Oleh:
Riski Nur Arifiani Puspita Ningrum 17030244063
JURUSAN BIOLOGI
2018
A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan praktikum ini adalah
Bagaimana pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan?
B. Tujuan Percobaan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan percobaan dalam praktikum
ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air
terhadap perkecambahan.
C. Hipotesis
Hipotesis yang akan diperoleh dalam laporan praktikum ini adalah
- H1 : Terdapat pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan.
- Ho : Tidak terdapat pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan.
D. Kajian Pustaka
Biji akan menjadi dewasa dalam buah. Setelah buah matang dan biji
dikeluarkan, biasanya biji dalam keadaan dorman untuk waktu yang lama atau
pendek saja. Apabila dormansi ini dapat dihilangkan, maka terbentuk Giberelin dan
Sitokinin yang diperlukan untuk mengungguli efek kerja penghambat
pertumbuhan, sehingga pertumbuhanpun dapat dimulai. Kalau pada sat tersebut
diberi air maka bijipun akan berkecambah.
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan
embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji.
Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan
berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh menjadi akar.
Berdasarkan letak kotiledon pada saat berkecambah, dikenal dua macam
tipe perkecambahan, yaitu hipogeal dan epigeal.
a. Perkecambahan hipogeal
Pada perkecambahan hipogeal, terjadi pertumbuhan memanjang daru
epikotil yang menyebabkan plimula keluar menembus kulit biji dan muncul
diatas tanah. Contoh perkecambahan hipogeal adalah kacang tanah dan
kacang kapri.
b. Perkecambahan epigeal
Pada perkecambahan epigeal, hipokotil tumbuh memanjang, akibatnya
kotiledon dan plumulaterdorong kepermukaan tanah. Perkecambahan
epigeal terjadi pada kacang hijau dan kacang tanah.
Fisiologi Perkecambahan
Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat
membuat makanan sendiri. Pada tumbuhan dikotil embrio mengambil makan dari
kotiledon,sedangkan monokotil dari endosperma. Perkecambahan dimulai dari
penyerapan air kedalam sel-sel. Proses ini merupakan proses fisika.
Proses perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, suhu dan cahaya. Oksigen
dipakai untuk proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi. Perkecambahan
memerlukan suhu yang tepat untuk aktivasi enzim. Perkecambahan tidak dapat
berlangsung dalam suhu yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat merusak enzim.
Pertumbuhan umumnya berlangsung baik dalam keadaan gelap. Perkecambahan
membutuhkan hormo auksin dan hormon ini mudah mengalami kerusakan pada
intensitas cahaya yang tinggi.
Metode pematahan dormansi
Karakteristik Contoh spesies
Alami Buatan
Benih secara fisiologis Fraxinus Pematangan Melanjutkan
belum mampu excelcior, secara alami proses fisiologis
berkecambah, karena Ginkgo biloba, setelah biji pemasakan
embryo belum masak Gnetum disebarkan embryo setelah
walaupun biji sudah gnemon biji mencapai
masak masa lewat-
masak (after-
ripening)
Perkembangan embryo Pterocarpus, Dekomposisi Peretakan
secara fisis terhambat Terminalia spp, bertahap pada mekanis
karena adanya kulit Melia volkensii struktur yang
biji/buah yang keras keras
- Kuantitas cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan
pada biji-biji yang positively photoblastic (perkecambahannya
dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan
dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang
bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh
cahaya).
Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam
gelap untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif
terhadap cahaya, dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang
bersifat negatively photoblastic menjadi photodormant jika dikenai
cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan dengan temperatur rendah.
c. Photoperiodisitas
E. Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel yang terdapat pada percobaan ini adalah
1. Variabel manipulasi :
- Lama perendaman (4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan tanpa perendaman).
2. Variabel kontrol :
- Jumlah Biji .
- Media tumbuh.
- Jumlah penyiraman air.
3. Variabel respon :
- Perkecambahan biji (banyaknya biji yang berkecambah)
F. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional dari variabel-variabel penelitian adalah sebagai
berikut:
- Jenis biji yaitu biji tomat (Solanum lycopersicum), media tumbuh sama
yaitu menggunakan kapas, jumlah penyiraman air dengan perlakuan yang
sama. Diberi perlakuan lama perendaman yang berbeda yaitu 4 jam, 3 jam,
2 jam, 1 jam dan tanpa perendaman. Sehingga hal tersebut berpengaruh
pada perkecambahan biji kacang hijau.
G. Alat dan Bahan
Alat – alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain, cawan petri
atau toples, kertas saring, kapas, gelas kimia dan gelas ukur. Sedangkan bahan
– bahan yang diperlukan antara lain, biji tomat sebanyak 50 buah, dan air suling
H. Rancangan Percobaan
Biji tomat
Direndam selam 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam, dan tanpa direndam. Masing-masing 50 biji
ditanam dalam waktu yang bersamaan pada cawan petri yang sudah dialasi kapas basah.
diamati selama 1 minggu dan dihitung berapa banyak yang berkecambah atau tumbuh.
4 0 5 7 10 8 6 9 90% 12,22
3 0 0 3 2 5 10 7 54% 6,66
2 0 1 9 11 8 5 6 80% 10,5
1 0 0 3 5 4 9 7 56% 7,05
0 0 0 2 0 3 1 4 20% 3,75
Dari tabel di atas, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa Pengaruh lama
perendaman biji tomat (Solanum lycopersicum) dalam air terhadap
perkecambahan dan untuk lebih memahaminya dapat dilihat pada Gambar 1.
Grafik Pengaruh lama perendaman biji tomat (Solanum lycopersicum) dalam
air terhadap perkecambahan berikut.
G RA FI K PE NG A RUH PE RE NDA MA N BI JI DA LA M
A I R T E RHA DA P PE RK ECA MBA HA N BI JI
12.22
14
10.5
12
10
7.05
6.66
8
IKP
3.75
4
2
0
1 2 3 4 5
WAKTU PERENDAMAN
N. Daftar Pustaka
Dwidjosaputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.
Loveless, A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Rahayu, Yuni Sri, Yuliani dan Sari Kusuma Dewi. 2016. Petunjuk Praktikum
Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan
Biologi FMIPA Unesa.
Salisbury, B. Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB Press.
Sasmitahardja, Dradjat, dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Depdikbud.
LAMPIRAN