Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA KLINIK

KOLESTEROL

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Syarat Tugas Mata Kuliah Kimia Klinik

Dosen Pengampu :
Hj. Nurul Qomariyah, S. Pd., M. Pd

Oleh : Kelompok 7
1. Hannung Firman Yustika (P1337434121005)
2. Wildan Amirul Baldi (P1337434121043)
3. Happy Ika Nur Avivah (P1337434121050)

DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan Karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini dibuat
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Klinik yang berjudul ”KOLESTEROL”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun akan selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Semarang, 23 Februari 2023

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kolesterol adalah suatu komponen dari lemak atau lipid sebagai bagian dari
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Secara terus-menerus kolesterol ini akan
disintesis dan dibentuk di dalam hati (liver). Kolesterol dalam darah yang berasal dari
hasil sintesis di dalam hati sebanyak 70%, sedangkan 30% berasal dari makanan yang
dikonsumsi (Anies, 2015). Menurut Graha, (2010) kolesterol total dalam darah
menujukkan jumlah antara HDL (Hight Density Lipoprotein) kolesterol, LDL (Low
Density Lipoprotein) kolesterol, serta Trigliserida. Kadar kolesterol total pada
manusia normalnya kurang dari 200 mg/dl, namun jika melebihi nilai tersebut maka
akan beresiko terjadinya penyakit jantung coroner (PJK).
Pola makan dan pola hidup yang salah berakibat banyaknya orang yang
masalah kesehatannya kebanyakan tentang tingginya kadar kolesterol di dalam darah,
yang disebut juga sebagai hiperkolesterolemia. Sebagian besar saat adanya kasus
penyakit jantung coroner (PJK) dan stroke disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol
dalam darah (hiperkolesterolemia) diawali dengan terbentuknya endapan yang disebut
aterosklerosis.
Menurut Kumar, (2012) Sebelum terjadinya peningkatan kadar kolesterol
dalam darah dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut, majemen diet, modifikasi
perilaku pola hidup sehat, olahraga secara teratur dan melakukan terapi obat. Secara
klinis obat yang berasal dari farmakologi sefektif digunakan untuk mengurangi kadar
kolesterol dalam darah, namun obat-obatan yang digunakan cenderung mahal dan
semua orang belum tentu membeli obat-obatan dengan harga yang mahal.

1.2 RumusanMasalah
1. Bagaimana Kadar Kolesterol tinggi menjadi penyakit dalam tubuh?
2. Bagaimana proses metabolisme kolesterol dalam tubuh ?
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol total?
4. Jenis jenis pemeriksaan kolesterol?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui adanya kadar kolesterol tinggi dapat menyebabkan adanya penyakit
dalam tubuh
2. Mengetahui proses metabolisme yang berlangsung di dalam tubuh manusia
3. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol total dalam tubuh
4. Mengetahui apa saja pemeriksaan kolesterol yang dapat dilakukan dalam
laboratorium

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kolesterol
Kolesterol adalah satu bagian dari komponen lemak atau zat lipid, sedangkan
lemak merupakan sebagai salah satu zat gizi yang diperlukan oleh tubuh kita selain
zat-zat yang lainnya, seperti karbohidrat, protin, vitamin dan mineral. Lemak dalam
tubuh kita menjadi sumber energi yang menyumbangkan kalori yang paling tinggi.
Selain itu, lemak atau kolesterol sendiri merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh
dan mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Kadar kolesterol yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya proses
aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah) berlangsung. Aterosklerosis ditandai
timbungnya kondisi inflamasi kronis dan perjalanan adanya penyakit yang
disebabkan lipid, komponen dinding vascular, system imun dan tromosis. Dari
berbagai penelitian biokimia, epidemiologi ataupun eksperimental menyatakan
bahwa kolesterol memegang peranan yang penting terhadap terbentuknya
asteroklerosis. Konsentrasi LDL (Low Density Lipoprotein) yang tinggi dalam
darah memulai terbentuknya aterosklerosis.

2.2 Metabolisme Kolesterol


Kolesterol yang berasal dari makanan yang dikonsumsi berupa kolesterol
bebas dan kolesterol ester. Kolesterol ester selanjutnya akan dihidrolisis oleh
kolesterol esterase menjadi kolesterol yang berada dalam usus. Dari usus kolesterol
akan melalui proses absorpsi dan diteruskan kedalam kilomikrom yang terbentuk
dalam mukosa kemudian diangkut menuju hati. Dari hati, kolesterol akan dibawa
VLDL untuk pembentukan LDL dengan perantara IDL (Intermediate Density
Lipoprotein). LDL ini yang akan menyebarkan kolesterol keseluruh tubuh, tetapi
jika keadaan kadar kolesterol dalam darah berlebih maka HDL darah yang bertugas
untuk membawa kelebihan kolesterol tersebut menuju hati untuk dilakukan
metabolisme Kembali dan kemudian melalui sirkulasi darah dalam tubuh hasil
metabolisme kolesterol akan disebarkan keseluruh tubuh.
Kilomikron yang disebut merupakan suatu mantel protein sebagai tempat
penyimpanan kolesterol yang berasal dari makanan kemudian diserap oleh usus
halus dan masuk ke sirkulasi darah (Poedjiaji, 2007)

2.3 Faktor-Faktor Kadar Kolesterol Total


Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi merupakan masalah yang serius
karena sebagai salah satu factor resiko berbagai macam penyakit tidak menular
seperti jantung, stroke dan diabetes mellitus. Berikut, factor-factor yang
mempengaruhi kadar kolesterol total yaitu, pola makan tinggi serat, pola makan
tinggi lemak, kebiaasan merokok, jenis kelamin, obesitas dan aktifitas fisik.

a. Pola Makan Tinggi Serat


Turunnya absorpsi lemak dan kolesterol dibantu oleh makanan yang
mengandung banyak serat. Dalam beberapa penelitian ditunjukkan bahwa diet
serat dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah hingga 10% pada
penderita hiperkolesterolemia dengan cara konsumsi makanan tinggi serat
seperti, kacang polong dan kacang tanah. Selain itu, serat bersifat larut dalam
air difermentasi dalam usus besar menghasilkan asam-asam lemak yang
berantai pendek kemudian dapat menghabiskan sintesis kolesterol hati.

b. Pola Makan Tinggi Lemak


Makanan tinggi lemak menjadi penyebab paling utama meningkatnya
kadar kolesterol total yang berada dalam darah. Makanan tinggi lemak
meliputi sumber makanan lemak hewani (daging sapi, ayam goreng, daging
kambing, ikan mujair, jeroan sapi, ayam, telur ayam dan telur bebek), dan
produk olahan antara lain (lemak babi, margarine, mentega, gorengan, santan,
cokelat batang, es krim dan susu).
Menurut Sastriamidjojo, menyatakan jika mengkonsumsi makanan
yang tinggi lemak dan kolesterol akan menyebabkan meningkatnya kadar
kolesterol total dan kadar LDL. Hati memiliki kadar kolesterol yang cukup
dan akan menghentikan pengambilan LDL karena dapat meningkatkan kadar
kolesterol total. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurrahmani
menyebutkan bahwa orang yang melakukan pola makan dengan kandungan
kadar lemak jenuh yang tinggi memiliki resiko kadar kolesterolnya tinggi.
Lemak jenuh (biasanya ditemukan pada daging, mentega, keju dan krim) dapat
menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol LDL dalam darah.

c. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok adalah salah satu peningkatan kolesterol dalam
darah. Dalam rokok terkandung bahan dasar zat kimia berbahaya bagi
Kesehatan. Pada satu batang rokok didalamnya terdapat sekitar 4.000 jenis
bahan kimia, 40% nya merupakan zat beracun. Zat kimia yang paling bahaya
terutama nikotin, tar, hidrokarbon, karbon monoksida, dan logam berat dalam
asap rokok. Zat-zat kimia tersebut dapat menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol jahat LDL (Low Density Lipoprotein) dan penurunan kadar
kolesterol baik HDL (High Density Lipoprotein). Ditemukan kadar LDL pada
orang yang merokok tinggi yang dapat diartikan bahwa lemak yang berasal
dari hati justru dibawa Kembali menuju jaringan tubuh dan dapat
mengakibatkan adanya penyempitan pada pembuluh darah coroner sehingga
akan menyebabkan timbulnya penyakit jantung coroner.

d. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu factor yang berhubungan dengan
meningkatnya kadar kolesterol dalam darah. Wanita akan memiliki kadar
kolesterol yang rendah pada masa reproduksi karena memiliki hormone
esterogen, sedangkan pada masa menopause kadar kolesterolnya akan
mengalami peningkatan menyamai pria. Pada penelitian disebutkan prevalensi
terjadinya hiperkolesterolemia pada wanita di Indonesia cenderung lebih
banyak daripada pada pria saat usia sudah memasuki 55 tahun ke atas.

e. Obesitas
Obesitas adalah kondisi antara tinggi badan dan berat badan tidak
seimbang yang diakibatkan oleh berlebihannya jumlah jaringan lemak dalam
tubuh, pada umumnya jaringan lemak berlebih ini disimpan dalam jaringan
subkutan, sekitar organ tubuh dan tak jarang terjadi infiltrasi kedalam organ
tubuh.
Dalam penelitian yang dilakukan Wira (2006) disebutkan bahwa
obesitas berhubungan dengan tekanan darah, kadar glukosa darah, kadar
trigliserida yang tinggi, kadar kolesterol dan kadar adiponectin. Jika obesitas
pada tubuh terjadi dalam periode waktu tertentu, maka kilo kalori yang masuk
yang dibawa oleh makanan akan lebih beresiko menyebabkan terjadinya
hiperkolesterolemia yaitu terjadinya gangguan system metabolic.
Metabolisme kolesterol yang normal akan berjalan jika kebutuhan
jumlah kolesterol di dalam darah cukup dan tidak melebihi jumlah normal
yang dibutuhkan. Tetapi pada kasus obesitas dapat mengalami gangguan pada
regulasi asam lemak yang digunakan untuk meningkatkan kadar trigliserida
dan ester kolesteril (Brunner, 2007; Sniderman, 2007). Orang dengan berat
badan yang berlebih biasanya memiliki kadar kolesterol darah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan orang dengan berat badan yang normal.
Kolesterol dalam darah meningkat juga dapat disebabkan oleh naiknya
kolesterol yang terdapat pada VLDL (Very Low Density Lipoprotein) dan LDL
(Low Density Lipoprotein) sekunder karena adanya peningkatan oleh
trigliserida dalam jumlah besar pada sirkulasi apabila terjadi penumpukan
lemak yang berlebih di dalam tubuh (Santos, 2005; Th ais, 2011).

f. Aktivitas fisik
Penelitian Raul (2009) menyebutkan bahwa tingkat aktivitas memiliki
hubungan pada kadar kolesterol total. Aktivitas fisik teratur akan mendorong
peningakatan aktivitas enzim lipoprotein lipase (LPL) dan aktivitas enzim
hepatic lipase akan mengalami penurunan. Lipoprotein lipase akan membantu
pemindahan LDL dari darah menuju hati, yang kemudian akan dirubah
menjadi empedu atau disekresikan sehingga mengakibatkan kadar LDL dan
kadar kolesterol menurun.

2.4 Pemeriksaan Kolesterol


a. Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif
maupun kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya
(Hasibuan, 2015). Metode spektrofotometri yang digunakan adalah berdasarkan
absorbsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang
mengandung zat yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses tersebut disebut
absorbsi spektrofotometri, dan jika panjang gelombang yang digunakan adalah
gelombang tampak, maka disebut sebagai kolorimetri, karena memberikan warna.
Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri juga menggunakan panjang
gelombang ultraviolet dan inframerah. Prinsip kerja metode spektrofotometri adalah
jumlah cahaya yang diabsorbsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi zat dalam
larutan. Prinsip ini dijabarkan dalam hukum Lambert-Beer, yang menghubungkan
antara absorbansi cahaya dengan konsentrasi pada suatu bahan yang mengabsorbsi
(Lestari, 2010).
Spektrofotometer terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorbsi. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang. Fotometer filter dari berbagai warna yang memiliki spesifikasi
melewatkan trayek pada panjang gelombang tertentu (Gandjar, 2007). Fotometer
yaitu instrumen laboratorium klinik yang digunakan untuk pemeriksaan sampel
cairan tubuh manusia dengan menangkap cahaya atau interaksi cahaya yang
ditransmisikan atau pengukuran berdasarkan cahaya dengan sumber radiasi
elektromagnetik. Fotometer merupakan instrumen yang digunakan di laboratorium
dengan menggunakan sampel klinis seperti serum atau plasma. Prinsip fotometer
yaitu pengukuran penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang
gelombang tertentu dengan larutan atau zat warna yang dilewati (Mengko, 2013).
Metode spektrofotometri memiliki beberapa macam perangkat yang digunakan
untuk melakukan suatu pemeriksaan yaitu, sumber cahaya, monokromator, detektor
dan kuvet. Sumber cahaya pada spektrofotometer haruslah memiliki pancaran
radiasi yang stabil dan intensitas tinggi. Ultra violet dekat dan infra merah dekat
adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfran (tungsten)
lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang yang
dimiliki oleh metode spektrofotmetri adalah 350- 2200 nm (Hasibuan, 2015)
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menggerakkan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang berbeda (terdispersi). Detektor berfungsi memberikan respon
terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang, detektor akan mengubah
cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data
dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital. Konsentrasi transmiten larutan
sampel yang diukur ditentukan menggunakan hukum LambertBeer (Hasibuan,
2015). Spektrofotometri memiliki beberapa keuntungan yaitu memiliki sensitivitas
dan selektivitas tinggi, pengukuran mudah, kinerja spektrofotemetri cepat.
Kekurangan spektrofotometri adalah memiliki ketergantungan pada reagen yang
memerlukan tempat khusus dan membutuhkan biaya yang cukup mahal (Rahman,
2005). Hasil pemeriksaan menggunakan spektrofotometri dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti suhu, kelembaban, waktu pembacaan dan cahaya. Fotometer
diletakkan pada ruangan yang memiliki suhu ± 20o - 30o C dan kelembaban 45% -
65% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Waktu pembacaan untuk
pemeriksaan kolesterol sesuai dengan waktu inkubasi yaitu 37° C selama 5 menit,
waktu pemeriksaan menggunakan fotometer tidak boleh lebih dari 1 jam karena
dapat berpengaruh terhadap hasil (Misbahri dan Eka, 2014). Sistem pencahayaan
merupakan hal utama pada fotometer dan apabila cahaya lain masuk ke dalam
kuvet, maka akan menambah jumlah cahaya yang lain. Sumber listrik harus dijaga
tegangannya agar fungsi lampu tahan lama dan stabil (Hasibuan, 2015).

b. POCT (point of care testing)

Metode POCT didefinisikan sebagai pemeriksaan uji diagnostik yang


berdekatan dengan perawatan penderita. POCT secara lebih luas dinyatakan sebagai
uji laboratorium yang dilaksanakan oleh petugas (personal) yang berlatar belakang
pendidikan bukan laboratorik klinis atau dilakukan oleh penderitanya sendiri
(Kahar, 2006). Pemeriksaan POCT menggunakan biosensor yang menghasilkan
teknologi muatan listrik dari interaksi kimia antara zat tertentu dalam darah
(misalnya kolesterol) dan elektroda strip. Perubahan potensial listrik yang terjadi
akibat reaksi kedua zat tersebut akan diukur dan dikonversi menjadi angka yang
sesuai dengan jumlah muatan listrik yang dihasilkan. Angka yang dihasilkan dalam
pemeriksaan dianggap setara dengan kadar zat yang diukur dalam darah (Akhzami,
dkk, 2016). Pemeriksaan kolesterol darah total menggunakan metode POCT terdiri
dari alat meter kolesterol darah total, strip test kolesterol, darah total dan autoclick
lanset (jarum pengambil sampel). Alat meter kolesterol adalah alat yang digunakan
untuk mengukur kadar kolesterol darah total berdasarkan deteksi elektrokimia
dengan dilapisi enzim cholesterol oxidase pada strip membran (Kemenkes, 2010).

Kelebihan metode POCT yaitu reagen terjangkau, kemudahan pengadaan


instrumen, penggunaan instrumen yang praktis, sampel yang digunakan sedikit, dan
hasil diketahui dengan cepat, serta penggunaan instrumen dapat dilakukan secara
mandiri. Kekurangan metode POCT yaitu jenis pemeriksaan terbatas, akurasi dan
presisi kurang baik dan belum ada standar, proses quality control belum baik, serta
biaya pemeriksaan lebih mahal (Pertiwi, 2016). Hasil pemeriksaan menggunakan
POCT dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, kadar hemotokrit, intervensi
zat lain (vitamin C, lipid, bilirubin, hemoglobin), kelembaban dan suhu (Louie et.
al, 2000). Hemotokrit tidak boleh di bawah 35% dan di atas 50% karena apabila
hemotokrit di bawah 35% maka Hb menurun dan menyebabkan darah menjadi
encer dan apabila hemotokrit di atas 50% maka Hb meningkat yang menyebabkan
darah menjadi kental sehingga dapat mempengaruhi hasil (Suwandi, dkk, 2010).
Sampel yang akan digunakan pada pemeriksaan kadar kolesterol metode POCT
tidak boleh memiliki kadar vitamin c lebih dari 5 mg/dL. Strip yang digunakan pada
pemeriksaan kadar kolesterol metode POCT disimpan pada suhu 4° C - 30° C,
jangan simpan strip pada freezer. Hindari dari sinar matahari dan panas.
Pemeriksaan metode POCT tidak direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan
pada ketinggian 800 kaki di atas permukaan laut karena hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan (Burtis dan Anshwood, 1999).
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai