Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Pengaruh Perendaman Biji Dalam Air Terhadap Perkecambahan

Oleh:
Riski Nur Arifiani Puspita Ningrum 17030244063

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2018
A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan praktikum ini adalah
Bagaimana pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan?
B. Tujuan Percobaan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan percobaan dalam praktikum
ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air
terhadap perkecambahan.
C. Hipotesis
Hipotesis yang akan diperoleh dalam laporan praktikum ini adalah
- H1 : Terdapat pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan.
- Ho : Tidak terdapat pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan.
D. Kajian Pustaka
Biji akan menjadi dewasa dalam buah. Setelah buah matang dan biji
dikeluarkan, biasanya biji dalam keadaan dorman untuk waktu yang lama atau
pendek saja. Apabila dormansi ini dapat dihilangkan, maka terbentuk Giberelin dan
Sitokinin yang diperlukan untuk mengungguli efek kerja penghambat
pertumbuhan, sehingga pertumbuhanpun dapat dimulai. Kalau pada sat tersebut
diberi air maka bijipun akan berkecambah.
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan
embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji.
Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan
berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh menjadi akar.
Berdasarkan letak kotiledon pada saat berkecambah, dikenal dua macam
tipe perkecambahan, yaitu hipogeal dan epigeal.
a. Perkecambahan hipogeal
Pada perkecambahan hipogeal, terjadi pertumbuhan memanjang daru
epikotil yang menyebabkan plimula keluar menembus kulit biji dan muncul
diatas tanah. Contoh perkecambahan hipogeal adalah kacang tanah dan
kacang kapri.
b. Perkecambahan epigeal
Pada perkecambahan epigeal, hipokotil tumbuh memanjang, akibatnya
kotiledon dan plumulaterdorong kepermukaan tanah. Perkecambahan
epigeal terjadi pada kacang hijau dan kacang tanah.
Fisiologi Perkecambahan
Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat
membuat makanan sendiri. Pada tumbuhan dikotil embrio mengambil makan dari
kotiledon,sedangkan monokotil dari endosperma. Perkecambahan dimulai dari
penyerapan air kedalam sel-sel. Proses ini merupakan proses fisika.
Proses perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, suhu dan cahaya. Oksigen
dipakai untuk proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi. Perkecambahan
memerlukan suhu yang tepat untuk aktivasi enzim. Perkecambahan tidak dapat
berlangsung dalam suhu yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat merusak enzim.
Pertumbuhan umumnya berlangsung baik dalam keadaan gelap. Perkecambahan
membutuhkan hormo auksin dan hormon ini mudah mengalami kerusakan pada
intensitas cahaya yang tinggi.
Metode pematahan dormansi
Karakteristik Contoh spesies
Alami Buatan
Benih secara fisiologis Fraxinus Pematangan Melanjutkan
belum mampu excelcior, secara alami proses fisiologis
berkecambah, karena Ginkgo biloba, setelah biji pemasakan
embryo belum masak Gnetum disebarkan embryo setelah
walaupun biji sudah gnemon biji mencapai
masak masa lewat-
masak (after-
ripening)
Perkembangan embryo Pterocarpus, Dekomposisi Peretakan
secara fisis terhambat Terminalia spp, bertahap pada mekanis
karena adanya kulit Melia volkensii struktur yang
biji/buah yang keras keras

Imbibisi/penyerapan air Beberapa Fluktuasi suhu Skarifikasi


terhalang oleh lapisan Legum & mekanis,
kulit biji/buah yang Myrtaceae pemberian air
impermeabel panas atau bahan
kimia
Buah atau biji Buah fleshy Pencucian Menghilangkan
mengandung zat (berdaging) (leaching) oleh jaringan buah
penghambat (chemical air, dekomposisi dan mencuci
inhibitory compound) bertahap pada bijinya dengan
yang menghambat jaringan buah air
perkecambahan

Biji gagal berkecambah Sebagian besar Pencahayaan Pencahayaan


tanpa adanya spesies
pencahayaan yang temperate,
cukup. Dipengaruhi oleh tumbuhan
mekanisme biokimia pioneer tropika
fitokrom humida seperti
eucalyptus dan
Spathodea
Perkecambahan rendah Sebagian besar Penempatan pada Stratifikasi atau
tanpa adanya perlakuan spesies suhu rendah di pemberian
dengan suhu tertentu temperate, musim dingin perlakuan suhu
tumbuhan Pembakaran rendah
pioneer daerah Pemberian suhu Pemberian suhu
tropis-subtropis yang berfluktuasi tinggi
kering, Pemberian suhu
tumbuhan berfluktuasi
pioneer tropika
humida
Pertumbuhan primer
Pada akhir proses perkecambahan, tumbuhan membentuk akar, batang dan
daun. Pada ujung akar dan ujung batang terdapat sel-sel meristem yang dapat
berdiferensiasi menjadi sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi yang khusus.
Aktivitas meristem sel menyebabkan batang da akar tumbuh memanjang. Proses
pertumbuhan ini dinamakan pertumbuhan primer.
Pertumbuhan sekunder
Jaringan primer sebaga hasil diferensiasi pada ujung batang dan ujung akar
dikotil terdiri dari jaringan epidermis, parenkim, kolenkim, sklerenkim, protofloem,
protoxilem, dan jaringan kambium yang tetap bersifat meristematis.
Jaringan kambium memiliki kemampuan membelah secara mitosis. Jika sel
kambium membelah kearah luar, akan membentuk sel floem jika membelah kearah
dalam akan membentuk xylem dan yang luar tetap menjadi kambium. Jadi selama
proses pembelahan kambium tatap dipertahankan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan merupakan hasil interaksi
antara faktor luar dengan faktor dalam. Interaksi tersebut menghasilkan penampilan
tumbuhan yang berbeda satu dengan yang lainnya (memiliki ciri khas). Ada
tumbuhan yang pendek, tinggi, berdaun lebar, berbunga besar berwarna merah dan
sebagainya. Faktor internal meliputi sifat genetik yang ada didalam gen dan hormon
yang merangsang pertumbuhan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor
lingkungan.
1. Hormon
Hormon tumbuhan sering disebut fitohormon. Hormon tumbuhan merupakan
suatu senyawa organik yang dibuat bagian tumbuhan dan kemudian diangkut
kebagian yamg lain, yang dengan konsentrasi rendah menyebabkan dampak
fisiologis. Peran hormon merangsang pertumbuhan, pembelahan sel,
pemanjangan dan ada yang menghambat pertumbuhan.
a. Auksin
Auksin merupakan hormon yang dapat merangsang pertumbuhan.
Terutama pada sel target dalam pembelahan dan pemanjangan sel. Secara
kimia auksin disebut indole acetil acid (IAA). Kerja hormon auksin untuk
memanjangkan sel ini dengan cara melunakkan dinding selnya. Kemudian
diikuti dengan peningkatan tekanan turgor sel sehingga dinding selnya dapat
memanjang.
Struktur molekul dan aktivitas auksin Menurut Koeffli, Thimann dan
went (1966), aktivitas auksin ditentukan oleh : a. adanya struktur cincin yang
tidak jenuh, b. adanya rantai keasaman (acid chain), c. pemisahan karboksil
grup (-COOH) dari struktur cincin, d. Adanya pengaturan ruangan antara
struktur cincin dengan rantai keasaman.
b. Giberelin
Giberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di
Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926. Penelitian lanjutan dilakukan oleh
Yabuta dan Hayashi (1939). Ia dapat mengisolasi crystalline material yang
dapat menstimulasi pertumbuhan pada akar kecambah. Dalam tahun 1951,
Stodola dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini dan menghasilkan
"Gibereline A" dan "Gibereline X". adapun hasil penelitian lanjutannya
menghasilkan GA1, GA2, dan GA3.Pada saat yang sama dilakukan pula
penelitian di Laboratory of the Imperial Chemical Industries di Inggris
sehingga menghasilkan GA3 (Cross, 1954 dalam Weaver 1972). Nama
Giberelin acid untuk zat tersebut telah disepakati oleh kelompok peneliti itu
sehingga populer sampai sekarang.
Giberelin ditemukan pada semua bagian tanaman, misalnya pucuk
batang, ujung akar, bunga, buah, dan terutama pada biji. Fungsi nutama
giberelin adalah untuk merangsang pembelahan sel.
c. Sitokinin
Sitokinin adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang ditemukan pada
tanaman. Zat pengatur tumbuh ini mempunyai peranan dalam proses
pembelahan sel (cell division). Sitokinin pertama kali ditemukan dalam kultur
jaringan di Laboratories of Skoog and Strong University of Wisconsin.
Material yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah batang tembakau yang
ditumbuhkan pada medium sintesis. Menurut Miller et al (1955, 1956),
senyawa yang aktif adalah kinetin (6-furfuryl amino purine). Hasil penelitian
menunjukan bahwa purine adenin sangat efektif.
Sitokinin dapat ditemukan pada jaringan yang aktif membelah. Fungsi
sitokinin adalah merangsang pembelahan sel/ sitokinesis, dan merangsang
pembentukan tunas pada batang maupun pada kalus.
d. Asam absisat
Secara umum fungsi asam absisat adalah untuk menghambat pembelahan
dan pemanjangan sel dan berfungsi untuk menunda pertumbuhan dan
dormansi, sehingga membantu tumbuhan bertahan dalam kondisi yang buruk.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor yang ada disekeliling tumbuhan. Faktor
lingkungan ini misalnya air, nutrisi, cahaya, suhu, dan kelembapan.
a. Nurisi dan air
Tumbuhan memerlukan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Nutrisi atau zat makan terdiri dari unsure-unsur atau senyawa-senyawa kimia.
Nutrisi yang diperlukan merupakan sumber energi dan sumber materi untuk
sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan.
Pengambilan nutrisi dari tanah pada umumnya bersamaan dengan air.Air
dibutuhkan tumbuhan sebagai pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam tubuh
tumbuhan dan sebagai medium reaksi enzimatis.
b. Cahaya
Selain berpengaruh pada proses fotosintesis, cahaya berpengaruh
terhadap pertumbuhan setiap organ atau terhadap keseluruhan tumbuhan secara
langsung. Pengaruh cahaya yang paling nyata dapat diamati dengan
membandingkan satu macam tumbuhan yang tumbuh dalam keadaan cahaya
normal dan yang tumbuh dalam keadaan gelap.
- Kualitas cahaya
Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari
spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm)
menghambat perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini
adalah mutually antagonistic (sama sekali bertentangan): jika diberikan
bergantian, maka efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum
yang terakhir kali diberikan. Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen
yang photoreversible (dapat berada dalam 2 kondisi alternatif):
 P650 : mengabsorbir di daerah merah
 P730 : mengabsorbir di daerah infra merah
Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah
menjadi P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang
menyebabkan terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai
sinar infra merah (far-red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali
menjadi P650 dan terhambatlah proses perkecambahan.

- Kuantitas cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan
pada biji-biji yang positively photoblastic (perkecambahannya
dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan
dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang
bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh
cahaya).
Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam
gelap untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif
terhadap cahaya, dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang
bersifat negatively photoblastic menjadi photodormant jika dikenai
cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan dengan temperatur rendah.

c. Photoperiodisitas

Respon dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperatur:


- Pemberian temperatur 10-200C : biji berkecambah dalam gelap
- Pemberian temperatur 20-300C : biji menghendaki cahaya untuk
berkecambah
- Pemberian temperatur >350C : perkecambahan biji dihambat dalam
gelap atau terang
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh
temperatur yang diubah-ubah. Kebutuhan akan cahaya untuk pematahan
dormansi juga dapat digantikan oleh zat kimia seperti KNO3, thiourea
dan asam giberelin.

E. Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel yang terdapat pada percobaan ini adalah
1. Variabel manipulasi :
- Lama perendaman (4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan tanpa perendaman).
2. Variabel kontrol :
- Jumlah Biji .
- Media tumbuh.
- Jumlah penyiraman air.
3. Variabel respon :
- Perkecambahan biji (banyaknya biji yang berkecambah)
F. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional dari variabel-variabel penelitian adalah sebagai
berikut:
- Jenis biji yaitu biji tomat (Solanum lycopersicum), media tumbuh sama
yaitu menggunakan kapas, jumlah penyiraman air dengan perlakuan yang
sama. Diberi perlakuan lama perendaman yang berbeda yaitu 4 jam, 3 jam,
2 jam, 1 jam dan tanpa perendaman. Sehingga hal tersebut berpengaruh
pada perkecambahan biji kacang hijau.
G. Alat dan Bahan
Alat – alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain, cawan petri
atau toples, kertas saring, kapas, gelas kimia dan gelas ukur. Sedangkan bahan
– bahan yang diperlukan antara lain, biji tomat sebanyak 50 buah, dan air suling
H. Rancangan Percobaan

Biji tomat

Direndam selam 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam, dan tanpa direndam. Masing-masing 50 biji

Biji yang sudah direndam

ditanam dalam waktu yang bersamaan pada cawan petri yang sudah dialasi kapas basah.

Biji dalam cawan petri

diamati selama 1 minggu dan dihitung berapa banyak yang berkecambah atau tumbuh.

Tabel hasil pengamatan

Data hasil dari perhitungan dimasukan ke dalam tabel


I. Langkah Kerja
1. Biji kacang hijau direndam dalam air selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam, dan
tanpa perendaman masing-masing 50 biji.
2. Biji ditanam dalam waktu yang bersamaan pada cawan petri atau toples
yang sudah dialasi kapas/kertas saring.
3. Cawan petri/toples ditutup kemudian disimpan di dalam tempat yang gelap
dan diamati setiap hari berapa biji yang berkecambah selama 10 hari.
4. Hari pertama pengamatan dihitung saat penanaman biji pada cawan Petri.
5. Membuat tabel persentase perkecambahan dan indeks kecepatan
perkecambahan.
jumlah biji yang berkecamba h
6. Persentase perkecambahan = x 100%
Jumlah keseluruka n biji
X1 X 2 X 3 Xn
Indeks kecepatan perkecambahan (IKP) =    ... 
1 2 3 n

Xn: Banyaknya biji yang berkecambah pada hari ke-n.


J. Rancangan Tabel Pengamatan
Tabel 1. Pengaruh lama perendaman biji tomat (Solanum lycopersicum) dalam air terhadap perkecambahan

Jumlah kecambah pada hari ke- Jumlah IKP


Waktu
perendaman
(jam) Persentase
1 2 3 4 5 6 7 perkecambahan
%

4 0 5 7 10 8 6 9 90% 12,22

3 0 0 3 2 5 10 7 54% 6,66

2 0 1 9 11 8 5 6 80% 10,5

1 0 0 3 5 4 9 7 56% 7,05

0 0 0 2 0 3 1 4 20% 3,75
Dari tabel di atas, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa Pengaruh lama
perendaman biji tomat (Solanum lycopersicum) dalam air terhadap
perkecambahan dan untuk lebih memahaminya dapat dilihat pada Gambar 1.
Grafik Pengaruh lama perendaman biji tomat (Solanum lycopersicum) dalam
air terhadap perkecambahan berikut.

G RA FI K PE NG A RUH PE RE NDA MA N BI JI DA LA M
A I R T E RHA DA P PE RK ECA MBA HA N BI JI
12.22

14

10.5
12
10

7.05
6.66

8
IKP

3.75
4
2
0
1 2 3 4 5
WAKTU PERENDAMAN

Gambar 1. Grafik Pengaruh lama perendaman biji tomat (Solanum


lycopersicum) dalam air terhadap perkecambahan
K. Rencana Analisis Data
Dari data hasil percobaan diatas dapat dianalisis bahwa lama perendaman
biji dalam air mempengaruhi perkecambahan. Pada perendaman biji selama 4
jam jumlah biji yang berkecambah adalah 45 biji dengan persentase biji yang
berkecambah adalah sebesar 90%, pada perendaman biji selama 3 jam jumlah
biji yang berkecambah adalah 27 biji dengan persentase biji yang berkecambah
adalah sebesar 54%, pada perendaman biji selama 2 jam jumlah biji yang
berkecambah adalah 40 biji dengan persentase biji yang berkecambah adalah
sebesar 80%, pada perendaman biji selama 1 jam jumlah biji yang
berkecambah adalah 28 dengan persentase biji yang berkecambah adalah
sebesar 56%, sedangkan pada perendaman biji selama 0 jam (tanpa
perendaman) jumlah biji yang berkecambah adalah 10 dengan persentase biji
yang berkecambah adalah sebesar 20%.
Jika dilihat dari Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP) setelah dihitung
maka dapat diperoleh data yaitu biji yang direndam selama 4 jam IKPnya
sebesar 12,22, biji yang direndam selama 3 jam IKPnya sebesar 6,66, biji yang
direndam selama 2 jam IKPnya sebesar 10,5, biji yang direndam selama 1 jam
IKPnya sebesar 7,05, dan untuk biji yang tidak direndam IKPnya adalah 3,75.
L. Hasil Analisis Data
Berdasarkan analisis diatas dapat diketahui bahwa waktu perendaman
pada biji tomat (Solanum lycopersicum) mempengaruhi perkecambahan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkecambahan yaitu; hormon,
cahaya, nutrisi/air dan lain sebagainya.
Tumbuhan memerlukan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Nutrisi atau zat makan terdiri dari unsur-unsur atau senyawa-senyawa kimia.
Nutrisi yang diperlukan merupakan sumber energi dan sumber materi untuk
sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan. Sebelum
tumbuhan mengalami perkembangan lebih dewasa maka akan dimulai terlebih
dahulu dengan fase embrio. Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil,
sehingga embrio belum dapat membuat makanan sendiri. Pada tumbuhan
dikotil embrio mengambil makan dari kotiledon, sedangkan monokotil dari
endosperma. Perkecambahan dimulai dari penyerapan air kedalam sel-sel.
Proses ini merupakan proses fisika.
Pengambilan nutrisi dari tanah pada umumnya bersamaan dengan air.Air
dibutuhkan tumbuhan sebagai pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam tubuh
tumbuhan dan sebagai medium reaksi enzimatis.
Pada percobaan ini, biji yang direndam lebih lama (4 jam) memiliki
persentase perkecambahan dan Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP) yang
lebih besar dibandingkan yang direndam 3 jam, 2 jam, 1 jam atau biji yang
tidak direndam, hal ini dapat dijelaskan yaitu, biji yang direndam lebih lama
maka imbibisi pada biji lebih baik dan lebih sempurna dibandingkan yang
direndam sebentar.
Masuknya air pada biji menyebabkan enzim dapat bekerja. Bekerjanya
enzim merupakan proses kimia. Pada saat air diserap oleh biji (proses imbibisi)
maka enzim amilase yang ada pada biji dapat bekerja memecah tepung menjadi
maltosa, selanjutnya maltosa dihidrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Protein
juga dipecah menjadi asam-asam amino. Senyawa glukosa masuk ke dalam
proses metabolisme dan dipecah menjadi energi atau diubah menjadi senyawa
karbohidrat yang menyusun struktur tubuh. Asam-asam amino nantinya akan
dirangkaikan menjadi protein yang berfungsi untuk menyusun enzim-enzim
baru. Sedangkan asam-asam lemak terutama dipakai untuk menyusun
membrane sel.
Air yang diserap oleh biji akan mempercepat proses metabolisme dalam
biji karena air dibutuhkan tumbuhan sebagai pelarut bagi kebanyakan reaksi
didalam tubuh tumbuhan dan dipakai sebagai medium reaksi enzimatis
sehingga biji yang direndam lebih lama proses metabolisme yang terjadi dalam
biji akan lebih cepat dan menyebabkan perkecambahanpun akan lebih cepat
dan lebih efisien.
Pada fase biji yang akan berkecambah, jika kekurangan air (misalnya biji
yang tidak direndam) akan meningkatkan sintesis asam absisat, yaitu suatu
hormon yang dapat menghambat pertumbuhan. Sedangkan sintesis hormon
lain seperti auksin, giberelin, dan sitokinin terhambat.
Sebagai pelarut, air juga mempengaruhi kadar enzim dan substrat
sehingga secara tidak langsung mempengaruhi laju reaksi metabolisme.
Semakin air terpenuhi maka perkecambahan biji akan lebih baik.
Proses perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, suhu dan cahaya.
Oksigen dipakai untuk proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi.
Perkecambahan memerlukan suhu yang tepat untuk aktivasi enzim.
Perkecambahan tidak dapat berlangsung dalam suhu yang tinggi, karena suhu
yang tinggi dapat merusak enzim. Pertumbuhan umumnya berlangsung baik
dalam keadaan gelap. Perkecambahan membutuhkan hormon auksin dan
hormon ini mudah mengalami kerusakan pada intensitas cahaya yang tinggi.
Jika sudah terjadi perkecambahan maka tahap selanjutnya adalah
membentuk akar, batang dan daun. Pada ujung akar dan ujung batang terdapat
sel-sel meristem yang dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel yang memiliki
struktur dan fungsi yang khusus. Aktivitas meristem sel menyebabkan batang
dan akar tumbuh memanjang.
Namun pada perendaman 3 jam hasil IKP yang diperoleh lebih rendah
dibandingkan dengan hasil IKP perendaman 2 jam, hal ini tidak sesuai dengan
teori yang ada, di mana seharusnya perendaman biji yang lebih lama akan
menghasilkan perkecambahan biji yang lebih banyak dikarenakan nutrisi yang
diperoleh lebih banyak saat proses imbibisi. Faktor yang mempengaruhi hal ini
bisa saja karena kurangnya cahaya yang mendukung, air yang diberikan kurang
sehingga memicu peningkatan sintetis asam absitat yaitu hormon yang
menghambat pertumbuhan. Selain itu juga faktor terdapat pada praktikan yang
kurang telaten dalam merawat biji selama satu minggu.
M. Kesimpulan
Bedasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa lama perendaman biji tomat (Solanum lycopersicum) dalam air
berpengaruh terhadap perkecambahan, karena nutrisi yang diperoleh melalu
proses imbibisi lebih banyak.

N. Daftar Pustaka
Dwidjosaputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.
Loveless, A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Rahayu, Yuni Sri, Yuliani dan Sari Kusuma Dewi. 2016. Petunjuk Praktikum
Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan
Biologi FMIPA Unesa.
Salisbury, B. Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB Press.
Sasmitahardja, Dradjat, dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Depdikbud.
LAMPIRAN

Persiapan media Penyaringan biji

Biji yang siap dirawat selama 1 minggu


Peletakan biji ke media

Kondisi biji setelah 1 minggu


LAMPIRAN PERHITUNGAN
Tanpa Perendaman
10
- Tanpa perendaman = 50 𝑥100% = 20%
0 0 2 0 3 1 4
- IKP = + + + + + + = 3,75
1 2 3 4 5 6 7
Perendaman 1 jam
28
- Perendaman 1 jam = 50 𝑥100% = 56%
0 0 3 5 4 5 7
- IKP = + + + + + + = 7,05
1 2 3 4 5 6 7
Perendaman 2 jam
40
- Perendaman 2 jam = 50 𝑥100% = 80%
0 1 9 11 8 5 6
- IKP = + + + + + + = 10,50
1 2 3 4 5 6 7
Perendaman 3 jam
27
- Perendaman 3 jam = 50 𝑥100% = 54%
0 0 3 3 2 5 10 7
- IKP = + + + + + + + = 6,66
1 2 3 4 5 6 7 8
Perendaman 4 jam
45
- Perendaman 4 jam = 50 𝑥100% = 90%
0 5 7 10 8 6 9
- IKP = + + + + + + =12,22
1 2 3 4 5 6 7

Anda mungkin juga menyukai