Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan karunia_Nya lah, kami dapat menyusun Makalah Analisa Gas Darah dengan
tepat waktu untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Klinik II. Serta sekaligus
sebagai sarana belajar dan penambah pemahaman.
Terimakasih saya ucapkan kepada Dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberi pembimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak luput dari kekurangan.
Sehingga kami ucapkan banyak permohonan maaf apabila ada kesalahan dalam
 penyusunan makalah ini, kritik dan saran sangat diharapkan agar kedepannya dapat
kami gunakan sebagai pendorong dan pendukung dalam menyelesaikan dan
memperbaiki tugas selanjutnya. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini
nantinya akan bermanfaat bagi kita semua baik sebagai penulis ataupun bagi para
 pembacanya.

Banjarbaru, November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
BAB I.................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................. 6
2.1. Pengertian AGD (Analisa Gas Darah).........................................................................6
2.2. Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD (Analisa Gas Darah)......................................7
2.3. Pengambilan Sample AGD (Analisa Gas Darah).........................................................9
2.4. Indikasi Analisa Gas Darah.......................................................................................13
2.5. Komponen yang diperiksa dalam analisa gas darah meliputi......................................16
2.6. Pemeriksaan Analisa Gas Darah................................................................................17
BAB III............................................................................................................................. 25
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu
mengambil O2  dari udara luar dan mengeluarkan CO2  dari badan ke udara

luar. Bilamana paru berfungsi secara normal, tekanan parsial O2 dan CO2 di
dalam darah akan dipertahankan seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang
 penting sekali di dalam penatalaksanaan penderita akut maupun kronis,
terutama penderita penyakit paru.

Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk menegakkan


diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit
setelah mendapat terapi. Sama halnya dengan pemeriksaan EKG pada
 penderita jantung dan pemeriksaan gula darah penderita diabetes mellitus.
Dengan majunya ilmu pengetahuan, terutama setelah ditemukan alat astrup,
tekanan parsial O2 dan CO2 serta pH darah dapat diukur dengan mudah.
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam
 penanganan pasien-pasien penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa
gas darah dikenal juga pemeriksaan ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas
darah yang dilakukan melalui darah arteri. Gas darah arteri memungkinkan
untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar
karbondioksida, kadar biokarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa. Sehubungan dengan hal tersebut maka penyusun akan
membahas tentang pemeriksaan Analisa Gas Darah.

1.2  Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah yang akan

dibahas dalam makalah ini adalah:

4
5

1.   Apa itu Analisa Gas Darah?


2.   Apa tujuan dan manfaat dari Analisa Gas Darah?
3.   Bagaimana cara pengambilan sampel untuk analisa gas
darah? 4.  Bagaimana indikasi dalam pemeriksaan gas darah?
5.   Apa saja komponen untuk menilai gas darah?
6.   Bagaimana pemeriksaan analisa gas darah?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan dari makalah ini
adalah: 1.  Untuk mengetahui analisa gas darah
2.   Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari analisa gas darah.

3.   Untuk mengetahui tempat pengambilan sampel analisa gas


darah. 4.  Untuk mengetahui indikasi dalam pemeriksaan analisa
gas darah.
5.   Untuk mengetahui komponen yang akan diperiksa.
6.   Untuk mengetahui cara pemeriksaan analisa gas darah.
 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian AGD (Analisa Gas Darah)


Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa
(BGA) merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang
bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen (O2),
Karbondioksida ( CO2) dan status asam-basa dalam darah arteri.
Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya
dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang
disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik.
Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE
(base excesses/kelebihan basa).
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam
 penanganan pasien-pasien penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa
gas darah dikenal juga pemeriksaan ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas
darah yang dilakukan melalui darah arteri. Gas darah arteri memungkinkan
untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar

karbondioksida, kadar biokarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau


kekurangan basa.
Pemantauan pertukaran gas dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
-  Pemantauan invasive (kateter arteri, punksi arteri, punksi vena, dan
 punksi kapiler)
-  Pemantauan noninvasive (pulse oximetry, monitor transcutaneous,
monitor karbondioksida end-tidal)

6
7

2.2. Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD (Analisa Gas Darah)


Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang

memberikan oksigen ke darah. Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-
 paru dan ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah normal
(keseimbangan asam-basa). Penelitian ini biasanya dilakukan untuk menilai
 penyakit khususnya pernapasan dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi
 paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien untuk terapi oksigen (terapi
 pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa dari uji tes dapat memberikan
informasi tentang fungsi ginjal.
Adapun tujuan lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah, yaitu:
1.  Menilai fungsi respirasi (ventilasi)
2.   Menilai kapasitas oksigenasi
3.   Menilai Keseimbangan asam-basa
4.   Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme
sel 5.  Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6.   Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
7.   Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test
diagnostik yang lain.

Disamping itu Analisis gas darah digunakan untuk diagnosa dan


pengelolaan: a) Penyakit pernafasan
 b) Pemberian oksigen
c)Kadar oksigenasi dalam darah
d)Kadar CO2
e)Keseimbangan asam-basa
f)Ventilasi
 AGD tidak perlu dilakukan apabila: 
a) Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya
 b) Mengikuti prosedur pemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi
c)Masih terdapat cara lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan
d)Komplikasi yang timbul >>daripada hasil AGD yang diharapkan

 Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan


AGD: a)
Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam
sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan

oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
 b) Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung.
Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO 2,
sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO 2 terhadap pH
dihambat oleh keasaman heparin.
c)Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan
hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu,
sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel
tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa
 jam.
d)Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan
tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
e)Nilai
 Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis

sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau

hiperventilasi.
Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting
 pada nilai oksigenasi darah.

2.3. Pengambilan Sample AGD (Analisa Gas Darah)


Sampel darah untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah dapat dilakukan
 pada arteri radialis, arteri tibialis posterior, arteri dorsalis pedis, dan lain-lain.
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada
alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk
mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis
atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli.
Korelasi nilai sampel darah arteri dan kapiler bervariasi, baik untuk pH dan
PCO2, tapi
 jelek untuk PaO2. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
analisa gas darah:
   Gelembung udara

   Tekanan

Disamping itu, pemilihan bagian analisa gas darah:


a.   Kriteria tergantung pada :
Ada tidaknya sirkulasi
kolateral Seberapa besar arteri

Jenis jaringan yang mengelilinginya


b.  Bagian-bagian yang tidak boleh dipilih

: Adanya peradangan
Adanya iritasi
Adanya edema
Dekat dengan luka
Percabangan arteri dengan fistula
Beberapa hal penting yang perlu di perhatikan dalam pengambilan darah
ini meliputi:
-  Gunakan tekhnik steril
-  Hindari penusukan yang sering pada tempat yang sama untuk mencegah
aneurism
-  Jangan memasukkan jarum lebih dari 0,5 cm
-  Harus mengetahui anatomi untuk mencegah terjadinya penusukan pada
saraf
-  Lakukan palpasi sebelum di lakukan penusukan
-  Bila perlu pengulangan pemeriksaan analisa gas darah dokter akan
memasang “arteri line” 

Pengambilan Darah Arteri 


Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah
 pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis
di daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha. Pengambilan darah harus
dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga terlatih. Sampel darah arteri
umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah.

1.   Arteri Radialis dan Arteri Ulnaris (sebelumnya dilakukan Allen’s test)


Merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk fungsi
arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau hematome juga apabila
Allen test negatif. Arteri yang berada di pergelangan tangan pada posisi
ibu jari. Terdapat sirkulasi kolateral (suplai darah dari beberapa arteri).
Kesulitannya ukuran arteri kecil, sulit memperoleh kondisi pasien
dengan curah jantung yang rendah.
Test Allen’s merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di
tangan, hal ini dilakukan dengan cara yaitu: pasien diminta untuk

mengepalkan tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri radialis


dan arteri ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien untuk
membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-
 jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15
detik, warna merah menunjukkan test Allen’s  positif. Apabila tekanan
dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test Allen’s  negatif. Jika
 pemeriksaan negative, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang
lain.

2.   Arteri Brakialis
Arteri yang berada pada medial anterior bagian antecubital fossa,
terselip diantara otot bisep. Ukuran arteri besar sehingga mudah dipalpasi

dan ditusuk. Sirkulasi kolateral cukup, tetapi tidak sebanyak RA.


Merupakan arteri pilihan keempat karena lebih banyak resikonya bila
terjadi obstruksi pembuluh darah. Kesulitannya:
a. Ukuran arteri besar sehingga mudah untuk dipalpasi dan ditusuk.
 b. Sirkulasi koleteral cukup, tidak sebanyak
RA. c. Kesulitan:
Letak arteri lebih dalam
Letaknya dekat dengan basilic vena dan syaraf median
Hematome mungkin terjadi

3.   Arteri Femoralis
Merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri di atas tidak
dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat
aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat
mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan.
Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat
terjadi percampuran antara darah vena dan arteri. Selain itu arteri
femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh
utama yang memperdarahi ekstremitas bawah.
Merupakan arteri yang paling besar untuk ABG. Berada pada
 permukaan paha bagian dalam, di sebelah lateral tulang pubis. Dapat
dilakukan ABG sekalipun pasien dengan curah jantung yang rendah. FA
hanya digunakan dalam kondisi gawat darurat atau sulit mendapat arteri
lain. Kesulitan:
Sirkulasi koleteral sedikit sehingga mudah terjadi infeksi pada tempat
 pengambilan
Sulit untuk
aseptis
Pada orang tua, gangguan dinding arteri sebelah dalam

Letaknya dekat dengan vena paha.

4.   Bagian arteri lainnya


a) Pada bayi: arteri kulit kepala, arteri tali pusat
 b) Pada orang dewasa: arteri dorsal pedis
Arteri Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan digunakan jika
masih ada alternative lain karena tidak memiliki sirkulasi kolateral yang
cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau thrombosis. Sedangkan
arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya
resiko emboli ke otak.
Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah:
a.  Darah dari syringe atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung
dengan cara melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan
melalui dinding tabung. Memasukkan darah dengan cara disemprotkan,
apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis.
Memasukkan darah ke dalam tabung vakum dengan cara menusukkan
 jarum pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri

ketika volume telah terpenuhi.


 b.  Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara
memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10
kali dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi menyebabkan
hemolisis.
c.  Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah :
 pertama - botol biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam
kedua - tes koagulasi (tabung tutup biru), ketiga - tabung non additive
(tutup merah), keempat - tabung tutup merah atau kuning dengan gel
separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavender (EDTA), tabung
tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat)

2.4. Indikasi Analisa Gas Darah


Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD)
yaitu: 1.  Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan
aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible
ataupun reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis
dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
2.   Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan
cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru

sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan


 pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan
 bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk
sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada
pasien-
 pasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang
 berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic
 pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai
non-cardiogenic pulmonary edema.
3.   Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran
alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang
interstisial alveolar dan perubahan dalarn jaring-jaring kapiler, terdapat
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-akibat kerusakan
 pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS
menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan, yang mengarah pada
kolaps alveolar. Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru
menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas
residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia.
4.   Infark miokard

Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung


yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan
mendadak umumnya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan
(Santoso, 2005).
5.   Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana
alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung
 jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan
 penimbunan cairan. Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,
meliputi infeksi karena bakteri, virus, jamur atau parasit. Pneumonia juga
dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau
secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan
alkohol.
6.   Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah
arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi

 jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung,
volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu
ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan
terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan
gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan
kematian pada pasien.
7.   Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi
sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi
yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, edema
 jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi
sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh

karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman,


2010). 8.  Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh
 beberapa faktor, diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik
(perdarahan yang banyak, sengatan listrik, kekurangan oksigen akibat
tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan
bawaan, perubahan struktur
 jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.
Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension
 pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan
 berhenti. Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua
organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak
adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan
oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti
 bernapas normal.
Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani
dalam 5 menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika
cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengan segera, kerusakan
organ yang

serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.


2.5. Komponen yang diperiksa dalam analisa gas darah meliputi
: PH
PH akan menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam tubuh. Ada
 peningkatan atau penurunan ion H+ akan mempengaruhi stabilitas dari
PH cairan tubuh. Bila ion H+ meningkat PH akan rendah dan bila ion H+
menurun PH akan meningkat.
b PaCO2
PaCO2 adalah tekanan partial yang ditimbulkan oleh CO2 yang
terlarut. PaCO2 ini merupakan parameter untuk mengetahui fungsi
respirasi dan menentukan cukup tidaknya ventilasi alveolar. Bila PaCO2
rendah menunjukkan adanya hiperventilasi karena rangsangan
pernafasan

dan bila PaCO2 tinggi (hipoventilasi) menunjukkan adanya kegagalan


ventilasi alveolus. Pada PaCO2 rendah konsentrasi ion H+ akan rendah
dan PH meningkat, sedangkan bila terjadi peningkatan PaCO2
konsentrasi ion H+ akan mengingat dan PH menjadi rendah
c PaO2
PaO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh oksigen yang terlarut
dalam darah. PaO2 akan memberikan petunjuk cukup tidaknya
oksigenisasi darah arteri

d Base Ekses (E. E)


Menggambarkan secara langsung kelebihan basa kuat / kekurangan
asam tetap atau kekurangan basa / kelebihan asam. Bila nilai positif
menunjukkan kelebihan basa dan bila nilai negatif menunjukkan
kelebihan asam
e TCO2
Total CO2 yang terdapat dalam plasma, yang meliputi asam karbonat,
 bikarbonat dan senyawa karbamino. TCO2 dapat digunakan sebagai
 petunjuk klinik gangguan keseimbangan asam untuk memperkirakan
kelebihan atau kekurangan basa karena perbandingan bikarbonat dan
asam bikarbonat 20: 1
f Sat O2
Derajat kejenuhan Hb dengan oksigen. Sat O2 sangat membantu untuk
menghitung kandungan oksigen dalam darah.

2.6. Pemeriksaan Analisa Gas


Darah 1.  Pra Analitik
a.   Persiapan Pasien :

-  Memberikan penjelasan pada klien (bila mungkin) dan keluarga


mengenai tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan dilakukan.
-  Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa
sakit
-  Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul
-  Jelaskan tentang Allen’s test
-  Mengatur posisi pasien

 b.  Persiapan Sampel: Antikoagulan yang digunakan dalam pengambilan darah

arteri adalah heparin. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan


tekanan CO2. Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam
tabung. Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 
terhadap pH
dihambat oleh keasaman heparin.

c.   Metode Pemeriksaan : Blood Gas Analyzer (BGA)

d.   Prinsip Pemeriksaan: Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke
setiap sampel sel secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan
dengan
gas standar melalui pemencaran system infra-red dimana akan menghasilkan
 perbedaan panjang gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi signal
analog (420).

e.   Alat dan Bahan :


-  3 ml sampai 5 ml spuit,
-  1 ml heparin aqueous dalam tabung
-  20 G 11/4‖ jarum, 
-  22 G 1‖ jarum, 
-  Sarung tangan,
-  Alkohol atau povidone-iondine pad,

-  Gauze pads,
-  Penutup untuk jarum,
-  Label,
-  Ice-filled plastic bag,
-  Perekat balutan,
-  Opsional:
1% licoaine solution, Peralatan siap AGD.

 
2. Analitik  
2.1.   Prosedur pada tindakan analisa gas darah ini adalah sebagai berikut
(McCann, 2004):
a.  Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan sebelum memasuki ruangan
 pasien.
 b.  Cuci tangan dengan menggunakan enam langkah
c.   Bila menggunakan peralatan AGD yang sudah siap, buka peralatan tersebut
serta pindahkan label contoh dan tas plastik ( plastic bag)  .
d.   Catat label nama pasien, nomor ruangan, temperatur suhu pasien, tanggal dan
waktu pengambilan, metode pemberian oksigen, dan nama perawat yang
 bertugas pada tindakan tersebut.
e.   Beritahu pasien alasan dalam melakukan tindakan tersebut dan jelaskan
 prosedur ke pasien untuk membantu mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kooperatif pasien dalam melancarkan tindakan tersebut.
f.   Cuci tangan dan setelah itu gunakan sarung tangan.
g.   Lakukan pengkajian melalui metode tes Allen.
Cara Allen’s test
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan
langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka

tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari
dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna
merah
menunjukkan test Allen’s  positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap
 pucat, menunjukkan test Allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan
tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
h.   Bersihkan daerah yang akan diinjeksi dengan alkohol atau povidone-iondine
 pad.
i.   Gunakan gerakan memutar (circular) dalam membersihkan area injeksi,
dimulai dengan bagian tengah lalu ke bagian luar.
 j.  Palpasi arteri dengan jari telunjuk dan tengah satu tangan ketika tangan
satunya lagi memegang syringe
k.   Pegang alat pengukur sudut jarum hingga menunjukkan 30-45 derajat. Ketika
area injeksi arteri brankhial, posisikan jarum 60 derajat.
l.   Injeksi kulit dan dinding arterial dalam satu kali langkah.
m.   Perhatikan untuk blood backflow di syringe
n.   Setelah mengambil contoh, tekan gauze pad pada area injeksi hingga
 pedarahan berhenti yaitu sekitar 5 menit.
o.   Periksa syringe dari gelembung udara. Jika muncul gelembung udara,
 pindahkan gelembung tersebut dengan memegang syringe ke atas dan secara
 perlahan mengeluarkan beberapa darah ke gauze pad
 p.  Masukkan jarum ke dalam penutup jarum atau pindahkan jarum dan
tempatkan tutup jarum pada jarum yang telah digunakan tersebut.
q.   Letakkan label pada sampel yang diambil yang sudah diletakkan pada ice-
filled plastic bag
r.   Ketika pedarahan berhenti, area yang di injeksi diberikan balutan kecil dan
direkatkan.
s.   Pantau tanda vital pasien, dan observasi tanda dari sirkulasi.
t.   Pantau atau perhatikan risiko adanya perdarahan di area injeksi.

2.2.   Pemeriksaan Analisa Gas Darah.


Pemeriksaan Analisa Gas darah dilakukan dengan menggunakan alat
otomatik yang disebut Blood Gas Analyzer.
Adapun prosedur untuk pemeriksaan ini
adalah: 1.   Nyalakan power ON
2.   Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara tekan
calibrate kemudian enter. Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.
3.   Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan tekan
status untuk mengetahui kondisi apakah pH, PCO2 dan PO2 kondisinya OK.
Jika OK, sample langsung dapat diperiksa. Setelah dilakukan pemeriksaan,
alat ini akan mengkalibrasi secara otomatis.
4.   Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah siap
melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap sample akan
keluar secara otomatis kemudian masukkan sample bersamaan tekan lagi
analyzer sampai sample terhisap secara otomatis selang akan masuk sendiri.
Wadah sampel yang dimasukkan ke selang dapat disesuaikan dengan
kondisi.

a.  Syringe
Untuk pengukuran gas darah menggunakan syringe 2 mL. The Vitalpath
Analyzer akan langsung mengaspirasi dari jarum suntiknya
 b.  Tabung Koleksi Heparin
Dapat juga menggunakan tabung DRI-CHEM ® 4000 atau DRI-CHEM ®
7000 yang sudah berisi heparin. Dengan ukuran tabung 0,5 mL dan 1,5
mL.
c.  Tabung Kapilari
Ketika pasien mengalami dehidrasi atau memerlukan sampel yang sedikit,
atau saat melakukan pemeriksaan ulang dapat menggunakan tabung
kapilari berisi 140 uL.

5.   Lakukan daftar isian seperti yang terlihat di layar monitor, sample ID, HB,
suhu badan, jenis sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102 (volume oksigen
yang dikorelasi dengan persen lihat daftar), kemudian clear 2x.
6.   Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat hasil
akan keluar melalui printer.

3.   Pasca
Analitik  Interpretasi
Hasil:
1.Hipoksia
  Ringan PaO2 50 –  80 mmHg
  Sedang PaO2 30 –  50 mmHg
  Berat PaO2 20 –  30 mmHg

2.Hiperkapnia
  Ringan PaCO2 45 –  60 mmHg
  Sedang PaCO2 60 –  70 mmHg
  Berat PaCO2 70 –  80 mmHg
3.Nilai Normal:
a.   pH darah arteri 7,35 – 7,45
 b.  PaO2 80 – 100 mmHg
c.  PaCO2 35 – 45 mmHg
d.  HCO3- 22 – 26 mEq/l
e.  Base Excess (B.E) -2,5 – (+2,5) mEq/l
f.  O2 Saturasi 90 – 100 %

  Berikut terdapat klasifikasi gangguan asam basa primer :


a.  Normal  bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang
diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi.

 b.  Alkalosis respiratorik . Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan
 perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana
mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru
terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum
cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan
merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak
sakit kritis.
c.   Asidosis respiratorik . Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat
hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai
 penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuscular, atau
gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai
dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari
dysplasia,
 penyakit neuromuscular, dan gangguan elektrolit berat.
d.   Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas
normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan
intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
e.   Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH
7,30 – 

7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.


f.   Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan
kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2
dalam
 batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan
muntah lama.
g.   Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat
serta pH lebih dari 7,50.
h.   Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60
mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat
i.   Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang
ada sehingga normal.
 j.  Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat

meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada


 bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran
darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan
 pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen

dapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 m

h dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penur

p. Sebagai jaringan hidup,

leh karena itu, sebaiknya


sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpa
  Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH ak
 

BAB III
PENUTUP 

3.1  Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa:
a)   Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa (BGA)
merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang
bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen (O2),
Karbondioksida ( CO2) dan status asam-basa dalam darah arteri.
 b) Tujuan lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah, yaitu :
-  Menilai fungsi respirasi (ventilasi)
-  Menilai kapasitas oksigenasi
-  Menilai Keseimbangan asam-basa
-  Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
-  Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
-  Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
-  Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik
yang lain.
c)   Sampel darah untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah dapat dilakukan
pada arteri radialis, arteri tibialis posterior, arteri dorsalis pedis, dan lain-
lain.
d)  Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
-  Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik.
-  Pasien dengan edema pulmo.
-  Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS).
-  Infark miokard
-  Pneumonia
-  Klien syok

-
  Post pembedahan coronary arteri baypass.

25
26

-  Resusitasi cardiac arrest


-  Klien dengan perubahan status respiratori
e)   Komponen yang akan dilakukan pemeriksaan gas darah berupa: pH,
PaCO2, PaO2, dll.
 

DAFTAR PUSTAKA

2.BukuAjarKeperaawatanMedikalBedah (terjemahan).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


pirologi (Respiratory Medicine).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Air-Elektrolit dan Asam-Basa.2008.Jakarta: Balai Penerbit FKUI
boratorium Klinik . Bandung: Yrama Widya Supomo, Kuncoro. 1995. Analyzer Blood Gas. Jakarta: D-Medika Raslan, Widodo. 1998. Analisa Ga

27

Anda mungkin juga menyukai