Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ANALISA GAS DARAH

OLEH KELOMPOK 4 KELAS : A11-A

1. ARI CENDANI PRABAWATI 17.321.2658

2. GDE DIPTA DHIATMIKA 17.321.2663

3.I GEDE ANGGA PUTRAWAN 17.321.2666

4. I KETUT RAJENDRA PADMA AGET WINATA 17.321.2670

5. I WAYAN GEDE YUDI WIGATA 17.321.2672

6. KOMANG AYU RATIH PURBANINGRUM 17.321.2675

7. NI KADEK ERNI WIDJAYANTI 17.321.2683

8. NI KETUT YULIANA 17.321.2686

9. NI LUH GEDE DEVI YULISTIA DEWI 17.321.2690

10. NI MADE AYU PRIYASTINI 17.321.2695

11. NI PUTU AYU WISMAYA DEWI 17.321.2698

12. NI PUTU MERRY TASIA SURYAWAN 17.321.2702

13. NI WAYAN YUNA PRATIWI 17.321.2705

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

TAHUN AJARAN 2020


Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Analisa Gas Darah” .

Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan yang tak


terhingga besarnya baik berupa moril maupun materil dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya atas bantuan yang telah diberikan. Semoga segala
bimbingan yang diberikan mendapat amal kebajikan dan mendapat imbalan yang
berlipat ganda dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Mengingat kemampuan yang terbatas, penulis menyadari bahwa Makalah


ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengucapkan maaf dan mengharapkan masukan-masukan dari pembaca agar
makalah ini dapat disempurnakan dimasa mendatang. Mudah-mudahan Makalah
ini dapat memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan.

Denpasar, 11 Oktober 20220

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR..............................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................5
1.4 Manfaat.................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Analisa Gas Darah...............................................................6
2.2 Tujuan Pemeriksaan Analisa Gas Darah ...............................................6
2.3 Gangguan Sistem Asam Basa................................................................6
2.4 Mekanisme Kompensasi........................................................................8
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Ph..............................................................8
2.6 Indikasi Dan Kontraindikasi Analisa Gas Darah...................................9
2.7 Komplikasi.............................................................................................10
2.8 Anatomi Daerah Target..........................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................13
3.2Saran…………………………………….………………………...…
13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai pertukaran gas dalam paru.
Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah dan kadar bikarbonat. Analisa gas darah
dilakukan untuk mengevaluasi status oksigen dan karbondioksida di dalam darah arteri dan
mengukur pH-nya.
Hasil dari pemeriksaan gas darah sangat berarti bagi monitoring hasil tindakan
penatalaksanaan oksigenasi klien, therapy oksigen, dan untuk mengevaluasi respon tubuh klien
terhadap tindakan dan therapy misalnya penggunaan ventilator. Sampel darah yang diambil
digunakan untuk mengukur komponen gas didalam darah arteri dan pH darah. Nilai yang
diperoleh merefleksikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan.

Pemahaman yang mendalam tentang fisiologi asam basa memiliki peran yang sama
pentingnya dengan pemahaman terhadap fisiologi jantung dan paru pada pasien-pasien kritis.
Kelainan asama basa merupakan kejadian yang sering terjadi pada pasien-pasien kritis.
Namun, pendekatan dengan metode sederhana tidak dapat memberikan gambaran mengenai
prognosis pasien. Pendekatan dengan metode Stewart dapat menganalisa lebih tepat
dibandingkan dengan metode sederhana untuk membantu dokter dalam menyimpulkan outcome
pasien.
Pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh yang masuk ke dalam
jantung. Pada umumnya darah vena banyak mengandung gas CO2. Pembuluh ini terdapat katup
yang tersusun sedemikian rupa sehingga darah dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh kearah
sebaliknya. Pembuluh darah kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan, oleh karena itu
secara langsung berhubungan dengan sel. Karena dindingnya yang tipis maka plasma dan zat
makanan merembes kecairan jaringan antar sel.
Susunan darah dalam kapiler dan dalam vena berbeda-beda. Darah vena berwarna lebih
tua dan agak ungu kerena banyak dari oksigennya sudah diberikan kepada jaringan. Darah dalam
kapiler terus-menerus berubah susunan dan warnanya karena terjadinya pertukaran gas.
Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosis
penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium akurat dan dapat dipercaya harus dilakukan
pengendalian terhadap pra analitik, analitik, dan pasca analitik. Tahap pra analitik: persiapan
pasien, pengambilan sampel darah, persiapan sampel, penyimpanan sampel, persiapan kertas
kerja. Tahap analitik:persiapan alat, kalibrasi alat, pengolahan sampel, interpretasi hasil. Tahap
pasca analitik: pencatatan hasil dan pelaporan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud analisa gas darah ?
2. Apakah tujuan pemeriksaan analisa gas darah ?
3. Apa saja gangguan sistem asam basa?

4
4. Bagaimana mekanisme kompensasi?
5. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi Ph?
6. Apa saja indikasi dan kontraindikasi analisa gas darah ?
7. Apa kompikasi dari analisa gas darah?
8. Bagaimana anatomi daerah target analisa gas darah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu analisa gas darah
2. Mengetahui tujuan pemeriksaan analisa gas darah
3. Mengetahui gangguan sistem asam basa
4. Mengetahui mekanisme kompensasi
5. Mengetahui faktor- faktor yg mempengaruhi Ph
6. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan analisa gas darah
7. Mengetahui komplikasi analisa gas darah
8. Mengetahui anatomi daerah target analisa gas darah

1.4 Manfaat
Menambah pengetahuan tentang analisa gas darah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Analisa gas darah adalah salah tindakan pemeriksaan laboratorium yang ditujukan ketika
dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa pasien (Wilson, 1999).
Hal ini berhubungan untuk mengetahui keseimbangan asam basa tubuh yang dikontrol
melalui tiga mekanisme, yaitu sistem buffer, sistem respiratori, dan sistem renal (Wilson, 1999).
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan “ASTRUP”, yaitu
suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri.

2.2 Tujuan
Analisa gas darah memiliki tujuan sebagai berikut (McCann, 2004):
1. Mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.
2. Mengevaluasi ventilasi melalui pengukuran pH, tekanan parsial oksigen arteri (PaO2), dan
tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2).
3. Mengetahui jumlah oksigen yang diedarkan oleh paru-paru melalui darah yang
ditunjukkan melalui PaO2.
4. Mengetahui kapasitas paru-paru dalam mengeliminasikan karbon dioksida yang
ditunjukkan oleh PaCO2.
5. Menganalisa isi oksigen dan pemenuhannya, serta untuk mengetahui jumlah bikarbonat.

2.3 Gangguan Sistem Asam Basa


Ada 4 jenis gangguan utama yang selama ini telah kita kenal, yaitu asidosis metabolic,
alkalosis metabolic, asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik. Tentu saja dapat saja terjadi 1
atau 2 gangguan asam basa sekaligus pada seseorang penderita. Seperti diketahui, asidosis adalah
suatu keadaan di mana kadar ion H+ dalam darah lebih tinggi dari normal (pH rendah),
sedangkan alkalosis adalah suatu keadaan di mana kadar H+ di dalam darah lebih rendah dari
normal (pH tinggi).
1. Asidosis metabolic
Dapat terjadi karena:
* Penambahan asam:
1) Oksidasi lemak tak sempurna, misalnya pada asidosis diabetika atau kelaparan.
2) Oksidasi karbohidrat tak sempurna, misalnya pada asidosis laktat.
* Pengurangan bikarbonat:
1) Renal tubular acidosis.
2) Diare.

6
Dengan penambahan H+ , metabo penyangga bikarbonat-asam karbonat akan bekerja
dengan mengeluarkan HCO3 guna mengikat penambahan H+ itu sehingga perubahan pH yang
terjadi tidak begitu besar. Karena mekanisme ini, akan terjadi:
1. pH ↓
2. HCO3— ↓
3. B.E. < 2,5.

2. Alkalosis metabolic
Dapat terjadi karena:
* Pengurangan asam:
1) Muntah-muntah, HCl lambung dikeluarkan.
2) Penggunaan antasida berlebihan.
* Penambahan basa:
1) Infus bikarbonat berlebihan.
2) Efek aldosteron/steroid.
Dengan adanya pengeluaran ion H+, metabo penyangga akan bekerja dengan mengeluarkan
H+ guna mengurangi perubahan pH. Karena mekanisme ini akan terjadi:
1. pH ↑
2. HCO3 ↑
3. B.E. > 2,5.

3. Asidosis respiratorik
Terjadi karena adanya hipoventilasi, sehingga P CO2 akan meningkat. Hal ini dapat terjadi
pada:
* Kelainan paru, misalnya Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM).
* Kelainan susunan saraf pusat, misalnya depresi pernapasan.
* Kelainan dinding dada.
Karena P CO2 darah meningkat, di dalam gas darah akan ditemukan:
1. pH ↓
2. P CO2 ↑
3. HCO3 normal.

4. Alkalosis respiratorik
Terjadi karena adanya hiperventilasi sehingga P CO2 darah akan turun. Hal ini dapat terjadi
karena:
 Perangsangan S.S.P. : emosi, salisilat dan lain-lain.
 Stimulasi kemoreseptor perifer: hipoksemia.
 Stimulasi reseptor intratorakal: berbagai penyakit pam.
 Keadaan hipermetabolisme: sepsis, hipertiroid.

7
Karena P CO2 darah menurun, di dalam analisa gas darah akan ditemukan:
1. pH ↑
2. P CO2 ↓
3. HCO3 normal.

2.4 Mekanisme Kompensasi


Kompensasi tubuh terhadap perubahan pH akan dilakukan melalui metabo pernapasan
dan ginjal, tergantung dari bentuk gangguan asam basa yang terjadi Bentuk –bentuk kompensasi
adalah sebagai berikut:
1) Asidosis metabolic, akan menimbulkan perangsangan untuk stimulasi pernapasan.
Akibatnya P CO2 darah akan menurun, dan ini tentu berakibat kenaikan pH (lihat
persamaan Henderson). Jadi, penurunan pH pada asidosis metabolic akan dikompensasi
oleh suatu reaksi alkalosis respiratorik (pH ↑, P CO2 ↓).
2) Alkalosis metabolic, akan menimbulkan depresi pernapasan sehingga P CO 2 darah akan
meningkat, yang ini tentunya akan mengakibatkan penurunan pH. Jadi kenaikan pH pada
alkalosis metabolic akan dikompensasi oleh suatu reaksi asidosis respiratorik.
3) Asidosis respiratorik, akan menimbulkan peningkatan reabsorbsi HCO 3 di ginjal,
akibatnya kadar HCO3— di darah akan meningkat dan pH juga akan naik. Jadi, asidosis
respiratorik akan dikompensasi oleh suatu alkalosis metabolic (pH ↑ , HCO3- ↓ ).
4) Alkalosis respiratorik, akan menurunkan reabsorbsi HCO3— di ginjal. Akibatnya kadar
HCO3— darah akan menurun dan dengan sendirinya nilai pH akan turun pula. Artinya,
alkalosis respiratorik di tubuh akan dikompensasi oleh suatu asidosis metabolic.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempertahankan Nilai Ph


1. Sistem penyangga
Sistem penyangga kimia (buffer system) adalah suatu bahan kimia yang dapat
menetralkan asam atau basa yang dihasilkan, atau masuk ke dalam tubuh. Artinya, metabo ini
dapat mengurangi perubahan pH pada suatu larutan yang padanya di tambahkan asam ataupun
basa. Ini dapat terjadi karena pada metabo penyangga ini terdapat metabo asam dan metabo basa.
Bila di dalam tubuh terdapat penambahan asam, sehingga pH akan turun, asam ini akan
ditangkap oleh unsure basa dari metabo penyangga, sehingga perubahan pH akan dapat
dinetralkan. Demikian juga sebaliknya, bila di dalam tubuh terdapat penambahan basa, di mana
pH seharusnya akan naik, basa itu akan diikat oleh metabo asam dari system penyangga sehingga
kenaikan nilai pH dapat dikurangi Tentu harus disadari, metabo penyangga ini juga punya
keterbatasan kerja. Tidak semua asam atau basa yang masuk dapat diikatnya dengan baik. Bila
penambahan asam/basa itu cukup banyak, tentu akan terjadi juga perubahan nilai pH. Hanya saja
nilai perubahan itu dapat dikurangi. Ada 4 sistem penyangga kimia yang penting di dalam tubuh,
yaitu:

8
I. Sistem bikarbonat-asam karbonat, yang merupakan metabo terbanyak dan terpenting.
II. Sistem penyangga hemoglobin.
III. Sistem penyangga fosfat.
IV. Sistem penyangga protein.

2. Sistem pernapasan
Melalui metabo pernafasan ini, CO2 darah dapat dikeluarkan. Seperti telah dibahas
terdahulu, perubahan kadar CO2 akan mempengaruhi kadar H2CO3 , yang pada akhirnya akan
mempengaruhi perubahan nilai pH. Pada keadaan asidosis metabolic misalnya, akan terjadi
hiperventilasi pam yang mengakibatkan pengeluaran CO2 , sehingga nilai pH yang rendah dapat
diperbaiki
Ginjal
Di ginjal dapat terjadi sekresi dan reabsorbsi ion HCO3-. Kalau kita kembali ke persamaan
Henderson, jelas kerja ginjal ini akan berperan besar dalam penentuan nilai pH. Artinya, ginjal
berperan untuk mempertahankan keseimbangan komponen metabolic, yaitu ion HCO 3, agar
proses metabolisme dapat berjalan dengan baik.

2.6 Indikasi Dan Kotra Indikasi Analisa Gas Darah


1. Indikasi
Indikasi tindakan analisa gas darah adalah sebagai berikut (McCann, 2004):
1. Tindakan analisa gas darah ditujukan pada pasien dengan sebagai berikut:
a. Obstruktif kronik pulmonari,
b. Edema pulmonari,
c. Sindrom distres respiratori akut,
d. Infark myocardial,
e. Pneumonia.
2. Tindakan ini juga diberikan pada pasien yang sedang mengalami syok dan setelah
menjalani pembedahan bypass arteri koronaria.
3. Pasien yang mengalami resusitasi dari penyumbatan atau penghambatan kardiak.
4. Pasien yang mengalami perubahan dalam status pernapasan dan terapi pernapasan,
serta anesthesia.

2. Kontra Indikasi
Kontra indikasi pada tindakan analisa gas darah, yaitu (Potter & Perry, 2006):
1. Pada pasien yang daerah arterialnya mengalami:
a. Amputasi,
b. Contractures,
c. Infeksi,
d. Dibalut dan cast,

9
e. Mastektomi, serta
f. Arteriovenous shunts.

2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan ini, yaitu (McCann, 2004):
1. Adanya risiko jarum mengenai periosteum tulang yang kemudian menyebabkan pasien
mengalami kesakitan. Hal ini akibat dari terlalu menekan dalam memberikan injeksi.
2. Adanya risiko jarum melewati dinding arteri yang berlainan.
3. Adanya kemungkinan arterial spasme sehingga darah tidak mau mengalir masuk ke syringe.

Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan :


1.Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia
cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158
mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
2.Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang
berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek
penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
3.Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan
oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit
setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar
pendingin beberapa jam.
4.Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan P CO2.
Nilai pH akan mengikuti perubahan P CO2.

Alat dan Bahan yang Digunakan


Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan analisa gas darah meliputi (McCann, 2004):
1. 3 ml sampai 5 ml gelas syringe,
2. 1 ml ampul heparin aqueous,
3. 20 G 11/4” jarum,
4. 22 G 1” jarum,
5. Sarung tangan,
6. Alkohol atau povidone-iondine pad,
7. Gauze pads,
8. Topi karet untuk syringe hub atau penutup karet untuk jarum,
9. Label,
10. Ice-filled plastic bag,

10
11. Laporan permintaan laboratorium,
12. Perekat balutan, dan
13. Opsional: 1% licoaine solution, atau
14. Peralatan siap AGD.

2.8 Anatomi Daerah Target


Anatomi daerah yang menjadi target tindakan analisa gas darah adalah sebagai berikut:
1. Arteri radial
Arteri radial merupakan kelanjutan dari brakhial, tetapi lebih kecil dibandingkan dengan
ulnar. Arteri radial dimulai di percabangan brakhial, dibawah lekukan dari siku dan melewati sisi
radial dari bagian depan lengan ke pergelangan tangan. Lalu ke daerah belakang, sekitar sisi
lateral carpus, dibawah tendon abductor pollicis longus, extensors pollicis, dan brevis ke ruang
bagian atas diantara tulang metakarpal ibu jari dan jari telunjuk. Terakhir, arteri radial melewati
diantara dua kepala pertama interosseous dorsalis, ke dalam telapak tangan, dimana arteri radial
menyeberangi tulang metakarpal dan sisi ulnar tangan dengan deep volar branch dari arteri ulnar
ke deep volar arch. Hal inilah yang menyebabkan arteri radial terdiri dari tiga porsi, yaitu
forearm, belakang pergelangan tangan, dan tangan.

2. Arteri brakhial
Arteri brankhial dimulai dari batas bawah tendon pada teres major dan menurun kebawah
lengan, dan berakhir sekitar 1 cm dibawah lekukan siku dimana dibagi menjadi arteri radial dan
arteri ulnar. Pertama, arteri brakhial terletak dari medial ke humerus, tetapi ketika arteri brachial
menuju lengan secara perlahan menuju atau terletak di depan tulang dan lekukan siku yang
terletak diantara dua epicondyles

11
3. Arteri femoral
Arteri femoral merupakan arteri yang melewati cukup dekat dengan permukaan atas, dibagi
ke dalam cabang yang kecil untuk menyediakan darah ke otot dan jaringan superficial di daerah
paha. Arteri femoral juga menyuplai kulit dan dinding abdominal bawah. Cabang arteri femoral
yang penting meliputi:
1. arteri superficial circumflex iliac, arteri ke lymph nodes dan kulit;
2. arteri superficial epigastric ke dinding kulit abdominal;
3. arteri superficial dan arteri eksternal pudenal ke kulit abdomen bawah dan eksternal
genital;
4. arteri profunda, yang merupakan cabang paling besar pada arteri femoral dan
menyuplai sendi paha dan berbagai otot di paha;
5. arteri deep genicular ke bagian paling jauh pada otot paha dan menghubungkan
jaringan impuls sekitar sendi lutut

4. Arteri tibialis posterior dan arteri doralis pedis

5. Bagian arteri lain


 Pada bayi = arteri kulit kepala, arteri tali pusat.
 Pada orang dewasa = arteri dorsal pedis.
Bagian-bagian ini tidak boleh diambil oleh phlebotomis. Arteri femoralis atau brakialis
sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi
kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri
temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli otak.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan analisa gas darah merupakan pemeriksaan penting penderita sakit


kritis atau seseorang yang mempunyai penyakit komplikasi untuk mengetahui atau
mengevaluasi pertukaran oksigen, karbondiosida, dan status asam-basa dalam darah.

Tujuan pemeriksaan analisa gas darah adalah :

1. Menilai atau mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa dalam tubuh

2. Menilai kadar oksigenasi dan kadar karbondioksida dalam darah

3. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel

4. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.

5. Sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan
menahun

6. Sebagai tindakan pemantauan dalam pemberian obat anestetik.

Komponen-komponen dasar evaluasi AGD mencakup :

1. pH (Status asam basa)


2. Tekananparsialoksigen (PO2)
3. Tekananparsialkarbondioksida (PCO2)\
4. saturasi oksigen (SO2)
5. Konsentrasibikarbonat(HCO3-)
6. BE (base excesses/kelebihan basa)
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, terutama bagi penyusun

13
DAFTAR PUSTAKA

 McCann, J. A. S. (2004).Nursing Procedures.4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.


 Wilson.D.D.(1997).Understanding Laboratory and Diagnostik Tests. Philadelphia: Lippincolt.
 Potter,P.A. & Perry, A.G.(1997).fundamental of nursing:Concept,Process and Practice.4 th Ed. St.
Louise, MI: Elsevier Mosby,In

14
15

Anda mungkin juga menyukai