang digunakan di Inggris). Secara umum, semua pedoman ini merekomendasikan agar sebagian diet tersusun atas sumber diet tersusun atas sumber nabati-padi-padian, biji polong-polongan kering (pulse), buah, sayuran daripada sumber hewani. 2.2.1 Terapi diet Terapi diet merupakan bagian dari dietetika yang khusus memerhatikan penggunaan makanan untuk tujuan penyembuhan. Dimana terapi diet mempunyai tujuan, yaitu : 1. memperoleh status gizi yang baik. 2. Memperbaiki defisiensi gizi. 3. Mengistirahatkan organ tubuh. 4. Menyesuaikan asupan/intake dengan kemampuan tubuh. 5. Mengubah berat badan. (Fajar Ibnu,dkk. 2013) 2.3 Obesitas Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Obesitas ( WHO ) ialah akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan yang berpeluang menimbulkan

beberapa resiko kesehatan pada seorang individu. Kondisi dimana lemak tubuh telah menumpuk sehingga menimbulkan efek buruk pada kesehatan. ( Nurmalina, 2011). Obesitas ialah keadaan menumpuknya lemak yang berlebihan secara menyeluruh di bawah kulit dan jaringan lainnya dalam tubuh, ini disebabkan karena ketidakseimbangan antara makanan yang masuk dan yang digunakan, dengan demikian terjadi kelebihan kalori. (Sitorus, 2008 ). Perbandingan normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah 25-30 % pada wanita dan 18-23 % pada pria. Waanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Menurut Myers (2004), seseorang yang dikatakan obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka. Obesitas merupakan masalah kesehatan yang semakin banyak terjadi pada individu dewasa menengah. Pada tahun 2005, sebesar 23,9% individu dewasa di amerika menderita obesitas, dan prevalensi obesitas meningkat antara tahun 1995-2005

(USDHHS,CDC,2006). Dampak obesitas bagi kesehatan adalah penyakit seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes tipe 2 (non insulin dependent), penyakit jantung koroner, osteoatritis, serta sesak napas obstruktif saat tidur mendengkur. Selama usia dewasa menengah fokus berkelanjutan dengan tujuan menyejahterakan akan membantu klien dalam mengevaluasi perilaku kesehatan dan gaya hidup yang dapat menyebabkan obesitas. Konseling tentang aktivitas fisik dan nutrisi merupakan komponen penting dari rencana asuhan bagi klien dengan berat badan lebih dan obesitas. 2.3.1 Jenis jenis obesitas Secara umum, obesitas dapat digolongkan ke dalam tiga tingkatan: a. Obesitas ringan ( kelebihan berat badan 20% sampai dengan 40 % dari berat badan standard ).

b. Obesitas sedang ( kelebihan berat badan 41 % sampai dengan 100% dari berat badan standard). c. Obesitas berat ( kelebihan berat badan lebih besar dari 100 % dari berat badan standard ). ( Nurmalina, 2011 ) Sedangkan menurut mirza maulana(2009) Obesitas digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40% 2. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100% 3. Obesitas berat : kelebihan beratbadan lebih dari 100% 4. Obesitas beratditemukan sebanyak 5% diantara orang-orang yang gemuk. 2.3.2 Etiologi Obesitas Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang memiliki berat badan berlebih atau obesitas (CDC, 2009). Diantaranya adalah: 1. Ketidakseimbangan antara asupan kalori dari makanan dengan penggunaan kalori sebagai energi pada aktivitas fisik. 2. Lingkungan tempat tinggal dan tempat bekerja. 3. Faktor genetik. 4. Faktor lain seperti obat-obatan. Orang yang menggunakan steroid jangka panjang akan mengalami penambahan berat badan. 2.3.3 Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (WHO, 2011). Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Menurut CDC

(2011) dan WHO (2011) batas ambang untuk orang dewasa yang dikatakan overweight, apabila memiliki IMT 25-29,9. Sedangkan orang dewasa yang dikatakan obesitas apabila ia memiliki IMT lebih dari atau sama dengan 30. Untuk menentukan berat badan normal, WHO membagi batas ambang laki-laki berbeda dengan perempuan. IMT bernilai 20,125,0 adalah ambang batas berat badan normal untuk laki-laki dan 18,7-23,8 untuk berat badan normal perempuan. Berdasarkan Pedoman Praktis IMT yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 1994, ambang batas yang digunakan di Indonesia, sedikit berbeda dengan ambang batas yang digunakan di seluruh dunia. Ambang batas yang digunakan berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Penting untuk diingat bahwa meskipun IMT berkorelasi dengan jumlah lemak tubuh, IMT tidak secara langsung mengukur lemak tubuh. Pada beberapa orang, seperti atlet, mungkin memiliki IMT yang tergolong sebagai kelebihan berat badan meskipun mereka tidak memiliki tubuh yang kelebihan lemak. Penggunaan indeks massaa tubuh (IMT) sebagai penentuan status gizi orang dewasa yaitu menggunakan rumus : IMT = Berat badan (kg) Tinggi Badan (m)2 Menurut Ibnu Fajar,dkk. (2013) Hasil perhitungan IMT kemudian dikategorikan sebagai berikut : Kurang Normal : IMT < 18,5 : IMT < 18,5-25,0

Overweight : IMT 25,1-27,0 Obesitas : IMT > 27,0

2.4 Konsep Tumbuh Kembang Dewasa Seseorang dikatakan mencapai maturitas ketika mereka sudah mencapai keseimbangan pertumbuhan fisikologi, psikososial, dan kognitif. Individu yang matur merasa nyaman dengan kemampuan, pengetahuan, dan respons yang telah

mereka kembangkan selama bertahun-tahun. Mereka melihat dunia dengan pandangan yang luas, berdasarkan paduan pengelihatan, emosi dan imajinasi. Mereka menghadapi masalah yang dapat dipecahkan tetapi mengenali dan belajar untuk hidup dengan masalah yang tidak terpecahkan. Karakteristik lain dari maturitas dikaitkan dengan komunikasi dan perilaku interpersonal. Orang yang matur mengakui kelebihan dan kekurangan. Dewasa matur mengakui kelebihan dan kekurangan. Dewasa matur menghadapi tugas secara terbuka, menggunakan teknik pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah dan perbuatan mereka dapat diperhitungkan dan dipertanggung jawabkan. (potter dan perry, 2005) Kelompok usia dewasa mempunyai banyak faktor risiko yang berhubungan dengan penyebab utama kesakitan dan kematian pada orang dewasa amerika berkaitan juga dengan perilaku kesehatan dan pilihan gaya hidup. Orang dewasa memiliki kesempatan yang unik untuk mengambil tindakan personal yang pada dasarnya dapat menurunkan risiko mereka mengalami kesehatan yang buruk. Memiliki berat berlebih akan meningkatkan peluang seseorang untuk mengalami masalah kesehatan termasuk penyakit jantung, beberapa kanker, hipertensi, peningkatan kolesterol darah, diabetes, stroke, penyakitkandung empedu, dan osteoatritis. Menurut National Health and Examination Survey (NHANES), hanya sekitar 42% orang dewasa usia 20 tahun dan diatasnya yang mempertahankan berat badan yang sehat, sementara 23% dinyatakan kegemukan (obese) sesuai yang ditetapkan indeks masa tubuh (body mass index, BMI). Tren penambahan berat badan yang sesuai sepanjang hidup adalah kombinasi antara diet dan olahraga, ketergantungan sepenuhnya pada hanya salah satu faktor membuatnya menjadi suatu proses yang sulit.(Mckenzie.F James,dkk. 2006) Masa dewasa awal dan menengah merupakan masa yang penuh tantangan, penghargaan, dan krisis. Tantangan yang dimaksud termasuk keinginan untuk bekerja dan membentuk keinginan untuk bekerja dan membentuk keluarga. Disamping itu juga merupakan pengalaman yang berharga. Orang dewasa juga menghadapi masa krisis seperti peduli pada proses penuaan orang tua mereka,

kemungkinan kehilangan pekerjaan dalam setiap perubahan kondisi ekonomi, serta mengurusi kebutuhan perkembangan mereka dan anggota keluarganya. Masa dewasa awal merupakan periode antara usia belasan akhir sampai usia tiga puluhan (Edelman dan Mandle, 2002). Pada tahun 2005 sebesar 27% dari total populasi adalah dewasa awal (U.S cencus Bureau, 2004). Pada masa dewasa awal ini individu mulai berpisah dari keluarga asalnya, membangun karier, memutuskan kapan akan menikah dan berkeluarga, atau memilih untuk tetap sendiri. Individu pada masa dewasa awal beradaptasi dengan pengalaman baru dan kebebasan yang didapatkannya. Usia pertengahan (middle age) terjadi antara usia 30-an menengah sampai akhir dan pertengahan 60-an. Transisi ke usia pertengahan terjadi saat seorang muda menjadi lebih peduli terhadap perubahan dalam masalah reproduksi dan kemampuan fisik yang menandakan permulaan tahap lain dari kehidupan. Di masa transisi lanjutan ini individu meninjau dan menambah tujuan hidupnya. 2.4.1 Teori masa dewasa Penelitian klasik lama oleh levinson telah mengidentifikasi fase-fase perkembangan dewasa awal dan tengah berikut ini (levinson et al, 1978): 1. Awal transisi dewasa (usia 18-20 tahun) ketika seseorang berpisah dengan keluarga dan merasakan kebebasan 2. Memasuki dunia kedewasaan (usia 21-27 tahun) menyiapkan dan mencoba karier dan gaya hidup. 3. Masa transisi (usia 28-32 tahun) ketika seseorang secarabesar-besaran memodifikasi aktivitas kehidupannya dan memikirkan tujuan masa depan. 4. Masa tenang (usia 33-39 tahun) ketika seseorang mengalami stabilitas yang lebih besar. 5. Tahun keberhasilan (usia 40-65 tahun) waktu untuk pengaruh maksimal, membimbing diri sendiri dan menilai diri sendiri. 2.4.2 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Dewasa awal ketika seseorang

1. perubahan fisik : pertumbuhan fisik pada masa dewasa awal umumnya berhenti pada usia 20. Kecuali pada wanita hamil dan menyusui. Perubahan fisik, kognitif, psikososial dan perhatian kesehatan pada wanita hamil dan keluarga produktif bersifat luas. Orang dewasa awal biasanya sangat aktif, jarang mengalami penyakit parah (jika dibandingkan dengan kelompok usia tua), cenderung mengabaikan gejala fisik dan sering menunda pencarian pelayanan kesehatan. Karakteristik fisik dewasa awal mulai mengalami perubahan saat menuju usia pertengahan. Pertengahan biasanya berada dalam batas normal, kecuali jika klien memiliki penyakit dan temuan pengkajian. 2. perubahan kognitif : kemampuan berfikir kritis meningkat secara teratur selama usia dewasa awal dan pertengahan. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup, dan kesempatan untuk bekerja dapat meningkatkan konsep diri, kemampuan menyelesaikan masalah, dan keterampilan motorik individu. Pemahaman tentang cara orang dewasa belajar dapat membantu perawat untuk mengembangkan rencana pendidikan klien. Orang dewasa memasuki situasi belajar-mengajar dengan latar belakang pengalaman kehidupan tertentu, termasuk pengalaman terhadap penyakit. Untuk itu perawat harus selalu memandang orang dewasa sebagai individu. Kepatuhan terhadap prosedur (seperti pengobatan dan perawatan), atau perubahan gaya hidup melibatkan proses pembuatan keputusan(desicion-making). Saat menjelaskan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan tentang penentuan jenis terapi, pertimbangkan faktor-faktor yang mungkin memengaruhi kepatuhan individu terhadap regimen. Misalnya tingkat pendidikan, faktor-faktor sosioekonomi, motivasi, dan keinginan untuk belajar. Proses pengambilan keputusan dalam masa dewasa awal harus bersifat fleksibel. Hal ini disebabkan karena masa dewasa awal terus berkembang dan harus terlibat dalam perubahan di rumah, tempat kerja, dan tempat tinggal pribadi. (potter dan perry, 2005.) 3. perubahan psikososial : kesehatan emosional pada masa dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu untuk menempatkan dan

memisahkan antara tugas pribadi dan tugas sosial. Dewasa awal biasanya terperangkap antara keinginan untuk memperpanjang rasa tidak

bertanggung jawabnya sewaktu remaja, tetapi juga ingin dianggap sebagai orang dewasa. Diantara usia 23-28 tahun, individu mulai memperbaiki persepsi diri dan kemampuannya untuk akrab dengan orang lain. Di usia 29-34 tahun, individu mengarahkan banyak energi pada pencapaian dan penguasaan dunia sekitar. Sedangkan usia 35-43 tahun merupakan waktu ujian terkuat dalam mencapai tujuan dan hubungan hidup. Individu membuat perubahan dalam diri, sosial, dan tempat kerjanya. Biasanya, stress akibat ujian yang terulang bisa menyebabkan krisis paruh baya atau midlife crisis, dimana terjadi perubahan pada pasangan pernikahan, gaya hidup, dan pekerjaan. (potter dan perry, 2005) 2.4.2 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Dewasa Menengah

1. Perubahan fisik : perubahan fisiologis mayor terjadi antara usia 40-56 tahun. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa status kesehatan individu dewasa menengah. Pengkajian yangmenyeluruh akan memberikan petunjuk promosi kesehatan, rencana, dan implikasi tindakan apa yang dibutuhkan segera. Perubahan yangterlihatadalah rambut memutih, kulit keriput, dan penebalan pinggang. Penurunan fungsi pendengaran dan ketajaman pengelihatan sering ditemukan pada periode ini. Sering kali perubahan fisiologis selama masa dewasa menengah ini berdampak pada konsep diri dan bentuk tubuh. Perubahan fisiologis yang paling signifikan selama usia pertengahan adalah menopouse pada wanita dan klimakterium pada pria. 2. Perubahan kognitif : perubahan fungsi kognitif pada individu dewasa menengah jarang terjadi, kecuali jika ada penyakit atau trauma. Beberapa individu dewasa menengah masuk program pendidikan atau kejuruan untuk mempersiapkan diri mereka dengan keterampilan dan informasi baru untuk memasuki dunia kerja atau perubahan pekerjaan. 3. Perubahan psikososial : perubahan psikososial pada individu dewasa menengah melibatkan peristiwa yang diharapkan, seperti anak-anak yang

keluar dari rumah. Sampai peristiwa yang tidak diharapkan seperti perceraian atau kematian seorang teman dekat. Pada usia dewasa menengah, saat anak-anak meninggalkan rumah, keluarga memasuki tahap keluarga pascaorangtua. Kebutuhan akan keuangan dan waktu bersama menjadi berkurang, pasangan akan mendapat tugas untuk meneninjau ulang hubungan mereka sendiri. Saat mendapatkan cucu, mereka akan menjadi kakek-nenek. Pengkajian terhadap promosi kesehatan bagi individu dewasa menengah adalah tidur yang cukup, kegiatan pada waktu luang, olahraga yang teratur, makanan yang bergizi, mengurangi/berhenti merokok atau memakai alkohol, dan skrining kesehatan secara teratur. (potter dan perry, 2005) 2.5 Konsep Adaptasi Nursing Model 2.5.1 Teori Virginia Henderson Teori keperawatan Virginia Henderson (hammer dan henderson, 1995) mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Henderson (1964) mendefinisikan keperawatan sebagai : membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya dimana individu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan. Dan hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin. Fokus keperawatan pada teori Henderson adalah klien yang memiliki keterikatan hidup secara individual selama daur kehidupan, dari fase ketergantungan hingga kemandirian sesuai dengan usia, keadaan, dan lingkungan. Perawat merupakan penolong utama klien dalam melaksanakan aktivitas penting guna memelihara dan memulihkan kesehatan klien atau mencapai kematian yang damai.Bantuan ini diberikan oleh perawat karena kurangnya pengetahuan kekuatan, atau kemauan klien dalam melaksanakan 14 komponen kebutuhan dasar.Kebutuhan berikut ini, yang merupakan 14 kebutuhan dasar manusia menurut henderson,

memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan (henderson, 1996) : 1. bernapas secara normal 2. makan dan minum cukup 3. eliminasi 4. bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki 5. istirahat dan tidur 6. memilih cara berpakaian; berpakaian dan melepas pakaian 7. mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal 8. menjaga tubuh tetap bersih dan rapi 9. menghindari bahaya dari lingkungan 10. berkomunikasi dengan orang lain 11. beribadah menurut keyakinan 12. bekerja yang menjanjikan prestasi 13. bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi 14. belajar, menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada perkembangan dan kesehatan normal. (potter dan perry, 2005) 2.5.2 Aplikasi Teori Henderson dalam keperawatan Definisi ilmu keperawatan Henderson dalam kaitannya dengan praktik keperawatan menunjukkan bahwa perawat memiliki tugas utama sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien. Manfaat asuhan keperawatan ini terlihat dari kemajuan kondisi pasien, yang semula bergantung pada orang lain menjadi mandiri. Perawat dapat membantu pasien beralih dari kondisi bergantung (dependent) menjadi mandiri (independent) dengan mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi 14 komponen penanganan perawatan dasar. Pada tahap penilaian (pengkajian), perawat menilai kebutuhan dasar pasien berdasarkan 14 komponen di atas. Dalam mengumpulkan data, perawat menggunakan metode observasi, indera penciuman, peraba, dan pendengaran. Setelah data terkumpul, perawat menganalisis data tersebut dan

membandingkannya dengan perngetahuan dasar tentang sehat-sakit. Hasil analisis tersebut menentukan diagnosis keperawatan yang akan muncul. Diagnosis keperawatan menurut Henderson, dibuat dengan mengenali kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhannya, dengan atau tanpa bantuan, serta dengan mempertimbangkan kekuatan atau pengetahuan yang dimiliki individu. perawat membantu individu memenuhi kebutuhan dasar yang telah disusun dalam rencana perawatan guna memelihara kesehatan individu, memulihkannya dari kondisi sakit, atau membantunya meninggal dalam damai. Intervensi yang diberikan perawat sifatnya individual, bergantung pada prinsip fisiologis, usia, latar belakang budaya, keseimbangan emosional, dan kemampuan intelektual serta fisik individu. 2.6 Hubungan Antara Aktivitas Fisik Terhadap Terapi Diet pada Obesitas Dewasa dengan Model Konsep Virginia Henderson akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan yang berpeluang menimbulkan beberapa resiko kesehatan pada seorang individu. Obesitas adalah kondisi dimana lemak tubuh telah menumpuk sehingga menimbulkan efek buruk pada kesehatan. Pada kelompok usia dewasa mempunyai banyak faktor risiko yang berhubungan dengan penyebab utama kesakitan dan kematian pada orang dewasa amerika berkaitan juga dengan perilaku kesehatan dan pilihan gaya hidup. Orang dewasa memiliki kesempatan yang unik untuk mengambil tindakan personal yang pada dasarnya dapat menurunkan risiko mereka mengalami kesehatan yang buruk. Memiliki berat berlebih akan meningkatkan peluang seseorang untuk mengalami masalah kesehatan termasuk penyakit jantung, kanker, hipertensi, peningkatan kolesterol darah, diabetes, stroke, penyakit kandung empedu, dan osteoatritis. Tren penambahan berat badan yang sesuai sepanjang hidup adalah kombinasi antara diet dan olahraga, ketergantungan sepenuhnya pada hanya salah satu faktor membuatnya menjadi suatu proses yang sulit.

Menurut Burbank et al.,2002; Gillespie, 2006 dalam Buku Potter dan Perry, 2005 Aktivitas fisik dan olahraga yang teratur akan meningkatkan fungsi seluruh sistem tubuh seperti fungsi jantung dan paru (ketahanan), kebugaran otot dan tulang (fleksibilitas dan integritas tulang), pengaturan dan pemeliharaan berat badan (citra tubuh), serta kesejahteraan psikologis. Aktivitas fisik juga memengaruhi seseorang yang mengalami obesitas, dengan di dukung aktivitas fisik yang cukup dan diet sehat akan menghasilkan tubuh yang bugar. Diet adalah mengatur kecukupan makanan dan minuman yang dikonsumsi orang secara teratur setiap hari dengan jumlah dan jenis makanan yang dibutuhkan dalam situasi tertentu, seperti menurunkan atau menaikkan berat badan, serta untuk penyembuhan penyakit. Penelitian ini mengadopsi dari teori dari Virginia Henderson dimana Fokus keperawatan pada teori Henderson adalah klien yang memiliki keterikatan hidup secara individual selama daur kehidupan, dari fase ketergantungan hingga kemandirian sesuai dengan usia, keadaan, dan lingkungan. Perawat merupakan penolong utama klien dalam melaksanakan aktivitas penting guna memelihara dan memulihkan kesehatan klien atau mencapai kematian yang damai.Bantuan ini diberikan oleh perawat karena kurangnya pengetahuan kekuatan, atau kemauan klien dalam melaksanakan 14 komponen kebutuhan dasar. Seseorang yang melakukan aktivitasnya sendiri merupakan bukti bahwa individu tersebut mempunyai kemauan untuk memperbaiki status kesehatannya. Telah dijelaskan bahwa melakukan aktivitas dapat berpengaruh terhadap berat badan. Sehingga dalam kerangka konsep yang dapat digambarkan mulai dari awalnya manfaat aktivitas fisik bagi terapi diet yang bisa mempengaruhi pada obesitas usia dewasa, namun dalam terapi diet terdapat faktor umum yang berpengaruh terutama pada aktivitas fisik. Sesuai dengan penjelasan di atas, aktivitas dapat mempengaruhi terapi diet, dan terapi diet itu sendiri berpengaruh terhadap kesehatan seseorang terutama pada individu yang mengalami obesitas.

Anda mungkin juga menyukai