Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MYCOPLASMA

Disusun Oleh :
Riski Nur Arifiani P.N. 17030244063 / Biologi 2017E

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mycoplasma adalah mikroorganisme unisel yang sangat mirip
kerjanya dengan bakteri kecuali ukurannya yang lebih kecil dan tidak
memiliki dindinng sel peptidoglikan. Contoh penyakit pada manusia yang
disebabkan oleh mikoplasma adalah Mycoplasma pneumonia (Hata, 1990).
Mycoplasma pneumoniae merupakan salah satu penyebab infeksi
saluran nafas akut (ISNA) yang sering terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda. Di negara berkembang termasuk Indonesia penyebab pneumonia
yang paling sering ditemui yang disebabkan oleh bakteri, sedangkan di
negara maju seringkali disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae. Sekitar
30% dan semua pneumonia pada penduduk secara umum disebabkan oleh
M. pneumoniae. Di negara kita laporan mengenai infeksi M.pneumonia
sebagai salah satu penyebab infeksi saluran nafas akut masih sangat jarang.
Ini mungkin karena kita masih terlalu disibukkan oleh tugas
penanggulangan penyakit infeksi bakterial.
Pada akhir tahun 1930 ditemui adanya grup pneumonia yang
digambarkan tidak menyerupai bakteri tipikal dari pneumonia, karena
penyebab dari pneumonia ini tidak diketahui. Gambaran radiologis paru
yang tidak spesifik dan angka mortalitas yang rendah, membedakan kasus
ini dari pneumonia bakterial sehingga disebut Pneumonia Atypical Primer
(PAP.). Pada dekade lanjut setelah obat sulfa dan penisilin digunakan
sebagai pengobatan. terhadap pneumonia bakterial, ternyata pneumonia
atipikal ini kurang respon terhadap obat tersebut. Baru pada tahun 1940
terungkaplah penyebab dari pneumonia atipikal ini, setelah diisolasi oleh
Eaton dkk, ditemukannya kesamaan dengan yang menyebabkan
Pneuropneumonia pada ternak. Maka sejak saat itu disebut namanya Eaton
Agent atau Pleuro Pneumonia Like Organisme. Chanock dkk tahun 1969
berhasil mengisolasi penyebab pneumonia ini yang menunjukkan bahwa
mikro organisme ini termasuk famili Mycoplasmatacea dari Class
Mollicutes dan sejak saat itu disebut Mycoplasma Pneumonia (Baum,
1985). Ada dua jenis Mycoplasma yang menyebabkan penyakit pada
manusia yaitu Mycoplasma pneumonia yang menyebabkan penyakit pada
saluran nafas dan Mycoplasma urealyticum yang menyebabkan infeksi pada
saluran genitalia (Mansel, 1989).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengajukan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah itu Mycoplasma pneumoniae?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan makalah ini:
1. Mengetahui pengertian Mycoplasma pneumoniae.
BAB II

PEMBAHASAN
Karakteritik umum
Asal mula mikoplasma tidak diketahui dengan jelas. Genom terkecil
mikoplasma lebih kecil daripada dua kali genom virus besar tertentu. Mikoplasma
adalah organisme terkecil yang dapat hidup bebas di alam dan bereplikasi sendiri
pada medium laboratorium. Bakteri ini mempunyai karakteristik umum sebagai
berikut:
1. Ukuran terkecil mikoplasma yaitu 125-250 nm
2. Mikoplasma sangat pleomorfik karena dinding selnya tidak kaku dan
dilapisi tiga lapis membran unit yang mengandung sterol (mikoplasma
memerlukan tambahan serum atau kolesterol ke dalam medium agar dapat
menghasilkan sterol untuk pertumbuhannya)
3. Mikoplasma sangat resisten terhadap penisilin karena pada dinding selnya
tidak terdapat struktur tempat penisilin beraksi, tetapi mikoplasma dihambat
oleh tetrasiklin atau eritromisin.
4. Mikoplasma dapat bereproduksi dalam media bebas sel; pada agar, pusat
keseluruhan koloni melekat di bawah permukaanya
5. Pertumbuhan dihambat oleh antibodi yang spesifik
6. Mikoplasma mempunyai afinitas untuk membran sel mamalia

Klasifikasi

Kingdom : Bacteria
Divisi : Tenericutes
Class : Mollicutes
Order : Mycoplasmatales
Family : Mycoplasmataceae
Genus : Mycoplasma
Spesies : Mycoplasma pneumoniae
(Somerson et al., 1963)

4
Morfologi dan Identifikasi

A. Ciri Khas Organisme


Mikoplasma tidak dapat dipelajari dengan metode bakteriologi biasa karena
ukuran koloninya yang kecil dan plastisitas serta kehalusan sel-selnya (karena
dinding selnya tidak kaku). Pertumbuhan dalam medium cair menghasilkan banyak
bentuk yang berbeda. Pertumbuhan pada medium padat terutama terdiri dari
protoplasmik plastis dengan bentuk yang tidak pasti yang dapat dengan mudah
mengalami perubahan. Struktur-struktur ini memiliki ukuran yang sangat
bervariasi, diameternya berukuran mulai dari 50 sampai 300 nm. Morfologinya
tampak berbeda-beda, tergantung pada metode pemeriksaanya (misalnya lapangan
gelap, imunofluoresensi, film pewarnaan Giemsa dan medium padar, cair dan
fiksasi agar).

B. Biakan
Mikoplasma dapat tumbuh pada heart infusion peptone broth dengan agar
2% (pH 7,8) dengan tambahan 30% cairan manusia/ serum hewan (kuda atau
kelinci) dan diinkubasi pada suhu 37◦C selama 48-96 jam. Selama inkubasi 2-3 hari
mungkin tidak terjadi kekeruhan, walaupun demikian pewarnaan Giemsa pada
endapan dari medium pertumbuhan mikoplasma yang disentrifugasi akan

Koloni Mycoplasma M. Pneumonia


M.pneumoniae pneumonia M129 pada mikrograf
pada medium yang diisolasi elektron
pengkaya yang dari pasien
ditambah serum pneumonia
kuda dan ekstrak
yeast

5
menunjukkan struktur yang pleomorfik dan subkultur pada medium pada
menjukkan adanya koloni yang kecil dibawah permukaanya. Setelah 2-6 hari pada
difasik (air daging diatas agar) pada cawan Petri mempunyai ukuran 20-500 µm,
bulat, permukaan granular dan dapat disubkultur dengan memotong sepetak kotak
kecil kemudian diinokulasikan ke medium cair.

C. Sifat Resistensi
Mikoplasma dapat melewati membran filter bakteri dengan pori-pori 450
nm sehingga mikoplasma sebanding dengan klamidia atau virus besar. Mikoplasma
resiten terhadap talium asetat, yang dapat digunakan untuk menghambat bakteri.
Mikoplasma juga resisten terhadap penisilin. Banyak mikoplasma menggunakan
glukosa sebagai sumber energi.

Struktur Antigen

Banyak spesies mikoplasma yang secara antingenik dapat dibedakan dari


binatang dan manusia. Spesies diklasifikasikan dengan gambaran biokimia dan
serologik. Antingen CF mikoplasma adalah glikolipid. Antingen untuk uji Elisa
adakah protein. Beberapa spesies mempunyai lebih dari satu serotipe.

Epidemiologi

Infeksi Myoplasma pneumonia dapat dijumpai di seluruh dunia dan bersifat


endemik. Prevalensi kasus yang paling banyak dijumpai biasanya pada musim
panas sampai ke awal musim gugur yang dapat berlangsung satu sampai dua tahun.
Infeksi tersebar luas dan satu orang ke orang lain dengan percikan air liur (droplet)
sewaktu batuk. Itulah sebabnya infeksi kelihatan menyebar lebih mudah antara
populasi yang padat manusianya misalnya di sekolah, asrama, pemukiman yang
padat dan kompleks militer. Penelitian surveilans menemukan dalam satu keluarga
dengan tiga anak berturut-turut masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan gejala
respiratorik yang mana sebelum masuk RS telah mendapat pengobatan Ampisilin
tapi tidak menunjukkan adanya perbaikan. Setelah pemeriksaan serologik ditemui
kenaikan empat kali atau lebih titer antibodi fiksasi komplemen untuk Mycoplasma
pneumoniae pada ketiga anak tersebut. Masa inkubasi penyakit ini relatif lama kira-

6
kira 2-3 minggu, itulah sebabnya biasanya dalam beberapa anggota keluarga tidak
terjadi sakit dalam waktu yang bersamaan. Biasanya penyakit ini akan memakan
waktu yang lama. M.pneumonia yang sudah lama berada pada host yang telah
terinfeksi ini mungkin merupakan suatu faktor penting juga dalam penyakit
epidemik yang disebabkan oleh organisme ini.

Patologi
Baru sedikit informasi yang diperoleh mengenai gambaran histopatologi
infeksi Mycoplasma pneumonia ini pada manusia, penyakit ini jarang menyebabkan
kematian. Pada beberapa kematian yang telah pernah dilaporkan ditemui gambaran
interstitial pneumonia dan bronkiolitis yaitu penebalan dinding bronkus karena
edema, penyempitan pembuluh darah dan infiltrat dari sel mononuklear. Adanya
hiperemis pada cabang trakeobronkial dan paru pada umumnya dan pada trakea
terlihat penurunan yang jelas dari aksi silia dan diikuti dengan hilangnya silia dan
kemudian terkelupasnya sel epitelnya.

Patogenese
Peranan imunitas (kekebalan) tubuh manusia pada patogenese mikopalsma
ini masih banyak yang belum jelas. Beberapa penelitian te1ah mernperlihatkan
bahwa anak yang kecil mungkin telah pernah terinfeksi M.pneumoniae, tetapi tidak
menunjukkan gejala klinis. Ini oleh karena antigen antibodi yang menimbulkan
infiltrat kurang intensitasnya, sehingga kalau reaksi yang sangat lemah ini tidak
menimbulkan gejala klinik. Tetapi apabila terjadi infeksi yang berulang akan
menyebabkan akumulasi imunitas yang sehingga gejala klinis akan nampak jelas.
Studi epidemiologi membuktikan bahwa anak yang lebih kecil dari 5 tahun, apabila
terinfeksi M.pneumoniae jarang menimbulkan gejala klinis walaupun mempunyai
antibodi yang beredar, tapi limfosit yang beredar itu tidak dapat distimulir oleh
antigen M.pneumoniae, sebaliknya anak umur 5 lebih selain mempunyai antibodi
limfosit yang beredar, juga mempunyai limfosit yang respon terhadap antigen
M.pneumoniae spesifik. Respon imun yang khas ditimbulkan yakni respon imun
yang spesifik dan non spesifik. Respon imun yang non spesifik yaitu Antibodi
Aglutinin dingin, antibodi fiksasi komplemen, dan respon imun yang spesifik yaitu

7
pembentukan respon imun humoral dan respon imun selular. Teknik diagnostik
secara serologik pada umumnya terjadinya respon imun non spesifik.

Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis infeksi M.pneumonia sangat bervariasi dari yang ringan
sampai berat bahkan ada yang dapat menimbulkan kematian tapi hal ini sangat
jarang terjadi. Infeksi M.pneumonia diklasifikasi sebagai infeksi yang sangat ringan
atau sub klinis dan manifestasi klinik. Sedangkan infeksi yang berat dapat
menimbulkan bermacam manifestasi atau komplikasi baik respiratorik maupun non
respiratorik. Diantara yang terkena infeksi M. pneumonia hanya kira-kira 5-10%
yang perlu opname di Rumah sakit. Paru- paru merupakan tempat infeksi yang
utama. Penyakit ini termasuk Self limited, tapi pada keadaan tertentu atau adanya
immunodefisiensi dapat mengalami komplikasi yang berat jika tidak dilakukan
pengobatan dengam segera. ISNA berakhir (sembuh) 1-3 minggu dan mikoplasma
dapat menetap sampai 4-6 minggu. Tapi dengan pengobatan yang cepat dan tepat
dapat memperpendek manifestasi klinik, kira- kira setengah kali lebih cepat. Gejala
yang umum pada infeksi ini yaitu nyeri kepala, malaise, demam. Penderita yang
mengalami demam juga disertai batuk yang bersifat paroxismal dan non produktif
serta biasanya menjadi prominen 2 atau 3 hari setelah demam. Keadaan ini sering
memerlukan obat batuk untuk menekan batuknya. Batuk ini dapat mengeluarkan
sputum yang encer berwarna putih, tapi jarang terjadi sputum yang purulent.
Malaise kira-kira 75% dari penderita dan sakit kepala sering terjadi. Beberapa
pasien juga ada yang mengeluh sakit dada, pilek, serak dan gemetar. Infeksi saluran
nafas atas juga dapat menyertai infeksi M.Pneumonia yaitu Faringitis hampir 50%
dari penderita. Infeksi telinga kira-kira 20% terdiri dari otitis media, otitis externa
dan bullous myringitis, semua keadaan ini telah pernah dijumpai berhubungan
dengan infeksi M.pneumonia atau kira-kira 1/4 – 1/2 dari pasien yang menderita
M.pneumonia akan selalu mcnderita demam ditambah infeksi saluran nafas atas
disertai myringitis, faringitis, bronkitis atau kombinasi ketiganya. Pada
pemeriksaan fisik (auskultasi) ditemui ronki basah hampir pada 75% dari kasus
yang biasanya terdapat di sebelah bawah paru kanan. Insidens asma yang
meningkat pada infeksi M.pneumonia diduga bahwa M.pneumonia berpengaruh

8
terhadap tonus bronkus yang menyebabkan bronkokonstriksi. Jadi dengan
seringnya infeksi yang berulang dari M.pneumonia ada kemungkinan bahwa
organisme ini dapat berperan dalam menimbulkan problem baru yang kronis.

Komplikasi
Penyebaran dari infeksi di dalam paru-paru adalah Pleural effusi ringan
merupakan komplikasi pulmonaI yang paling sering. Komplikasi yang berat dapat
terjadi pada keadaan tertentu tapi jarang, misalnya SwyerJames Syndrom atau Mc
Leod Syndrom, massive pleural effusi, Pulmonari fibrosis, Bronkiolitis obliterans
dan Respiratori distress syndrom pada dewasa5 yang dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi extra pulmonal biasanya terjadi sebagai komplikasi dan penyakit
pulmonal, tapi pada beberapa kasus tidak ditemui gejala pneumonia. Di sini
diagnosa ditegakkan hanya dengan pemeriksaan kultur yang positif dari
M.pneumonia atau adanya kenaikan empat kali atau lebih dari titer antibodi
komplemen fiksasi terhadap M.pneumonia.

Gastrointestinal
Komplikasi gastrointestinal jarang, gejala yang ringan dapat berupa diare,
mual, muntah dan anoreksia. Beberapa penelitian menujukkan adanya kasus dengan
hepatomegali dan hepatosplenomegali.
Kulit
Komplikasi pada kulit jarang, dan biasanya bersifat sementara, terlihat rash
yang bervariasi dari makular, vesikular sampai eritema multiforme mayor (Stevens
Johnson Syndrom). Beberapa pasien dengan M.pneumonia mendapat lesi yang
melepuh pada mulut, mata dan kulit laporan kasus adanya dijumpai lest bullous
pada seluruh muka, telapak tangan dan kaki, bibir yang edema dan pecah-pecah
yang berdiameter antara 3 mm- 4 cm.Umumnya, lesi ini akan sembuh sempurna
tanpa meninggalkan cacat apabila diobati dengan baik, tetapi apabila lesi sudah
mengenai kornea dapat menyebabkan kebutaan. Stevens-Johnson Syndrom sering
disebabkan oleh reaksi allergi obat, akan tetapi apabila hal ini terjadi pada anak-
anak dan dewasa muda yang manifestasi kliniknya mermnjukkan pneumonia, maka
hal ini dapat menolong mengkonfirmasi diagnosa klinis M.pneumonia. Raynold

9
phenomenon dapat terjadi pada penderita M.pneumonia. hipotesa yang mengatakan
bahwa titer yang tinggi dari Aglutinin dingin dapat menyebabkan trombus pada
mikro sirkulasi dari ujung jari ketika terkena dengan udara dingin, sehingga
menimbulkan warna pucat dan terasa sakit pada ujung jari tersebut. Darah
Hemolitik anemi dapat terjadi pada pasien yang mempunyai titer Aglutinin dingin
yang sangat tinggi, yang menyebabkan hemolisa yang cepat dan berat. Penurunan
angka hematokrit sampai 50%, keadaan ini dapat terjadi pada minggu ke 2-3 dari
perjalanan penyakitnya.
Neurologi
Aseptik meningitis, meningoencephalitis, Guillen Barre Syndrom tapi
komplikasi ini jarang ditemui. Warren melaporkan kasus Poliomyelitis dengan
adanya peninggian titer Aglutinin dingin dan Antibodi komplemen fiksasi terhadap
M.pneumonia. Ataksia cerebellar yang berat pernah dijumpai pada M.pneumonia.

Kardiovaskular
Komplikasi kardiovaskular jarang dijumpai, tapi perikarditis, miokarditis,
rheumatic fever-like syndrom pernah dijumpai tapi biasanya dapat sembuh tanpa
menimbulkan sequele.
Muskuloskeletal
Artralgia merupakan komplikasi yang sering pada Muskulosketal,
sedangkan artritis adalah kompIikasi yang paling jarang terjadi. Apabila keadaan
ini terjadi maka artritis. akan berlanjut lebih lama, sedangkan manifestasi klinik
yang lain sudah menghilang.

Diagnosa
Secara umum kita akan curiga adanya infeksi M.pneumonia apabila
ditemui:

 Pneumonia pada anak usia sekolah dan dewasa muda terutama dengan batuk
paroximal sebagai gejala awal.
 Penderita dengan gejala kIinik sesuai dengan Pneumonia tapi tidak memberi
respon terhadap pemberian Antibiotika golongan Penicillin.
 Pneumonia interstisial yang terjadi pada dewasa muda.

10
 Gejala klinis sesuai dengan gejala Pneumonia, tapi pemeriksaan darah
hitung leukosit normal
Gambaran radiologik paru tidak dapat dibuat sebagai patokan diagnosa, oleh karena
tidak adanya kelainan yang patognomonik tapi apabila dijumpai infiltrat pada lobus
bawah paru kita dapat curiga suatu infeksi M.Pneumonia. Adanya infiltrat pada
lobus bawah paru sekitar 66%, bertentangan dengan gejala klinik yang tidak begitu
menonjol dibandingkan dengan gambaran radiologisnya, tapi gambaran radiologis
ini akan cepat membaik dalam waktu yang relatif singkat kurang dari seminggu.
Pemeriksaan laboratorium, hitung leukosit biasanya dalam batas normal atau
sedikit meninggi. Kultur dari sputum atau hapusan tenggorokan, dengan
menemukan M.pneumonia adalah merupakan diagnosa pasti, tapi hal ini tidak dapat
dilakukan secara rutin oleh karena memakan waktu yang lama, 2-3 minggu baru
ada pertumbuhan kuman, sehingga tidak dapat dipakai sebagai diagnosa untuk
membenkan terapi inisial. Beberapa peneliti mengatakan bahwa pemeriksaan
serologik lebih unggul dibandingkan dengan pemeriksaan isolasi atau kultur. Jadi,
untuk menegakkan diagnosa M. pneumonia dibuat berdasarkan kombinasi gejala
klinis dikonfirmasi radiologi ditambah dengan pemeriksaan serologik. Pemeriksaan
serologik dengan cara mengukur titer antibodi spesifik terhadap M.pneumonia
dalam serum penderita merupakan diagnostik yang cukup sensitif dan spesifik.
Pemeriksaan serologik yang umum dipakai saat ini adalah pemeriksaan terhadap
antibodi IgM spesifik. Antibodi Ig G spesifik, Antibodi f1uoresense, Inhibisi
pertumbuhan, fiksasi komplemen dan Aglutinin dingin. Metode yang dipakai untuk
pemeriksaan serologik ialah Efisa (Enzym linked immunosorbent assay) atau EIA
(Enzym immuno assay).
Kriteria diagnosa serologik adalah :
 Peningkatan empat kali lipat atau lebih dari titer antibodi fikasasi
komplemen terhadap M.pneumnioa
 Titer tunggal sama atau lebih besar dari 1: 160. 12
 Pemeriksaan titer serum biasa digunakan sepasang serum, dimana serum
pertama diambil pada fase akut dan serum kedua pada fase konvalesent.

11
Diagnosa ditegakkan jika titer serum kedua sedikitnya naik dua kali lipat titer
serum pertama. Beberapa peneliti mendapatkan kenaikan titer serum kedua 4 kali
lipat dan titer serum pertama. Jika dijumpai peningkatan titer Aglutinin dingin sama
atau lebih besar dari 1 : 64 dapat menyokong diagnosa, lebih kurang 50% dari
pasien M.Pneumonia akan mengalami kenaikan titer Aglutinin dingin.3,6,15 Har
dkk menjumpai kenaikan titer Aglutinin sampai 78%. Tapi Aglutinin dingin ini
tidak spesifik untuk M.Pneumonia karena dapat positif juga. Pada penyakit lain,
misalnya pada penyakit hemolitik anemi, penyakit liver dan virus lainnya. Diagnosa
cepat untuk M.Pneumonia saat sekarang ini yaitu dengan DNA probe test yang
mempunyai sensitivitas 76% dan sensitivitas 91,7% dibandingkan dengan kultur.

Pengobatan
1. Antibiotika
Ampisilin tidak sensitif terhadap infeksi M.Pneumonia ini, karena
mikroorganisme ini tidak mempunyai dinding sel. Kultur secara invitro
memperlihatkan sensitivitas terhadap Eritromisin dan Tetrasiklin,7 obat ini
merupakan drug of choice untuk M.Pneumonia. Pada anak yang lebih kecil dari 10
tahun obat pilihan adalah eritromisin, sedangkan Tetrasiklin dianjurkan oleh karena
adanya efek samping terhadap anak. Obat ini diberi dengan dosis penuh yaitu 250-
500 mg 4 kali sehari selama 7-10 hari. Secara rinci pengobatan untuk infeksi ini
yaitu
 Dosis Dewasa dengan BB ≥ 26 kg : Tetrasiklin 1000 mg/hari dibagi
4 dosis Eritromisin 1500 mg/hari dibagi 4 dosis
 Anak-anak BB ≤ 25 kg : Tetrasiklin 25 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis
Eritromisin 30-50 mg/kg BB/hari Diberi selama 2 - 3 minggu.
Dengan pemberian obat ini dalam jangka waktu pendek menunjukkan hasil yang
baik dengan menghilangnya manifestasi klinik secara cepat, tapi mikrorganisme ini
bisa tidak segera hilang dari sputum atau hapusan tenggorokan, sehingga dapat
mempengaruhi fungsi paru dikemudian hari. Obat baru saat sekarang ini yang
banyak dipakai adalah Roxytromycin yaitu Antibiotik dari golongan Makrolide
ternyata cukup efektif terhadap M.pneumonia dengan efek samping yang sedikit
dengan pemberian yang sederhana dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari dibagi dalam
2 dosis diberi per ora1, diberikan selama 7-14 hari.6 Steroid dapat diberi bila

12
ditemui komplikasi Stevens-Johnson Syndrom.Pengobatan Simptomatik, yaitu
dengan istirahat, pemberian analgetik/antipiretik, antitussive dan asupan cairan jika
diperlukan.

Prognosa
Infeksi M.pneumonia pada umunya baik. Tetapi beberapa laporan kasus ada yang
fatal dengan adanya immunodefisiensi.

BAB III
KESIMPULAN

13
A. Kesimpulan
Mycoplasma adalah mikroorganisme unisel yang sangat mirip kerjanya
dengan bakteri kecuali ukurannya yang lebih kecil dan tidak memiliki dindinng
sel peptidoglikan. Contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh
mikoplasma adalah Mycoplasma pneumonia (Hata, 1990).

DAFTAR PUSTAKA

14
Jawetz, Melnick dan Adelberg.(2008). Mikrobiologi kedokteran Jilid 23. Penerbit
EGC.Jakarta

Lubis, H.M.(2005). Pneumonia Mikoplasma.Bagian Ilmu kesehatan Anak.FK USU

Murray, P.R., E.J. Baron, M.A. Pfaller, F.C. Tenover, R.H. Yolken (1994) Mannual
of Clinical Microbiology, Sixth Edition. ASM Press.

Wirjodiarjo M., Sigarlaki, Boediman dan Rahajo.(1988) Mycoplasma sebagai


penyebab infeksi saluran nafas akut (ISNA) pada anak . MKI 38, hal 518-
522, 1988

Williams, H.E. (1982). Mycoplasma pneumoniae pneumonia, in Phelan, P.D.,


Court D. Respiratory illness in children. Blackwell scientific Publications
Oxford, pp :53-54,1982

15

Anda mungkin juga menyukai