Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

PENILAIAN SISTEM PERNAFASAN PADA PASIEN KRITIS

Dosen Pembimbing : Susi TRT, S. Kep., Ns., M.Kes.

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis

Disusun oleh :

Nurilla Tunisa P1337420515048

M. rezky Irvan Arfiansyah P1337420515051

Mega Okta Sari P1337420515060

Rias Mahdalena P1337420515067

Nur Mei Rosalina P1337420515069

Annisa Zahru Rahmah P1337420515075

Rista Sari Nur Fitriyani P1337420515082

Lita Fatmawati P1337420515085

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Penilaian Sistem Pernafasan pada Pasien Kritis” ini dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini, tidak dapat berjalan lancar tanpa dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Khususnya bimbingan dari Ibu Susi TRT, S. Kep., Ns., M.Kes selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Kritis.

Kami menyadari pula bahwa masih banyak kekurangan pada tugas ini. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing, teman-teman, maupun pembaca untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya. Kami berharap tugas ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Magelang, 13 Juni 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pasien kritis adalah pasien yang berada dalam kondisi jiwanya terancam sehingga
membutuhkan perawatan yang komprehensif dan pemantauan yang kontinue, hal ini biasanya
dilakukan di ruang rawat intensif.
Menghadapi pasien kritis kita diharuskan melakukan tindakan yang cepat dan tepat.
Anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang sangat penting untuk menegakkan
diagnosa tetapi karena tindakan yang mengharuskan cepat untuk menolong jiwa pasien kadang itu
dilakukan secara simultan, oleh karena itu kemampuan untuk mengenali kelainan dan hal yang
mendasari secara cepat sangat diperlukan bagi profesi yang bergerak dibidang intensif.
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan dengan memperkirakan seberapa
berat penyakit ini dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menilai dan memulai terapi.
Kunci yang bia dipakai adalah bagaimana sirkulasi, jalan nafas dan pernafasannya. Penilaian ini
akan menunjukkan seberapa cepat kita harus memulai resusitasi.
Pada penilaian ini hendaknya kita dibekali dengan kemampuan mengenali gangguan
fisiologi, mengidentifikasi cara yang tepat untuk mengelola dan menemukan masalah yng
mendasarinya. Mengapa demikian? Karena banyak kompensasi yang dilakukan oleh tubuh yang
akan menutupi kondisi sebenarnya dari penderita. Semisal orang yang tua atau muda, seberapa
lama dia sakit akan menampakkan kompensasi tubuh yang berbeda. Biasanya orang muda
manakala sudah menunjukkan gejala yang real dia telah berada dalam kondisi yang parah.
Melalui makalah ini kelompok kami akan memaparkan penilaian sistem pernafasan pada
pasien kritis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah anatomi dan fisiologi sitem pernafasan?
2. Bagaimanakah patofisiologi sistem pernafasan?
3. Apa sajakah masalah-masalah yang dapat terjadi pada sistem pernafasan?
4. Apa sajakah jenis-jenis pernafasan?
5. Apa sajakah hal-hal yang harus diperhatikan pada sistem pernafasan pasien yang mengalami
gangguan sistem pernafasa di ruang ICU?
6. Diagnosa keperawatan apa sajakah yang dapat ditegakkan untuk gangguan sistem
pernafasan?
C. MANFAAT
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pernafasan
2. Mengetahui bagaimana patofisiologi sistem pernafasan
3. Mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada sistem pernafasan
4. Mengetahui jenis-jenis pernafasan
5. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan pada sistem pernafasan pasien yang mengalami
gangguan sistem pernafasan di ruang ICU
6. Mengetahui diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan
D. TUJUAN
1. Dapat mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem pernafasan
2. Dapat mengetahui dan memahami gangguan atau masalah yang terjadi pada sistem
pernafasan
3. Dapat mengetahui dan memahami hal-hal penting yang harus diperhatikan atau dilaporkan
pada sistem pernafasan pasien yang mengalami gangguan sistem pernafasan yang ada di
ruang ICU sehingga nantinya dapat melakukan tindakan yang tepat
4. Dapat menegakkan diagnosa yang tepat sesuai masalah yang terjadi pada sistem pernafasan
pasien sehingga dapat memberikan intervensi yang sesuai
5. Dapat menambah pegetahuan dan keterampilan mahasiswa keperawatan tentang perawatan
intensif pasien kritis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Saluran Pernapasan


1. Bagian Atas
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas:
a. Lubang hidung (cavum nasalis)
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago). Hidung
dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat
(connective tissue). Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan
menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut
(fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda asing yang
masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel
goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang
masuk ke dalam saluran pernapasan. Kita dapat mencium aroma karena di dalam lubang
hidung terdapat reseptor. Reseptor bau terletak pada cribriform plate, di dalamnya
terdapat ujung dari saraf kranial I (Nervous Olfactorius).
Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur kelembaban
udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra pencium, dan
resonator suara.

Gambar 2-1: Anatomi hidung dan sinus


Sumber: www.ghorayeb.com
b. Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala.
Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus
ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxillaris.
Sinus berfungsi untuk:
a. Membantu menghangatkan dan humidifikasi
b. Meringankan berat tulang tengkorak
c. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi
c. Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula dari
dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan
(kartilago) krikoid. Faring digunakan pada saat ‘digestion’ (menelan) seperti pada saat
bernapas. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu di belakang hidung
(naso-faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang laring (laringo-faring).
Naso-faring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia (pseudo
stratified) dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube eustachius. Tenggorokan
dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur tersebut penting
sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi organisme yang
masuk ke dalam hidung dan tenggorokan. Oro-faring berfungsi untuk menampung udara
dari naso-faring dan makanan dari mulut. Pada bagian ini terdapat tonsili platina
(posterior) dan tonsili lingualis (dasar lidah).
d. Laring
Laring sering disebut dengan ‘voice box’ dibentuk oleh struktur epiteliumlined
yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea (di bawah). Laring terletak di
anterior tulang belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di
posterior laring.
Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan
napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk.
Laring terdiri atas:
a. Epiglotis; katup kartilago yang menutup dan membuka selama menelan.

b. Glotis; lubang antara pita suara dan laring.


c. Kartilago tiroid; kartilago yang terbesar pada trakhea, terdapat bagian yang
membentuk jakun.

d. Kartilago krikoid; cincin kartilago yang utuh di laring (terletak di bawah kartilago
tiroid).

e. Kartilago aritenoid; digunakan pada pergerakan pita suara bersama dengan kartilago
tiroid.

f. Pita suara; sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot yang menghasilkan
suara dan menempel pada lumen laring.

Gambar 2-2: Laring


Sumber: www.dtc.prima.edu/~biology

2. Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Bawah


Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas:
a. Trakhea
Trakhea merupakan perpanjangan laring pada ketinggian tulang vertebre torakal
ke-7 yang bercabang menjadi dua bronkhus. Ujung cabang trakhea disebut carina.
Trakhea bersifat sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin
kartilago berbentuk huruf C.
b. Bronkhus dan Bronkhiolus
Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung lebih vertikal
daripada cabang yang kiri. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih mudah masuk ke
dalam cabang sebelah kanan daripada bronkhus sebelah kiri.
Segmen dan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan berbentuk seperti ranting
masuk ke setiap paru-paru. Bronkhus disusun oleh jaringan kartilago sedangkan
bronkhiolus, yang berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago. Tidak adanya
kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga dapat
mengalami kolaps. Agar tidak kolaps alveoli dilengkapi dengan poros/lubang kecil yang
terletak antar alveoli yang berfungsi untu mencegah kolaps alveoli.
Saluran pernapasan mulai dari trakhea sampai bronkhus terminalis tidak
mengalami pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan Anatomical Dead Space.
Awal dari proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.
3. Saluran Pernapasan Terminal
Saluran pernapasan terminal terdiri atas:
a. Alveoli
Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan paru-paru.
Parenkim tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolus. Alveolimerupakan kantong
udara yang berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorus
sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan CO2. Seluruh dari unit alveoli (zona
respirasi) terdiri ats bronkhiolus respiratorius, duktus alveolus, dan alveolar sacs (kantong
alveolus). Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran O2 dan CO2 diantara kapiler
pulmoner dan alveoli.

Gambar 2-3: Alveolus


Sumber: www.mercksource.com/pp/us/cns
b. Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di
atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus
tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa
subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary
segments.
Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum.
Jantung, aorta, vena cava, pembuluh paru-paru, esofagus, bagian dari trakhea dan
bronkhus, serta kelenjar timus terdapat pada mediastinum.

Gambar 2-4: Paru-paru


Sumber: www.wikipedia/paru.com

c. Dada, Diafragma, dan Pleura


Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan pembuluh
darah besar. Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang iga (costae). Bagian
atas dada pada daerah leher terdapat dua otot tambahan inspirasi yaitu otot scaleneus dan
sternocleidomastoid.
Diafragma terletak di bawah rongga dada. Diafragma berbentuk seperti kubah
pada keadaan relaksasi. Pengaturan saraf diafragma (Nervus Phrenicus) terdapat pada
susunan saraf spinal.
Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti paru-paru. Pleura ada dua
macam yaitu pleura parietal yang bersinggungan dengan rongga dada (lapisan luar paru-
paru) dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru. Diantara kedua pleura terdapat
cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut
bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah pelekatan dada dengan paru-
paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah daripada tekanan atmosfer sehingga
mencegah kolaps paru-paru. Masuknya udara maupun cairan ke dalam rongga pleura
akan menyebabkan paru-paru tertekan dan kolaps. Apabila terserang penyakit, pleura
akan mengalami peradangan.

Gambar 2-5: Pleura


Sumber: www.memorialhermann.org

d. Sirkulasi Pulmoner
Paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkhialis dan arteri
pulmonalis. Sirkulasi bronkhial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik
dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronkhialis
berasal dari aorta torakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkhus. Vena
bronkhialis akan mengalirkan darah menuju vena pulmonalis.
Arteri pulmonallis berasal dari ventrikel kanan yang mengalirkan darah vena ke
paru-paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan
kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutupi alveolus merupakan kontak yang
diperlukan untuk pertukaran gas antara alveolus dan darah.
B. Patofisiologi Sistem Pernafasan
Ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan
anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai
kemampuan menekan pusat pernafasan sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode
postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan
pernafasan dengan efek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood.
Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.

C. Masalah – Masalah dalam Pernafasan


1. Faringitis

Faringitis adalah radang pada faring karena infeksi sehingga timbul rasa nyeri pada waktu
menelan makanan ataupun kerongkongan terasa kering. Gangguan ini disebabkan oleh infeksi bakteri
atau virus. Bakteri yang biasa menyerang penyakit ini adalah Streptococcus pharyngitis. Peradangan juga
dapat terjadi karena terlalu banyak merokok, ditandai dengan rasa sakit saat menelan dan rasa kering di
kerongkongan.

2. Asma

Asma adalah kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan oleh alergi seperti debu,
bulu, ataupun rambut. Global Initiative for Asthma, sebuah lembaga nirlaba internasional untu
penanggulangan asma, mendefinisikan asma sebagai gangguan pada selaput pipa udara yang menyalurkan
udara ke dalam paru-paru. Pada penyakit asma, paru-paru tidak dapat menyerap oksigen secara optimal.
Asma ditandai dengan kontraksi yang kaku dari bronkiolus yang menyebabkan kesukaran bernapas.
Asma dikenal dengan bengek yang disebabkan oleh hipersensitivas bronkiolus (disebut asma bronkiale)
terhadap benda-benda asing di udara. Asma merupakan penyempitan saluran pernapasan utama pada
paru-paru. Kelainan ini tidak menular dan bersifat genetis atau bawaan seseorang sejak lahir. Kelainan ini
juga dapat kambuh jika suhu lingkungan cukup rendah atau keadaan dingin, udara kotor, alergi, dan stres
(tekanan psikologis). Hampir separuh jumlah penderita mendapat asma karena alergi ataupun sistem
pernafasan yang terlalu sensitif terhadap debu, obat, makanan, dan minuman.Pola hidup tidak sehat turut
mempengaruhi timbulnya penyakit asma, seperti merokok dan stress.

Gejala penyakit Asma antara lain:

1. Nafas yang berbunyi ngiiik ... ngiiik.


2. Mengalami sesak napas sehingga bernapas dengan tersenggal-senggal.
3. Nafas pendek, biasanya hanya terjadi ketika berolahraga.
4. Badan terlihat letih dan lesu serta kurang bersemangat.
5. Rasa sesak dan berat di dada.
6. Mengalami kesulitan untuk tidur dengan nyenyak.
7. Batuk-batuk hanya pada malam hari dan cuaca dingin.

8. Mudah terkena alergi seperti udara dingin, debu, atau jenis makanan tertentu.
9. Serangan asma yang hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena
kesulitannya dalam mengatur pernafasan.
10. Mudah lelah ketika melakukan aktivitas fisik.

Saat serangan asma terjadi, biasanya penderita kronis diberikan obat semprot yang mengandung
epinefrine atau isoproterenol yang dapat dihisap dengan segera saat terjadi serangan asma. Untuk tingkat
akut, epinefrin tidak lagi disemprotkan, namun diinjeksikan (disuntik) ke dalam tubuh penderita.

Jika tidak ada epinefrine, penderita dapat ditolong sementara dengan memberikan minuman
hangat atau menghirup uap air panas. Bisa juga dengan memberikan hembusan angin segar dari kipas
angin untuk membantu proses pernapasan penderita. Penyakit asma mungkin tidak dapat dihilangkan dari
sistem pernapasan manusia, namun penyakit ini dapat dikontrol agar gejala dan serangannya tidak
mengganggu aktivitas bekerja..

3. Influenza (Flu)

Penyakit influenza disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek,
hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan terasa gatal. Influenza merupakan suatu penyakit
infeksi akut saluran pernafasan terutama ditandai oleh demam, gigil, sakit otot, sakit kepala dan sering
disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk yang tidak berdahak. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan
biasanya sembuh sendiri.

Penyakit ini merupakan penyakit yang paling sering menyerang sistem pernapasan pada manusia
di seluruh dunia. Flu diakibatkan oleh virus RNA dari keluarga Orthomyxoviridae. Gejala umum flu
adalah badan menggigil, deman, mata berair, hidung tersumbat kepala berat, disertai batuk, dan nyeri di
beberapa bagian tubuh.
Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di masyarakat. Walaupun ringan
tetapi penyakit ini dapat berbahaya bagi usia sangat muda dan usia tua dimana terdapat keterbatasan
fungsi pernafasan. Penyakit ini terutama terjadi pada musin dingin di negara bermusim dingin dan di
musim hujan pada negara-negara tropis.Mahluk hidup tempat berkembang dan menyebarkan influenza ini
adalah manusia sendiri. Diduga bahwa hewan lain seperti burung, babi, dan kuda memegang peranan
dalam menciptakan jenis virus influenza dengan jenis yang berbeda akibat adanya mutasi di hewan-
hewan tersebut. Penyebaran virus influenza ini melalui tetesan air liur pada saat batuk dan melalui
partikel yang berasal dari sel hidung yang melayang di udara terutama di ruangan tertutup.

Pengobatan terbaik flu adalah istirahat karena flu lebih sering diakibatkan menurunnya daya
tahan tubuh karena kelelahan. Minum air yang banyak dan hangat dapat membantu meringankan gejala
flu. Vitamin C dosis tinggi (500 mg) dapat diberikan untuk membantu tubuh meningkatkan kekebalan
tubuh.

Penyebab influenza adalah virus yang menginfeksi jaringan saluran nafas bagian atas. Terdapat 3
jenis virus yang di kenal yaitu A,B, dan C. Virus tipe A akan menyebabkan gejala yang berat, menyebar
secara cepat dan dapat menyebabkan infeksi di suatu negara atau wilayah (pandemi). Virus tipe B akan
menyebabkan gejala yang lebih ringan dan penyebarannya tidak secepat virus tipe A. Virus tipe C hanya
memberikan gejala yang ringan saja. Perbedaan dari virus ini dapat diketahui melalui pemeriksaan dari
cairan ludah dengan mempergunakan test secara genetik.

Transmisi virus melalui udara dan air ludah sangat bergantung dari jumlah virus yang terkandung
didalamnya. Dari hasil penelitian apabila didapatkan 10 virus / air ludah sebanyak 50% orang yang
terkena air ludah ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada sel permukaan di rongga hidung
dan saluran nafas.

Tanda-tanda gejala flu yang tidak biasa ini hampir sama dengan flu biasa, namun dengan
intensitas yang lebih tinggi. Pada kasus flu burung, gejala demam bisa sangat tinggi dan tiba-tiba. Badan
bisa menggigil hebat. Gejala-gejala flu yang tidak biasa ini tentu harus ditangani secepatnya oleh medis.

Setelah virus berhasil masuk kedalam sel, dalam beberapa jam akan mengalami replikasi dan
menuju ke permukaan sel sehingga dapat meninggalkan sel yang sudah rusak untuk masuk ke sel yang
baru, baik sel yang berada di sebelahnya atau menempel pada air ludah dan menyebar melalui udara.

Gejala pada penderita Influenza, umumnya pasien mengeluh demam, sakit kepala, sakit otot,
batuk , pilek, terkadang disertai sakit pada waktu menelan dan serak. Gejala ini dapat didahului oleh
lemah badan dan rasa dingin.Pada kondisi ini biasanya sudah didapatkan gambaran kemerahan pada
tenggorokan.

Gejala-gejala diatas dapat terjadi beberapa hari dan hilang dengan sendirinya. Tubuh memiliki
kemampuan untuk menghilangkan virus dan bakteri yang berbahaya melalui sistem pertahanan tubuh
degnan sel darah putih, tetapi pertahanan ini akan baik apabila kondisi tubuh baik pula. Setelah masa
penghancuran virus dan bakteri berbahaya tubuh membutuhkan waktu untuk memperbaiki kerusakan-
kerusakan yang telah terjadi sehingga akan terasa lemas dan lemah.

4. Emfisema

Emfisema adalah penyakit pada paru-paru yang ditandai dengan pembengkakan pada paru-paru
karena pembuluh darahnya kemasukan udara. Emfisema disebabkan hilangnya elastisitas alveolus.
Emfisema membuat penderita sulit bernafas. Penderita mengalami batuk kronis dan sesak napas. Asap
rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru ini.
Gejala yang ditimbulkan:

1. Nafsu makan yang menurun dan berat badan yang menurun juga biasa dialami penderita
emfisema.
2. Sesak dada
3. Batuk kronis
4. Kelelahan
5. Sesak napas dalam waktu lama dan tidak dapat disembuhkan dengan obat pelega yang
biasa digunakan penderita sesak napas.

Cara mencegah penyakit Emfisema:

1. Penderita adalah perokok aktif, berhenti merokok dapat membantu mencegah penderita
dari penyakit ini.

2. Jika emfisema sudah menjalar, berhenti merokok mencegah perkembangan penyakit.


Pengobatan didasarkan pada gejala yang terjadi, apakah gejalanya ringan, sedang atau berat.
3. Perlakuan termasuk menggunakan inhaler, pemberian oksigen, obat-obatan dan kadang-
kadang operasi untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi.
Menghindari asap rokok adalah langkah terbaik untuk mencegah penyakit ini. Berhenti merokok
juga sangat penting.

5. Bronkitis

Bronkitis berupa peradangan pada selaput lendir dari saluran bronkial. Sementara
itu,pleuritis adalah peradangan pada pleura, lapisan pelindung yang membungkus paru-
paru.Laringitis adalah pembengkakan di laring, sedangkan sinusitis adalah pembengkakan pada sinus
atau rongga hidung. Peradangan-peradangan tersebut dapat terjadi karena berbagai hal, di antaranya
karena infeksi oleh mikroorganisme. Peradangan juga dapat terjadi karena tubuh merespons terhadap zat
atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga terjadi reaksi alergik. Gejala-gejala peradangan
tersebut secara umum adalah batuk-batuk, demam, sulit menelan, dan sakit di dada. Penyakit bronkitis
dapat dikenali melalui gejala-gejala berikut ini.

1. Batuk berdahak.
2. Sering sesak napas.
3. Flu yang berkepanjangan.
4. Mengi.
5. Tubuh mudah lelah.
6. Pembengkakan pada pergelangan kaki.
7. Timbul warna kemerahan pada wajah, telapak tangan, dan selaput lendir.
8. Kepala terasa sakit.
9. Penglihatan tampak kabur

6. Asbestosis

Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat menghirup serat-serat
asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral
dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru,
menyebabkan parut. Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi
paru-paru).

Penyakit yang disebabkan oleh Asbestosis diantaranya:


1. Plakpleura (kalsifikasi)
2. Mesoteliome maligna
3. Efusi pleura

Cara mencegah penyakit Asebstosis:

1. Kadar serat dan debu asbes di lingkungan kerja


2. Para pekerja yang berhubungan dengan Asbes, dianjurkan untuk berhenti merokok

7. Sinusitis

Sinusitis merupakan penyakit peradangan pada bagian atas rongga hidung atau sinus paranasalis.
Penyakit sinusitis disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus, menurunnya kekebalan tubuh, flu, stress,
kecanduan rokok, dan infeksi pada gigi.

Berikut ini beberapa gejala yang dapat dikenali pada seseorang yang menderita penyakit sinusitis.

1. Hidung tersumbat dan terasa geli atau gatal.


2. Tercium bau tidak sedap pada hidung ketika bernapas.
3. Sering bersin.
4. Hidung mengeluarkan ingus kental yang berwarna putih atau kekuning-kuningan.
5. Kepala terasa sakit seperti ada yang menekan.

Penyakit sinusistis dapat dicegah dengan cara selalu menjaga daya tahan tubuh, menghilangkan
kebiasan merokok, dan memperbanyak mengonsumsi buah-buahan.

8. Tuberculosis (TBC)

TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat
menyerang seluruh organ tubuh manusia, namun yang paling sering diserang adalah paru-paru (maka
secara umum sering disebut sebagai penyakit paru-paru / TB Paru-paru). Bakteri ini menyerang paru-paru
sehingga pada bagian dalam alveolus terdapat bintil-bintil. Penyakit ini menyebabkan proses difusi
oksigen yang terganggu karena adanya bintik-bintik kecil pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru
yang diserang meluas, sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-
engah. Keadaan ini menyebabkan:
1. Peningkatan kerja sebagian otot pernapasan yang berfungsi untuk pertukaran udara paru-
paru
2. Mengurangi kapasitas vital dan kapasitas pernapasan
3. Mengurangi luas permukaan membran pernapasan, yang akan meningkatkan ketebalan
membran pernapasan sehingga menimbulkan penurunan kapasitas difusi paru-paru

TBC dapat menyebabkan kematian. Sebagian besar orang yang terinfeksi oleh bakteri
tuberculosis menderita TBC tanpa mengalami gejala, hal ini disebut latent tuberculosis. Apabila
penderita latent tuberculosis tidak menerima pengobatan maka akan berkembang manjadi active
tuberculosis. Active tuberculosis adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh tidak mampu untuk
melawan bakteri tuberculosis yang terdapat dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi terutama pada
bagian paru-paru.

Gejala-gejala penyakit TB Paru adalah: batu berdahak selama tiga minggu atau lebih, dalam
dahak pernah didapati bercak darah, demam selama satu bulan lebih terutama pada siang dan sore,
menurunnya nafsu makan dan juga berat badan, sering berkeringat saat malam, dan sesak nafas.

Menurut WHO, kurang lebih 33 % penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis, dan
hampir sepertiga orang yang terinfeksi berada di Asia Tenggara. Pada tahun 2010, ditemukan 8,8 juta
kasus baru tuberkulosis di seluruh dunia. 1,4 juta diantarnya berakhir dengan kematian.

Di Indonesia, kurang lebih ada 500.000 kasus baru TB setiap tahunnya. Sepertiganya meninggal
dunia. Besarnya jumlah kematian akibat TB membuat Indonesia menduduki peringkat tiga jumlah dan
kasus kematian penderita TB yang merupakan penyakti menular ini.

TBC dapat di atasi dengan terapi. Terapi TBC yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Pengguna vaksin BCG (Bacille Calmette-Guerin). Vaksin BCG diberikan mulai dari
bayi. Perlindungan yang diberikan oleh vaksin BCG dapat bertahan untuk 10 – 15 tahun,
sehingga pada usia 12 – 15 tahun dapat dilakukan vaksinasi ulang.
2. Pengobatan pada pasien latent tuberculosis.
3. Pengobatan pada active tuberculosis dengan menggunakan antibiotik selama kurang lebih
6 bulan tidak boleh putus.
Penularan TB paling banyak dan paling mudah melalui udara. Itulah mengapa organ yang
pertama kali diserang tuberkulosis adalah sistem pernapasan manusia terutama paru-paru. Tuberkulosis
dapat menjadi penyakit kronis yang menyebabkan jaringan luka yang cukup luas di paru-paru.

Tuberkulosis dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh, mulai dari sistem saraf, sistem getah
bening, hingga tulang dan persendian. Tuberkulosis tulang disebut juga tuberkulosis milier.Orang-orang
yang beresiko tinggi terkena tuberkulosis adalah orang-orang pengguna narkotika, para petugas medis dan
orang-orang yang bekerja di rumah sakit.

Resiko penularan pada orang yang merokok lebih besar dua kali lipat daripada orang yang tidak
merokok. Demikian juga dengan orang yang kecanduan alkohol dan penderita diabetes melitus, resiko
penularan tuberkulosis menjadi tiga kali lipat dari orang biasa.

Dahak ataupun bersin yang dikeluarkan oleh penderita TB banyak mengandung bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Anak-anak dengan kekebalan tubuh belum sempurna sangat rentan terhadap
penularan TB, terlebih jika mereka berada dalam satu lingkungan penderita TB. Untuk pencegahan
penularan TB pada anak-anak, imunisasi BCG adalah imunisasi yang wajib selain hepatitis B, Polio,
DPT, dan campak.

Pengobatan yang rutin dan berhasil minimal memakan waktu 6 bulan, namun ketidaksabaran dan
ketidakpatuhan penderita dalam pengobatan, membuat penyakit TB kadang sulit diberantas. Pengobatan
yang umum digunakan melawan tuberkulosis adalah menggukan antibiotik jenis isoniazid dan rifampisin.

Orang dengan penyakit tuberkulosis aktif biasannya diberikan dua macam pengobatan antibiotik,
hal ini untuk mencegah terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik. Tinggkat penularan
penyakitsistem pernapasan manusia tuberkulosis sangat tinggi karena rendahnya kualitas lingkungan.

Pencegahan terbaik tuberkulosis adalah dengan menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat.
Kualitas udara yang buruk memperparah penderita tuberkulosis. Penderita tuberkulosis juga harus
dijauhkan dari anak-anak.

9. Pneumonia

Pneumonia atau Logensteking yaitu penyakit radang pari-paru yang disebabkan olehDiplococcus
pneumoniae. Akibat peradangan alveolus dipenuhi oleh nanah dan lender sehingga oksigen sulit berdifusi
mencapai darah. Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang
bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi “inflame” dan terisi oleh cairan. Pneumonia
dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit
lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol.Namun penyebab yang paling sering
ialah serangan bakteria streptococcus pneumoniae, atau pneumokokus.

Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan
mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan
tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit
Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu
penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun.

Terjadinya penyakit pneumonia yaitu gejala yang berhubungan dengan pneumonia termasuk
batuk, sakit dada, demam, dan kesulitan bernafas.Sedangkan tanda-tanda menderita Pneumonia dapat
diketahui setelah menjalani pemeriksaan X-ray (Rongent) dan pemeriksaan sputum.Cara penularan virus
atau bakteri Pneumonia sampai saat ini belum diketahui pasti, namun ada beberapa hal yang
memungkinkan seseorang beresiko tinggi terserang penyakit Pneumonia. Hal ini diantaranya adalah :

1. Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS dan para
penderita penyakit kronik seperti sakit jantung, diabetes mellitus. Begitupula bagi mereka yang
pernah/rutin menjalani kemoterapy (chemotherapy) dan meminum obat golongan
Immunosupressant dalam waktu lama, dimana mereka pada umumnya memiliki daya tahan tubuh
(Immun) yang lemah.
2. Perokok dan peminum alkohol. Perokok berat dapat mengalami irritasi pada saluran
pernafasan (bronchial) yang akhirnya menimbulkan secresi muccus (riak/dahak), Apabila
riak/dahak mengandung bakteri maka dapat menyebabkan Pneumonia.Alkohol dapat berdampak
buruk terhadap sel-sel darah putih, hal ini menyebabkan lemahnya daya tahan tubuh dalam
melawan suatu infeksi.
3. Pasien yang berada di ruang perawatan intensive (ICU/ICCU). Pasien yang dilakukan
tindakan ventilator (alat bantu nafas) ‘endotracheal tube’ sangat beresiko terkena Pneumonia.
Disaat mereka batuk akan mengeluarkan tekanan balik isi lambung (perut) ke arah kerongkongan,
bila hal itu mengandung bakteri dan berpindah ke rongga nafas (ventilator) maka potensial tinggi
terkena Pneumonia.
4. Menghirup udara tercemar polusi zat kemikal. Resiko tinggi dihadapi oleh para petani
apabila mereka menyemprotkan tanaman dengan zat kemikal (chemical) tanpa memakai masker
adalah terjadi irritasi dan menimbulkan peradangan pada paru yang akibatnya mudah menderita
penyakit Pneumonia dengan masuknya bakteri atau virus.
5. Pasien yang lama berbaring. Pasien yang mengalami operasi besar sehingga
menyebabkannya bermasalah dalah hal mobilisasi merupakan salah satu resiko tinggi terkena
penyakit Pneumonia, dimana dengan tidur berbaring statis memungkinkan riak/muccus
berkumpul dirongga paru dan menjadi media berkembangnya bakteri.

Penanganan dan pengobatan pada penderita Pneumonia tergantung dari tingkat keparahan gejala
yang timbul dan type dari penyebab Pneumonia itu sendiri, antara lain:

1. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan diberikan pengobatan antibiotik.


Pengobatan haruslah benar-benar komplite sampai benar-benar tidak lagi adanya gejala atau hasil
pemeriksaan X-ray dan sputum tidak lagi menampakkan adanya bakteri Pneumonia, jika tidak
maka suatu saat Pneumonia akan kembali diderita.
2. Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diberikan pengobatan yang hampir sama
dengan penderita flu, namun lebih ditekankan dengan istirahat yang cukup dan pemberian intake
cairan yang cukup banyak serta gizi yang baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh.
3. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan mendapatkan pengobatan dengan
pemberian antijamur.

Disamping itu pemberian obat lain untuk membantu mengurangi nyeri, demam dan sakit kepala.
Pemberian obat anti (penekan) batuk di anjurkan dengan dosis rendah hanya cukup membuat penderita
bisa beristirahat tidur, Karena batuk juga akan membantu proses pembersihan secresi mucossa
(riak/dahak) di paru-paru.

10. Dipteri

Dipteri adalah infeksi pada saluran pernapasan bagian atas. Pada umumnya, disebabkan
oleh Corynebacterium diphterial. Pada tingkat lanjut, penderitanya dapat mengalami kerusakan selaput
jantung, demam, lumpuh, bahkan meninggal dunia.

11. Renitis
Renitis merupakan peradangan pada rongga hidung sehingga hidung menjadi bengkak dan
banyak mengeluarkan lendir. Gejala-gejala yang timbul pada seseorang yang menderita renitis antara lain
bersin-bersin, hidung gatal, hidung tersumbat, dan berair (ingus encer). Renitis bisa timbul karena alergi
atau faktor lain.

12. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

Upper Respiratory tract Infection (URI) merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan
manusia bagian atas, yaitu hidung, laring (tekak), dan tenggorokan. Penyakit ini sering dijumpai pada
masa peralihan cuaca. Penyebab munculnya ISPA hampir sama dengan influenza, yaitu karena kekebalan
tubuh yang menurun.

Perubahan suhu yang ekstrim terutama pada masa pancaroba membuat daya tahan tubuh
menurun. Namun kadang virus dan bakteri turut berperan menyebabkan ISPA. Lebih dari 200 jenis virus
dapat menyebabkan ISPA, namun virus yang paling sering menyerang adalah rinovirus. Selain itu
masihada juga coronavirus, parainfluenza virus, adenovirus, dan enterovirus.

Sedangkan bakteri yang dapat menyebabkan ISPA berasal dari jenis Stafilokokus, Streptokokus,
dan Pneumokokus.ISPA dibagi dalam tiga tingkat, yaitu ringan, sedang, dan berat. Gejala ISPA ringan
berupa batuk, suara serak, hidung berlendir (mengeluarkan ingus), dan demam (atau suhu badan terasa
meningkat tidak seperti biasanya).

Gejala ISPA sedang berupa demam tinggi hingga 39 derajat celcius, tenggorokan merah, pada
kulit terdapat bercak-bercak berwarna merah menyerupai campak, telinga sakit dan mengeluarkan darah,
dan pernafasan berbunyi mendecit. Sedangkan pada ISPA berat, gejala-gejalanya berupa bibir dan kulit
mulai membiru, kesadaran menurun, gelisah, dan pernafasan berbunyi keras.

Bentuk-bentuk ISPA antara adalah rhinitis (radang pada lubang mukos hidung),
rinosinusitis/sinusitis, nasofaringitis dan faringitis (radang pada faring), epiglotitis (radang pada laring
atas), laringitis, laringotraceitis (radang pada laring dan trakea), dan trakeaitis (radang pada trakea).

Rhinitis, faringitis, dan laringitis kadang disebut sebagai flu biasa. Semua radang tersebut terjadi
di sistem pernapasan manusia bagian atas. Pengobatan ISPA sering menggunakan antibiotik walupun
virus penyebab ISPA dapat hilang dengan sendirinya seiring perbaikan kekebalan tubuh penderita.
Pemberian antibiotik adalah untuk mencegah terjadinya infeksi yang lebih parah. Pada kasus
ISPA dimana ingus dan dahak sudah berwara hijau, antibiotik disarankan diberikan pada penderita karena
dengan demikian sudah ada infeksi karena bakteri. Obat-obatan analgesik juga dapat untuk mengobati
keluhan sakit kepala dan badan pegal penderita ISPA.Infeksi berlangsung kurang lebih 14 hari.

Setelah itu penderita secara umum akan normal kembali. Namun penderita dengan kelainan
maupun komplikasi akan mendapat ISPA lebih lama. Jika sudah demikian, penderita memang harus
memeriksakan diri ulang ke dokter. Bagi orang dewasa ISPA merupakan penyakit ringan dan biasa,
namun bagi anak apalagi bayi, penyakit ini merupakan ancaman serius yang dapat menyebabkan
kematian.

ISPA mudah menyerang anak-anak karena kekebalan tubuh yang belum sempurna. Sekitar 40 % -
60 % pasien anak ke Puskesmas karena keluhan ISPA. Serangan ISPA pada bayi kurang dari dua bulan
sangat dapat menyebabkan kematian. Pada bayi, sistem pernapasan manusia belum sempurna. Kadang
laring harus bekerja keras agar bayi tidak tersedak.

13. Kanker Paru-Paru

Penyakit ini merupakan salah satu yang paling berbahaya. Sel-sel kanker pada paru-paru terus
tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini lamakelamaan dapat menyerang seluruh tubuh. Salah satu pemicu
kanker paru-paru adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat memicu terjadinya kanker paru-paru dan
kerusakan paru-paru.

Gejala-gejala umum penderita kanker paru-paru :

1. Pembekakan di wajah atau di leher


2. Napas sesak dan pendek-pendek
3. Kehilangan nafsu makan dan turunnya berat badan
4. Kelelahan kronis

5. Dahak berdarah, berubaha warna dan semakin banyak


6. Sakit kepala, nyeri dengan sebab yang tidak jelas
7. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat
8. Suara serak/parau

14. SARS
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah sebuah penyakit pernapasan yang
disebabkan oleh virus Coronavirus dari ordo Coronaviridae. Virus ini menginfeksi saluran pernapasan.
Gejalanya berbedabeda pada tiap penderita, misalnya pusing, muntah-muntah, disertai panas tinggi dan
batuk. Sementara itu, gangguan yang tidak disebabkan oleh infeksi antara lain rinitis, yaitu peradangan
pada membran lendir (mukosa) rongga hidung. Banyaknya lendir yang disekresikan, mengakibatkan
peradangan. Biasanya, terjadi karena alergi terhadap suatu benda, seperti debu atau bulu hewan.

15. Rinitis

Rinitis adalah radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh virus, missal virus influenza. Rinitis
juga dapat terjadi karena reaksi alergi terhadap perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir
meningkat.

16. Laringitis

Laringitis adalah radang pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara. Penyebabnya antara
lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alkohol, dan terlalu banyak serak.

17. Legionnaries

Legionnaries adalah penyakit paru-paru yang disebabkan bakteri legionella pneumophilia. Bentuk
infeksinya mirip dengan pneumonia.

18. Tonsilitis

Tonsillitis adalah peradangan pada tonsil (amandel) sehingga tampak membengkak, berwarna
kemerahan, terasa lunak dan timbul bintik-bintik putih pada permukaannya. Tonsilitis umumnya
disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Jika terjadi infeksi melalui mulut atau saluran pernapasan,
tonsil akan membengkak (radang) yang dapat menyebabkan penyempitan saluran pernapasan. Adapun
gejala-gelaja tonsilitis adalah sebagai berikut.

1. Tenggorokan terasa sakit.

2. Terasa sakit saat menelan.


3. Tubuh mengalami demam tinggi.
4. Sering mengalami muntah
5. Mengalami kesulitan saat bernapas
6. Tidur mendengkur
7. Nafsu makan menurun
8. Timbul bau tidak sedap pada mulut
9. Timbul nyeri di sekitar otot

19. Asfiksi

Asfiksi adalah gangguan dalam pengangkutan jaringan toksigen ke jaringan yang disebabkan oleh
terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah, atau jaringan tubuh.
Asfiksi disebababkan oleh: tenggelam (akibat alveolus terisi air), pneumonia (akibatnya alveolus terisi
cairan lendir dan cairan limfa), keracunan CO dan HCN, atau gangguan sitem sitokrom (enzim
pernapasan). Gejala penyakit Asfiksi:

1. Pada fase dispneu / sianosis asfiksia berlangsung kira-kira 4 menit. Fase ini terjadi akibat
rendahnya kadar oksigen dan tingginya kadar karbon dioksida. Tingginya kadar karbon dioksida
akan merangsang medulla oblongata sehingga terjadi perubahan pada pernapasan, nadi dan
tekanan darah. Pernapasan terlihat cepat, berat, dan sukar. Nadi teraba cepat. Tekanan darah
terukur meningkat.
2. Fase konvulsi asfiksia terjadi kira-kira 2 menit. Awalnya berupa kejang klonik lalu
kejang tonik kemudian opistotonik. Kesadaran mulai hilang, pupil dilatasi, denyut jantung
lambat, dan tekanan darah turun.
3. Fase apneu asfiksia berlangsung kira-kira 1 menit. Fase ini dapat kita amati berupa
adanya depresi pusat pernapasan (napas lemah), kesadaran menurun sampai hilang dan relaksasi
spingter.
4. Fase akhir asfiksia ditandai oleh adanya paralisis pusat pernapasan lengkap. Denyut
jantung beberapa saat masih ada lalu napas terhenti kemudian mati.

20. Hipoksia

Hipoksia yaitu gangguan pernapasan dimana kondisi sindrom kekurangan oksigen pada pada
jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian.Pada kasus yang fatal dapat
menyebabkan kematian pada sel-sel. Namun pada tingkat yang lebih ringan dapat menimbulkan
penekanan aktivitas mental (kadang-kadang memuncak sampai koma), dan menurunkan kapasitas kerja
otot.
D. Jenis – Jenis Pernafasan
1. Pernafasan Dada

Pernapasan dada terjadi karena otot antartulang rusuk berkontraksi sehingga rusuk terangkat dan
akibatnya volume rongga dada membesar.

Membesarnya rongga dada ini membuat tekanan dalam rongga dada mengecil dan paru-paru
mengembang. Pada saat paru-paru mengembang, tekanan udara di luar lebih besar daripada di dalam
paruparu, akibatnya udara masuk.

Sebaliknya, saat otot antartulang rusuk berelaksasi, tulang rusuk turun. Akibatnya, volume rongga
dada mengecil sehingga tekanan di dalamnya pun naik. Pada keadaan ini paru-paru mengempis sehingga
udara keluar.

2. Pernafasan Perut

Pernapasan ini terjadi karena gerakan diafragma. Jika otot diafragma berkontraksi, rongga dada
akan membesar dan paru-paru mengembang. Akibatnya, udara akan masuk ke dalam paru-paru.

Saat otot diafragma relaksasi, diafragma kembali ke keadaan semula. Saat itu, rongga dada akan
menyempit, mendorong paru-paru sehingga mengempis. Selanjutnya, udara dari paru-paru akan keluar.
E. Suara Nafas
1. Suara Napas Normal

Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli,
dengan sifat bersih. Adapun Suara nafas normal adalah:

Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh udara yang
melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase
ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut.
Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.

Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya
terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara
ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.

Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi,
ekspirasi terdengar seperti tiupan.

2. Suara Napas Tambahan/Abnormal

Crackles adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan pembukaan kembali jalan
napas yang menutup. Terdengar selama : inspirasi.

1. Fine crackles / krekels halus. Terdengar selama : akhir inspirasi. Karakter suara : meletup, terpatah-
patah. Penyebab nya adalah udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchioles /
penutupan jalan napas kecil. Suara seperti rambut yang digesekkan.

2. Krekels kasar. Terdengar selama : ekspirasi. Karakter suara : parau, basah, lemah, kasar, suara
gesekan terpotong. Penyebabnya adalah terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar.
Mungkin akan berubah ketika klien batuk.

Wheezing (mengi) adalah bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya lebih lama dari krekels.
Terdengar selama : inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat ekspirasi. Penyebab nya
adalah akibat udara melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian. Dapat dihilangkan
dengan batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yang berhungan dengan aliran
udara melalui jalan nafas yang menyempit (seperti pada asma dan bronchitis kronik). Wheezing dapat
terjadi oleh karena perubahan temperature, allergen, latihan jasmani, dan bahan iritan terhadap
bronkus.
Ronchi adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama: ekspirasi. Penyebabnya adalah gerakan
udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas.Obstruksi : sumbatan akibat
sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.

1. Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama waktu ekspirasi disertai
adanya mucus/secret pada bronkus. Ada yang high pitch (menciut) misalnya pada asma dan low pitch
oleh karena secret yang meningkat pada bronkus yang besar yang dapat juga terdengar waktu
inspirasi.

2. Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu inspirasi
seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh secret di dalam alveoli atau bronkiolus.
Ronki basah dapat halus, sedang, dan kasar.Ronki halus dan sedang dapat disebabkan cairan di
alveoli misalnya pada pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki kasar misalnya pada
bronkiekstatis.

Perbedaan ronchi dan mengi.:

Mengi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih kecil salurannya, terdengar bersuara tinggi dan
bersiul. Biasanya terdengar jelas pada pasien asma. Ronchi berasal dari bronki dan bronkiolus yang
lebih besar salurannya, mempunyai suara yang rendah, sonor.Biasanya terdengar jelas pada orang
ngorok.

Pleural friction rub adalah suara tambahan yang timbul akibat terjadinya peradangan pada pleura
sehingga permukaan pleura menjadi kasar. Karakter suara: kasar, berciut, disertai keluhan nyeri
pleura. Terdengar selama: akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi. Tidak dapat dihilangkan dengan
dibatukkan. Terdengar sangat baik pada permukaan anterior lateral bawah toraks. Terdengar seperti
bunyi gesekan jari tangan dengan kuat di dekat telinga, jelas terdengar pada akhir inspirasi dan
permulaan ekspirasi, dan biasanya disertai juga dengan keluhan nyeri pleura. Bunyi ini dapat
menghilang ketika nafas ditahan. Sering didapatkan pada pneumonia, infark paru, dan tuberculosis

F. Hal – hal yang Harus Diperhatikan/Dilaporkan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan di ICU
Perawatan Sistem Respirasi di Ruang Perawatan Intensif
7 Cara Penilaian Pasien Kritis yang diadaptasi dari kursus ALERT (Acute Life-Threatening Event-
Recognition and Treatment) diantaranya :

1. Pendekatan ABCDE
2. Pendekatan Awal ke Pasien
3. Penilaian Jalan Nafas
4. Penilaian Pernafasan
5. Penilaian Sirkulasi
6. Penilaian Disabilitas
7. Exposure

Pendekatan ABCDE
Pendekatan ABCDE dapat digunakan untuk menilai dan menangani pasien kritis. Prinsip-prinsip
utama pendekatan ini adalah :

 Ikuti secara sistematik berdasarkan Airway (jalan nafas), Breathing (pernafasan), Circulation
(sirkulasi), Disability (disablitas / ketidakmampuan / kecacatan), dan Exposure.
 Lakukan penilaian awal secara lengkap, dan lakukan re-assessment secara teratur.
 Selalu tangani masalah-masalah yang mengancam nyawa terlebih dahulu sebelum meneruskan ke
bagian penilaian lainnya.
 Selalu evaluasi efek terapi yang telah diberikan dan atau bentuk intervensi lainnya.
 Kuasai diri dan kenali keadaan. Cari bantuan dengan segera dan manfaatkan semua anggota tim
multidisiplin.
 Pastikan komunikasi efektif.

Pendekatan Awal ke Pasien


Masih ingat tentang 3 aman sebelum memberikan bantuan hidup?

Pastikan aman diri, aman lingkungan dan aman pasien. Setelah itu tanyakan pertanyaan yang
sederhana pada pasien, misalnya "Bagaimana keadaan anda?" atau "Apa yang anda rasakan sekarang?"
Ada atau tidaknya respon pasien dapat menjadi acuan untuk pemberian intervensi selanjutnya.
Ini yang harus digaris bawahi :

 Respon verbal yang normal mengindikasikan bahwa pasien memiliki jalan nafas yang paten serta
pernafasan dan perfusi serebral yang baik.
 Pasien hanya dapat berbicara dengan kalimat yang pendek, ada kemungkinan ia mengalami
distress pernafasan.
 Jika terdapat respon yang tidak sesuai atau bahkan tidak ada respon sama sekali, maka pasien
berada dalam kondisi kritis. (Jangan menunggu lebih lama. Segera panggil rekan sejawat jika
pasien tidak sadarkan diri)

Selanjutnya, cek keadaan pasien secara umum. Perhatikan apakah pasien tampak nyaman atau
mengalami distress, bahagia atau cemas. Ingat tanda-tanda distress pernafasan dibawah ini :

Yang terakhir adalah lakukan observasi tanda-tanda vital. Peralatan seperti oksimetri nadi, EKG, dan
pemantauan tekanan darah secara kontinu harus segera dipasang atau dilakukan karena dapat
menyelamatkan kondisi pasien.

Penilaian Jalan Nafas


Kuncinya adalah : Jika pasien dapat berbicara, maka ia memiliki jalan nafas yang paten. Beda
cerita dengan pasien-pasien yang memiliki obstruksi jalan nafas. Pasien dengan dengan obstruksi jalan
nafas total, tidak akan diperoleh suara nafas pada mulut ataupun hidung. Sedangkan pasien-pasien dengan
obstruksi jalan nafas parsial dimana udara yang masuk terhalang, seringkali menimbulkan suara bising.
Sehingga pendekatan yang lazim digunakan untuk mendeteksi obstruksi jalan nafas adalah dengan teknik
Look - Listen and Feel.

Look

Lihat adakah tanda tanda obstruksi jalan nafas : Obstruksi jalan nafas menyebabkan pergerakan dada dan
abdomen secara paradoks atau dikenal dengan pernafasan see-saw, dan penggunaan otot-otot pernafasan
aksesorius. Selain itu, sianosis sentral juga ditemukan sebagai tanda lanjut dari obstruksi jalan nafas.
Listen

Dengarkan suara yang ditimbulkan oleh pernafasan. Suara bising yang terjadi dapat menjadi tolak
ukur dalam menuntukan derajat obstruksi (Smith 2003)

 Gurgling (suara nafas seperti berkumur) : menandakan adanya cairan dalam mulut atau
saluran pernafasan bagian atas
 Snoring (mengorok) : menandakan sebagaian laring tertutup oleh lidah
 Crowing : terjadinya spasme laring
 Stridor inspirasi : menandakan obstruksi parsial jalan nafas bagian atas, bisa disebabkan oleh
benda asing atau edema laring.
 Wheezing (mengi) ekspirasi : menandakan penyempitan bronkus dan bronkiolus yang biasanya
disebabkan oleh asma dan gangguan jalan nafas obstruksi kronik.

Feel

Tempatkan muka atau tangan di depan mulut pasien untuk merasakan adanya pergerakan dada
(walaupun lemah) dan aliran udara dari hidung pasien.

Setelah melakukan teknik Look - Listen and Feel, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
intervensi obstruksi jalan nafas. Namun sebelum itu, ada baiknya kita mengenali dulu penyebab
terjadinya obstruksi jalan nafas. Sehingga dengan mengetahui berbagai penyebabnya, kita dapat
menentukan intervensi terbaik yang harus dilakukan.

Penyebab Terjadinya Obstruksi Jalan Nafas :


 Lidah. Ini adalah penyebab obstruksi jalan nafas yang paling umum pada pasien setengah sadar
atau tidak sadar sekalipun. Pernah dengar lidah jatuh? Inilah yang dimaksud. Karena ketika
terjadi penurunan kesadaran, otot-otot yang menopang lidah mengalami relaksasi yang akhirnya
menyebabkan lidah jatuh ke belakang dan menutup laring
 Muntahan, darah dan sekret
 Benda asing
 Pembengkakan jaringan yang meliputi anafilaksis, trauma ataupun infeksi
 Edema laring
 Spasme laring akibat benda asing, stimulasi jalan nafas atau adanya sekret/darah di jalan nafas
 Obstruksi tracheobronchial (obstruksi akibat aspirasi isi lambung sekret, cairan edema paru atau
bronkhospasme)

Penanganan Obstruksi Jalan Nafas :


Menurut Resuscitation Council UK, 2006, tangani obstruksi jalan nafas sebagai kegawatdaruratan
medis dan segera cari bantuan ahli. Kenapa? Karena jika obstruksi jalan nafas tidak segera ditangani,
akan menyebabkan penurunan PaO2 dan peningkatan resiko kerusakan hipoksik pada otak (otak
kekurangan oksigen), ginjal, jantung yang akan menyebabkan henti jantung, dan bahkan kematian.

Begitu obstruksi jalan nafas teridentifikasi, lakukan penanganan kritis sederhana seperti
penyedotan atau suctionning, reposisi lateral, pemasangan orofaringeal, dan berikan oksigen secukupnya
sesuai indikasi.

Penilaian Pernafasan
Gangguan pernafasan bisa disebabkan oleh berbagai hal, semisal penyakit pernafasan, kelainan
paru (pneumotoraks), embolisme paru, edema paru, depresi SSP dan bahkan oleh depresi pernafasan yang
diinduksi oleh obat. Karenanya, mengenali dan mengidentifikasi penyebab gangguan pernafasan dapat
sangat bermanfaat untuk menentukan langkah intervensi yang dibutuhkan demi memperbaiki keadaan
klinis pasien. Penilaian pernafasan dilakukan sebagai tindak lanjut dari Penilaian Jalan Nafas yang sudah
dijelaskan diatas dan masih menggunakan pendekatan teknik Look - Listen and Feel. Berikut poin-poin
penting teknik Look - Listen and Feel

Look

 Lihat tanda-tanda umum distress pernafasan


 Hitung laju pernafasan selama 1 menit. Laju pernafasan normal dewasa sekitar 12-20 kali per
menit
 Takinea merupakan salah satu indikator pertama distress pernafasan. Sehingga jika pasien
mengalami takipnea, maka itu menunjukan bahwa pasien sedang mengalami penurunan kondisi
klinis dan dapat memburuk secara tiba-tiba.
 Bradipnea merupakan tanda buruk dan kemungkinan bisa disebabkan oleh penggunaan obat-
obatan (semisal opiat), kelelahan, hipotermia, cedera kepala, dan depresi SSP.
 Bradipnea yang terjadi mendadak pada pasien distress pernafasaan dapat dengan cepat diikuti
oleh henti nafas.
 Nilai kedalaman nafas. Pastikan pergerakan dada simetris.
 Pergerakan dada unilateral menunjukan penyakit unilateral semisal penumotoraks, penumonia,
dan effusi pleura (Smith 2003)
 Pernafasan kusmaul dapat menunjukan ketoasidosis dan gagal ginjal kronik
 Nilai pola atau ritme pernafasan
 Pola pernafasan Cheyne-Stokes dapat terkait dengan penyakit iskemia batang otak, cedera
cerebral, dan gagal ventrikel kiri kronis
 Perhatikan adanya deformitas dada apapun karena ini dapat meningkatkan resiko perburukan
pada kemampuan pasien untuk bernafas secara normal
 Catat konsentrasi oksigen inspirasi (presentase) dan hasil oksimetri nadi
 Oksimetri nadi tidak dapat mendeteksi hiperkapnia
 Jika pasien memperoleh terapi oksigen, maka SaO2 mungkin normal pada keadaan PaCO2 yang
sangat tinggi. Maka berhati-hatilah.

Listen

 Dengarkan suara nafas pasien pada jarak yang dekat dari muka pasien
 Pernafasan yang normal adalah tidak terdapat suara bising selain desiran halus
 Bising jalan nafas menunjukan adanya sekret di jalan nafas
 Stridor atau mengi menunjukan obstruksi jalan nafas parsial namun signifikan
 Jika mampu, lakukan auskultasi dada, evaluasi kedalaman pernafasan dada dan kesamaan suara
nafas pada kedua sisi dada
 Perhatikan setiap ada suara nafas tambahan seperti ronchi, mengi atau rub pleural

Feel
 Lakukan perkusi dada
o Sonor : paru-paru terisi udara
o Redup (dull) : hati, limfa, jantung, kolaps paru
o Pekak (stoney dull) : efusi atau penebalan pleura
o Hipersonor : penumotoraks, emfisema
o Timpani : rongga berisi gas
 Periksa posisi trakea. Deviasi trakea ke salah satu sisi menunjukan pergeseran mediastinum
(misalnya pneumotoraks, fibrosis paru atau adanya cairan pelura)
 Lakukan palpasi dinding dada untuk mendeteksi emfisema akibat pembedahan atau krepitasi

Penanganan Gangguan Pernafasan

Posisikan pasien dengan baik, biasanya duduk tegak atau semi fowler. Berikan oksigen dan jika
memungkinkan, tangani penyebab yang mendasarinya. Ventilasi bantuan mungkin diperlukan sehingga
siapkan peralatan yang dibutuhkan sedekat mungkin. Selama penilaian awal pernafasan, kolaborasi untuk
penegakan diagnosis dan secara efektif mengatasi kondisi yang mengancam nyawa seperti asma akut
berat, edema paru, tension pneumotoraks, hemotoraks masif (Resuscitation Council UK 2006)

G. Diagnosa yang Dapat Diangkat pada Gangguan Sistem Pernafasan

Diagnosa :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (NANDA ,406)


Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas
untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
2. Gangguan pertukaran gas (NANDA,220)
Definisi : kelebihan atau deficit oksigenasi dan / atau eliminasi karbondioksida pada
membrane alveolar-kapiler
3. Ketidakefektifan pola nafas (NANDA,243)
Definisi : inspirasi dan/atau ekpirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (NANDA,177)
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic.
5. Hambatan komunikasi verbal (NANDA,278)
Definisi: penurunan,perlambatan,atau ketiadaan kemampuan untuk
menerima,memproses,mengirim,dan/atau menggunakan system symbol
6. Nyeri akut (NANDA,469)
Definisi : pengakaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(internasional association for the study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi.
7. Ansietas (NANDA,343)
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons
otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan
takut yang disebabkan antisipasi terhadap bahaya.hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatankan individu akan adanya bahaya dan memampukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman .
8. Risiko cidera (NANDA ,412)
Definisi : rentan mengalami cidera fisik akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi
dengan sumber adaftid dan sumber defensive individu,yang dapat mengganggu
kesehatan.
9. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (NANDA,254)
Definisi : beresiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat
mengganggu kesehatan.
10. Resiko infeksi (NANDA,405)
Definisi : rentan mengakami invasi dan multiplikasi organism patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan.
11. Resiko ketidakseimbangan volume cairan (NANDA,196)
Definisi : kerentanan terhadap penurunan,peningkatan,atau pergeseran cepat cairan
intravaskuler,intestisial,dan/atau intraseluler lain,yang dapat mengganggu kesehatan.
Ini mengacu pada kehilangan,penambahan cairan tubuh atau keduanya .
BAB III

KESIMPULAN

Dalam melakukan perawatan, perawat diwajibkan menggunakan metpde holistic caring karena
kondisi dan kriteria setiap pasien berbeda dimana dapat diketahui bahwa setiap manusia adalah makhluk
bio-psiko-sosio-spiritual dan kultural yang unik sehingga tindakan keperawatn yang akan kita berikan
bermacam-macam jenisnya. Salah satunya adalah perawatan pada pasien kritis yang mengalami gangguan
sistem pernafasan.

Kondisi pasien yang kritis terutama dengan disertai gangguan pernafasan, perlu mendapatkan
perhatian khusus di ruang ICU dimana kondisinya harus selalu dimonitor karena saat tersebut adalah saat
di mana pasien berjuang untuk dapat tetap hidup atau tidak. Penilaian yang dapat dilakukan meliputi
penilaian sirkulasi, jalan nafas, pernafasan pasien, adanya suara tambahan atau tidak, dan monitor
kesadaran pasien. Namun, untuk dapat mengetahui kondisi abnormal pasien kita harus mengetahui
kondisi normal pada sistem pernafasan manusia terlebih dahulu.
PENUTUP

Demikian ateri yang dapat kami sampaikan mengenai penilaian sistem pernafasan pada pasien
kritis. Semoga dapat menambah ilmu bagi para pembaca. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai