Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

ANGKUTAN AIR

“Pengaruh Cahaya/Suhu Terhadap Kecepatan Transpirasi”

Disusun oleh:

Riski Nur Arifiani Puspita Ningrum (17030244063)

BIOLOGI E 2017

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2018
A. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan
metode penimbangan?
B. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi
dengan metode penimbangan.
C. Hipotesis
Lingkungan mempengaruhi kecepatan transpirasi pada tumbuhan
D. Kajian Pustaka
Tumbuhan melakukan fotosintesis, fotosintesis pada hakikatnya
merupakan satu – satunya mekanisme masuknya energi ke dalam dunia
kehidupan. Tanpa air dan cahaya matahari, tumbuhan tidak dapat
melakukan proses fotosintesis. Air diperoleh tumbuhan dengan
mengirimkan sistem akar ke dalam tanah. Sedangkan cahaya didapatkan
oleh tumbuhan dengan mengarahkan daun-daunnya ke udara. Pengangkutan
bahan-bahan dan air pada tumbuhan dinamakan translokasi, yang terjadi
dalam sistem khusus pembuluh-pembuluh pengangkut. Semua ini terdapat
berkelompok dan disebut berkas vaskuler yang meluas ke seluruh organ
tumbuhan mulai dari akar, batang, daun (dalam tulang/uratnya), serta bunga
sehingga transport antara organ-organ terlaksana dengan cepat dan efisien.
Di dalam berkas vaskuler ditemukan dua macam jaringan yang berlainan,
yaitu xilem dan floem yang merupakan jaringan pada tumbuhan yang
digunakan untuk mengangkut air dan unsur-unsur hara serta hasil dari
fotosintesis. Pengangkutan air melalui pembuluh xilem dalam tubuh
tumbuhan memegang peranan penting. Bersamaan dengan air, terlarut juga
di dalamnya hara mineral yang terkandung di dalamnya. Dalam
pengangkutan air ini transpirasi memegang peranan penting, selain juga
faktor tekanan akar, dan faktor lingkungan lainnya.
Tumbuhan dalam aktivitas hidupnya, lebih dari 90% air yang diserap
oleh akar dikeluarkan lagi ke udara sebagai uap air. Hilangnya air dari tubuh
tanaman dalam bentuk uap air ini dinamakan transpirasi. Kita kenal
transpirasi melalui kutikula, melalui stoma, dan melalui lentisel. Transpirasi
paling besar terjadi melalui stoma dan kutikula daun. Hal ini disebabkan
karena luasnya permukaan daun dan juga karena daun lebih mudah terkena
udara daripada bagian lain suatu tanaman. Begitu banyak air yang hilang
melalui proses transpirasi untuk membesarkan tumbuhan. Karena rangka
molekul semua bahan organik pada tumbuhan terdiri dari atom karbon yang
harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam tubuh tumbuhan
sebagai karbon dioksida (CO2) melalui stomata, yang paling banyak
terdapat di permukaan daun, dan air keluar secara difusi melalui pori yang
sama ini pada saat stomata terbuka.
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel – sel mesofil ke
rongga antar sel yang ada dalam daun. Penguapan air ke rongga antar sel
akan terus berlangsung sampai antar sel jenuh dengan uap air. Sel – sel yang
menguapkan airnya ke rongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan
air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air
yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya akan menerima dari
batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Apabila stomata
membuka, uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfir.
Pada dasarnya terjadinya transpirasi ditentukan oleh beberapa dasar
celah antara dua sel penutup stomata, sehingga proses – proses yang
menyebabkan membuka dan menutupnya stomata juga menentukan
besarnya transpirasi. Berbagai faktor lingkungan mempengaruhi proses
transpirasi.
Faktor lingkungan mempengaruhi tidak hanya pada proses fisika
penguapan dan difusi, tetapi juga mempengaruhi membuka-menutupnya
stomata pada permukaan daun yang dilalui lebih dari 90% air yang yang
ditranspirasikan dan CO2. Naiknya suhu daun, misalnya, sangat banyak
menaikkan penguapan dan sedikit difusi, namun mungkin menyebabkan
stomata menutup dan membuka lebih lebar, bergantung pada spesies dan
faktor lain. Waktu matahari terbit, stomata membuka karena meningkatnya
pencahayaan, dan cahaya menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih
cepat. Naiknya suhu membuat udara mampu membawa lebih banyak
kelembaban, maka transpirasi meningkat dan barangkali bukaan stomata
pun terpengaruh. Angin membawa lebih banyak CO2 dan mengusir uap air.
Hal ini menyebabkan penguapan dan penyerapan CO2 meningkat, tapi agak
kurang dari yang diduga, karena meningkatnya CO2 menyebabkan stomata
menutup sebagian. Bila daun dipanaskan oleh sinar matahari dengan panas
yang melebihi suhu udara, angin akan menurunkan suhunya. Akibatnya,
transpirasi menurun. Bila kandungan air tanah terbatas, transpirasi dan
penyerapan CO2 terhambat, karena stomata menutup.
Stomata pada daun biasanya dapat berupa lapisan kutikula berlilin
dipermukaan daun sehingga dapat menghambat difusi, sehingga sebagian
uap air dan gas lainnya melewati bukaan di antara sel penjaga, bukaan
tersebut disebut pori stomata. Air menguap dalam daun, dari dinding sel
parenkima palisade dan parenkima bunga karang, yang secara bersama
disebut mesofil, ke dalam ruang antar sel yang sinambung dengan udara
diluar, saat stomata membuka. Karbon dioksida mengikuti lintas difusi
sebaliknya, yaitu masuk ke dalam daun. Kadang stomata hanya terdapat di
permukaan bawah daun, tapi sering kita temui di kedua permukaan,
meskipun lebih banyak terdapat di bagian bawah. Stomata juga berada di
dalam cekungan stomata, dan stomata yang seperti ini di sebut stomata
tersembunyi, stomata seperti ini tampaknya merupakan adaptasi untuk
mengurangi transpirasi.
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka saat matahari terbit dan
menutup saat matahari tenggelam, sehingga memungkinkan masuknya CO2
yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Stomata menutup lebih
cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba. Tingkat
cahaya yang tinggi mengakibatkan stomata membuka lebih besar. Pada
sebagian besar tumbuhan, konsentrasi CO2 yang rendah didaun membuat
stomata membuka.
Stomata pada banyak (tetapi tidak semua) spesies sangat peka terhadap
kelembapan atmosfer. Stomata menutup bila selisih kandungan uap air di
udara dan di ruang antar sel melebihi titik kritis. Potensial air di daun juga
sangat berpengaruh pada pembukaan dan penutupan stomata. Bila potensial
air menurun (rawan air meningkat), stomata menutup. Pengaruh dapat
dilawan oleh tingkat CO2 rendah dan cahaya terang. Pada beberapa
tumbuhan, suhu yang tinggi mengakibatkan pembukaan stomata dan bukan
penutupan, akibatnya transpirasi meningkat. Angin juga mampu
meningkatkan transpirasi, menjadikan keadaan rawan air dan penutupan
stomata.
- Pengangkutan Air
Air dan garam mineral dari tanah memasuki tumbuhan melalui
epidermis akar, menembus korteks akar, masuk ke dalam stele, dan
kemudian naik ke pembuluh xilem sampai ke sistem tunas. Akan tetapi, agar
dapat memasuki silinder tengah (pusat), harus melalui sitoplasma sel-sel
endodermis. Pada banyak akar, endodermisnya mengandung sel-sel khusus,
sel-sel lintasan, yang menyediakan jalan yang mudah bagi air bergerak ke
silinder tengah. Begitu ada dalam silinder tengah, air itu bebas bergerak di
antara sel-sel maupun melaluinya. Di dalam akar muda air memasuki xilem
dengan segera. Dalam akar yang lebih tua, harus melalui seberkas floem dan
kambium terlebih dahulu, yaitu melalui sel-sel yang memanjang secara
horizontal, jejari xilem.
Adaptasi yang meningkatkan luasnya permukaan dikaitkan dengan
fungsi sistem akar dalam penyerapan air dan mineral dari tanah.
Kebanyakan proses penyerapan ini terjadi didekat ujung akar, yaitu dimana
epidermisnya permeabel terhadap air dan dimana terdapat rambut akar.
Rambut akar yaitu penjuluran dan pemanjangan sel – sel epidermal,
merupakan struktur yang menyusun sebagian besar luas permukaan daei
akar. Partikel – partikel tanah, yang umumnya dilapisi dengan air dan
mineral yang terlarut, melekat erat pada rambut akar tersebut. Larutan tanah
mengalir ke dalam dinding hidrofilik sel epidermal dan dapat lewat dengan
bebas disepanjang apoplas ke dalam korteks akar. Ini akan menyebabkan
tereksposnya semua sel-sel parenkim korteks ke larutan tanah, menyediakan
suatu luas permukaan yang jauh lebih besar daripada luas permukaan
epidermis.
Saat larutan tanah bergerak ke sepanjang dinding sel, juga terjadi
pengambilan air dan zat terlarut oleh sel-sel epidermis dari korteks,
mengakibatkan terjadinya perubahan jalur dari apoplas ke simplas.
Penyeberangan membran plasma inilah yang membuat penyerapan air dan
mineral menjadi selektif. Larutan tanah umumnya sangat encer, dan akar
dapat mengakumulasikan mineral esensial hingga konsentrasi yang ratusan
kali lebih tinggi daripada konsentrasi mineral didalam tanah.
Dalam urusan penyerapan air dan mineral dari tanah sangat penting ini,
sebagian besar dari tanaman tidak melakukannya sendiri, akan tetapi
memiliki partner dalam bentuk fungi simbiotik.
- Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi
Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dalam
maupun faktor luar. Yang temasuk sebagai faktor dalam adalah besar
kecilnya daun, tebal-tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya
permukaan daun, dan bentuk serta lokasi stomata. Sedangkan faktor-faktor
luar yang mempengaruhi transpirasi adalah sebagai berikut:
1. Sinar Matahari
Sinar matahari menyebabkan membukanya stomata dan gelap
menyebabkan menutupnya stomata, jadi banyaknya sinar mempercepat
transpirasi. Karena sinar juga mengandung panas, dengan demikian
menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas
yang tertentu menyebabkan melebarnya stomata dan dengan demikian
memperbesar transpirasi.
2. Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat ditinjau dari sudut
lain, yaitu dalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun
dan di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap dalam
daun. Kenaikan temperatur ini sudah barang tentu juga menambah
tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara diluar daun tidak
dalam ruangan yang terbatas, maka tekanan uap air diluar daun tidak
setinggi tekanan uap di dalam daun. Akibat dari perbedaan tekanan ini,
maka uap air mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas
3. Kelembaban Udara
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Dalam
keadaan demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi
daripada tekanan uap di luar daun. Dengan kata lain, ruang di dalam
daun jauh lebih jenuh akan uap air dari pada udara diluar daun, jadi
molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi yang tinggi (di dalam
daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun). Sebaliknya, jika suatu
hari udara banyak awan, maka kelembaban udara di atmosfer sangat
tinggi. Dengan demikian perbedaan kelembaban udara di dalam dan di
luar daun tidak jauh berbeda. Keadaan yang demikian ini melancarkan
difusi uap air dari dalam daun ke atmosfer. Kesimpulannya kelembaban
udara yang tinggi menghambat transpirasi, sedangkan kelembaban
udara yang rendah mempercepat transpirasi.
4. Angin
Pada umumnya angin yang sedang, meningkatkan transpirasi. Hal ini
dapat dimengerti karena angin membawa pindah uap air yang
bertimbun-timbun dekat stomata. Dengan demikian uap air yang masih
ada dalam daun mendapat kesempatan untuk berdifusi ke luar daun.
5. Keadaan Air Dalam Tanah
Air di dalam tanah adalah satu-satunya sumber yang pokok, dimana
akar tanaman membutuhkan air yang dibutuhkannya. Berkurangnya air
dalam tanah akan menyebabkan berkurangnya aliran air ke daun dan
hal ini menghambat transpirasi.
Pengukuran kecepatan transpirasi biasanya dilakukan dengan
menghitung hilangnya air yang diserap oleh tanaman.
E. Variabel Penelitian
Variabel yang dilakukan dalam melakukan praktikum ini antara lain:
a) Variabel kontrol:
- Jenis tumbuhan
- Jumlah daun tumbuhan
- Panjang tumbuhan
- Volume air
- Tabung erlenmeyer 250 mL
- Waktu
b) Variabel manipulasi:
- Kondisi atau penempatan tumbuhan pacar air dalam erlenmeyer
(gelap atau terang)
c) Variabel respon:
- Kecepatan transpirasi
F. Definisi Operasional Variabel
Variabel kontrol yang dipakai adalah jenis tumbuhan yang sama, yaitu
menggunakan tumbuhan pacar air, dan jumlah daun yang sama yaitu
berjumlah 6 helai daun, panjang tumbuhan sama, yaitu 20 cm, volume air
yang sama yaitu 250 ml, menggunakan tabung erlenmeyer dengan ukuran
yang sama yaitu 250 ml. Dan waktu yang digunakan untuk mengamati
transpirasi ini adalah 30 menit. Namun penempatan tumbuhan pacar air
dalam erlenmeyer berbeda, yaitu diletakkan pada kondisi terang dan pada
kondisi gelap. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan kecepatan
transpirasi berbeda.
G. Alat dan Bahan
- Alat
1. Erlenmeyer 250 mL (2 buah)
2. Sumbat erlenmeyer dengan lubang ditengahnya (2 buah)
3. Timbangan
4. Termometer, higrometer
5. Lux meter
6. Bohlam lampu 100 watt dan lampu duduk
7. Pisau tajam
8. Penggaris
9. Stopwatch
10. Kertas milimeter
- Bahan
1. Air
2. Vaselin
3. Tanaman pacar air
H. Rancangan Percobaan

Tanam Tanam
an an
pacar pacar Menghitung luas total
air air daun setiap tanaman.
A B Dan kecepatan
150 ml 150 ml trasnpirasi

Ditempat
Ditimbang hingga 3 kali Yaitu tiap 30
Didekat
gelap lampu menit

I. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menyediakan 2 buah Erlenmeyer dan mengisinya dengan air volume
150 ml.
3. Memotong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalam air
dan segera memasukkan potongan tanaman tersebut pada tabung
Erlenmeyer melalui lubang pada sumbat sampai bagian bawahnya
terendam air. Kemudian membuang bunga, kuncup dan daun yang
rusak dan mengolesi luka dengan vaselin. Demikian pula, mengolesi
celah-celah yang ada dengan vaselin (misalnya di sekitar sumbat
penutup).
4. Menimbang kedua tabung Erlenmeyer tersebut lengkap dengan
tanaman dan air yang ada di dalamnya dan mencatat hasilnya.
5. Meletakkan tabung Erlenmeyer I di dalam ruangan (tempat gelap) dan
tabung Erlenmeyer II pada tempat dengan jarak 20 cm dari lampu pijar
100 watt. Mengukur kondisi lingkungan kedua tempat tersebut meliputi
suhu, intensitas cahaya dan kelembaban.
6. Setiap 30 menit menimbang masing-masing tabung Erlenmeyer beserta
perlengkapannya dan mencatat hasilnya.
7. Mengulangi pengukuran tersebut sebanyak 3 kali.
8. Setelah penimbangan terakhir, mengambil daun-daun pada tanaman
tersebut kemudian mengukur luas total daun tersebut dengan kertas
grafik/ millimeter, caranya adalah sebagai berikut:
 Membuat pola masing-masing daun pada kertas grafik.
 Menghitung luas daun dengan ketentuan: Apabila kurang dari ½
kotak dianggap nol dan bila lebih dari ½ kotak dianggap satu.
J. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Tabel berat awal, berat akhir, dan selisih berat tanaman pacar air

BERAT 30’ 30’’ 30’’’


Total Selisih
BOTOL AWAL (W0)
W1 Selisih W1 W2 Selisih W2 W3 Selisih W3 Berat (gram)
(gram)
(gram) (gram) (gram) (gram) (gram) (gram)
A
257,2 257,1 0,1 257 0,1 256,9 0,1 0,1
(Gelap)
B
243,5 243,2 0,3 243,1 0,1 243,1 0 0,13
(Terang)

Gelap → Suhu = 280C Terang → Suhu = 280C

Kelembapan = 85% Kelembapan = 76%


Intensitas Cahaya = 0 Lux Intensitas Cahaya = 72 Lux
Tabel 2. Rata-Rata Luas Daun Pacar Air Pada Perlakuan Terang dan Gelap

NO. Gelap Terang


1. 3 cm2 3 cm2
2. 2 cm2 4 cm2
3. 5 cm2 5 cm2
4. 4 cm2 5 cm2
5. 4 cm2 5 cm2
6. 4 cm 4 cm2
7. 3 cm2 3 cm2
8. 4 cm2 3 cm2
9. 3 cm2 3 cm2
10. 5 cm2 3 cm2
11. 6 cm2 3 cm2
12. 3 cm2 4 cm2
13. 4 cm2 7 cm2
14. 3 cm2 5 cm2
15. 5 cm2 4 cm2
16. 3 cm2 6 cm2
17. 5 cm2 7 cm2
18. 5 cm2 7 cm2
19. 6 cm2
Rata - 4,05 cm2 4,2 cm2
rata

- Kecepatan Transpirasi Botol Gelap = gr/menit/cm2


= 0,1/30/4,05
= 0,0008 gr/men/cm2
- Kecepatan Transpirasi Botol Terang = gr/menit/cm2
= 0,13/30/4,2
= 0,001 gr/men/cm2
Grafik Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Kecepatan Transpirasi

K. Analisis Data
Dari tabel percobaan dan grafik yang diperoleh pada percobaan ini
dapat diambil suatu analisis bahwa pada botol kondisi gelap dengan
intensitas cahaya sebesar 0 Lux, kelembaban udara sebesar 85%, dan suhu
sebesar 28oC, didapatkan kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air
adalah sebesar 0,0008 gram/menit/cm2, dan total berat selisih berat tanaman
pacar air adalah 0,1 gram, dengan rata-rata luas daun sebesar 4,05 cm2. Dan
pada botol kondisi terang dengan intensitas cahaya sebesar 72 Lux,
kelembaban udara sebesar 76%, dan suhu sebesar 28oC, didapatkan
kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air adalah sebesar 0,001
gram/menit/cm2, dan total berat selisih berat tanaman pacar air adalah 0,13
gram, dengan rata-rata luas daun sebesar 4,2 cm2. Dari analisis ini dapat
diketahui bahwa cahaya dan suhu dapat mempengaruhi kecepatan
transpirasi pada tanaman pacar air.
L. Pembahasan
Dari analisis data didapatkan bahwa kecepatan transpirasi pada
tanaman pacar air dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang dalam hal ini
yang mempengaruhi kecepatan transpirasi adalah intensitas cahaya. Pada
kondisi gelap dengan intensitas cahaya sebesar 0 Lux kecepatan transpirasi
tanaman adalah 0,0008 gram/menit/cm2. Hal ini terjadi karena pada
tanaman tidak mengeluarkan banyak uap air atau yang disebut dengan
transpirasi, sehingga kecepatan transpirasinya juga rendah. Banyaknya uap
air yang dikeluarkan ditunjukkan dengan pengurangan berat tanaman pada
Erlenmeyer antara sebelum melakukan transpirasi dengan sesudah tanaman
melakukan transpirasi. Berat tanaman pada Erlenmeyer berkurang dari
257,2 gram menjadi 256,9 gram setelah 90 menit.
Pada kondisi terang dengan intensitas cahaya yang lebih besar yaitu
sebesar 72 Lux kecepatan transpirasi tanaman adalah sebesar 0,001
gram/menit/cm2. Hal ini terjadi karena pada tanaman tersebut terjadi laju
transpirasi yang tinggi sehingga banyak uap air yang dikeluarkan oleh
tanaman melalui daun. Oleh karena banyaknya uap air yang dikeluarkan
oleh tanaman akibat dari laju transpirasi yang tinggi maka kecepatan
transpirasi juga tinggi dibandingkan dengan kecepatan transpirasi tanaman
pada keadaan gelap. Besarnya transpirasi juga dibuktikan dengan
pengurangan berat tanaman pada Erlenmeyer. Pada tempat yang intensitas
cahayanya lebih terang ini pengurangan berat tanaman lebih besar daripada
di tempat gelap. Berat tanaman pada Erlenmeyer berkurang dari 243,5 gram
menjadi 243,1 gram.
Laju transpirasi maupun kecepatan transpirasi pada suatu tumbuhan
atau tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan internal maupun
eksternal tumbuhan itu sendiri. Faktor lingkungan eksternal yang sering
mempengaruhi kecepatan transpirasi adalah keadaan intensitas cahaya,
suhu, dan kelembaban udara yang ada di lingkungan luar tumbuhan.
Tumbuhan akan bertranspirasi lebih cepat apabila cahaya atau suhu di
lingkungan luar tumbuhan itu tinggi. Dan tumbuhan akan bertranspirasi
lebih cepat apabila kelembaban udara di lingkungan luar tumbuhan itu
rendah atau dengan kata lain udara tersebut kering.
M. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa intensitas cahaya dan suhu mempengaruhi kecepatan
transpirasi. Semakin tinggi intensitas cahaya dan suhu maka semakin cepat
pula transpirasi pada suatu tumbuhan.

N. Daftar Pustaka
Campbell, Neil A, dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta:
Erlangga.
Rachmadiarti, Fida, dkk. 2007. Biologi Umum. Surabaya: Unesa University
press.
Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2017. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Surabaya: Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
FMIPA Unesa.
Salisbury, Frank B & Ross Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2.
Bandung: ITB Bandung
Soerodikoesoemo, Wibisono, dkk. 1993. Materi Pokok Anatomi dan
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud –
Jakarta.
Susilowati. 2000. Petunjuk Praktikum Semester 3 (Fisiologi Hewan,
Fisiologi Tumbuhan, Zoologi Vertebrata, Struktur Hewan).
Malang: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.
Lampiran
NO. Gambar Keterangan
1. Persiapan alat dan bahan,
pacar air dimasukkan ke dalam
2 tabung Erlenmeyer dengan
air 150ml

2. Tabung pertama diletakkan di


tempat terang

3. Tabung kedua diletakkan di


tempat gelap
4. Proses penimbangan tabung
pada perlakuan Gelap,
ditimbang setelah 30 menit
sekali selama 90 menit

5. Proses penimbangan tabung


pada perlakuan Terang,
ditimbang setelah 30 menit
sekali selama 90 menit

Anda mungkin juga menyukai