Anda di halaman 1dari 30

Tugas : Mata Kuliah Kapita Selekta Kimia Klinik

Dosen pengampu : Dr. Herman, S.Pd.,M.Kes

TES GAS DARAH

OLEH

Kelompok 6 :

1. Muh Irzan Irfan Andriawan (PO714203181016)

2. Muh Yusrl (PO714203181017)

3. Nida Ibtihal Taqiyyah Irbah (PO714203181018)

4. Nur Fadhilah Yusuf (PO714203212014)

5. Perdiansyah (PO714203212016)

6. Resti Saring (PO714203212018)

PRODI D. IV

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN MAKASSAR


2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Tes Gas Darah” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata


kuliah Kapital Selekta Kimia Klinik. Dengan selesainya makalah ini kami tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar, yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan sehingga terselesainya makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun.

Makassar,September 2021

Penyusun

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) ii


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................2
D. Manfaat Penulisan....................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes Gas Darah........................................................................4


B. Tujuan Pemeriksaan Analisa Gas Darah..................................................4
C. Komponen - Komponen Evaluasi Analisa Gas Darah.............................5
D. Keseimbangan Asam Basa.......................................................................7
E. Gangguan Keseimbangan Asam Basa.....................................................9
F. Indikasi Analisa Gas Darah.....................................................................12
G. Pemeriksaan Analisa Gas Darah..............................................................15
H. Preparasi Sampel......................................................................................24
I. Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan Analisa Gas Darah...............24

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................26
B. Saran........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai
pertukaran gas dalam paru. Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah
dan kadar bikarbonat. Analisa gas darah dilakukan untuk mengevaluasi
status oksigen dan karbondioksida di dalam darah arteri dan mengukur pH-
nya.
Hasil dari pemeriksaan gas darah sangat berarti bagi monitoring
hasil tindakan penatalaksanaan oksigenasi klien, therapy oksigen, dan untuk
mengevaluasi respon tubuh klien terhadap tindakan dan therapy misalnya
penggunaan ventilator. Sampel darah yang diambil digunakan untuk
mengukur komponen gas didalam darah arteri dan pH darah. Nilai yang
diperoleh merefleksikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan. Pemahaman
yang mendalam tentang fisiologi asam basa memiliki peran yang sama
pentingnya dengan pemahaman terhadap fisiologi jantung dan paru pada
pasien-pasien kritis.
Kelainan asama basa merupakan kejadian yang sering terjadi pada
pasien-pasien kritis. Namun, pendekatan dengan metode sederhana tidak
dapat memberikan gambaran mengenai prognosis pasien. Pendekatan
dengan metode Stewart dapat menganalisa lebih tepat dibandingkan dengan
metode sederhana untuk membantu dokter dalam menyimpulkan outcome
pasien.
Pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh
yang masuk ke dalam jantung. Pada umumnya darah vena banyak
mengandung gas CO2. Pembuluh ini terdapat katup yang tersusun
sedemikian rupa sehingga darah dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh
kearah sebaliknya. Pembuluh darah kapiler pada umumnya meliputi sel-sel
jaringan, oleh karena itu secara langsung berhubungan dengan sel. Karena

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 1


dindingnya yang tipis maka plasma dan zat makanan merembes kecairan
jaringan antar sel.
Susunan darah dalam kapiler dan dalam vena berbeda-beda. Darah
vena berwarna lebih tua dan agak ungu kerena banyak dari oksigennya
sudah diberikan kepada jaringan. Darah dalam kapiler terus-menerus
berubah susunan dan warnanya karena terjadinya pertukaran gas.
Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu
menegakkan diagnosis penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium
akurat dan dapat dipercaya harus dilakukan pengendalian terhadap pra
analitik, analitik, dan pasca analitik. Tahap pra analitik: persiapan pasien,
pengambilan sampel darah, persiapan sampel, penyimpanan sampel,
persiapan kertas kerja. Tahap analitik:persiapan alat, kalibrasi alat,
pengolahan sampel, interpretasi hasil. Tahap pasca analitik: pencatatan hasil
dan pelaporan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Analisa Gas Darah ?
2. Apakah tujuan pemeriksaan analisa gas darah ?
3. Apa saja komponen-komponen evaluasi analisa gas darah ?
4. Apakah yang dimaksud dengan keseimbangan asam basa ?
5. Apa saja gangguan dan penyebab gangguan keseimbangan asam basa ?
6. Indikasi apa saja sehingga dilakukan Analisa Gas Darah ?
7. Kontraindikasi apa saja Analisa Gas Darah tidak dapat dilakukan ?
8. Bagaimana cara pemeriksaan analisa gas darah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Analisa Gas Darah
2. Mengetahui tujuan pemeriksaan analisa gas darah
3. Mengetahui komponen-komponen evaluasi analisa gas darah
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan keseimbangan asam basa
5. Mengetahui gangguan dan penyebab gangguan keseimbangan asam
basa

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 2


6. Mengetahui indikasi pemeriksaan Analisa Gas Darah
7. Mengetahui kontraindikasi Analisa Gas Darah
8. Mengetahui cara pemeriksaan analisa gas darah

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diperoleh, yaitu dapat mengetahui


mengenai tes gas darah, mengetahui cara pemeriksaan analisa gas darah
dan Mengetahui komponen-komponen evaluasi analisa gas darah.

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 3


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes Gas Darah


Analisa Gas Darah (AGD) atau Blood Gas Analisa (BGA)
merupakan pemeriksaan penting penderita sakit kritis atau seseorang yang
mempunyai penyakit komplikasi untuk mengetahui atau mengevaluasi
pertukaran oksigen, karbondiosida, dan status asam-basa dalam darah arteri.
Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) akan memberikan hasil
pengukuran yang tepat dari kadar oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh.
Hal ini dapat membantu dokter menentukan seberapa baik paru-paru dan
ginjal bekerja. Biasanya dokter memerlukan tes analisa gas darah apabila
menemukan gejala-gejala yang menunjukkan bahwa seorang pasien men-
galamai ketidakseimbangan oksigen, karbon dioksida, atau pH darah. Gejala
yang dimaksud meliputi:
 Sesak napas
 Sulit bernafas
 Kebingungan
 Mual
B. Tujuan Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Analisa gas darah, biasanya dilakukan bertujuan untuk :
1. Menilai gangguan keseimbangan asam-basa dalam tubuh, baik yang
disebabkan oleh gangguan pernafasan dan gangguan metabolik
2. Menilai kadar oksigenasi dan kadar karbondioksida dalam darah
3. Sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat
yang akut dan menahun
4. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
5. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6. Sebagai tindakan pemantauan dalam pemberian obat anestetik

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 4


C. Komponen - Komponen Evaluasi Analisa Gas Darah
Komponen dasar evaluasi Analisa Gas Darah (AGD) mencakup :
1. PH (Status asam basa)
PH darah mewakili seluruh keseimbangan asam
(asidosis) dan basa (alkalosis) yang diproses di dalam tubuh. Hal ini
ditentukan dengan menghitung perbandingan rasio komponen
metabolik (HCO3-) dan respirasi (CO2) dari keseimbangan asam basa
(Irizarry dkk, 2009; Martini, 2006).
Secara umum, asidemia adalah kondisi dimana pH darah
turun hingga kurang dari 7,35 dan alkalemia jika pH darah lebih dari
7,45 (7,4 adalah netral) (Dorland,2004). Berdasarkan persamaan
Henderson-Hasselbach, pH dapat ditentukan dengan rasio konsentrasi
HCO3- dengan konsentrasi CO2 yang terlarut dalam cairan
ekstrasel.
pH = HCO3- (metabolik)

αPCO2 (respiratorik)
Dalam rumus tersebut, α adalah koefisien solubilitas
untuk karbondioksida dan setara dengan 0,03(Irizarry dkk, 2009).
Perubahan pH akan sejalan dengan gangguan utama yang terjadi
Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu :
1. Bersifat respiratorik, karena adanya tekanan parsial CO2 yang
disebabkan gangguan respirasi
2. Bersifat metabolik, karena adanya perubahan konsentrasi
bikarbonat yang disebabkan gangguan metabolisme
2. Tekanan parsial karbondioksida (PCO2)
PCO2 menyediakan informasi mengenai ventilasi atau
komponen respirasi dalam keseimbangan asam basa. Ventilasi alveoli
didefinisikan sebagai volume udara per unit waktu yang mencapai
alveoli, tempat dimana pertukaran gas dengan darah pulmonal
terjadi (Irizarry dkk, 2009; Martini, 2006).

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 5


Hipoventilasi ditandai dengan adanya peningkatan PCO2
(>45 mmHg) akibat retensi CO2 dalam darah. CO2 merupakan
asam volatil, sehingga jika terjadi retensi CO2 akan
menyebabkan respiratori asidosis. Ringkasnya, respiratori asidosis
terjadi akibat beberapa aspek kegagalan ventilasi, dimana
sejumlah normal CO2 dihasilkan oleh jaringan tidak dapat
diekskresikan dengan baik melalui menit ventilasi alveolar. Penyebab
umum terjadinya hipoventilasi berupa hal-hal yang mempengaruhi
sistem saraf respirasi (misal : anestesia, sedasi), mekanisme
pernapasan (misal : hernia diafragma, penyakit rongga pleura) atau
aliran udara yang melalui saluran nafas (misal : obstruksi saluran
nafas atas ataupun bawah) ataupun alveoli (Irizarry dkk, 2009;
Martini, 2006).
Hiperventilasi ditandai dengan menurunnya PCO2,
sebagai akibat CO2 telah dibuang dari alveoli, yang mana
menyebabkan respiratori alkalosis (PCO2<35 mmHg). Penyebab
terjadinya hiperventilasi karena hipoksemia, penyakit pulmonal,
nyeri, cemas, dan ventilasi manual atau mekanik yang berlebihan.
Hiperventilasi juga dapat terjadi sebagai akibat kompensasi dari
asidosis metabolik(Irizarry dkk, 2009; Martini, 2006).
3. Saturasi oksigen (SO2)
Oksigenasi (3 dan 4) harus tetap diperiksa pada pasien
berpenyakit kritis, meskipun tidak secara langsung mempengaruhi
keseimbangan asam basa (Irizarry dkk, 2009; Martini, 2006).
Hipoksemia mengacu pada berkurangnya oksigen dalam
darah arteri, ditandai dengan nilai PaO2 dibawah 80 mmHg. Kondisi
hipoksemia dapat mengancam nyawa dan nilai PaO2 dibawah 60
mmHg membutuhkan intervensi terapi segera.

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 6


4. Konsentrasi bikarbonat (HCO3-)
Nilai rujukan untuk HCO3- adalah 22–28 mmol/L (arteri).
Nilai yang kurang dari normal, dapat mengindikasikan asidosis
metabolik sedangkan jika nilainya lebih besar mengindikasikan
alkalosis metabolik(Irizarry dkk, 2009).
Metabolik asidosis dapat disebabkan oleh peningkatan
+
pembentukan ion hidrogen (H ) dari faktor endogen (misal: laktat,
keton) atau asam yang bersifat eksogen (misal: ethylene glycol,
salisilat) dan oleh inabilitas ginjal untuk mengekskresikan H+ dari
+
protein diet (gagal ginjal). Peningkatan H dalam tubuh dibuffer oleh
penurunan HCO3-, mengakibatkan penurunan rasio HCO3-:PCO2
sehingga menurunkan pH. Selain itu, asidosis metabolik dapat
disebabkan oleh kehilangan bikarbonat secara langsung melalui
saluran gastrointestinal (diare) atau ginjal (asidosis renal tubular)
atau yang lebih jarang akibat pemberian cairan intravena yang agresif
yang tidak mengandung bikarbonat ataupun prekursor bikarbonat
+
(misal: saline). Metabolik alkalosis dapat terjadi akibat kehilangan H
(muntah) atau dari peningkatan HCO3- (pemberian sodium bikarbonat,
alkalosis hipokloremia akibat penggunaan loop diuretic) (Irizarry dkk,
2009).
5. BE (base excesses/kelebihan basa)
Merupakan konsentrasi basa yang dapat tertitrasi pada
suatu larutan untuk mencapai pH 7.40 pada tekanan CO 2 (pCO2) 40
mmHg.

D. Keseimbangan Asam Basa


Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari
darah dan cairan tubuh lainnya. Derajat keasaman adalah pH, dimana pH 7,0
adalah netral, pH>7,0 adalah basa/alkali dan pH dibawah 7,0 adalah asam.

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 7


Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam basa darah
dikendalikan secara seksama karena perubahan pH yang sangat kecilpun
dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan
keseimbangan asam basa darah, yaitu:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk
ammonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam
atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH/buffer dalam darah sebagai
pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH
darah. Suatu penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah
bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam
keseimbangan dengan CO2 (suatu komponen asam). Jika lebih banyak
asam yang masuk ke aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
bikarbonat dan lebih sedikit CO2. Jika lebih banyak basa yang masuk
ke aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak CO2 dan lebih
sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan CO2. CO2 adalah hasil tambahan penting dari
metabolisme oksigen dan terus menerus dihasilkan oleh sel. Darah
membawa CO2 ke paru-paru dan di paru-paru CO2 tersebut
dikeluarkan/dihembuskan. Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah
CO2 yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan
kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar CO2 darah
menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun,
kadar CO2 darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan
mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan
dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit ke menit.

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 8


E. Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1. Asidosis
Adalah keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung
asam atau terlalu sedikir mengandung basa dan sering menyebabkan
menurunnya pH darah.
2. Alkalosis
Adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak
mengandung basa atau terlalu sedikit mengandung asam dan kadang
menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit
tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya
asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk dari adanya masalah
metabolisme yang serius.
Asidosis dan alkalosis dibagi dua tergantung dengan
penyebabnya, yaitu :
1. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik, karena adanya
perubahan konsentrasi bikarbonat yang disebabkan gangguan
metabolisme, yaitu ketidakseimbangan dalam pembuangan asam
dan basa oleh ginjal.
2. Asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik, karena adanya
tekanan parsial CO2 yang disebabkan gangguan respirasi
terutama oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernapasan.

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 9


Asidosis meningkatkan kadar konsentrasi K dalam darah,
sehingga fungsi sel dan enzim tubuh memburuk, kemudian
mengakibatkan aritmia ventrikuler.
Alkalosis akan menurunkan konsentrasi K dalam darah,
sehingga afinitas Hb-O2 meningkat. Akibatnya pelepasan O2 ke
jaringan sulit sehingga terjadi hipoksemia.
Kenaikan pCO2 akan mengakibatkan koma dan aritmia
serta vasodilatasi pembuluh darah. Bila hal ini terjadi di otak maka
aliran darah ke otak akan meningkat dan mengakibatkan kenaikan
tekanan intra cranial. Penurunan pCO2 (<25 mmHg) akan
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah
ke jaringan turun. Bila hal ini terjadi di otak, maka akan terjadi
hipoksemia otak.
Dalam gangguan keseimbangan asam basa, tubuh
melakukan proses yang disebut dengan kompensasi. Kompensasi
adalah proses mengatasi gangguan asam-basa primer (gangguan utama
yang menyebabkan perubahan pH) oleh gangguan asam-basa sekunder
(normalisasi rasio HCO3-:PCO2) yang bertujuan membawa pH darah
mendekati pH normal. Kompensasi ini dilakukan oleh
penyangga/buffer tubuh, alat respirasi dan organ ginjal. Yang perlu
diketahui dan digaris bawahi dari proses dalam tubuh ini, kompensasi
ini tidak pernah membawa pH ke rentang normal.

Kondisi Gangguan Primer Kompensasi


↓pH dan ↓HCO3- Metabolik Asidosis ↓PCO2
(↓BEecf)
↑pH dan ↑ HCO3- Metabolik Alkalosis ↑ PCO2
(↑BEecf)
↓ pH dan ↑ PCO2 Respiratori asidosis ↑ HCO3- (↑ BEecf)

↑pH dan ↓PCO2 Respiratori alkalosis ↓HCO3- (↓BEecf)

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 10


Secara khas, perubahan pH didapatkan dari satu komponen (misal:

metabolik) akan dilawan oleh komponen lain (respirasi) untuk

menjaga rasio yang sesuai dari metabolik terhadap kontribusi respirasi

untuk keseluruhan pH. Sebagai contoh, dengan asidosis metabolik,

konsentrasi HCO3- menurun, karenanya menurunkan rasio HCO3-:

PCO2 dan menyebabkan acidemia (pH <7.35). Secara singkat,

kompensasi tubuh dengan menurunkan PCO2 atau hiperventilasi

bertujuan untuk mempertahankan rasio (↓HCO3-,↓PCO2). Dengan

kata lain, komponen respirasi mengkompensasikan asidosis metabolik

dengan usaha meningkatkan pH menjadi netral. Kompensasi

fisiologis jarang menyelesaikan abnormalitas asam basa primer

secara lengkap dan tidak pernah mengakibatkan overkompensasi.

Karenanya, pH akan berdeviasi dari netral meski dengan kompensasi

adekuat, meskipun masih dalam rentangan acuan pasien dengan

gangguan asam basa ringan(Irizarry dkk, 2009).

Gangguan keseimbangan asam-basa dalam tubuh dapat

disebabkan karena:

1. Gangguan fungsi pernafasan

2. Gangguan fungsi ginjal

3. Tambahan beban asma/basa dalam tubuh secara abnormal

4. Kehilangan asma/basa dari dalam tubuh secara abnormal

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 11


F. Indikasi Analisa Gas Darah
Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD)
yaitu :
1. Pasien kritis / Critical care
Penyakit kritis adalah setiap proses penyakit yang
menyebabkan ketidakstabilan fisiologis yang mengarah ke arah
kecacatan atau kematian dalam beberapa menit atau jam. Perburukan
dari sistem neurologis dan kardiorespirasi umumnya langsung
mengancam nyawa. Untungnya ketidakstabilan tersebut dapat
terdeteksi lebih awal dengan melakukan pengamatan klinis sederhana
terhadap penyimpangan dari batas normal pada tingkat kesadaran, laju
pernafasan, denyut jantung, tekanan darah dan produksi urin (Frost
dkk, 2007).
Karena pasien dengan kondisi penyakit kritis sangat
berisiko untuk mengalami komplikasi, dokter di ruang terapi intensif
(RTI) harus tetap waspada terhadap manifestasi dini disfungsi organ,
komplikasi terapi, potensi interaksi obat dan data premonitor lainnya.
Pasien dengan penyakit yang mengancam nyawa di RTI seringkali
mengalami kegagalan organ lain karena gangguan hemodinamik, efek
samping terapi dan menurunnya fungsi organ, terutama pada
pasien usia lanjut atau debilitated kronis.
2. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan
adanya hambatan aliran udara pada saluran napas yang bersifat
progresif non reversible ataupun reversible parsial.
Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan
emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
3. Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan
kelebihan cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh
darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 12


persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon
dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah
yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-
paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-
faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung,
disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-
sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
4. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada
membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan
kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring
kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas
akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah
dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam
pembentukan surfaktan, yang mengarah pada kolaps alveolar .
Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku
akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual
fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia ( Brunner & Suddart 616).
5. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis
otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan
karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55
tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).
6. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem
dimana alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang
bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi
radang dan dengan penimbunan cairan. Pneumonia disebabkan oleh
berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 13


parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau
kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari penyakit
lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
7. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika
sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3
faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah dan pembuluh darah.
Jika salah satu dari ketiga faktor ini kacau dan faktor lain tidak dapat
melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi
hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan
metabolisme sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada
pasien.
8. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu
respon inflamasi sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut
ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan
disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan
kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini
dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena
penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
9. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang
dicetuskan oleh beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner,
stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan listrik,kekurangan
oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang
berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit
katup atau otot jantung) dan obat-obatan. Penyebab lain cardiac arrest
adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat
dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya
peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh.

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 14


Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya
suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan
oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan
berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac
arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi
kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan
ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan
otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.

G. Pemeriksaan Analisa Gas Darah


Analisa Gas Darah ( AGD ) atau yang disebut dengan Arterial
Blood Gas (ABG) analysis atau Blood Gas Analisa (BGA) adalah sebuah
pemeriksaan atau tes yang mengukur jumlah oksigen dan karbondioksida
dalam darah, dan keasaman (pH) dalam darah.
 Pra-analitik
 Alat - Bahan :
1. Spuit Disposable 2.5 cc
2. Perlak/alas
3. Antikoagulan Heparin / Lithium Heparin
4. Kapas alkohol
5. Bak spuit
6. Bengkok
7. Penutup udara dari karet
8. Wadah berisi es (baskom atau kantong plastik)
9. Beri label untuk menulis status klinis pasien yang
meliputi : nama, tanggal dan waktu, apakah menerima
O2.
 Persiapan Spesimen : Darah Arteri
 Ciri - Ciri Darah Arteri : Teraba denyutan, lokasi tusukan lebih
dalam, warna darah lebih terang dan darah akan mengalir sendiri
ke dalam semprit.

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 15


 Lokasi Pengambilan Spesimen
1. Radial Artery (RA) / Arteri Radialis
Merupakan pilihan pertama yang paling aman
dipakai untuk fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas
tusukan atau hematome juga apabila Allen test negatif. Arteri
yang berada di pergelangan tangan pada posisi ibu jari.
Terdapat sirkulasi kolateral (suplai darah dari beberapa
arteri). Kesulitannya ukuran arteri kecil, sulit memperoleh
kondisi pasien dengan curah jantung yang rendah.

2. Brachial Artery / Arteri Brachialis


Arteri yang berada pada medial anterior bagian
antecubital fossa, terselip diantara otot bisep. Ukuran arteri
besar sehingga mudah dipalpasi dan ditusuk. Sirkulasi
kolateral cukup, tetapi tidak sebanyak RA. Kesulitannya letak
arteri lebih dalam, letaknya dekat dengan basillic vein dan
syaraf median, kemungkinan terjadi hematoma.

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 16


3. Femoral Artery / Arteri Femoralis
Arteri yang paling besar untuk AGD. Berada pada
permukaan paha dalam di dalam, di sebelah lateral tulang
pubis. Dapat dilakukan AGD sekalipun pada pasien dengan
curah jantung yang rendah. Kesulitannya sirkulasi kolateral
sedikit sehingga mudah terjadi infeksi pada tempat
pengambilan, sulit untuk bekerja aseptis, pada orang tua
(gangguan pada dinding arteri sebelah dalam), letaknya dekat
dengan vena paha (salah tusuk).

4. Pada bayi : Arteri kulit kepala dan arteri tali pusat.


5. Pada orang dewasa : Arteri dorsalis pedis.
Arteri Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan
digunakan jika masih ada alternative lain karena tidak
memiliki sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila
terjadi spasme atau thrombosis. Sedangkan arteri temporalis
atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya resiko
emboli ke otak.
 Pengambilan Darah Arteri Radialis :
1. Beri tahu pasien tujuan pengambilan darah
2. Pasang alas/perlak pada lokasi yang akan diambil darah
3. Usahakan agar lengan dalam posisi abduksi dengan telapak tangan
menghadap ke atas dan pergelangan tangan ekstensi 30 agar

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 17


jaringan lunak terfiksasi oleh ligamen dan tulang. Bila perlu bagian
bawah pergelangan dapat diganjal dengan bantal kecil
4. Jari pemeriksa diletakkan di arteri radialis (proksimal dari lipatan
kulit telapak pergelangan) untuk meraba denyut nadi agar dapat
memperkirakan letak dan kedalaman pembuluh darah
5. 1 ml heparin diaspirasi ke dalam spuit, sehingga dasar spuit basah
dengan heparin dan kelebihan heparin dibuang melalui jarum,
dilakukan secara perlahan sehingga pangkal jarum penuh dengan
heparin dan tidak ada gelembung udara
6. Pastikan denyutan/pulpasi dari arteri terbesar kemudian dengan
memakai tangan kiri antara telunjuk dan jari tengah beri batas
daerah yang akan ditusuk, dan titik maksimum denyut ditemukan.
7. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan tempat tersebut
dengan kapas alkohol
8. Setelah melakukan tindakan sepsis/antisepsis, jarum 5-10 mm
ditusukkan pada daerah distal dari jari pemeriksa dengan menekan
arteri. Jarum ditusukkan dengan membentuk sudut 30 o dengan
permukaan lengan dengan posisi lubang jarum/bevel menghadap
ke atas
9. Jarum yang masuk ke arteri akan menyebabkan torak semprit
terdorong oleh tekanan darah
10. Pada pasien hipotensi, torak akan ditarik perlahan (jangan terlalu
cepat karena akan menghisap udara), indikasi satu-satunya bahwa
darah tersebut darah arteri adalah adanya pemompaan darah dalam
spuit dengan kekuatan sendiri
11. Sejumlah darah yang diperlukan terpenuhi (minimal 1 ml), cabut
jarum dengan cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan
penekanan dengan jari selama 5 menit untuk mencegah keluarnya
darah dari pembuluh arteri (10 menit untuk pasien yang mendapat
antikoagulan)

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 18


12. Lepaskan jarum dan tempatkan penutup udara pada spuit, putar
spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin
13. Spuit diberi label dan tempatkan dalam es atau air es/termos berisi
air es dan es batu [semprit dibungkus plastik agar air tidak masuk
dalam semprit, keaadan dingin (4oC) bertujuan memperkecil
terjadinya perubahan biokimiawi/proses metabolisme yang akan
meningkatkan CO2 kemudian langsung dibawa ke laboratorium

 Pengambilan Darah Arteri Brakhialis


1. Arteri brakhialis letaknya lebih dalam daripada arteri radialis yaitu
di fosa antecubiti. Pengambilan dari arteri brakhialis harus
dilakukan dengan memperhatikan letak syaraf, jangan sampai
mencederai nervus medius yang letaknya berdampingan dengan
arteri brakhialis.
2. Lengan pasien dalam keadaan ekstensi maksimal, siku
dihiperekstensikan setelah meletakkan handuk di bawah siku
3. Raba denyut arteri brakhialis dengan jari
4. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis
5. Tusukkan jarum dengan sudut 45o dan lubang jarum menghadap ke
atas, 5-10 mm distal dari jari pemeriksa yang menekan pembuluh
darah.
6. Setelah pengambilan, tekan daerah tusukan selama 5 menit atau
lebih hingga perdarahan berhenti. Catatan : Penambahan lithium
heparin 240-250 unit tiap 1 cc darah.

 Analitik
 Prinsip
Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke
setiap sampel sel secara bergiliran dimana gas sampel akan
dibandingkan dengan gas standar melalui pemencaran system
infra-red dimana akan menghasilkan perbedaan panjang

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 19


gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi signal analog
(420).
 Cara Pengoperasian
1. Nyalakan power ON
2. Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan
cara tekan calibrate kemudian enter. alat akan melakukan
kalibrasi secara otomatis.
3. Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan
pemeriksaan tekan status untuk mengetahui kondisi apakah
PH, PCO2 dan PO2 kondisinya OK. Jika OK sample langsung
dapat diperiksa. Apabila kondisinya UC (Un Caliblasi)
lakukan kalibrasi yaitu tekan calibrate kemudian enter.
4. Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti
alat sudah siap melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer.
Selang pengisap sample akan keluar secara otomatis
kemudian masukan sample bersamaan tekan lagi analyzer
sampai sample terhisap secara otomatis selang akan masuk
sendiri.

5. Lakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor,


sample ID , HB, suhu badan, jenis sample (0 arteri, 1 vena, 2
kapiler), F102 (volume oksigen yang dilorelasi dengan persen
lihat daftar), kemudian clear 2x.
6. Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang
relatif cepat hasil akan keluar melalui printer

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 20


 Pasca Analitik
1. Langkah-Langkah Mengevaluasi Hasil
Langkah-langkah yang dianjurkan untuk mengevaluasi nilai
gas darah arteri adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi pH
pH <7,35 = asidosis
pH >7,45 = alkalosis
pH = 7,4 = normal
pH normal dapat menunjukkan gas darah yang benar-benar
normal atau pH yang normal ini mungkin suatu indikasi
ketidakseimbangan yang terkompensasi. Ketidakseimbangan yang
terkompensasi adalah suatu ketidakseimbang dimana tubuh mampu
memperbiki pH baik dengan perubahan respiratorik maupun metabolik
(tergantung pada masalah utama).
b. Menentukan penyebab primer gangguan dengan
mengevaluasi PaCO2 dan HCO3 yang hubungannya dengan
pH.

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 21


 pH >7,4 = alkalosis
1. Jika PaCO2< 40 mmHg : gangguan primer adalah alkalosis
respiratorik (situasi ini timbul jika pasien mengalami
hiperventilasi dan lebih banyak CO2 yang dikeluarkan)
2. Jika HCO3 >24 mEq/L : gangguan primer adalah
alkalosismetabolik (situasi ini timbul jika tubuh memperoleh
terlalu banyak bikarbonat, suatu substansi alkali, bikarbonat
adalah basa, atau bagian alkali dari sistem buffer asam
karbonik bikarbonat)
 pH <7,4 = asidosis
1. Jika PaCO2 >40 mmHg : gangguan utama adalah asidosis
respiratorik (situasi ini timbul jika pasien mengalami
hipovalensi dan karenanya menahan terlalu banyak CO 2,
suatu substansi asam)
2. Jika HCO3 <24 mEq/L : gangguan primer adalah asidosis
metabolik (situasi ini timbul jika kadar bikarbonat dalam
tubuh turun, baik karena kehilangn langsung bikarbonat atau
karena penambahan asam seperti asam laktat atau keton.
c. Menentukan apakah kompensasi telah terjadi
Hal ini dengan melihat nilai selain gangguan primer.
Jika nilai ini bergerak kearah yang sama dengan nilai primer,
kompensasi sedang berjalan.
Nilai Rujukan Analisa Gas Darah :

Arteri Vena
pH 7,35 – 7,45 7,31 – 7,41
PCO2 (kPa) 4,7 – 6,0 5,5 – 6,8
PCO2 (mmHg) 35 – 45 41 – 51
Bikarbonat (mmol/L) 22 – 28 23 – 29
PO2 (kPa) 10,6 – 13,3 4,0 – 5,3
PO2 (mmHg) 80 – 100 30 – 40
SaO2 (%) >95 75

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 22


BE -2 - +2 -3 - +3

Tabel Range Nilai Normal

Gambar Alat Analisa Gas Darah

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 23


H. Preparasi Sampel
Hal yang harus dihindari pada preparasi sampel :
1. Kesalahan teknik pengambilan spampel darah pada pasien
2. Pengambilan sampel darah arteri tidak sesuai SOP
3. Spesimen darah tidak homogen dengan antikoagulan heparin
4. Udara masuk kedalam spuit
5. Spesimen terpapar udara
6. Penundaan test
7. Sampel tidak disimpan dalam suhu dingin saat transport
8. Sampel tidak dihomogenkan secara adekuat sebelum analisis
9. Ada gelembung udara pada sampel yang di analisis
10. Ada bekuan pada sampel
11. Menganalisis sampel yang sudah beku

I. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan Analisa Gas Darah


Berikut Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan Analisa
Gas Darah:
1. Faktor Pasien
 Suhu
Setiap derajat demam : PO2 turun 7%, PCO2 naik 3%.
Kelarutan & afinitas oksigen Hb turun.
 Respirasi (O2 inspirasi)
Frekuensi nafas, kadar O2, setting ventilator konstan
selama 15 menit atau 20-30 menit terakhir.
2. Faktor Spesimen
 Gelembung Udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat
udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan
tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari
158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
 Antikoagulan

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 24


Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah
dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan
menurunkan tekanan CO2 (kelebihan heparin 20% dari jumlah
spesimen: penurunan palsu PCO2 sebanyak 16%), sedangkan pH
tidak terpengaruh karena efek penurunan CO 2 terhadap pH
dihambat oleh keasaman heparin.
 Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup.
Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan
menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa
dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung
diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.

 Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang
menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan
mengikuti perubahan PCO2.
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau
alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada
keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan
saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai
oksigenasi darah.

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 25


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan analisa gas darah merupakan pemeriksaan penting
penderita sakit kritis atau seseorang yang mempunyai penyakit komplikasi
untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran oksigen, karbondiosida,
dan status asam-basa dalam darah.
 Tujuan pemeriksaan analisa gas darah adalah :

1. Menilai atau mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa


dalam tubuh.
2. Menilai kadar oksigenasi dan kadar karbondioksida dalam
darah.
3. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel.
4. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
5. Sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit
berat yang akut dan menahun.
6. Sebagai tindakan pemantauan dalam pemberian obat anestetik.
 Komponen-komponen dasar evaluasi AGD mencakup :
1. pH (Status asam basa)
2. Tekanan parsial oksigen (PO2)
3. Tekanan parsial karbondioksida (PCO2)\
4. saturasi oksigen (SO2)
5. Konsentrasi bikarbonat (HCO3-)
6. BE (base excesses/kelebihan basa)
B. Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai
berikut, Semoga kita selaku analis kesehatan dapat memahami tentang anal-
isa gas darah.

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 26


DAFTAR PUSTAKA

 Dewi, Ketut Jayati Utami. Tesis. Korelasi Positif Nilai Analisis Gas Darah
Vena Sentral Dengan Analisis Gas Darah Arteri Pada Pasien Kritis Di
Ruang Terapi Intensif. 2014: Universtas Udayana Denpasar. Diakses dari
www.pps.unud.ac.id/thesis/.../unud-990-2054943610-tesis%20utami.pdf
pada hari Minggu 19 september 2020
 Delost, Maria. 2014. Blood Gas and Critical Care analyte Analysis
Chapter 6. Diakses dari pada hari Minggu 19 september 2020
 Edijanto. Analisis Asam Basa : Cara Interpretasi Dan Contoh Kasus. Surabaya :
Unair.
 Afifah, Efy. Pemeriksaan Astrup/Analisa Gas Darah. Jakarta: UI. Diakses
dari staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/agd.pdf pada hari
Minggu 19 september 2020
 Aisiyah, Nurul. 2013. Analisa Gas Darah. Diakses dari
http://nurulbutterfly.blogspot.co.id/2013/06/analisa-gas-darah-agd.html
pada hari Minggu 19 september 2020
 Elsah, Ratnadilla. 2014. Analisa Gas Darah. Diakses dari
http://ratnadillaelsah.blogspot.co.id/2014/10/analisa-gas-darah.html pada
hari Minggu 19 september 2020
 Pras, A. 2012. 6 Langkah Mudah Membaca Analisa Gas Darah. Diakses
dari
http://thisisyourway.blogspot.co.id/2012/12/6-langkah-mudah-membaca-
analisa-gas.html pada hari Minggu 19 september 2020

MAKALAH KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK (TES GAS DARAH) 27

Anda mungkin juga menyukai