LITERATUR TRANSPIRASI
Transpirasi adalah proses kehilangan air karena penguapan melalui
bagian dalam tubuh tanaman, yaitu air yang diserap oleh akar-akar
tanaman, dipergunakan untuk membentuk jaringan tanaman dan kemudian
dilepaskan melalui daun ke atmosfir. Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1)
transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui
kutikula epidermis, dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air
berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan
pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen
atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu,
sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun. Manfaat transpirasi bagi
tumbuhan yaitu dapat meningkatkan daya isap daun pada penyerapan air,
mengurangi jumlah air dalam tumbuhan jika terjadi penyerapan yang berlebihan,
mempercepat laju pengangkutan dan penyerapan unsur hara melalui pembuluh
xylem, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, sebagai
salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu, pengangkutan air ke daun dan difusi
air antar sel, pengangkutan asimilat, dan pengaturan bukaan stomata. Sedangkan
Kerugian transpirasi bagi tumbuhan yaitu transpirasi juga merupakan proses
yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena jika transpirasi melampaui
penyerapan oleh akar, tumbuhan akan mengalami kekurangan air. Jika kandungan
air melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang
besar juga memaksa tumbuhan melakukan penyerapan yang banyak, untuk itu
diperlukan energi yang tidak sedikit. Apabila tumbuhan mengalami kehilangan air
yang berlangsung terus menerus melalui absorpsi, pengaruh traspirasi yang
merugikan akan kelihatan dengan layunya daun, sebagai akibat hilangnya turgor.
Tingkat kelayuan dan kehilangan air yang diperlukan untuk menimbulkan gejala
kelayuan pada tumbuhan sangat beragam. Daun tipis yang umumnya terdiri dari
sel parenkim yang berdinding tipis akan layu dengan cepat. Kelayuan tumbuhan
di atas tanah digolongkan sebagai layu sementara atau layu permanen. Layu
sementara terjadi jika tanah masih mengandung air yang tersedia bagi tumbuhan.
Kelayuan tersebut terjadi akibat kelebihan transpirasi dari absorpsi yang bersifat
sementara. Tumbuhan biasanya menjadi segar kembali setelah laju transpirasi
menurun. Daun yang layu pada siang hari akan segar kembali pada malam hari
atau pagi berikutnya. Daun dapat juga meningkat turgornya pada siang hari jika
transpirasi menurun akibat adanya awan, penurun suhu atau hujan kecil walaupun
air tersebut tidak sampai menembus ke akar. Sebaliknya, layu tetap diakibatkan
oleh terjadinya kekurangan air yang berat dalam tanah. Akar tidak dapat
mengabsorpsi air, maka tumbuhan akan mati kecuali jika persediaan air dalam
tanah dapat ditingkatkan kembali. Layu sementara yang terjadi berulang-ulang
akan menimbulkan pengaruh yang merugikan pada metabolisme tumbuhan dan
tumbuhan yang sering mengalami kelayuan akan tertekan pertumbuhannya.
Penyebab utamanya adalah kekurangan air akan menghambat laju pertumbuhan
jaringan muda, khususnya proses pembelahan dan pembesaran sel. Penghambatan
laju pertumbuhan ini menyebabkan menurunnya penggunaan makanan oleh
jaringan yang sedang tumbuh, dan pada umumnya kekurangan air selalu diikuti
oleh penimbunan karbohidrat. Tingkat karbohidrat yang tinggi yang berlanjut
dapat menimbulkan perubahan structural dan perubahan fisologis permanen yang
berkaitan dengan pertumbuhan yang tertekan.
Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh faktor
dari dalam tumbuhan dan faktor luar tumbuhan, antara lain:
1) Faktor dari dalam tumbuhan(internal) meliputi:
Jumlah dan luas daun. Semakin luas daerah permukaan daun, maka
semakin besar transpirasi.
Penutupan stomata. Dengan terbukanya stomata lebih lebar, air yang
hilang lebih banyak tetapi peningkatan kehilangan air lebih sedikit untuk
masing-masing satuan penambahan pelebaran stomata. Banyak faktror
yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata, yang paling
berpengaruh adalah tingkat cahaya dan kelembapan. Pada sebagian besar
tanaman, cahaya dan kelembapan dalam daun yang rendah, sel-sel
pengawal kehilangan tugornya mengakibatkan penutupan stomata
Tebal tipisnya daun
Tebal tipisnya daun
Berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun
Banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun
Jumlah dan ukuran stomata. Kebanyakan daun dan tanaman yang
produktif mempunyai banyak stomata pada kedua sisi daunnya. Jumlah
dan ukuran stomata yang dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan
Bentuk dan letak stomata
2) Faktor luar(eksternal) meliputi ,suhu, cahaya, kelembaban, dan angin.
Kelembaban. Kelembaban udara akan berpengaruh pada proses
transpirasi. Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata
terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi
molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi
mulekul uap air di udara.