Anda di halaman 1dari 53

1.

1 Latar Belakang

Sel hidup tumbuhan berhubungan langsung dengan atmosfer melalui stomata dan lenti sel sehingga
transpirasi terjadi melalui kutikula pada daun tumbuh-tumbuhan. Sel-sel hidup itu berada dalam
keadaan turgid dan sedang dan sedang bertranspirasi dilapisi oleh lapisan tipis air yang diperoleh
dari dalam sel. Sebalikya, persediaan air ini diperoleh dengan cara translokasi air dan unsur-unsur
penghantar dari akar melalui xilem. Akar-akar pohon tersebut memperoleh air dengan cara
mengabsorpsi melalui permukaan yang berhubungan dengan air di dalam tanah. Seluruh proses ini
digerakkan oleh energi yang diberikan pada daun dan batang-batang pada tanaman tersebut
(Wanggai,Frans. 91: 2007).

Tumbuhan, seperti juga hewan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk respons fisiologis
terhadap perubahan jangka pendek. Misalnya jika daun pada tumbuhan mengalami kekurangan air,
daun-daun akan menutup stomata, yang merupakan lubang kecil dipermukaan daun tersebut.
Respons darurat ini akan membantu tumbuhan menghemat air dengan cara mengurangi transpirasi,
yaitu hilangnya air dari daun melalui penguapan ( Campbell.N.A,292:2000)

Dalam kehidupan sehari- hari , kita tanpa sadar menyadari bahwa tumbuhan melakukan proses
transpirasi . Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup
tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel .80%
air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam
transpirasi.Transpirasi berperan di dalam pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel ,
penyerapan dan pengangkutan air dan zat hara, pengangkutan asimilat , membuang kelebihan air,
pengaturan bukaan stomata dan mempertahankan suhu daun. Transpirasi di pengaruhi oleh
beberapa faktor ,yaitu faktor internal dan eksternal .Oleh karena itu kami ingin mengetahui faktor-
faktor eksternal apa sajakah yang mempengaruhi transpirasi .

1.2. Identifikasi Masalah

1. Apakah angin mempengaruhi laju transpirasi?

2. Apakah jumlah daun mempengaruhi transpirasi?

3. Apakah diameter batang tanaman mempengaruhi transpirasi?

4. Apakah kelembaban mempengaruhi transpirasi?

5. Apakah suhu mempengaruhi transpirasi?

6. Apakah cahaya mempengaruhi transpirasi?

7. Apakah ketersediaan air tanah mempengaruhi laju transpirasi?

1.3. Rumusan Masalah

1. Apakah angin mempercepat laju transpirasi?

2. Apakah cahaya mempengaruhi laju transpirasi?


3. Apakah kelembaban mempengaruhi laju transpirasi?

1.4.Maksud dan tujuan

1. Mengetahui proses transpirasi pada tumbuhan

2. Mengetahui faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi transpirasi

BAB.2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Transpirasi

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel . Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman
melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil
dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah
air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata.
Transpirasi merupakan bagian dari siklus air, dan itu adalah hilangnya uap air dari bagian tanaman
(mirip dengan berkeringat), terutama pada daun tetapi juga di batang, bunga dan akar. Permukaan
daun yang dihiasi dengan bukaan yang secara kolektif disebut stomata, dan dalam kebanyakan
tanaman mereka lebih banyak pada sisi bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat mendinginkan
tanaman dan memungkinkan aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran massa air
dari akar ke daun disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas dari tumbuhan
karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar dengan osmosis, dan semua nutrisi
mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui xilem.

Tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air dari permukaan
tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomates, pada daun. Stomata untuk sebagian
besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa penguapan langsung juga terjadi melalui
permukaan sel-sel epidermis daun. Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata
dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah
beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk stomata
sangat mempengaruhi laju transpirasi.

Hanya 1-2% dari seluruh air yang ada dalam tubuh tumbuhan digunakan dalam fotosintesis atau
dalam kegiatan metabolic sel-sel daunnya. Sisanya menguap dari daun dalam proses transpirasi. Bila
stomata terbuka, uap air ke luar dari daun. Jika daun itu harus terus berfungsi dengan baik maka air
segar harus disediakan kepada daun untuk menggantikan yang hilang pada waktu transpirasi.

Proses transpirasi akan menyebabkan potensial air lebih rendah dibandingkan batang ataupun
akar. Akibatnya, daun seolah-olah menghisap air dari akar.

Untuk menguapkan air, tumbuhan butuh energy baru atau berubah energy menjadi panas. Dengan
demikian, transpirasi menimbulkan pengaruh pendinginan pada daun. Kebutuhan panas untuk
menguapkan air berasal dari sinar matahari yang disalurkan melalui cahaya langsung, radiasi dan
konveksi. Air merupakan bagian terbesar dari jaringan tumbuhan, semua proses tumbuh dan
berkembang terjadi karena adanya air.
Ada tiga jenis transpirasi, yaitu :

1) Transpirasi Kutikula.

Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara
relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar
10%. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melaui stomata.

2) Transpirasi Stomata

Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara
yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding
basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang
antar sel ke athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu
selali jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi kecuali bila
atmosfer itu sendiri sama-sama lembap.

3) Transpirasi Lentisel

Yaitu pada daerah kulit kayu yang berisi sel-sel. Uap air yang hilang melalui jaringan ini adalah 0,1%

Pengukuran Transpirasi

Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah
karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam
berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir
laju transpirasi :

1. Kertas korbal klorida

Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan
pengukuran uap airyang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah
dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air.
Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas
preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru
kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup
kertas.

2. Potometer

Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, denga asumsi bahwa bila air
tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang
dikeluarkan oleh transpirasi.

3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi

Cara ini mengharuskan tumbuahn atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus
cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
4. Penimbangan langsung

Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot
yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah.
Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untukjangka waktu tertentu dengan penimbangan
langsung.

C. Faktor yang mempengaruhi transpirasi

Faktor dalam adalah:

1. Penutupan stomata : Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara
relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika
stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini
lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang
mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan
kelembapan.

2. Jumlah dan ukuran stomata : Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan
lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan
dan penutupan stomata.

3. Jumlah daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.

4. Penggulungan atau pelipatan daun : Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang
menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.

5. Kedalaman dan proliferasi akar : Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman
budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam
meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan
pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen.

Faktor luar adalah :

1. Sinar matahari

Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap
menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar
itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah
panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang
tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi .

2. Temperatur
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang ada dalam
keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun
yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh
tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya
dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur
menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah
tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang
terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat
dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara
bebas

3. Kebasahan udara (Kelembaban udara)

Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu,
tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan
kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi
molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di
luar daun. Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering
melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan
konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun
melalui stomata dengan proses kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut
berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke
dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain
itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara

4. Angin

Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin membawa pindah
uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam
daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar . Angin mempunyai pengaruh ganda yang
cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui
penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu
daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada
pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air.

Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan
daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat
gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh semakin
tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak
sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara
yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang
antar sel ke udara luar. Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata,
dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan
permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai
pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin
sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju
transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun
sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu
meningkatkan transpirasi

5. Keadaan air dalam tanah

Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman mendapatkan
air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang
dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau
dibanding dengan penyerapan air melalui akar.

Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila
kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju
transpirasi akan segera tampak

Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada
siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari
tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang
sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun,
sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat.

D. Mekanisme transpirasi

Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel yang ada
dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar,
sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan
terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air.

Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga
potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun,
yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan
seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel
tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka
akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer
lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan
prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya
penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata.

E. Kegunaan dan kerugian transpirasi

1. Kegunaan transpirasi

Pada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang baru yang membawa
garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan
sinar (panas) matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagia dari
sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air. Mempercepat laju pengangkutan
unsur hara melalui pembulih xilem, membuang kelebihan air, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar
tetap pada kondisi optimal, mengatur bukaan stomata, dan sebagai salah satu cara untuk menjaga
stabilitas suhu daun. pengangkutan unsur hara tetap dapat berlangsung jika transpirasi tidak terjadi.
Akan tetapi, laju pengangkutan terbukti akan berlangsung lebih cepat jika transpirasi berlangsung
secara optimum. Transpirasi jelas merupakan suatu proses pendinginan, pada siang hari radiasi
matahari yang diserap daun akan meningkatkan suhu daun. Jika transpirasi berlangsung maka
peningkatan suhu daun ini dapat dihindari.

2. Kerugian transpirasi

Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapanair tidak
mampu mengimbangi laju transpirasi, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman
menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi.

F. Evaporasi

Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi apabila air cair
berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal pada daun (transpirasi) maupun
secara eksternal pada permukaan-permukaan yang basah. Suatu tajuk hutan yang lebat menaungi
permukaan di bawahnya dari pengaruh radiasi matahari dan angin yang secara drastis akan
mengurangi evaporasi pada tingkat yang lebih rendah. Transpirasi pada dasarnya merupakan salah
satu proses evaporasi yang dikendalikan oleh proses fotosintesis pada permukaan daun.

Perbedaan transpirasi dan evaporasi yaitu :

Transpirasi

Evaporasi

1. Proses fisiologis yang termodifikasi

2. Diatur bukaan stomata

3. Diatur beberapa macam tekanan

4. Terjadi di jaringan hidup

5. Permukaan sel basah

1. Proses fisiologis murni

2. Tidak diatur bukaan stomata

3. Tidak diatur oleh tekanan

4. Tidak terbatas pada jaringan hidup


5. Permukaan yang menjalankannya menjadi kering.

G. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman melalui
evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporasi,
vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke
atmosfer (vapor removal). Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai
lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporisasi di dalam
jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan tanaman ke
atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi, vaporisasi terjadi terutama di ruang antar sel daun dan
selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer. Hampir semua air yang diambil tanaman
dari media tanam (tanah) akan ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan
tanaman.

H. Gutasi

Gutasi adalah proses pelepasan air dalam bentuk cair dari jaringan daun . Istilah gutasi
pertama kali dipakai oleh Burgerstein. Gutasi terjadi saat kondisi tanah sesuai sehingga penyerapan
air tinggi namun laju penguapan/ transpirasi rendah maupun ketika penguapan air sulit terjadi
karena tingginya kelembaban udara. Proses gutasi terjadi pada struktur daun mirip stomata yang
bernama hidatoda. Gutasi dapat diamati dengan munculnya tetes-tetes air di tepi daun yang
tersusun teratur. Tingkat terjadinya gutasi sangat rendah dibandingkan dengan transpirasi. Gutasi
juga lebih jarang diobservasi daripada transpirasi. Titik-titik air di tepi daun yang terjadi akibat gutasi
di pagi hari sering disalahartikan sebagai embun.

2.2. Hipotesis

Hipotesis Positif:

1. Angin mempengaruhi proses transpirasi dengan cara mempercepat laju transpirasi

2. Cahaya mempengaruhi proses transpirasi dengan cara mempercepat laju transpirasi

3. Kelembaban mempengaruhi proses transpirasi dengan cara memperlambat laju transpirasi

Hipotesis negatif:

1. Angin tidak mempengaruhi proses transpirasi

2. Cahaya tidak mempengaruhi proses transpirasi

3. Kelembaban tidak mempengaruhi proses transpirasis

4.2.PEMBAHASAN
Dapat diketahui dari data tersebut bahwa pada tanaman bayam yang diletakkan pada tempat yang
memiliki cahaya matahari mengalami pengurangan volume air yang menandakan terjadinya
transpirasi , karena sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya
stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung
panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan
demikian menaikkan tempratur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu
menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi .Panjang awal air
adalah 12cm atau 400ml , pada 20 menit kedua , panjang air berkurang menjadi 11,8 cm dan pada 20
menit ketiga panjang air menjadi 11,5 cm .Transpirasi terjadi pada tumbuhan tersebut , sehingga air
berkurang dari yang awalnya 400 ml menjadi 398 ml setelah 60 menit.

Pada daerah yang berangin panjang awal air 12 cm atau 400 ml, pada 20 menit pertama panjang air
adalah 12 cm, pada 20 menit kedua, air bekurang 3 cm menjadi 11,7 cm dan pada 20 menit ketiga
panjang air menjadi hanya 11,6 cm . Volume pada daerah berangin awalnya 400 ml setelah 60 menit,
menjadi 397 ml . Hal ini disebabkan karena angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi.
Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian,
maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar .

Pada daerah yang agak lembab panjang awal air adalah 12cm atau 400ml , pada 20 menit
kedua , panjang air berkurang menjadi 11,9 cm dan pada 20 menit ketiga panjang air menjadi 11,8
cm .Transpirasi terjadi pada tumbuhan tersebut , sehingga air berkurang dari yang awalnya 400 ml
menjadi 398 ml setelah 60 menit.Namun , laju transpirasi pada daerah yang agak lembab lebih
lambat dibandingkan pada daerah berangin atau bercahaya.

Jadi , Cahaya/suhu , kelembaban dan angin mempengaruhi laju transpirasi.

KESIMPULAN

Transpirasi adalah proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata,
kutikula dan lentisel. Transpirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor .

Faktor eksternal yang mempengaruhi laju transpirasi adalah :

1. Cahaya matahari/suhu

2. Angin

3. Kelembaban

SARAN

1. Sebaiknya pemotongan batang dilakukan di dalam air

2. Sebaiknya penelitian dilakukan secara teliti

DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama

Tjitrosomo, S.S. 1990. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa

Online from http://kelasabiologysciencecomunity.wordpress.com/2012/06/12/laporan-fistum-


transpirasi/ diakses tanggal 6 November 2012

Online from http://id.wikipedia.org/wiki/Transpirasi diakses tanggal 6 November 2012

Online from http://11gorys.blogspot.com/2010/10/makalah-transpirasi.html diakses tanggal 6


November 2012

Online from http://hendriyanar08.wordpress.com/2010/09/25/25/ diakses tanggal 6 November


2012

Online from http://firmandepartment.blogspot.com/2011/12/makalah-transpirasi.html diakses


tanggal 6 November 2012

Online from http://patrayasa.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo_1745.html diakses


tanggal 6 November 2012

ABSTRAK

Pengamatan Transpirasi pada tanaman pacar air bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan
terhadap kecepatan transpirasi. Metodenya yaitu dengan meletakkan erlenmeyer yang berisi
tanaman pacar air 20 cm dari lampu 100 watt dan juga meletakkan erlenmeyer ditempat gelap.
Kemudian menimbang kedua erlenmeyer setiap 30 menit sekali. Dari hasil pengamatan diperoleh
kecepatan transpirasi pada tanaman yang diletakkan di ruangan yaitu 9,52 x 10-5 gr/menit/cm2
sedangkan kecepatan transpirasi pada tanaman yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt, yakni
sebesar 4,69 x 10-5 gram/menit/cm2. Hasil yang kami peroleh tidak sesuai dengan teori , hal ini
dikarenakan praktikan dalam meletakkan tanaman pacar air pada ruangan tidak diletakkan pada
bagian ruangan yang gelap. Namun, tanaman pacar air diletakkan di atas meja yang sebagian besar
juga menerima cahaya. Selain itu, jumlah daun yang digunakan pada praktikum ini tidak dikontrol
sehingga mempengaruhi hasil perhitungan kecepatan transpirasi.

Kata Kunci: Transpirasi , Tanaman pacar air

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap air ke
atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air prosesnya disebut dengan transpirasi.
Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan kejadian yang khas, meskipun
perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang lainnya. Transpirasi dilakukan oleh
tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Disamping mengeluarkan air dalam bentuk uap,
tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut dengan
gutasi dengan melalui alat yang disebut dengan hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat pada
ujung urat daun yang sering kita jumpai pada species tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan
transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena
pada daunlah kita menjumpai stomata paling banyak. Transpirasi penting bagi tumbuhan karena
berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu
tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh
sel-sel mesofil kerongga antar sel yang ada dalam daun (Wahab, 2013).

Pada dasarnya terjadinya transpirasi ditentukan oleh seberapa besar celah antara dua sel penutup
stomata, sehingga proses-proses yang menyebabkan membuka dna menutupnya stomata
menentukan besarnya transpirasi. Berbagai faktor lingkungan mempengaruhi proses transpirasi di
antaranya adalah radiasi cahaya, kelembaban, suhu, angin dan keadaan air tanah.

Hal-hal di ataslah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini sehingga laporan ini dapat
dikerjakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode


penimbangan.

C. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode


penimbangan.

BAB II

KAJIAN TEORI

Transpirasi ialah suatu proses hilangnya air dari tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air. Air
diserap dari rambut akar tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian
tumbuhan khususnya daun. Selain digunakan untuk proses fotosintesis, air yang berlebih akan
dibuang melalui proses transpirasi.

Berdasarkan tempatnya, transpirasi dibedakan menjadi tiga macam yaitu transpirasi kutikula,
transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Namun hampir 97% air dari tanaman hilang melalui
transpirasi stomata. (Heddy,1990).

Tiga tipe transpirasi yaitu:

a. Transpirasi Kutikula

Adalah evaporasi (penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula
daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula
hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu,
sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.

b. Transpirasi Stomata

Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-
ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari
dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata
dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat
ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi
kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.

c. Transpirasi Lentikuler

Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal sebagai
alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0,1 % dari total transpirasi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi yaitu sebagai berikut:

a. Faktor dari luar atau lingkungan, antara lain:

1. Radiasi matahari

Dari radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk fotosintesis dan 75-85%
digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi.

2. Temperatur

Kenaikan suhu dari 180 sampai 200F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali.
Suhu daun di dalam ruang yang lebih gelap kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang
terkena sinar matahari mempunyai suhu 100 200F lebih tinggi dari pada suhu udara.

3. Kelembaban

Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang, dengan
demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya
kelembaban udara.

Apabila stomata dalam keadaan terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada
besarnya perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam rongga-rongga antar sel dengan tekanan uap
air di atmosfer. Jika tekanan uap air di udara rendah, maka kecepatan difusi dari uap air di daun
keluar akan bertambah besar begitu pula sebaliknya. Pada kelembaban udara relatif 50% perbedaan
tekanan uap air di daun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari kelembaban relatif 70% (Jayamiharja,
1977).

4. Angin

Angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, yaitu melalui penyapuan uap air. Transpirasi
terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran udara (angin) menghembus udara lembab
di permukaan daun, perbedaan potensial air di dalam dan tepat di luar lubang stomata akan
meningkat dan difusi bersih air dari daun juga meningkat (Gardner, et.al., 1991 )

b. Faktor-faktor dari dalam tanaman, antara lain:

1. Penutupan stomata

Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan
hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih
banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing
satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan
stomata dalam kondisi lapangan yaitu tingkat cahaya dan kelembapan.

2. Jumlah dan ukuran stomata

Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang
lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.

3. Jumlah daun

Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi.

4. Penggulungan atau pelipatan daun

Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi
apabila persediaan air terbatas.

5. Kedalaman dan proliferasi akar

Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada
kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari
proliferasi akar (akar per satuan volume tanah) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan
volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen (Gardner, et.al., 1991 )

Dalam pengukuran laju transpirasi tidaklah mudah untuk dilakukan. Kesulitan utamanya
adalah karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam
berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir
laju transpirasi :

a. Kertas korbal klorida

Adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran uap air yang hilang
ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah tetapi menjadi biru pucat dan
kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah
ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah
daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan
ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.

b. Potometer

Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan asumsi bahwa bila air
tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang
dikeluarkan oleh transpirasi.

c. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi

Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus
cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.

d. Penimbangan langsung

Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot
yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah.
Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untuk jangka waktu tertentu dengan penimbangan
langsung.

B. Analisis

Berdasarkan tabel data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa terjadi perbedaan kecepatan
transpirasi antara tanaman pacar air yang diletakkan pada ruangan dengan tanaman pacar air yang
diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt. Pada pengamatan awal, sebelum dilakukan perbedaan
perlakuan, massa keseluruhan erlenmeyer pertama dengan air dan tanaman pacar air didalamnya
adalah 355,2 gram, sedangkan massa keseluruhan erlenmeyer kedua dengan air dan tanaman pacar
air didalamnya adalah 361,5 gram. Erlenmeyer pertama kemudian diletakkan pada ruangan
sementara erlenmeyer kedua berada 20 cm dari lampu 100 watt. Setiap 30 menit, dengan
pengulangan sebanyak 3 kali dilakukan pengukuran berat terhadap erlenmeyer, air dan tanaman
pacar air yang ada didalamnya membuktikan adanya perubahan berat pada kedua erlenmeyer.
Setelah 30 menit, erlenmeyer pertama yang diletakkan pada ruangan memiliki suhu 29,5 oC,
intensitas cahaya 5 d/m2, dan kelembapan 70 % mengalami penurunan massa menjadi 355,0 gram,
pada 30 menit kedua masih tetap yaitu 35,0 gram dengan suhu 30 oC, intensitas cahaya 1 d/m2,
kelembapan 64 % dan pada 30 menit ketiga mengalami penurunan menjadi 354,9 gram dengan suhu
30,5 oC, intensitas cahaya 2 d/m2, serta kelembapan 62 %.

Erlenmeyer kedua yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt tidak mengalami penurunan massa
yaitu tetap 316,5 gram dari massa awal dengan suhu 30,5 oC, intensitas cahaya 1620 d/m2,
kelembapan 90 % pada 30 menit pertama. Namun, pada 30 menit kedua dan ketiga mengalami
penurunan massa menjadi 361,4 gram. Dimana pada 30 menit kedua memiliki suhu 31 oC, intensitas
cahaya 1540 d/m2, dan kelembapan 60 % sedangkan pada 30 menit ketiga memiliki suhu 32 oC,
intensitas cahaya 1360 d/m2, dan kelembapan 51 %. Berdasarkan hal ini, maka penurunan massa
erlenmeyer pada intensitas cahaya terang lebih kecil dari pada penurunan berat perangkat
erlenmeyer pada intensitas cahaya gelap.
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa pada intensitas cahaya rendah terdapat 6 daun. Daun
pertama luasnya 14 cm2, daun kedua luasnya 9 cm2, daun ketiga luasnya 9 cm2, daun keempat
luasnya 14 cm2, daun kelima luasnya 12 cm2, dan daun keenam luasnya 12 cm2. Sehingga total luas
daun tanaman pacar air pada intensitas cahaya rendah yaitu 70 cm2. Pada intensitas cahaya tinggi
terdapat 9 daun. Daun pertama luasnya 8 cm2, daun kedua luasnya 6 cm2, daun ketiga luasnya 6
cm2, daun keempat luasnya 6 cm2, daun kelima luasnya 7 cm2, daun keenam luasnya 7 cm2, daun
keenam luasnya 12 cm2, daun keenam luasnya 11 cm2, dan daun keenam luasnya 8 cm2. Sehingga
total luas daun tanaman pacar air pada intensitas cahaya tinggi yaitu 71 cm2.

Berdasarkan dari analisis terhadap tabel pengamatan, terjadi penurunan massa pada erlenmeyer
pertama yang diletakkan pada ruangan dengan rata-rata sebesar 0,2 gram dan erlenmeyer kedua
yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt terjadi penurunan massa dengan rata-rata sebesar 0,1
gram. Perubahan massa ini mengindikasikan bahwa pada kedua tanaman pacar air terjadi transpirasi
atau hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan tumbuhan karena proses fisiologis tumbuhan
seperti proses transpirasi. Pada pengamatan ini, tanaman pacar air yang mendapat cahaya lebih
banyak yaitu yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt mengalami penurunan massa lebih sedikit
daripada tanaman yang di letakkan pada ruangan yang mendapat sedikit cahaya. Kecepatan
transpirasi pada tanaman yang diletakkan di ruangan yaitu 9,52 x 10-5 gr/menit/cm2 sedangkan
kecepatan transpirasi pada tanaman yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt, yakni sebesar 4,69
x 10-5 gram/menit/cm2. Hal ini tidak sesuai teori dimana semakin besar intensitas cahaya, semakin
tinggi kecepatan transpirasi dan semakin rendah intensitas cahaya, semakin rendah kecepatan
transpirasi. Karena intensitas cahaya berpengaruh terhadap kecepatan transpirasi. Hal ini
dikarenakan praktikan dalam meletakkan tanaman pacar air pada ruangan seharusnya diletakkan
pada bagian ruangan yang gelap. Namun, tanaman pacar air diletakkan di atas meja yang sebagian
besar juga menerima cahaya. Sehingga perbedaan penurunan massa antara tanaman pacar air yang
diletakkan di ruangan dengan pacar air yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt tidak jauh
berbeda yaitu hanya berbeda 0,1 gram saja. Selain itu, jumlah daun yang digunakan pada praktikum
ini seharusnya dikontrol sehingga tidak mempengaruhi hasil perhitungan kecepatan transpirasi.

Intensitas cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi karena mekanisme membuka menutupnya


stomata, yaitu celah daun yang menjadi tempat keluarnya uap air pada proses transpirasi dan
terjadinya dipengaruhi oleh adanya cahaya. Berdasarkan teori fotosintesis, sel penjaga pada stomata
memiliki kloroplas yang mengandung klorofil. Adanya klorofil dan cahaya mengindikasikan bahwa
pada sel penjaga berlangsung fotosintesis yang menghasilkan glukosa. Glukosa terdapat dalam
bentuk larut pada cairan sel penjaga. Apabila pada suatu sel terdapat banyak zat terlarut yaitu
glukosa, maka potensial air pada sel penjaga rendah sehingga air pada sel tetangga masuk ke sel
penjaga. sehingga membukalah stomata dan terjadilah proses transpirasi. Ketika tanaman pacar air
ditempatkan pada intensitas cahaya tinggi, celah stomata akan membuka lebar, sehingga proses
transpirasi berlangsung lebih cepat. Sebaliknya, saat intensitas cahaya rendah, celah stomata akan
mengecil atau menutup sama sekali, sehingga kecepatan transpirasi rendah, bahkan tidak
berlangsung. Selain itu, suhu dan kelembaban lingkungan juga berpengaruh pada kecepatan
transpirasi. Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi. Hal ini terlihat
pada 30 menit ketiga tanaman pacar air yang diletakkan pada ruangan, dimana pada suhu 30,5 oC
memiliki selisih 0,3 gram dibandingkan selisih pada suhu 29,5 oC dan 30 oC yang hanya memiliki
selisih 0,2 gram. Namun, semakin rendah kelembaban lingkungan, semakin tinggi kecepatan
transpirasi. Hal ini juga terlihat pada kelembapan 62 % memiliki selisih 0,3 gram dibandingkan selisih
pada kelembapan 70 % dan 64 % yang hanya memiliki selisih 0,2 gram. Gerakan uap air ke udara
dalam daun akan menurunkan kecepatan bersih dari air yang hilang, sehingga transpirasi akan
menurun seiring dengan meningkatnya kelembaban udara, begitu pula sebaliknya.

A. Kesimpulan

Dari pengamatan Transpirasi dapat disimpulkan bahwa:

Intensitas cahaya dan suhu dapat mempengaruhi kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air
(impatien balsemia) , dimana semakin besar intensitas cahaya dan suhu maka kecepatan transpirasi
semakin cepat. Sebaliknya semakin kecil intensitas cahaya dan suhu maka kecepatan transpirasi
semakin lambat.

B. Saran

Adapun saran dari pengamatan Transpirasi ini yaitu:

Sebaiknya sebelum melakukan praktikum jumlah daun pada tanaman pacar air yang akan
dimasukkan ke erlenmeyer dikontrol agar tidak berpengaruh pada hasil perhitungan kecepatan
transpirasi. Peletakkan tanaman pacar air yang tidak disinari cahaya lampu seharusnya diletakkan
ditempat gelap bukan diatas meja yang sebagian besar juga menerima cahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Gardner, F. P. R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.

Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.

Jayamiharja, Joni B. Ahmad. 1977. Diktat Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Purwokerto: Fakultas Pertanian
UNSOED.

Pratama, Tomi A., dkk. 2009. Transpirasi dan Evaporasi. (online)


https://thetom022.files.wordpress.com/2009/06/transpirasi-dan-evaporasi.pdf, diakses tanggal 15
Mei 2015 Pukul 10.00

Tim. 2015. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Program Studi Pendidikan IPA UNESA.

Diposkan oleh novi di 16.45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penguapan adalah suatu proses pergerakan molekul-molekul zat cair dari permukaan zat cair
tersebut ke udara bebas. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan sebagian besar melalui permukaan
daun disebut sebagai transpirasi.
Transpirasi ini terjadi melalui daun akan tetapi dapat juga melalui permukaan tubuh yang
lainnya seperti batang. Oleh karena itu dikenal 3 jenis transpirasi, yaitu transpirasi melalui stomata,
melalui kutikula, dan melalui lentisel.

Transpirasi ini biasanya bibatasi pada masalah-masalah transpirasi melalui daun, karena
sebagian besar hilangnya molekul-molekul air ini lewat permukaan daun tumbuhan. Mengingat akan
pentingnya pemahaman tentang proses transpirasi, maka diadakanlah praktikum ini dengan tujuan
untuk mengetahui kecepatan transpirasi dan untuk mengetahui jumlah air yang yang diuapkan /
satuan luas daun dalam waktu tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah:

- Bagaimana cara mengetahui hilangnya uap air dari kedua permukaan daun?

1.3 Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui hilangnya uap air dari kedua permukaan
daun.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata,
kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang
terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini
kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada
sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah
air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun
(Wilkins, 1989).

Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara


untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai
daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang
ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk
besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu
dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui
beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi (Tjitrosoepomo,
1998).

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga
dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak
akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi,
terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu,
melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan
fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Sitompul, 1995).
Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena kalau
transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandungan air
melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa
tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit. Kegiatan
transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Yang terhitung
sebagaio faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya
stomata. Hala-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan (Salisbury, 1992).

Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung sebagai pertukan
karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang sedaang
tumbuh menentukan banyak air jauh lebih banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri
kecepatan hilangnya air tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan relatif dengan gerakan
udara. Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem dan secepatnya
mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan, akan
tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya seluruh bagian tanaman
mengadakan transpirasi karena dengan adanya transpirasi terjadi hilangnya molekul sebagian besar
adalah lewat daun hal ini disebabkan luasnya permukaan daun dan karena daun-daun itu lebih
terkena udara dari pada bagian lain dari suatu tanaman (Lakitan, 2007).

Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat (Dartius, 1991).
Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga
tersebut. Pergerakan air antar sel akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggike sel
engan potensi lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan yang
terlarut dari cairan tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi yang terjadi pada sel
semakin rendah (Heddy, 1990).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain:

1. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi mekanisme membuka dan menutupnya stomata

2. Kelembaban udara sekitar

3. Suhu udara

4. Suhu daun tanaman

(Guritno, 1995).

Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati
permukaan daun tersebut lebih kering (kelembaban nisbihnya rendah) dari udara sekitar tumbuhan
tersebut. Kerapatan uap air diudara tergantung dengan resisitensi stomata dan kelembaban nisbih
dan juga suku udara tersebut, untuk perhitungan laju transpirasi. Kelembaban nisbih didalam rongga
substomata dianggap 100%. Jika kerapatan uap air didalam rongga substomata sepenuhnya
tergantung pada suhu (Filter, 1991).

Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata. Semakin besar
bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada beberapa tulisan digunakan
beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini daya hantar stomata berbanding dengan
resistensi stomata (Dwijoseputro, 1983).

Pembahasan

Pada percobaan kali ini, proses transpirasi tumbuhan diketahui dengan cara penimbangan.
Tumbuhan yang menjadi sampel yaitu tumbuhan Citrus aurantifolia. Dari sini dapat diketahui bahwa
ternyata tanaman tersebut melakukan proses transpirasi, hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan
yang diperoleh. Pada hasil pengamatan didapatkan hasil yang berbeda-beda pada setiap
penimbangan botol yang berisi air dan tanaman. Pada penimbangan awal didapatkan berat sebesar
245,5gr, sedangkan pada penimbangan 20 menit ke I, 20 menit ke II, dan 20 menit ke III didapatkan
hasil yang besarnya lebih kecil dibandingkan pada saat penimbangan awal.

Seperti yang kita ketahui bahwa proses transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh
tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula dan lentisel. Berkurangnya berat botol dan
tanaman pada proses penimbangan merupakan bukti terjadinya proses transpirasi pada tanaman
Citrus aurantifolia tersebut. Transpirasi yang terjadi dipengaruhi oleh Luas Total Daun (LTD) tanaman
tersebut. Semakin besar LTD tanaman, maka semakin cepat proses transpirasi yang terjadi, begitu
pula sebaliknya, semakin kecil LTD tanaman, maka semakin lambat pula proses transpirasinya.
Dengan menggunakan perbandingan antara berat akhir penimbangan botol dan tanaman dengan
LTD tanaman, maka dapat diketahui besarnya kecepatan transpirasi tanaman.

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan
melalui stomata (Lakitan, 1993). Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi,
tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh
sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya
difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Loveless,1991).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian satu lubang dengan ukuran 2x2 cm, menghasilkan
volume air yang diuapkan sebanyak 5 ml. Perlakuan ke -2 dengan 2 lubang ukuran 2x1 cm dengan
volume air yang diuapkan sebanyak 7ml dan empat lubang dengan ukuran 1x1 cm dapat
menguapkan air sebanyak 7,5 ml. Hilangnya air dari tanaman dalam hal ini transpirasi berhubungan
dengan stomata. Lubang stomata yang berbentuk oval mempunyai kaitan dengan intensitas
pengeluaran air. Percobaan fisika membuktikan bahwa penguapan air yang tidak ditutup sama sekali
lebih lambat daripada penguapan air melalui lubang-lubang selaput yang halus. Dalam batasan
terentu, semakin banyak pori, maka penguapan juga semakin cepat ( Tjitrosomo, 1985). Posisi lubang
yang berdekatan menyebabkan penguapan melalui lubang yang satu terhambat oleh penguapan
lubang yang berdekatan, karena jalan yang ditempuh oleh molekul air yang melewati lubang tidak
lurus tetapi membelok karena pengaruh sel penutup. Bentuk stomata yang oval juga memudahkan
pengeluaran air daripada bentuk stomata yang bundar. Deretan molekul-molekul air yang kuat lebih
banyak jika keliling dari stomata lebih panjang. Pengeluaran air yang maksimal terjadi jika jarak
antara stomata 20 kali diameternya (Dwidjoseputro, 1989). Hasil pengamatan menunjukkan
penguapan air yang paling besar yaitu 7,5 ml untuk perlakuan 4 lubang 1x1 cm dan yang paling
sedikit menguap pada 1 lubang 2x2 cm yaitu 5ml. Hasil pengamatan tersebut berarti sesuai dengan
pendapat di atas.
Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui kutikula walaupun
hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang. Air sebagian besar
menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju
transpirasi (Tjitrosomo, 1985).

Dwidjoseputro (1989), menyatakan bahwa transpirasi mempunyai arti penting bagi tanaman.
Transpirasi pada dasarnya suatu penguapan air yang membawa garam-garam mineral dari dalam
tanah. Transpirasi jiga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar matahari, kenaikan
temperatur yang diterima tanaman digunakan untuk penguapan air.

Transpirasi dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan tempatnya, yaitu transpirasi kutikula,
transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi
stomata. (Heddy,1990).

Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam penguapan air dari
permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan
permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada
udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui
stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan
tersebut akan kehilangan air.

Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara
lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak
sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata
(Salisbury&Ross.1992) dan faktor luar antara lain:

Kelembaban

Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi
bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan
konsentrasi mulekul uap air di udara.

Suhu

Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua
kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis
mempengaruhi pembukaan stomata.

Cahaya

Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu
daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.

Angin

Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi.
Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas
stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan
mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat
transpirasi.

Kandungan air tanah

Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar. Pada siang
hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut
menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari
terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan
air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air
pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut (Loveless,1991).

Unsur kalium sangat memegang peranan dalam proses mermbuka dan menutupnya stomata
(stomata movement) serta transportasi lain dalam hara lainnya, baik dari jaringan batang maupun
lasngsung dari udara bebas. Dengan adanya defisiensi kalium maka secara langsung akan
memperlambat proses fisiologi, baik yang melibatkan klorofil dalam jaringan daun maupun yang
behubungan dengan fungsi stomata sebagai faktor yang sangat penting dalam produksi bahan kering
secara umum. Semakin lama defisiensi kalium maka akan semakin berdampak buruk terhadap laju
proses fisiologi dalam jaringan daun. Semakin berat defisiensi kalium pada gilirannya akan
berdampak semakin parah terhadap rusaknya pertumbuhan daun (Masdar, 2003)

Transpirasi yang terjadi memang dapat merugikan tanaman, namun juga bermanfaat bagi tanaman
antara lain

Meningkatkan daya isap daun pada penyerapan air

Mengurangi jumlah air dalam tumbuhan jika terjadi penyerapan yang berlebihan.

Laju transpirasi tertinggi dari perlakuan cahaya adalah pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 5,55 x
10-4 gr/dtk. Ini karena tidak adanya faktor penghalang cahaya yang dapat menghambat radiasi surya
(matahari) dimana cahaya matahari sangat mempengaruhi laju transpirasi, hal ini sesuai dengan
literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa cahaya yang banyak dapat
menyebabkan membuka dan menutupnya stomata sehingga akan memepercepat laju transpirasi
dan sebaliknya. Adapun lapisan lilin dapat menghambat laju transpirasi.

Laju transpirasi pada perlakuan cahaya adalah perlakuan dilapisi vaseline dan tanpa daun yaitu 1,66
x 10 -4 gr/dtk. Hal ini disebabkan fungsi vaseline sebagai lapisan yang dapat memperlambat proses
transpirasi, karena semakin menebalnya permukaan uap air akan sulit keluar. Hal ini sesuai dengan
literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa adapun lapisan lilin akan memperlambat
laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan sulit berdifusi untuk keluar.

Laju transpirasi pada perlakuan angin adalah pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 3,33x 10-4 gr/dtk,
hal ini disebabkan adanya faktor penghalang angin yang dapat mempengaruhi laju transpirasi dimana
dimana angin sangat mempengaruhi laju transpirasi. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (2007)
yang menyatakan bahwa kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam yang
termasuk faktor dalam diantaranya besar kecilnya daun dan jumlah stomata bentuk dan lokasi
stomata serta ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun. Faktor luar yaitu sinar matahari,
temperatur kelembapan udara dan angin.

Laju transpirasi terendah pada perlakuan angin adalah pada pada perlauan dipotong daun dan
tanpa daun yaitu sebesar 1,66 x 10-4 gr/dtk. Ini karena uap air berdifusi melalui stomata, sehingga
dengan pemotongan daun dan tanpa daun akan mempengaruhi jumlah stomata akibatnya laju
transpirasi semakin lambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Salisbury dan Ross ( 1992 ) myang
menyatakan bahwa stomata terletak dimana epidermis memungkinkan terjadinya pertukaran gas
antara mesofil dan udara luar. Kebanyakan air yang hilang secara uap air dari suatu daun dari
dinding epidemis karena dalam yang besar dan mesofil yang berdekatan dengan rongga-rongga
dibawah stomatab dan hilang ke udara melalui stomata.

Pada siang hari tumbuhan menerima radiasi matahari maka cahaya merupakn proses yang
mempengaruhi penguapan. Penguapan yang banyak meningkatkan laju transpirasi. Hal ini sesuai
dengan literatur Lakitan (2007) yang menyatakan peningkatan suhu yang berlebihan sangat
mengganggu proses metabolisme tubuh. Transpirasi merupakan proses yang membutuhkan banyak
energi dalam tahap penguapan dari molekul-molekul air.

Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara bergerak melewati petrmukaan daun yang kering .
Hal ini sesui dengan literatur Lakitan (2007) yang menyatakan bahwa angin dapat pula
mmepengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transp[irasi bila pada permukaan daun
tersebut kering dalam kelembapan nisbih yang rendah dari udara sekitar tumbuhan tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Laju transpirasi tertinggi pada perlakuan cahaya adalah pada perlakuan kontrol yaitu 5,55 x 10-4
gr/dtk

Laju transpirasi terendah pada perlakuan cahaya adalah pada perlakuan dilapisi vaseine dan tanpa
daun yaitu 1,66 x 10-4 gr/dtk

Laju transpirasi tertinggi pada perlakuan angin adalah pada perlakuan kontrol yaitu 3,33 x 10-4
gr/dtk

Laju transpirasi terendah pada perlakuan angin adalah pada perlakuan dipotong daun dan tanpa
daun yaitu 1,66 x 10-4 gr/dtk

Dari perlakuan cahaya dan angin laju teranspirasi yang tertinggi adalah perlakuan cahaya.

Saran

Sebaiknya pada saat percobaan laju tarnspirasi, digunakan tanaman pacar air ( Balsamina Imaptient )
yang masih muda dan berbatang hijau.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Kecepatan transpirasi tanaman Citrus aurantifolia adalah 0,0038 gr/cm2/jam.

2. Jumlah air yang diuapkan/satuan luas daun dalam waktu tertentu pada tanaman Citrus aurantifolia
adalah 263,08 cm2.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu sebaiknya praktikan teliti pada saat
melakukan penimbangan agar didapatkan hasil yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Dartius. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. USU-Press. Medan.

Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Filter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.

Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM Press. Yogyakarta.

Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.

Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, H.S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta.

Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap
air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air prosesnya disebut dengan
transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan kejadian yang khas,
meskipun perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang lainnya. Transpirasi dilakukan oleh
tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Disamping mengeluarkan air dalam bentuk uap,
tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut dengan
gutasi dengan melalui alat yang disebut dengan hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat pada
ujung urat daun yang sering kita jumpai pada species tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan
transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena
pada daunlah kita menjumpai stomata paling banyak. Transpirasi penting bagi tumbuhan karena
berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu
tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh
sel-sel mesofil kerongga antar sel yang ada dalam daun.

Dalam pengamatan ini, kita ngin mengetahui kecepatan transpirasi yang kebanyakan terjadi pada
permukaan daun sera menghitung kecepatan transpirasi yang terjadi pada daun tersebut. Transpirasi
dapat terjadi pada kutikula, stomata, dan lentisel. Jumlah air yang dikeluarkan melalui transpirasi
pada setiap tumbuhan tidak sama dan tergantung pada banyak faktor. Transpirasi dipengaruhi baik
oleh faktor luar maupun faktor dalam.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut
gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena
molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian
atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas
melalui arus transportasi.Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya,
suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku
stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang
berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas
antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi
tersebut dapat digunakan potometer . Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat
dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan
mati.Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam
jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk
mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.Lebih dari 20 % air yang diambil oleh
akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan
tingkat tinggi berasal dari daun selain dari batang, bunga dan buah.Transpirasi menimbulkan arus
transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari akar ke daun melalui xilem ( Siregar.
2003: 84).

Struktur anatomi daun memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan lapis
pembatas tebal relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun cenderung
meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang tersembunyi menekan
permukaan daun sehingga stomata membuka. Udara memiliki efek penting dalam penjenuhan
jumlah udara. Udara hangat membaewa lebih banyak air dari pada udara dingin. Oleh karena itu,
pada saat panan volume udara akan memberikan sedikit uapa air dengan kelembaban relatif yang
lebih rendah daripada saat dingin. Untuk alasan ini, tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat
pada udara hangat dari pada udara dingin. Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun
menurunkan kelembaban relatif pada ruang tersebut. Air yang menguap dari daun (stomata) ini
menimbulkan kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang berdekatan dalam daun.Beberapa
penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma. Ketika air meninggalkan daun,
molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang
dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol (Anonim. 2009).

Tumbuhan seperti pohon jati dan akasia mengurangi penguapan dengan cara menggungurkan
daunnya di musim panas.Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan jahe-jahean, tumbuhan jenis ini
mematikan daunnya pada musim kemarau. Pada musim hujan daun tersebut tumbuh lagi.Tumbuhan
yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang kekurangan air (daerah panas) misalnya kaktus,
mempunyai struktur adaptasi khusus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada
tumbuhan yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka daunnya berbulu, bentuknya
kecil-kecil dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri (Sasmitamihardja. 1996: 49).

Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill sel
pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar
daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang
rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi
(ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air (Lakitan. 1993. 39).

C. Pembahasan

Dari hasil pengamatan pada praktikum ini terjadi proses transpirasi yaitu hilangnya air dari tubuh
tumbuhan sebagian besar melalui permukaan daun yang dibuktikan dengan terjadinya penurunan
berat botol yang berisi tanaman. Dalam percobaan ini, berat botol ditambah dengan tanaman
awalnya 225 gram, setelah 30 menit pertama beratnya tetap dan pada pengamatan pada 30 menit
kedua beratnya mengalami penurunan 1 gram yaitu 224 gram dan pada 30 menit ketiga beratnya
semakin berkurang 2 gram menjadi 252 gram. Hal ini terjadi karena adanya penguapan pada
tanaman. Sel-sel yang menguapkan airnya terjadi karena banyak faktor yaitu faktor luar antara lain
radiasi atau penyinaran, temperatur, kelembaban, tekanan udara, dan angin. Semakin banyak
penyinaran maka akan membantu terbukanya stomata pada daun karena percobaan ini dilakukan
pada siang hari sehingga temperatur juga akan semakin tinggi. Selain itu di dalam laboratorium,
tempat dilakukannya pengamatan terdapat udara bebas sehingga terjadi tekanan udara dan angin
yang dapat memicu terjadinya transpirasi pada tanaman.

Adapun faktor dalamnya antara lain ukuran daun, tebal tipisnya daun, keadaan permukaan daun,
serta jumlah dan letak stomata pada permukaan daun. Ukuran daun sangat mempengaruhi
transpirasi karena semakin luas permukaan daun maka kemungkinan terdapatnya stomata juga akan
semakin banyak, sehingga akan mempercepat laju transpirasi.

Transpirasi dimulai dengan penguapan oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun.
Sel-sel yang menguapkan airnya tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya
menurun. Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam tempat tersebut
selama stomata pada epidermis daun tidak terbuka. Agar transpirasi dapat berjalan maka stomata
harus terbuka, sehingga uap air yang berada di dalam rongga antar sel akan keluar ke atmosfir.
Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju
angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari
tubuh dengan mengatur turgor optimum di dalam sel.

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Kita dapat mengetahui kecepatan transpirasi yang terjadi pada tanaman yang sebagian besar
terjadi pada stomata dengan cara berat akhir botol ditambah tanaman dibagi dengan LTD dan
memperoleh hasil 0,032 gr/cm2/jam.

2. Kita dapat mengetahui jumlah air yang di uapkan dalam waktu tertentu karena transpirasi dapat
berlangsung karena faktor luar antara lain radiasi, temperatur, kelembaban, tekanan udara, angin
dan kadar air dalam tanah. Sedangkan faktor dalam antara lain ukuran daun, tebal tipisnya daun,
keadaan permukaan daun, serta jumlah dan letak stomata pada permukaan daun.

B. Saran

Adapun saran saya dari praktikum ini adalah meningkatkan tingkat ketelitian kerja di dalam
melakukan suatu percobaan agar hasil yang kita capai lebih maksimal, serta memperhatikan setiap
arahan dari asisten agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSATAKA
Anonim. 2009. Kecepatan transpirasi. http://id.org.co.//wikipedia.transpirasi.html

Diakses tanggal 28 Mei, jam 16.00 Wita.

Benyamin, Lakitan. 1993. Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sasmitamihardja, Drajat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Jakarta.

Siregar, Arbayah. 2003. Anatomi Tumbuhan. ITB. Bandung.

1.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari- hari , kita tanpa sadar menyadari bahwa tumbuhan melakukan proses
transpirasi . Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup
tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel .80%
air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam
transpirasi.Transpirasi berperan di dalam pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel ,
penyerapan dan pengangkutan air dan zat hara, pengangkutan asimilat , membuang kelebihan air,
pengaturan bukaan stomata dan mempertahankan suhu daun.

Agar transpirasi dapat berjalan maka stomata harus membuka. Apabila stomata membuka, maka
akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfir. Kalau tekanan uap air di atmosfir
lebih rendah dari rongga antar sel, uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfi. Banyaknya
stomata pada tanaman berbeda-beda antara spesies satu dengan spesies yang lain. Pada tanaman
darat, umumnya stoma terdapat pada permukaan bawah daun dan pada beberapa tanaman, stoma
terdapat pada permukaan atas dan bawah daun.

Dalam pengamatan ini, kita ngin mengetahui kecepatan transpirasi yang kebanyakan terjadi pada
permukaan daun sera menghitung kecepatan transpirasi yang terjadi pada daun tersebut. Transpirasi
dapat terjadi pada kutikula, stomata, dan lentisel. Jumlah air yang dikeluarkan melalui transpirasi
pada setiap tumbuhan tidak sama dan tergantung pada banyak faktor. Transpirasi dipengaruhi baik
oleh faktor luar maupun faktor dalam.

B. Hipotesa

Sebagian besar air akan mengalami transpirasi melalui daunnya sehingga berat tanaman menjadi
lebih ringan akibat kehilangan air.
2.TINJAUAN PUSTAKA

Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada
tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara
yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya
melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air
dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Transpirasi penting bagi
tumbuhan, karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam-garam
mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh, dan mengatur
turgor optimum di dalam sel. (Benyamin,1993).

Permukaan daun yang dihiasi dengan bukaan yang secara kolektif disebut stomata, dan dalam
kebanyakan tanaman mereka lebih banyak pada sisi bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat
mendinginkan tanaman dan memungkinkan aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas.
Aliran massa air dari akar ke daun disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas
dari tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar dengan osmosis, dan
semua nutrisi mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui xilem. Lebih dari 20 % air yang diambil
oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh
tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain dari batang, bunga dan buah.Transpirasi
menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari akar ke daun melalui
xilem( Siregar.2003).

Tumbuhan seperti pohon jati dan akasia mengurangi penguapan dengan cara menggungurkan
daunnya di musim panas.Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan jahe-jahean, tumbuhan jenis ini
mematikan daunnya pada musim kemarau. Pada musim hujan daun tersebut tumbuh lagi.Tumbuhan
yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang kekurangan air (daerah panas) misalnya kaktus,
mempunyai struktur adaptasi khusus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada
tumbuhan yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka daunnya berbulu, bentuknya
kecil-kecil dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri(Sasmitamihardja. 1996: 49).

Pembahasan

Data di atas merupaka hasil dari percobaan transpirasi pada tanaman cabai.dari langkah-
langkah percobaan menimbulkan hasil yang berbeda-beda. Sebelum di lakukan penimbangan,pot
tanaman di lapisi plastic agar transpirasi hanya terjadi pada daun. Pada penimbangan awal,berat
tanaman ditambahkan dengan pot adalah 0,28 kg (setara dengan 280 gram). Setelah itu dikipas
anginkan selam 30 menit,hasilnya adalah 0,27 kg (setara dengan 270 gram).Di pastikan lagi dengan di
kipas anginkan selama 30 menit kedua hasilnya 0,26 kg (setara dengan 260 gram) dan ini sesuai
hipotesa bahwa air semakin berkurang setelah di kipas anginkan.

Akan tetapi,setelah di letakkan di ruang terbuka selama 2 hari,berat tanaman bukan


berkurang tetapi bertambah yaitu menjadi 0,27 kg (setara dengan 270 gram).Seharusnya berat pot
dan tanaman berkurang,akan tetapi pada percobaan kali ini malah bertambah. Hal ini mungkin saja
terjadi karena beberapa factor salah satunya ketika di letakkan di ruang terbuka,tanaman tersebut
berada pada di area yang banyak tanaman rumput,ini membuat embun pada rerumputan tersebut
dapat berpengaruh pada kadar air yang ada pada tanaman yang di jadikan bahan percobaan
tersebut. Kemungkin lain yang dapat terjadi adalah karena factor hujan,akan tetapi selama
percobaan hujan tidak terjadi,sehingga kemungkinan besar terjadi karena embun di sekitar tanaman.

Walaupun demikian,hal ini juga membuktikan bahwa transpirasi sangat di pengaruhi oleh
factor dalam juga factor luar.hal itu tidak dapat di tepiskan.Juga daun yang ada pada tanaman
tersebut menguning.Hal ini terjadi karena tidak sepenuhnya air yang di uapkan kembali ke tumbuhan
karena di lapisi plastik.maka dari itu,benarlah perkiraan bahwa trasnpirasi paling banyak terjadi pada
bagian tumbuhan yang juga melangsungkan fotosintesis yaitu daun.

E.Kesimpulan

Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat di simpulkan bahwa :

1.Sebagian besar transpirasi berlansung pada daun.

2.Transpirasi sangat di pengaruhi oleh factor dalam juga factor luar.

3.Uap air juga dapat keluar dari tanah

4.Transpirasi juga berfungsi untuk menstabilkan suhu pada daun ketika melakukan fotosintesis..

5.Tidak semua tanaman melakukan transpirasi pada saat melakukan fotosintesis,contoh kaktus.

F.Saran

Usahakan percobaan ini dilakukan dengan teliti dan hati-hati ,agar hasil yang di tunjukan
sesuai dengan yang kita harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Benyamin, Lakitan. 1993. Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sasmitamihardja, Drajat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


Jakarta.

Siregar, Arbayah. 2003. Anatomi Tumbuhan. ITB. Bandung.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014
I. Judul : Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi

II. Tujuan : Untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui
proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

III. Tinjauan Pustaka

Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan dari tumbuhan. Banyaknya
air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses
masuknya air kedalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan
kecepatan proses hilangnya air dari dalam tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan
dapat berupa cairan dan uap. Proses keluarnya air dari dalam tubuh tumbuhan dalam bentuk gas ke
udara disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi (Klimatologi, 2009 : Online).

Mekanisme adaptasi tanaman untuk mengatasi cekaman kurang air adalah dengan respon kontrol
transpirasi dan pengaturan osmotik sel. Pada mekanisme ini terjadi sintesis dan akumulasi senyawa
organik yang dapat menurunkan potensial osmotik sehingga menurunkan potensial air dalam sel
tanpa membatasi fungsi enzim namun tetap menjaga turgor sel. Beberapa senyawa yang berperan
dalam penyesuaian osmotikal sel antara lain gula osmotik, prolin, betain dan protein dehidrin
(Setiawan, 2013 : 109).

Indikator adanya cekaman kekeringan pada tanaman adalah gejala layu pada daun (terjadinya
dehidrasi pada daun). Dehidrasi daun dapat diminimalkan melalui penurunan evapotranspirasi
atau melalui peningkatan absorpsi air pada tanah kering. Pada kondisi kekeringan yang paling urgen
bagi tanaman adalah peningkatan pengambilan air, yang biasanya tersedia pada posisi yang lebih
dalam. Proses penurunan kehilangan air juga dapat dilakukan dengan penutupan stomata,
penggulungan daun dan penurunan potensial air daun. Penurunan potensial air daun mungkin
dapat dilakukan dengan peningkatan perubahan tekanan turgor, yang sangat tergantung pada
elastisitas dinding sel, atau perubahan potensial osmotik, yang sangat tergantung pada konsentrasi
larutan dalam sel. Kehilangan air daun juga dapat dicapai dengan memperkecil luas permukaan daun
dan mereduksi konduktansi stomata. Pengaturan stomata memegang peran utama dalam
pengendalian kehilangan air. Konduktansi stomata yang rendah berhubungan dengan densitas
stomata, yang kemungkinan berperan dalam pola konservasi penggunaan air. Stomata mengatur
status air tanaman melalui regulasi banyaknya ekstraksi air dari tanah oleh tanaman dengan
pengontrolan laju kehilangan air ke atmosfer. Kecepatan penutupan stomata, sebagai respons
stomata terhadap perubahan defisit tekanan uap, sangat ditentukan oleh sensitivitas stomata.
Defisit tekanan uap antara daun dan udara menjadi driving forcetranspirasi. Transpirasi akan
meningkat seiring dengan peningkatan defisit tekanan uap dari udara kering. Konduktansi stomata
yang rendah merupakan indikator tipe tanaman toleran kekeringan. Tingginya resistensi
mengindikasikan penurunan kehilangan air, yang penting untuk menjaga status air. Resistensi
transpirasi membantu potensial air tanaman yang berperan dalam menjaga turgiditas. Untuk
meminimalkan laju kehilangan air, selain faktor stomata kemampuan jaringan daun dalam menahan
lepasnya molekul air merupakan faktor penting lainnya. Kemampuan daun menahan air yang
ditunjukkan oleh laju kehilangan air daun Rate leaf Water Loss (RWL) dapat digunakan sebagai
indikator toleransi kekeringan. Pada wheat, RWL dapat digunakan sebagai indikator yang sederhana
tapi handal untuk toleransi kekeringan (Adisyahputra, 2011 : 74).
Seperti halnya pada semua organisme, tumbuhan memiliki atau mengembangkan alat khusus untuk
melakukan pertukaran zat. Alat ini dapat berupa unit organela sel tertentu, sel tertentu yang
mengalami modifikasi, jaringan tertentu yang terspesialisasi mendukung fungsi pengeluaran zat atau
bahkan merupakan organisasi tingkat organ. Daun merupakan organ paling penting untuk pertukaran
gas Stomata merupakan alat istimewa pada tumbuhan, yang merupakan modifikasi beberapa sel
epidermis daun, baik epidermis permukaan atas maupun bawah daun. Struktur stomata sangat
bervariasi pada antar tumbuhan, terutama bila dibandingkan untuk antar tumbuhan yang lingkungan
hidupnya cukup kontras. Melalui stomata tumbuhan menunjukkan kemampuan adaptifnya terhadap
perubahan dan stress dari lingkungannya. Tumbuhan darat banyak mengeluarkan air melalui
stomata, terutama pada siang hari yang terik. Melalui alat yang sama, tumbuhan juga melepaskan
gas-gas seperti CO2 dan O2, terutama pada siang hari, kecuali pada tumbuhan gurun. Sebaliknya,
melalui stomata tumbuhan juga menyerap CO2 dan O2. Stomata selain merupakan alat pelepasan
dan penyerapan, juga merupakan alat kontrol atau pengatur pertukaran gas agar terjadi keajegan
dinamik cairan dan gas-gas dalam jaringan untuk mempertahankan aktivitas fisiologinya. Mekanisme
pengaturannya dilakukan melalui adaptasi fisiologis stomata yang mengendalikan membuka-
menutupnya stomata. Melalui cara ini konduktivitas stomata bersifat dinamik adaptif. Secara
fisiologis, tumbuhan mampu mengatur tingkat konduktivitas stomata, dengan cara mengatur tingkat
buka tutupnya stomata. Secara struktural, adaptasi stomata ditunjukkan dari segi bentuk, ukuran,
dan sebaran atau rasio antara permukaan atas dan bawah daun (Suyitno, 2006 : 1).

Transpirasi merupakan aktivitas fisiologis penting yang sangat dinamis, berperan sebagai mekanisme
adaptasi terhadap kondisi lingkungannya, terutama terkait dengan kontrol cairantubuh, penyerapan
dan transportasi air, garam-garam mineral serta mengendalikan suhu jaringan.Transpirasi merupakan
proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui
stomata, selain melalui kutikula dan lentisel (Dardjat dan Arbayah, 1996:61). Karena sifat kutikula
yang impermeabel terhadap air, transpirasi yang berlangsung melalui kutikula relatif sangat kecil
(Prawiranata dkk, 1991:138). Transpirasi dapat merugikan tumbuhan bila lajunya terlalu cepat yang
menyebabkan jaringan kehilangan air terlalu banyak selama musim panas dan kering (Lovelles,
1991:167). Proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal
antara lain seperti ukuran daun, tebal tipisnya daun, tebal lapisan lilin, jumlah rambut daun, jumlah,
bentuk dan lokasi stomata (Dwidjoseputro, 1994:92), termasuk pula umur jaringan, keadaan
fisiologis jaringan dan laju metabolisme. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya,
suhu, kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah (Dardjat dan Arbayah, 1996:64). Selain itu
juga dipengaruhi oleh gradientpotensial air antara tanah, jaringan dan atmosfer, serta adanya zat-zat
toksikdi lingkungannya. Menurut Goldworthy dan Fisher (1992:61-63), pembukaan stomata
dipengaruhi oleh CO2, cahaya, kelembaban, suhu, angin, potensial air daun dan laju fotosintesis.
Mekanisme kontrol laju kehilangan air dapat dilakukan dengan mengontrol laju metabolisme,
adaptasi struktural daun yang dapat menekan laju kehilangan air, termasuk di antaranya mengatur
konduktivitas stomata (Ratmawati, 2004 : 4).

Banyaknya transpirasi air yang keluar disebabkan dibutuhkkannya atom karbon (CO2) dari udara
melalui membukanya stomata, dengan terbukanya stomata air yang terdapat di daun akan keluar
secara difusi melalui pori stomata (Salisbury, 1995 : 71).

Suhu udara merupakan faktor lingkungan yang mempunyai kontribusi yang cukup besar
terhadap laju transpirasi dan evaporasi, semakin tinggi suhu udara maka laju transpirasi dan
laju evaporasi semakin tinggi juga. Mekanisme proses transpirasi dan evaporasi berfungsi untuk
menjaga keseimbangan suhu di dalam tubuh tanaman sehingga aktifitas enzimatis pada proses
biokimia dalam rangkaian fotosintesis dapat berjalan normal (Nurkhasanah, 2013 : 39).

Air di dalam jaringan tanaman selain berfungsi sebagai penyusun utama jaringan yang aktif
mengadakan kegiatan fisiologis, juga berperan penting dalam memelihara turgiditas yang diperlukan
untuk pembesaran dan pertumbuhan sel (Kramer, 1963). Peranan yang penting ini menimbulkan
konsekuensi bahwa secara langsung atau tidak langsung defisit air tanaman akan mempengaruhi
semua proses metabolisme dalam tanaman yang mengakibatkan terganggunya proses pertumbuhan
(Pugnaire dan Pardos, 1999). Menurut Kramer (1963) kekurangan air di dalam jaringan tanaman
dapat disebabkan oleh kehilangan air yang berlebihan pada saat transpirasi melalui stomata dan sel
lain seperti kutikula atau disebabkan oleh keduanya. Namun lebih dari 90% transpirasi terjadi melalui
stomata di daun. Selain berperan sebagai alat untuk penguapan, stomata juga berperan sebagai alat
untuk pertukaran CO2 dalam proses fisiologi yang berhubungan dengan produksi. Stomata terdiri
atas sel penjaga dan sel penutup yang dikelilingi oleh beberapa sel tetangga (Fahn, l982). Mekanisme
menutup dan membuka-nya stomata tergantung dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena
perubahan konsentrasi karbondioksida, berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat (Lakitan,
1996). Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman
kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan menutup sebagai upaya untuk
menahan laju transpirasi. Senyawa yang banyak berperan dalam membuka dan menutupnya stomata
adalah asam absisat (ABA). ABA merupakan senyawa yang berperan sebagai sinyal adanya cekaman
kekeringan sehingga stomata segera menutup (Pugnaire dan Pardos, 1999). Beberapa tanaman
beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan cara mengurangi ukuran stomata dan jumlah
stomata (Price dan Courtois, 1991). Mekanisme membuka dan menutup stomata pada tanaman yang
toleran terhadap cekaman kekeringan sangat efektif sehingga jaringan tanaman dapat menghindari
kehilangan air melalui penguapan (Lestari, 2006 : 1)

Lubang stomata yang oval berhubungan dengan intensitas pengeluaran air. Letak satu sama lain
mempengaruhi intensitas penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan maka penguapan
dari lubang yang satu menghambat penguapan dari lubang yang berdekatan. Mekanisme mebuka
dan menutupnya stomata berdasarkan suatu perubahan turgor yang merupakan akibat dari
perubahan nilai osmosis dari isi sel-sel penutup. Pada tanaman darat umumnya stomata pada
permukaan daun bagian bawah. Pada beberapa tanaman permukaan atas dari daun mempunyai
stomata juga. Temperatur berpengaruh pada membuka dan menutupnya stomata. Pada banyak
tanaman stoma tidak berserdia membuka jika temperatur ada disekitar 0 derajat celcius. Sinar
menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma jadi banyak sinar
mempercepat transpirasi. Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun adalah, kenaikan
temperatur menambah tekanan uap didalam daun. Sel-sel penutup umumnya mengandung amilum,
pada waktu malam persenannya lebih tinggi dari pada waktu siang, dimana sebagian telah berubah
menjadi glukosa. Peristiwa selengkapnya adalah sebagai berikut, pada pagi hari masih terdapat
amilum di dalam sel-sel penutup stoma. Pengaruh sinar matahari atau bisa juga lampu,
membangkitkan klorofil-klorofil untuk mengadakan fotosintesis. Dengan adanya fotosintesis ini,
maka kadar CO2 di dalam sel-sel tersebut menurun, hal ini disebabkan karena sebagian dari CO2
mengalami reduksi menjadi CH2O. Karena peristiwa reduksi ini, maka berkuranglah ion-ion H+,
sehingga pH lingkungan itu bertambah, jadi lingkungan itu menuju ke basa. Kenaikan pH ini sangat
baik bagi kegiatan enzim posporilase untuk mengubah amilum yang ada di dalam sel-sel penutup
menjadi glukosa 1 pospat. Peristiwa ini dapat ditulis sebagai berikut: Amilum + pospat anorganik
glukosa 1 pospat Dengan terbentuknya glukosa ini, maka naiklah nilai osmosis isi sel-sel penutup
yang kemudian menyebabkan masuknya air dari sel-sel tetangga ke dalam sel-sel penutup.
Tambahan volume ini menimbulkan turgor, dan karena hal tersebut dinding-dinding sel penutup di
bagian yang tipis mengembang. Maka membukalah stoma. Jika sel-sel penutup tidak terkena sinar,
maka pH menurun, dan ini merupakan factor baik bagi enzim posporilase untuk mengadakan
kegiatan yang berlawanan, yaitu mengubah glukosa menjadi amilum. Hal ini menyebabkan nilai
osmosisnya turun, dan oleh karena itu turgor berkurang. Berkurangnya turgor ini mengakibatkan
stomata menutup. Tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat pada udara hangat dari pada
udara dingin. Karena udara memiliki efek penting dalam penjenuhan jumlah udara. Udara hangat
membawa lebih banyak air dari pada udara dingin. Pada saat keadaan panas volume udara akan
memberikan sedikit uap air dengan kelembaban relatif yang lebih rendah daripada saat dingin.
Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun menurunkan kelembaban relatif pada ruang tersebut.
Air yang menguap dari (stomata) menimbulkan kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang
berdekatan dalam daun (Dwidjoseputro, 1980).

Asalkan sebagian stomata tetap terbuka, terbuka transpirasi paling banyak terjadi pada hari yang
cerah, hangat, kering dan berangin karena faktor-faktor lingkungan ini meningkatkan evaporasi. Jika
transpirasi tidak dapat menarik cukup air ke daun, tunas menjadi agak layu saat sel-sel kehilangan
tegangan turgor. Walaupun tumbuhan merespon tekanan kekeringan ringan semacam itu dengan
penutupan stomata secara cepat, sejumlah kehilangan air evaporatif tetap terjadi melalui kutikula.
Dibawah kondisi kekeringan yang berlangsung lama, daun bisa menjadi sangat layu dan terluka tanpa
bisa dipulihkan. Transpirasi juga mengakibatkan pendinginan evaporatif, yang dapat menurunkan
suhu daun sebanyak 10oC dibandingkan dengan udara sekitar. Pendinginan ini mencegah daun
mencapai suhu yang dapat mendenaturasi enzim-enzim yang terlibat didalam fotosintesis dan
berbagai proses metabolisme yang lain (Campbell, 2010 : 359).

Daun yang terpapar radiasi matahari, akan menyerap sejumlah besar energi radiasi tersebut, yang
selanjutnya dengan suatu cara akan dilepaskan kembali ke lingkungannya. Apabila energi ini tidak
dilepaskan kembali ke lingkungannya, energi akan diubah menjadi energi panas dan akan
menyebabkan kenaikkan suhu daun. Suatu gambaran yang menunjukkan betapa pentingnya
transpirasi ini dalam sistem pengaturan panas tubuh tumbuhan. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi transpirasi adalah :

1. Radiasi cahaya, radiasi cahaya mempengaruhi membukanya stomata, sehingga dengan


terbukanya stomata di siang hari akan menyebabkan transpirasi akan berjalan dengan lancar.

2. Kelembapan, kelembapan udara sangat berpengaruh terhadap laju transpirasi. Kelembapan


menunjukkan banyak sedikitnya uap di udara, yang biasanya dinyatakan dengan kelembapan relatif.
Makin banyak uap air di udara, akan makin kecil perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun
dengan di udara, akan makin lambat laju transpirasi. Sebaliknya apabila tekanan uap air di udara
makin rendah atau kelembapan relatif makin kecil, akan makin besar perbedaan uap air di dalam
rongga daun dengan di udara dan transpirasi akan berjalan dengan cepat.

3. Suhu, suhu tumbuhan pada umumnya tidak berbeda banyak dengan lingkungannya. Kenaikan
suhu udara akan mempengaruhi kelembaban relatifnya. Meningkatnya suhu pada siang hari,
biasanya menyebabkan kelembapan relatif udara menjadi rendah, sehingga meyebabkan perbedaan
tekakan uap air dalam rongga daun dan udara menjadi semakin besar dan laju transpirasi menigkat.

4. Angin, angin adalah suatu perpindahan masa udara dari suatu tempat ke tampat lain. Dalam
permindahan massa udara ini, angin akan membawa massa uap air yang berada disekitar tumbuhan,
sehinggga dapat menurunkan tekanan uap air disekitar daun dan dapat mengakibatkan
meningkatnya laju transpirasi.

5. Keadaan air tanah, laju transpirasi sangat bergantung pada ketersediaan air didalam tanah,
karena setiap air yang hilang dalam proses transpirasi harus dapat segera diganti kembali, yang pada
dasarnya berasal dari dalam tanah (Sasmitamihardja, 1996:64).

4.2 Cara Kerja

VI. Pembahasan

Transpirasi adalah hilangnya air dalam bentuk uap air dari batang dan daun tumbuhan hidup. Pada
percobaan kali ini akan dilakukan percobaan mengenai Penguapan air melalui proses transpirasi
yang bertujuan untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses
transpirasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Pada praktikum ini menggunakan dua
jenis tumbuhan berbeda untuk mengetahui perbedaan kecepatan laju transpirasi yaitu Pacar Air
(Impatien balsamina) dan Bauhinia sp. Dimana pada kedua tumbuhan yang berbeda jenis tersebut
memiliki perbedaan dari segi morfologinya, sehingga dapat di ketahui bahwa setiap tumbuhan
memiliki kecepatan transpirasi yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik,
faktor lingkungan maupun faktor genetis. Dalam praktikum yang telah dilakukan ini pengamatan
ditujukan pada laju transpirasi daun yg berbeda yaitu Impatiens balsamina dan Bauhinia sp. dan
menghitung luas permukaan daun serta penghitungan jumlah stomata daun pada bagian atas dan
bawah dengan variabel perlakuan yang berbeda.

Setelah semua alat dan bahan siap langkah selanjutnya adalah memotong batang atau ranting
tanaman Impatiens balsamina dan Bauhinia sp. didalam air, hal tersebut dimaksudkan agar dari
pemotongan kedua batang baik pacar air maupun Bauhinia tidak terdapat udara luar yang masuk
kedalam jaringan batang sehingga udara tersebut akan menghalangi proses penyerapan air, jika
pemotongan diluar air maka dikhawatirkan akan ada udara yang terperangkap di jaringan batang
terutama pada xylem dan floem sehingga mempengaruhi hasil pengamatan. Setelah kedua batang
tanaman dipotong, kemudian tanaman tersebut dimasukkan masing masing kedalam gelas ukur yang
telah berisi air 7-6 ml, pada saat memasukkan air volume jangan terlaru banyak dulu agar tidak
menuap saat batang dimasukkan, jika batang sudah dimasukkan namun volume air masih kurang
maka dapat menambahkan air sesuai volume yang ditentukan. Tanaman pacar air dan bauhinia yang
digunakan adalah yang memiliki jumlah dan ukuran daun yang relatif sama dalam satu spesies,
tujuan pemberian air ialah untuk mengetahui seberapa besar daya serap tumbuhan tersebut
terhadap air seiring dengan proses transpirasi pada daun. Kemudian sebelum perhitungan laju
transpirasi, permukaan air pada gelas ukur diberi beberapa tetes minyak goreng, hal ini bertujuan
agar penguapan air terjadi hanya melalui daun (transpirasi) bukan faktor lain seperti evaporasi dsb.
Selain itu juga dikarenakan minyak memiliki berat jenis lebih kecil dari pada air sehinga minyak tidak
bisa bercampur dengan air dan minyak selalu berada di atas bila dicampurkan dengan air. Serta
minyak juga lebih sulit menguap maka air yang tertutup minyak akan terhalang dengan kontak
lingkungan dan sulit menguap. Setelah itu meletakkan gelas ukur dengan spesies yang sama satu di
tempat teduh dan satu di tempat terik, pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh cahaya terhadap tingkat transpirasi air pada daun. Laju traspirasi dihitung dengan melihat
berkurangnya air pada gelas ukur seiring dengan waktu tertentu (periode tertentu). Kemudian
dilakukan pula perhitungan terhadap luas permukaan daun, dengan cara menjiplak pola daun sesuai
ukuran daun yang digunakan dalam praktikum transpirasi pada millimeter blok kemudian
menghitung jumlah luasan kotak kecil dalam millimeter blok tersebut sehingg dapat diperoleh luas
daun secara keseluruhan. Kemudian setelah data diperoleh, melakukan perhitungan stomata dengan
menggunakan kuteks bening agar stomata mudah terlihat tanpa melibatkan proses pengirisan di
mikroskop dan mengkonverter ke jumlah stomata per satuan luas daun. Selain bertujuan untuk
mempermudah langkah kerja, pemberian kuteks tidak merusak sel daun terutama epidermis yang
didalamnya terdapat stomata, selain itu dengan menggunakan kuteks bentuk stomata dapat dengan
utuh terlihat sesuai dengan kondisinya sedangkan bila menggunakan pengirisan, ditakutkan stomata
mengalami perbedaan struktural, sehingga dari inilah penggunaan kuteks bening untuk mengamati
stomata adalah teknik yang paling efisien. Dengan kata lain kuteks dijadikan sebagai cetakan untuk
mengetahui apa saja yang terdapat pada permukaan daun.

Dari percobaan didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut : kelompok 1 dengan tumbuhan
Bauhinia sp. Diberi perlakuan pada cahaya terik, teduh dan kontrol tanpa tumbuhan. Pada cahay
matahari terik selama 30 didapatkan rata-rata air menguap 0,1. Laju transpirasi 3x10-3. Jumlah
stomata atas dan bawah 0 (tidak ditemukan) luas daerah 50 cm. Pada hasil pengamatan ini sangat
terlihat sekali bahwa data yang diperoleh tidak sesuai dengan dasar teori. Pada cahaya terik dan
diluar ruangan suhu dan angin lebih banyak dan lebih besar mempengaruhi terhadap keadaan
tanaman. Dimana suhu dan angin sangat mempengaruhi membukanya stomata, sel penutup akan
membuka stomata apabila mendapat cahaya matahari dengan gelombang tertentu, sehingga
tumb8han yang berada pada cahaya terik dan kadar angi tinggi akan lebih cepat dalam melakukan
proses transpirasi. Sedangkan pada hasil pengamtan kelompok 1 penguapan yang terjadi pada
cahaya teduh 0,2 dan pada cahaya terik 0,1 seharusnya pada cahaya terik penguapan lebih besar dari
pada cahaya teduh. Sesuai dengan dasar teori bahwa suhu tumbuhan pada umumnya tidak berbeda
banyak dengan lingkungannya. Kenaikan suhu udara akan mempengaruhi kelembaban relatifnya.
Meningkatnya suhu pada siang hari, biasanya menyebabkan kelembapan relatif udara menjadi
rendah, sehingga meyebabkan perbedaan tekakan uap air dalam rongga daun dan udara menjadi
semakin besar dan laju transpirasi menigkat. Angin adalah suatu perpindahan masa udara dari suatu
tempat ke tampat lain. Dalam permindahan massa udara ini, angin akan membawa massa uap air
yang berada disekitar tumbuhan, sehinggga dapat menurunkan tekanan uap air disekitar daun dan
dapat mengakibatkan meningkatnya laju transpirasi. Dari hasil data tersebut didapatkan laju
transpirasi yang tidak sesuai pula yaitu pada cahaya terik 3x10-3 dan pada teduh 1x10-3. Pada
lembar hasil pengamatn kelompok 1 tidak ditemukan adanya stomata pada atas maupun bagian
bawah daun. Hal ini sangat tidak sesuai dengan konsep, transpirasi terjadi karena penguapan yang
terjadi lewat stomata yang terdapat pada daun. Kalau tidak ada stomata maka dimungkinkan
tumbuhan tidak dapat melakukan aktivitas biologisnya. Jadi dapat diduga bahwa hasil pengamatan
salah, kesalahan tersebut mungkin waktu penjiplakan daun pada kuteks terjadi kesalahan sehingga
cetakan stomata tidak dapat diamati pada mikroskop.
Pada hasil pengamatan kelompok berikutnya adalah dari kelompok 2

Transpirasi merupakan peristiwa penguapan atau evaporasi di mana transpirasi hanya terjadi
pada tumbuhan saja. Proses transpirasi merupakan peristiwa fisika di mana air berubah wujud dari
cair menuju ke gas yang terjadi pada permukaan suatu benda atau medium. Dinding mesofil basah
yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air
dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar hal ini disebabkan tekanan turgor dan
potensial osmotik sel. Tekanan turgor dan potensial osmotik sel dapat menyebabkan stomata
terbuka, manakala stomata terbuka lebih banyak molekul air (H2O) yang akan keluar dari daun
melalui stomata dibandingkan dengan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian
tumbuhan tersebut akan kehilangan air.

Transpirasi terjadi disemua bagian tumbuhan yang terpapar dengan atmosfer luar, sebagian
besar tubuh tumbuhan sebagai tempat kehilangan uap air adalah daun karena permukaan atas dan
atau bawah daun mempunyai stomata dan daun merupakan bagian terbesar tubuh tumbuhan
dibanding bagian tubuh lainnya seperti batang, tunas-tunas dan sebagainya. Hanya sebagian kecil
transpirasi terjadi melalui kutikula, kutikula sebagian besar daun sangat tidak permeabel terhadap air
sehingga transpirasi stomatal jauh lebih cepat dibandingkan transpirasi kutikular. Di batang terdapat
lentisel, yang dapat dilalui uap air selama transpirasi. Daun dan pada bagian batang yaitu pada lenti
sel akan tetapi pada lenti sel hanya sedikit sekali sehingga tidak berpengaruh secara signifikan.
Hampir seluruh transpirasi terjadi melalui pori-pori stomata. Kutikula hanya melepaskan sejumlah
uap air, karena kutikula dari banyak macam daun sangat tidak permiabel terhadap air sehingga
fungsinya lebih dominan untuk mengurangi penguapan secara besar-besaran sehingga tumbuhan
tidak kehilangan air yang sangat banyak..

Berikut fungsi transpirasi pada tumbuhan, antara lain :

1. Meningkatkan daya isap daun pada proses penyerapan air, sehingga menjadi transport air di
batang.

2. Mengurangi jumlah air dalam tumbuhan jika terjadi penyerapan yang berlebihan

3. Dapat menumbuhkan tanaman penghisapan dan pengangkutan serta meningkatkan hormon

4. Mempengaruhi tanaman difusi secara langsung dan tidak langsung memperlancar difusi sel.

5. Mempengaruhi absorbsi air dan mineral oleh akar

6. Mempengaruhi evaporasi dalam sejumlah air

7. Mempertahankan kestabilan suhu daun


8. Mempengaruhi proses membuka dan menutupnya stomata yang secara tidak langsung tidak
mempengaruhi transpirasi dan respirasi.

Transpirasi di pengaruhi beberapa faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Faktor dalam
diantaranya luas daun, tebal daun, lapisan lilin, ada tidaknya bulu pada daun. Sedangkan faktor luar
diantaranya radiasi, suhu, kelembaban, tekanan udara, angin, keadaan air tanah. Pada praktikum kali
ini akan di amati pengaruh suhu, kelembaban, dan luas daun yang berkaitan dengan jumlah stomata
pada daun.

1. Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 5-10%
dari jumlah air yang ditranspirasikan. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sekitar 80% air
ditranspirasikan berjalan melewati stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat
mempengaruhi laju transpirasi. Selain itu transpirasi juga terjadi melalui luka dan jaringan epidermis
pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah dan akar.

2. Ada tiga tipe transpirasi yaitu :

3. a. Transpirasi Kutikula

4. Transpirasi Kutikula adalah proses evaporasi(penguapan) air yang tejadi secara langsung
melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar
jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang
melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.

5. b. Transpirasi Stomata

6. Transpirasi Stomata adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-
sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh
air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian
berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi
normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap
air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.

7. c. Transpirasi Lentikuler

8. Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang
dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari total
transpirasi

9. Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam diantaranya adalah besar - kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin tidaknya
daun, banyak sedikitnya bulu, dan damyak sedikitnya stomata. Sedangkan yang termasuk faktor luar
adalah radiasi, temperature, kelembaban udara, tekanan udara, angin dan keadaan air dalam tanah.
(Tim Pembina Fisiologi Tumbuhan, 2012)

10. Kebutuhan tumbuhan yang sangat besar akan air merupakan bagian dari kerugian
membuat makanan melalui fotosintesis. Sel-sel penjaga, dengan cara mengontrol ukuran stomata,
akan membantu menyeimbangkan kebutuhan tumbuhan untuk menghemat air terhadap kebutuhan
fotosintesis. (Campbell, 2004)
11. Transpirasi terjadi baik pada siang maupun malam hari, namun kehilangan air alam proses
transpirasi lebih besar terjadi pada jam jam siang, pada sinar matahari penuh transpirasi bisa
mencapai 38% - 81%.(Tim Pembina Fisiologi Tumbuhan, 2012)

12. Menurut Salisbury, 1992 beberapa tumbuhan di gurun pasir daunnya menutup pada siang
hari dan membuka pada malam hari, hal tersebut untuk menghindari penguapan yang berlebih.
Sistem perakaran tumbuhan di daerah panas memiliki akar yang panjang sehingga dapat menyerap
air lebih banyak.

13. Menurut Yatim,1991 tumbuhan di negara kita menerima pancaran matahari yang terik
secara terus menerus sepanjang tahun. Ini karena negara kita terletak di kawasaan yang beriklim
Khatulistiwa. Oleh itu transpirasi yang dijalankan oleh tumbuhan mempunyai kadar yang lebih tinggi
daripada tumbuhan di kawasan iklim lain. Lantaran itu air perlu diserap dengan kadar yang tinggi
juga untuk mengimbangi kehilangan air. Oleh karena itu tumbuhan di negara ini perlu disiram lebih
sering. Jika tidak, tumbuhan akan layu dan mati karena kekurangan air.
VII. Penutup

7.1 Kesimpulan

7.2 Saran

Untuk meminimalisis kegagalan dari hasil praktikum diharapkan asisten maupun praktikan
mengikuti prosedur yang sudah diatur dalam modul.

Daftar Pustaka
Adisyahputra. 2011. Pewarisan Sifat Densitas Stomata dan Laju Kehilangan Air Daun (rate leaf water
loss RWL) pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Jurnal Natur Indonesia. ISSN 1410-9379. VOL.14
No.1 Hlm : 73-89

Campbell, Reece. 2010. BIOLOGI Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta : Erlangga

Dwidjoseputro. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia.

Klimatologi. 2009. Transpirasi. [http://klimatologi.com/2009/01/02/transpirasi/] (diakses tanggal 03


Oktober 2014)

Lestari, Endang G. 2006. Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan Kekeringan pada
Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64. Biodiversitas. ISSN: 1412-033X. VOL.7.No.1 Hal :44-
48

Nurkhasanah, Nurul. 2013. Studi Pemberian Air Dan Tingkat Naungan Terhadap Pertumbuhan Bibit
Tanaman Cabe Jamu (Piper retrofractum Vahl.). JURNAL PRODUKSI TANAMAN. ISSN: 2338-3976.
VOL.1 No.4

Ratnawati, Suyitno. 2004. Respons Konduktivitas Stomata dan Laju Transpirasi Rumput Blembem
(Ischaemum ciliare, Retzius) di Sekitar Sumber Emisi Gas Kawah Sikidang. Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. Yogyakarta : FMPIA UNY.

Salisbury,F.B and C.W Ross.1992.Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung : ITB

Sasmitamihardja, Dardjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB

Setiawan. 2013. Pengaruh Cekaman Kurang Air Terhadap Beberapa Karakter Fisiologis Tanaman
Nilam (Pogostemon cablin.Benth). Jurnal Littri. ISSN 0853-8212. VOL.19. No.3 Hlm. 108 - 116

Suyitno. 2006. Transpirasi Tumbuhan. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ pengabdian/suyitno-


aloysius-drs-ms/pengayaan-materi-transpirasi tumbuhan.pdf (Diakses pada 3 oktober 2014)

ABSTRAK
Pada praktikum mengenai Transpirasi bertujuan untuk mengukur laju transpirasi pada tiga
kondisi yang berbeda yakni di meja praktikum (di dalam ruangan), di depan kipas angin, dan
di bawah sinar matahari. Praktikum ini menggunakan bahan berupa tumbuhan Coleus, air,
dan vaselin. Sedangkan alat yang digunakan yaitu fotometer, sumbat karet berlubang, silet,
dan ember kotak plastik. Dari hasil percobaan diperoleh hasil kecepatan transpirasi di meja
praktikum sebesar 0,00053 mm/s, di depan kipas angin sebesar 0,00057 mm/s, dan di bawah
sinar matahari sebesar 0,00067 mm/s. Jadi kecepatan transpirasi dipengaruhi oleh suhu,
kelembaban, angin, dan cahaya.
Kata kunci :Transpirasi, Coleus

A. PENDAHULUAN
a). Latar Belakang
Dari sekian banyak air yang diserap oleh tumbuhan, hanya 10% saja yang digunakannya
sedangkan sisanya sebanyak 90% dikeluarkan ke lingkungan luar dalam bentuk uap air.
Adapun proses pengeluaran uap air dari tumbuhan tersebut di kenal dengan sebutan
transpirasi. Transpirasi ini sendiri dapat terjadi melalui stomata, kutikula maupun lentisel.
Akan tetapi proses transpirasi paling banyak terjadi melalui stomata pada daun.
Transpirasi memiliki arti penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu
meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara
melepaskan kelebihan panas dari tubuh, dan mengatur turgor optimum di dalam sel.
Transpirasi sendiri di pengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun faktor dari
dalam tumbuhan itu sendiri.
Mengingat akan pentingnya transpirasi tersebut, maka dilakukanlah praktikum ini. Pada
praktikum ini khusus mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan
mengukur kecepatan absorpsi airnya.

b). Dasar Teori


Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1993).
Transpirasi dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan tempatnya, yaitu transpirasi kutikula,
transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui
transpirasi stomata. (Heddy,1990).
Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan
tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu,
dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya
difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Loveless,1991).
Transpirasi ialah satu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosferdalam
bentuk uap air. Air diserap dari akar rerambut tumbuhan dan air itukemudian
diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun.Bukan semua
air digunakan
dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akandisingkirkan melalui proses transpirasi. Ji
ka kadar kehilangan air melaluitranspirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan
tersebut, pertumbuhanpokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan
penanaman secarabesar besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira mengaba
ikanfaktor kadar transpirasi tumbuh tumbuhan (Devlin, 1983).
Tumbuh-tumbuhan di negara kita menerima pancaran matahari yang teriksecara
terus menerus sepanjang tahun. Ini karena negara kita terletak dikawasaan yang beriklim Kh
atulistiwa. Oleh itu transpirasi yang dijalankan
olehtumbuh - tumbuhan mempunyai kadar yang lebih tinggi daripada tumbuh tumbuhan di
kawasan iklim lain. Lantaran itu air perlu
diserap dengan kadaryang tinggi juga untuk mengimbangi kehilangan air. Oleh karena itu tu
mbuh tumbuhan di negara ini perlu disiram lebih sering. Jika tidak, tumbuh-
tumbuhanakan layu dan mati. (Yatim,1991).

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga
dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka
tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses
transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman.
Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup
untuk melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus
terjamin(Anonim, 2009).
Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena kalau
transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandungan
air melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga
memaksa tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak
sedikit (Soedirokoesoemo, 1993).
Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam
antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan
daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan
letak stomata (Salisbury&Ross,1995) dan faktor luar antara lain:
1. Kelembaban
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju
transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar
sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.
2. Suhu
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air
sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara
otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.
3. Cahaya
Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan
mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua
dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.
4. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap
laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan
kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika
angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal
ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.
5. Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar.
Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal
tersebut menyebabkan devisit air dalam daunsehingga terjadi penyerapan yang besar, pada
malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan
oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk
meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut
(Loveless,1991).

c). Masalah
Adapun permasalahan yang terdapat pada praktikum Transpirasi antara lain mencari tahu
berapa kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan
absorpsi airnya.

B. TUJUAN
Tujuan praktikum Transpirasi kali ini yaitu untuk mengukur kecepatan transpirasi daun
secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya.

C. MATERIAL DAN METODA


a). Waktu dan Tempat
Melaksanakan praktikum Transpirasi ini di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN
pada hari Sabtu, 5 Mei 2012 dari pukul 07.30 hingga pukul 09.30 WIB.
b). Alat dan Bahan
Praktikum ini menggunakan alat antara lain fotometer, sumbat karet berlubang, silet, dan
ember kotak plastik. Sementara bahannya menggunakan tumbuhanColeus yang kokoh, air ,
dan vaselin.
c). Cara Kerja
Mula-mula memilih tumbuhan Coleus dengan batang yang kokoh, kemudian memotong
batang basal dan secepatnya meletakkannya dalam air. Saat masih dalam air, masukkan ujung
batang Coleus ke dalam sumbat karet berlubang hingga tidak bergerak tetapi tidak sampai
patah. Selanjutnya mengisi fotometer dengan air dengan cara merendam fotometer dalam air
hingga semuanya terisi air dan tidak ada gelembung air di dalamnya. Lalu kemudian
menyisipkan sumbat karet ( yang telah terisi oleh Coleus ) ke dalam fotometer (masih dalam
air ). Memegang dengan baik gelas fotometer saat memasukkan sumbat karet. Hati-hati
jangan sampai pecah. Setelah itu mengangkat seluruh sistem fotometer dari air dan tempat
pada penyokongnya. Kemudian mengolesi dengan parafin bagian antara tanaman dan lubang
pada sumbat karet jika diperlukan. Selanjutnya membiarkan sebentar Coleus untuk
bertranspirasi sampai ada gelembung pada ujung tabung fotometer. Lalu menempatkan ujung
tabung fotometer ke dalam beaker glass. Pada saat gelembung memasuki daerah berskala
pada tabung, maka praktikan menyiapkan pencatatan dengan menghitung jarak yang
ditempuh oleh gelembung per satuan waktu. Selanjutnya mengukur kecepatan transpirasi
minimal 3 kali dalam kondisi:

a. Pada meja praktikum


b. Di depan kipas angin
c. Di bawah matahari terang benderang.

Setelah pengukuran terakhir ( di bawah cahaya matahari terang ), praktikan mengolesi bagian
atas lamina Coleus dengan vaselin lalu mengukurnya kembali di bawah matahari terang
dengan tiga kali pengamatan. Kemudian mengolesi bagian bawah lamina Coleus dengan
vaselin dan mengukurnya kembali di bawah matahari terang benderang. Terakhir adalah
menganalisa data yang di peroleh dan membandingkan kecepatan transpirasi diantara 3
kondisi: meja praktikum, dengan kipas angin, dan matahari terang benderang. Lalu
membandingkan transpirasi diantara daun tanpa dan dengan vaselin baik sebelah atas maupun
keduanya dibawah cahaya matahari.

D. DATA PENGAMATAN

No Kondisi Waktu Kecepatan Jarak

1. Meja Praktikum 5 menit 0,00053 mm/s 0,16

2. Kipas angin 5 menit 0,00057 mm/s 0,17


3. Cahaya matahari 5 menit 0,00067 mm/s 0,20

E. PEMBAHASAN
Pada praktikum Transpirasi ini kami menggunakan tanaman Coleus yang nantinya
dimasukkan kedalam fotometer. Tanaman Coleus ini nantinya dibiarkan sekitar 5 menit
sampai proses transpirasi berlangsung yang ditunjukkan dengan gelembung yang muncul dan
memasuki daerah berskala pada fotometer. Dengan mengetahui jarak yang ditempuh
gelembung tersebut serta waktu yang diperlukannya untuk menempuh skala (jarak) tersebut
maka kita bisa mengetahui kecepatan transpirasinya berdasarkan rumus: Rumus : v= .
Pada praktikum kali ini untuk mengukur kecepatan transpirasi dilakukan pada 3 kondisi yaitu
di meja praktikum, di depan kipas angin, dan di bawah cahaya matahari. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk membandingkan kecepatan transpirasi tanaman Coleus pada kondisi
yang berbeda-beda.
Dari hasil pengamatan yang didapatkan oleh kelompok kami, pada kondisi di meja praktikum
dalam waktu 5 menit gelembung yang dihasilkan tanamanColeus menempuh jarak 0,16 mm.
Berarti kecepatan transpirasi tanaman Coleuspada kondisi ini sebesar 0.00053 mm/s.
Sedangkan pada kondisi di depan kipas angin gelembung menempuh jarak 0,17mm selama 5
menit (=300 s) sehingga disimpulkan bahwa kecepatan transpirasi pada kondisi ini yaitu
sebesar 0.00057 mm/s. Dan untuk kondisi di bawah cahaya matahari dalam waktu 5 menit
gelembung mencapai skala 0,20 mm yang berarti kecepatan pada kondisi ini yaitu 0,00067
mm/s.
Jadi berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan transpirasi
berlangsung sangat cepat di bawah cahaya matahari dan berlangsung sangat lambat di meja
praktikum (di dalam ruangan).
Jadi memang benar bahwa kecepatan transpirasi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu baik
yang berupa faktor luar maupun dalam. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal
tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada
permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata sedangkan faktor
luarnya berupa kelembaban, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air tanah.
Jadi pada praktikum kali ini khusus melihat pengaruh dari faktor luar yang mempengaruhi
transpirasi tersebut.
Pada kondisi di meja praktikum memiliki kecepatan transpirasi yang rendah karena tanaman
berada pada suhu yang normal ( tidak ekstrim) dan juga tidak adanya angin kencang sehingga
proses pembukaan stomata berlangsung lebih lama.
Pada kondisi di depan kipas angin proses transpirasi berlangsung sedikit lebih cepat
dibandingkan di meja praktikum dikarenakan terjadinya pembukaan stomata yang lebih cepat
akibatnya air dari dalam tumbuhan akan menguap. Namun menurut Loveless (1991) angin
mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi.
Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara
diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun,
maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat
menurunkan tingkat transpirasi.
Pada kondisi dibawah cahaya matahari kecepatan transpirasi tanaman berlangsung paling
tinggi dikarenakan cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya
akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang
kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya
stomata. Dan khusus untuk daerah kita yaitu kota Pontianak yang berada di kawasan
Khatulistiwa yang memiliki iklim yang lebih ekstrim, tanaman akan lebih mudah untuk
mengalami transpirasi yang berlebihan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Yatim (1991)
yaitu tumbuh-tumbuhan di negara kita menerima pancaranmatahari yang terik secara
terus menerus sepanjang tahun. Ini karena negarakita terletak di kawasaan yang beriklim Kh
atulistiwa. Oleh itu transpirasi yangdijalankan
oleh tumbuh - tumbuhan mempunyai kadar yang lebih tinggi daripadatumbuh tumbuhan di
kawasan iklim lain. Lantaran itu air perlu
diserap dengankadar yang tinggi juga untuk mengimbangi kehilangan air. Oleh karena itutu
mbuh tumbuhan di negara ini perlu disiram lebih sering. Jika tidak, tumbuh-
tumbuhan akan layu dan mati.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum Transpirasi maka terbukti bahwa kecepatan transpirasi
dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar. Adapun faktor luar yang mempengaruhi
kecepatan transpirasi antara lain adalah suhu, kelembaban, cahaya, dan angin. Pada hasil
percobaan untuk menguji kecepatan transpirasi di 3 kondisi yaitu di meja praktikum, di depan
kipas angin, dan di bawah cahaya matahari maka diperoleh hasil bahwa kecepatan transpirasi
dari rendah ke tinggi secara berturut-turut yaitu berlangsung pada kondisi di meja praktikum,
di depan kipas angin, dan di bawah cahaya matahari.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman.
http://www.indoforum.org/showthread.php?t=34436. ( Diakses tanggal 7 Mei 2012).
Devlin, R.M and K.H.Withan.1983.Plant Phisiology. Boston:Williard grantpress.
Heddy, S.1990. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.
Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Loveless, P.R.1991. Principles of Biology Plants in Tropical Area. New York: Mac Millan
Publishing Inc.
Salisbury, Frank B. & Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Yatim,W.1991. Biologi Modern Biologi Sel. Bandung: Tarsio.
LAMPIRAN

No Kondisi Waktu Kecepatan Jarak

1. Meja Praktikum 5 menit 0,00053 mm/s 0,16

2. Kipas angin 5 menit 0,00057 mm/s 0,17

3. Cahaya matahari 5 menit 0,00067 mm/s 0,20

Rumus : v=

Perhitungan :

1. Meja praktikum v= =0.00053 mm/s.

2. Kipas angin v= =0.00057 mm/s

3. Cahaya matahari v= = 0.00067 mm/s


ABSTRAK
Kehilangan air dalam bentuk uap dari permukaan sel-sel hidup disebut transpirasi. Hal
ini dapat terjadi pada semua bagian tumbuhan, terutama pada permukaan daun. Transpirasi
dari permukaan daun terutama sekali berlangsung melalui stomata disebut juga transpirasi
stomata, tetapi ada pula yang melalui kutikula ( transpirasi kutikula ). Transpirasi dapat
dipengaruhi oleh faktor dalam dan lingkungan. Faktor dalam mempengaruhi transpirasi
adalah jumlah dan letak stomata, tebal dan tipis permukaaan daun, tebal dan tipisnya
kutikula. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi transpirasi adalah cahaya, suhu,
kelembaban uadara, angin dan kandungan air tanah. Oleh sebab itu, dengan melakukan
pengamatan pada tanaman Coleusdapat diketahui kecepatan transpirasi daun dengan
mengukur kecepatan absorpsi airnya menggunakan metode fotometer. Berdasarkan beberapa
pengamatan yang dilakukan, Laju transpirasi tanaman akan meningkat apabila tanaman
diletakan pada tempat dengan kecepatan angin yang tinggi. Sedangkan tanaman yang
diletakan di atas meja, tanpa dipengaruhi faktor apapun, kecepatan transpirasinya menjadi
lebih rendah. Dari perlakuan diatas terlihat bahwa kecepatan transpirasi tanaman dipengaruhi
oleh faktor dalam dan lingkungan.
Kata kunci : Transpirasi, Transpirasi Stomata, Transpirasi Kutikula,Faktor Dalam, Faktor
Lingkungan, Coleus, Metode Fotometer.
PENDAHULUAN
Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Tumbuhan merupakan mahluk
hidup yang tidak bergerak secara aktif melainkan gerakannya bersifat pasif. Tumbuhan memang tidak
memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan yang terdapat pada hewan dan manusia, tetapi organ-
organ mereka sangat kompleks untuk dipelajari. Ada beberapa tumbuhan yang sudah sepenuhnya
berkembang menjadi tumbuhan lengkap yang memiliki daun, akar, batang, bunga dan buah. Ada juga
tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki beberapa organ-organ tersebut. Namun, di setiap tumbuhan
tersebut pasti ada jaringan pengangkutan terpenting yang terdiri dari xylem dan floem. Kedua jaringan
tersebut berperan sangat penting bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan berperan untuk
mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh bagian tanaman agar
semua organ tanaman dapat berkembang secara maksimal. Proses ini yang dinamakan dengan
transportasi pada tumbuhan. Tumbuhan juga melakukan transpirasi, yaitu pelepasan dalam bentuk
uap melalui stomata. Transpirasi ini merupakan salah satu mekanisme pengaturan fisiologi pada
tumbuhan yang terkait dengan berbagai kondisi yang ada di tubuhnya dan lingkungan sekitarnya.
Adanya transpirasi ini menyebabkan terjadinya aliran air yang berlangsung dari akar, batang, dan
daun. Aliran air tersebut akan ikut membantu proses penyerapan dan transportasi air tanah di dalam
tumbuhan. Maka tujuan praktikum ini yaitu mengukur kecepatan transpirasi daun Coleus secara tidak
langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya dengan metode fotometri. Dari tujuan tersebut
dapat di analisa dan dibandingkan kecepatan transpirasi diantara tiga kondisi yaitu diatas meja,
dengan kipas angin dan matahari terang benderang serta bandingkan transpirasi diantara daun tanpa
dan dengan vaselin baik sebelah atas maupun keduanya dibawah cahaya matahari.

Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk
uap air. Air diserap dari akar ke rambut tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke
semua bagian tumbuhan khususnya daun. Bukan semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air
yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui
transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang.
Akibat itu, mereka yang mengusahakan pernanaman secara besar besaran mungkin mengalami
kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh tumbuhan. ( Devlin,
1983 ) .

Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas
permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan
berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi. ( Michael, 1964 ) .
Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada daun ke udara yang lebih kering
melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis air yang melapisi sel-sel mesofil
mempertahankan kelembapan tinggi ruangan udara itu. Kehilangan air ini menyebabkan
lapisan tipis air itu membentuk meniskus, yang semakin lama semakin cekung ketika laju
transpirasi meningkat. Terbentuknya meniskus ini terjadi karena kombinasi kedua gaya yang
bekerja pada air. Dalam artian, air itu ditarik oleh gaya adhesi dan kohesi. Kohesi air
akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi mampu menarik air ke atas melewati
pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang tanpa kolom air ini menjadi pecah. Pada
kenyataannya, daya tarik transpirasi itu dengan bantuan kohesi air dihantarkan dari akar ke
seluruh daun. Aliran massal air ke puncak suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena
penyerapan cahaya matahari oleh daun yang menyebabkan penguapan yang bertanggung
jawab atas daya tarik transpirasional. ( Campbell, 2003 ) .
Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi
pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata),
(2) Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin). ( Salisbury, 1992 ) .
Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi evapotranspirasi : 1.) Penutupan stomata.
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan
hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih
banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing
satuan penambahan lebar stomata. Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan
stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan. 2.) Jumlah dan ukuran
stomata. Dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap
transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata 3.) Jumlah daun. Makin luas daerah
permukaan daun, makin besar evapotranspirasi. 4.) Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak
tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila
persediaan air terbatas. 5.) Kedalaman dan proliferasi akar. Ketersedian dan pengambilan
kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar.
Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan
volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi
pelayuan permanen. ( Gardner, 1991 ) .

Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill sel
pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar
daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang
rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi
(ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika
membuka dan uap air berdifusi ke luar melalui stomata. (Loveless, 1991) .

Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien
konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah, dan lapisan
pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis
pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan
membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih
tinggi pada udara yang banyak hembusan angin. ( Khairunnisa, 2000 ) .
Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak
mampu mengimbangi laju transpirasi, w sel turun, p menurun, tanaman layu, layu permanent,
mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas
tanah, pada kisaran layu tetap kapasitas lapangan. ( Jumin, 1992 ) .

Cekaman kekeringan merupakan kondisi dimana kadar air tanah berada pada kondisi
yang minimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengaruh cekaman kekeringan
pada stadi vegetatif dapat mengurangi laju pelebaran daun dan LAI pada tingkat
perkembangan berikutnya. Cekaman air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata,
yang mengurangi pengambilan karbondioksida dan produksi berat kering. Selama terjadi
cekaman kekeringan terjadi penurunan laju fotosintesis yang disebabkan oleh penutupan
stomata dan terjadinya penurunan transport elektron dan kapasitas fosforilasi didalam
kloroplas daun. ( Purwanto, 2010 ) .
Transpirasi efisiensi (TE) didefinisikan sebagai produksi biomassa per unit air terjadi, dan
indeks panen. sebagai perbaikan TE berarti memaksimalkan produksi tanaman per unit penggunaan
air, itu adalah salah satu komponen penting bagi meningkatkan ketahanan kekeringan. Meskipun TE
telah diakui sebagai sangat relevan sifat, sejauh ini usaha yang sangat sedikit penelitian yang telah
dibuat terhadap skrining lapangan untuk itu, terutama karena kesulitan dalam mengukur TE dalam
metode skrining. Metode ini dikembangkan oleh (Farquhar, 1982) untuk memperkirakan TE melalui
pengukuran diskriminasi terhadap 13oC dengan daun selama fotosintesis, dan pembentukan
hubungan yang erat antara karbon isotop diskriminasi dan TE di banyak kacang-kacangan tanaman
seperti kacang, kacang tunggak, kacang tanah, dan kacang kedelai memiliki memberikan metode
yang berguna skrining. ( Kashiwagi, 2006 ) .

METODOLOGI
Praktikum mengenai penentuan kadar karbondioksida jaringan tumbuhan, dilaksanakan
pada tanggal 24 mei 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan
berupa fotometer, sumbat karet berlubang, silet, ember kotak plastik. Sedangkan bahan yang
digunakan berupa tumbuhan Coleus yang kokoh, air dan vaselin.
Langkah kerja pada praktikum ini yaitu pilihlah tumbuhan Coleusdengan batang yang
kokoh, lalu memotong bagian basal batang dan secepatnya memasukkan tumbuhan ke dalam
air. Kemudian memasukkan ujung batang Coleus ke dalam sumbat karet berlubang hingga
tidak bergerak tetapi tidak sampai patah. Setelah itu, mengisi fotometer dengan air. Caranya
dengan merendam fotometer dalam air hingga semuanya terisi air dan tidak ada gelembung
air didalamnya. Lalu menyisipkan sumbat karet (yang telah terisi oleh Coleus) ke dalam
fotometer (masih dalam air). Dengan memegang gelas fotometer saat memasukkan sumbat
karet, hati-hati jangan sampai pecah. Perlahan-lahan mulai mengangkat seluruh system
fotometer dari air dan tempat pada penyokongnya dan mengolesi bagian antara tanaman dan
lubang pada sumbat karet dengan vaselin. Membiarkan sebentar Coleus untuk bertranspirasi
sampai ada gelembung pada ujung tabung fotometer. Kemudian menempatkan ujung tabung
fotometer kedalam beaker glass. Saat gelembung memasuki daerah berskala pada tabung,
mulailah menyiapkan catatan dengan menghitung jarak yang ditempuh oleh gelembung
persatuan waktu. Setelah itu mengukur kecepatan transpirasi minimal 3 kali dalam kondisi,
yaitu: pada meja praktikum, didepan kipas angin, dan dibawah matahari terang benderang.
Untuk pengukuran terakhir (bawah matahari), mengolesi bagian atas lamina Coleus dengan
vaselin lalu mengukur kembali dibawah matahari terang dengan tiga kali pengamatan.
Kemudian mengolesi bagian bawah lamina Coleus dengan vaselin dan mengukur kembali di
bawah matahari terang benderang. Yang terakhir, menganalisa data dan membandingkan
kecepatan transpirasi diantara 3 kondisi: meja praktikum, dengan kipas angin dan matahari
terang benderang. Lalu membandingkan transpirasi diantara daun tanpa dan dengan vaselin
baik atas maupun keduanya dibawah cahaya matahari.

DATA DAN PEMBAHASAN


Data Pengamatan :
No Perlakuan Kecepatan Transpirasi
1 Di meja praktikum 0,01/15 menit
2 Di depan kipas angin 0,05/15 menit
3 Di bawah cahaya matahari 0,05/15 menit
4 Di bawah cahaya matahari ( di olesi vaselin 0,03/15 menit
pada bagian atas daun )
5 Di bawah cahaya matahari ( di olesi vaselin 0,012/15 menit
pada bagian atas dan bawah daun )

Pembahasan :
Pada praktikum ini digunakan bahan berupa tumbuhan Coleus yang kokoh untuk
mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan
absorpsi airnya. Pada pengukuran transpirasinya dengan menggunakan metode fotometer.
Pada perlakuan pertama yaitu di meja praktikum. Dapat di lihat data pengamatan,
bahwa kecepatan transpirasinya menjadi lebih rendah, karena tanpa adanya faktor lingkungan
tetapi adanya faktor dalam yaitu jumlah dan letak stomata, tebal dan tipis permukaan daun
serta tebal dan tipis kutikula. Pada perlakuan kedua yaitu di depan kipas angin. Kecepatan
transpirasinya menjadi tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan di meja praktikum, karena
adanya faktor luar yang mempengaruhinya yaitu berupa angin. Hal tersebut sesuai dengan
literatur yaitu menurut ( Lakitan, 2007 ) bahwa angin dapat mempengaruhi laju transpirasi.
Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun
tersebut lebih kering ( kelembaban nisbinya lebih rendah ) dari udara disekitar tumbuhan
tersebut. Pada perlakuan ketiga yaitu di bawah cahaya matahri. Hal ini sama dengan
perlakuan kedua, karena adanya faktor luar yang mempengaruhinya berupa cahaya matahari.
Pada perlakuan keempat yaitu di bawah cahaya matahari ( di olesi vaselin pada bagian
atas daun ). Laju transpirasi pada perlakuan ini jauh lebih lambat dibanding perlakuan
lainnya, hal ini disebabkan oleh karena adanya penambahan vaselin pada permukaan daun.
Dengan adanya penambahan vaselin, maka akan menghambat pembukaan stomata. Semakin
sedikit jumlah stomata yang terbuka, maka laju transpirasi semakin berkurang. Berdasarkan
literatur ( Gardner, 1991 ) bahwa sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena
kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila
stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi
peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan lebar
stomata. Padaperlakuan kelima yaitu di bawah cahaya matahari ( di olesi vaselin pada bagian
atas dan bawah daun ). Hal ini sama dengan perlakuan yang di olesi vaselin, tetapi pada
perlakuan ini permukaan daun yang tertutup vaselin semakin luas sehingga jumlah stomata
yang terbuka semakin sedikit dan transpirasi juga semakin lambat bila di bandingkan dengan
perlakuan keempat. Berdasarkan literatur, ( Khairunnisa, 2000 ) bahwa jumlah difusi
keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap
air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah dan lapisan pembatas
yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis
pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis.

KESIMPULAN
Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam
bentuk uap air. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang
terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air
yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam
transpirasi.
Perlakuan dengan tiga kondisi yang berbeda yaitu di meja praktkim, di depan kipas
angin, dan di bawah cahaya matahri. Adanya perbedaan berupa kecepatan transpirasi yang
tinggi di akibatkan faktor lingkungan. Angin dapat mempengaruhi laju transpirasi. Angin
dapat memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut
lebih kering ( kelembaban nisbinya lebih rendah ) dari udara disekitar tumbuhan tersebut.
Laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin.
Perlakuan di bawah cahaya matahari (di olesi vaselin pada bagian atas daun) dan di
bawah cahaya matahari (di olesi vaselin pada bagian atas dan bawah daun). Pemberian
vaseline pada permukaan daun merupakan salah satu cara untuk mengurangi terjadinya
transpirasi karena pada permukaan daun banyak ditemukan stomata. Vaselin yang terdapat
didaun akan mempengaruhi pembukaan stomata. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis
pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Devlin. 1983. Plant Phisiology. Boston: Williard grant press.
rdner. 1991. Fisiologi Tanamanan Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Jumin. 1992. Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi. Jakarta: Rajawali Press.
hiwagi. 2006. Relationships between Transpiration Efficiency and Carbon Isotope Discrimination in Chickpea (C.
arietinum L). SAT eJournal ejournal.icrisat.org. ( Vol 2 ) ( Hal 1 ).
nnisa. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Medan: Fakultas Pertanian USU.
Lakitan. 2007. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
oveless. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. Jakarta: PT Gramedia.
Michael. 1964. General Phisiology Kogasuma. Tokyo: Company.
wanto. 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai Pada Kondisi Cekaman Kekeringan Dan Berbagai
Kepadatan Gulma Teki. Journal Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto.
Korespondensi : purwanto_msc@yahoo.com. Agrosains ( Vol 12).
Salisbury. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai