Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pratikum

Fisiologi Tumbuhan

PENGARUH ANGIN DAN SUHU TERHADAP TRANSPIRASI

NAMA : GAVRILLA CHAVVAH BIJANG SAHETAPY

NIM : G011171349

KELAS : FISIOLOGI TUMBUHAN E

KELOMPOK : 14

ASISTEN : RAHMANIA RIZKI SYAWLIA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penguapan adalah suatu proses pergerakan molekul-molekul zat cair dari permukaan
zat cair tersebut ke udara bebas. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan sebagian besar melalui
permukaan daun disebut sebagai transpirasi. Transpirasi ini terjadi melalui daun akan tetapi
dapat juga melalui permukaan tubuh yang lainnya seperti batang.
Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam
bentuk uap air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air prosesnya
disebut dengan transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan
kejadian yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang
lainnya. Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel.
Transpirasi ini merupakan salah satu mekanisme pengaturan fisiologi pada tumbuhan
yang terkait dengan berbagai kondisi yang ada di tubuhnya dan lingkungan sekitarnya.
Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju
angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dan mengatur turgor optimum di
dalam sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesosfil ke rongga antar sel
yang ada dalam daun. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: Faktor dari dalam tumbuhan berupa jumlah daun dan luas daun,jumlah
stomata. Faktor luar seperti suhu, cahaya, kelembaban dan angin.
Dalam pengamatan ini, kita ingin mengetahui kecepatan transpirasi yang kebanyakan
terjadi pada permukaan daun sera menghitung kecepatan transpirasi yang terjadi pada daun
tersebut. Transpirasi dapat terjadi pada kutikula, stomata, dan lentisel. Jumlah air yang
dikeluarkan melalui transpirasi pada setiap tumbuhan tidak sama dan tergantung pada banyak
faktor. Transpirasi dipengaruhi baik oleh faktor luar maupun faktor dalam.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum mekanisme transpirasi pada
tanaman sampel dengan berbagai perlakuan, guna mengetahui pengaruh masing-masing
perlakuan terhadap laju transpirasi pada tanaman. Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat
menjadi rujukan bagi pembaca apabila ingin mengusahakan tanaman agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum pengamatan transpirasi ini adalah untuk mengetahui pengaruh
lingkungan (suhu dan angin) terhadap laju transpirasi tanaman.

1.3 Kegunaan

Kegunaan praktikum ini adalah agar praktikan dan mahasiswa lain memiliki referensi
studi serta sebagai pembanding atas materi yang diberikan oleh dosen di dalam kelas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transpirasi

Transpirasi ialah suatu proses hilangnya air dari tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk
uap air. Air diserap dari rambut akar tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem
ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Selain digunakan untuk proses fotosintesis, air
yang berlebih akan dibuang melalui proses transpirasi (Sitompul, 2015).
Kecepatan transpirasi yang terjadi antar tumbuhan dapat berbeda-beda tergantung
jenis tumbuhan tersebut. Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk mengukur
besarnya transpirasi, salah satunya adalah dengan menggunakan metode penimbangan.
Sehelai daun segar ataupun seluruh bagian tumbuhan beserta potnya ditimbang. Dalam
jangka waktu yang telah ditentukan, tumbuhan tersebut ditimbang lagi. Selisih berat yang
didapatkan dari kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya laju transpirasi.
Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang hilang, yaitu uap air yang terlepas
ditangkap dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat
merupakan petunjuk untuk mengetahui besarnya transpirasi (Soedirokoesoemo, 2013).
Teori kehilangan air melalui traspirasi ini disebut juga teori tegangan adhesi dan
kohesi. Pada sebagian besar tumbuhan transpirasi umumnya sangat rendah pada malam hari.
Transpirasi mulai menaik beberapa menit setelah matahari terbit dan mencapai puncaknya
pada siang hari. Transpirasi berhubungan langsung dengan intensitas cahaya. Peristiwa
transpirasi biasanya berhubungan dengan kehilangan air dalam melalui stomata kutikula dan
lentisel. Banyak air yang harus hilang melalui transpirasi untuk membesarkan tumbuhan
karena rangka molekul semua bahan organik pada tumbuhan terdiri dari atom karbon yang
harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam tubuh sebagai karbon dioksida melaui
pori stomata yang paling banyak terdapat pada permukaan daun dan air keluar secara difusi
melalui pori yang sama saat stomata terbuka (Purba, 2013).

2.2 Tipe-Tipe Transpirasi

Berdasarkan tempatnya, transpirasi dibedakan menjadi tiga macam yaitu transpirasi


kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Namun hampir 97% air dari tanaman
hilang melalui transpirasi stomata. (Heddy,2013).
Tiga tipe transpirasi menurut Heddy (2013), yaitu:
1. Transpirasi Kutikula
Adalah evaporasi (penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula
epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis
tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air
yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi
melalui stomata.
2. Transpirasi Stomata
Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut
terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang
jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan
uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di
luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh
uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila
atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.
3. Transpirasi Lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang
dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar
0,1 % dari total transpirasi.

2.3 Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Transpirasi

Menurut Lakitan (2017), faktor dari luar atau lingkungan yang mempengaruhi
transpirasi, antara lain:
1. Radiasi matahari
Dari radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk fotosintesis dan
75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi.
2. Temperatur
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200F cenderung untuk meningkatkan penguapan air
sebesar dua kali. Suhu daun di dalam ruang yang lebih gelap kurang lebih sama
dengan suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar matahari mempunyai suhu 100 –
200F lebih tinggi dari pada suhu udara.

3. Kelembaban
Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang
hilang, dengan demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun
dengan meningkatnya kelembaban udara. Apabila stomata dalam keadaan terbuka
maka kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada besarnya perbedaan
tekanan uap air yang ada di dalam rongga-rongga antar sel dengan tekanan uap air di
atmosfer. Jika tekanan uap air di udara rendah, maka kecepatan difusi dari uap air di
daun keluar akan bertambah besar begitu pula sebaliknya. Pada kelembaban udara
relatif 50% perbedaan tekanan uap air di daun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari
kelembaban relatif 70%.
4. Angin
Angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, yaitu melalui penyapuan uap
air. Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran udara
(angin) menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan potensial air di
dalam dan tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air dari daun
juga meningkat.

Menurut Lakitan (2017), faktor dari dalam tanaman yang mempengaruhi transpirasi,
antara lain:
1. Penutupan stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak
tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika
stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan
kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar
stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam
kondisi lapangan yaitu tingkat cahaya dan kelembapan.
2. Jumlah dan ukuran stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai
pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan
penutupan stomata.
3. Jumlah daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi.
4. Penggulungan atau pelipatan daun
Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan
pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
5. Kedalaman dan proliferasi akar
Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat
tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam
meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah)
meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi
pelayuan permanen

2.4 Mekanisme Toleransi Tanaman pada Proses Transpirasi

Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman
kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan menutup sebagai upaya
untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang banyak berperan dalam membuka dan
menutupnya stomata adalah asam absisat (ABA). ABA merupakan senyawa yang berperan
sebagai sinyal adanya cekaman kekeringan sehingga stomata segera menutup. Beberapa
tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan cara mengurangi ukuran stomata
dan jumlah stomata. Mekanisme membuka dan menutup stomata pada tanaman yang toleran
terhadap cekaman kekeringan sangat efektif sehingga jaringan tanaman dapat menghindari
kehilangan air melalui penguapan (Poejiastuti, 2014).
Transpirasi akan meningkat seiring dengan seiring dengan peningkatan defisit tekanan
uap dari udara kering. Kondukstansi stomata yang rendah merupakan indiator tipe tanaman
toleran kekeringan. Tingginya resistensi mengindikasikan penurunan kehilangan air, yang
penting untuk menjaga status air resistensi transpirasi membantu potensial air tanaman yang
berperan dalam menjaga turgiditas. Untuk meminimalkan laju kehilangan air, selain faktor
stomata kemampuan jaringan daun dalam menahan lepasnya molekul air merupakan faktor
penting lainnya. Kemampuan daun menahan air yang ditunjukkan oleh laju kehilangan air
daun rate leaf water loss (RWL) dapat digunakan sebagai indikator yang sederhana tapi
handal untuk toleransi kekeringan (Poejiastuti, 2014).
Mekanisme toleransi pada tanaman sebagai respon adanya cekaman kekeringan
meliputi (i) kemampuan tanaman tetap tumbuh pada kondisi kekurangan air yaitu dengan
menurunkan luas daun dan memperpendek siklus tumbuh, (ii) kemampuan akar untuk
menyerap air di lapisan tanah paling dalam, (iii) kemampuan untuk melindungi meristem
akar dari kekeringan dengan meningkatkan akumulasi senyawa tertentu seperti glisin, betain,
gula alkohol atau prolin untuk osmotic adjustment dan (iv) mengoptimalkan peranan stomata
untuk mencegah hilangnya air melalui daun (Adisyahputra, 2013).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum pengamatan ini dilaksanakan di Laboratorium Ekofisiologi dan Nutrisi,


Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada hari Sabtu tanggal 8 September
2018 pukul 09.00 WITA sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain spoit ukuran besar, selang
plastik transparan, penjepit kertas sedang, pipet ukur 1 ml, lampu sorot, kipas angin kecil,
plastik transparan, hand sprayer, tiang penyangga, penjepit tabung ukuran sedang, lap halus,
lap kasar, dan pisau tajam atau .
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit tanaman tomat umur
1 bulan dengan dan tanpa akar, air PDAM, gabus styrofoam, plastik wrapper, dan vaselin.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Membersihkan alat dengan menggunakan lap kasar dan lap halus
2. Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk setting alat transpirometer
3. Membuat penutup spoit dari sterofoam yang diberi lubang di tengahnya sesuai dengan
diameter batang tanaman yang akan digunakan
4. Mencabut tanaman preparat secara hati-hati dari media, kemudian membersihkan tanah
dari akar
5. Memasang penyumbat spoit pada pangkal batang dengan membelah sumbat spoit,
kemudian memasangnya pada spoit secara rapi
6. Mengoleskan vaselin pada penutup spoit agar udara tidak dapat masuk melalui penutup
gabus
7. Membungkus rapi penutup dengan wrapping agar mencegah terjadinya kebocoran
8. Memasukkan air dengan menggunakan spoit dari ujung selang sampai pada batas sumbat
gabus pada spoit sehingga akar seluruhnya terendam air
9. Memasang pipet ukur dengan rapi pada ujung selang, kemudian mengoleskan vaselin
pada pertemuan selang dengan pipet ukur
10. Pada pengukuran pengaruh angin, menggunakan kipas angin kecil dan memposisikan
kipas angin sekitar 50 cm – 75 cm dari transpirometer menghadap ke daun tanaman
11. Pada pengukuran pengaruh cahaya, menggunakan lampu dan memposisikan lampu
sekitar 40 cm dari transpirometer menghadap ke daun tanaman
12. Pada pengukuran pengaruh kelembaban daun, menyungkup tanaman dengan plastik
transparan kemudian menyemprotkan air dengan sprayer pada daun tanaman, lalu
mengikat kantong plastik sehingga daun tetap lembab
13. Mencatat posisi air dalam pipet ukur pada semua instrumen yang sudah di set sebagai
data awal (0 menit), lalu hidupkan lampu dan kipas angina
14. Mencatat posisi air setiap 10 menit pada semua instrumen selama 30 menit
15. Melanjutkan percobaan di atas dengan menggunakan tanaman tanpa akar, dengan
memotong akar tanaman tadi pada batas leher akar di dalam air
16. Menghitung luas daun tanaman dengan menggunakan aplikasi petiole
17. Menghitung laju transpirasi menggunakan rumus:
𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴
Laju transpirasi =
𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil sebagai
berikut.
Tabel 1. Pengamatan Laju Transpirasi Tanaman Tomat
Tanaman Tomat
Perlakuan Waktu Pengamatan
Dengan Akar Tanpa Akar

0 menit 0 0

10 menit 0,1 0
Kontrol
20 menit 0,1 0

30 menit 0,1 0

Laju Transpirasi 0,2 mL/menit 0 mL/menit

0 menit 0 0

10 menit 0,2 0
Kelembaban
20 menit 0 0

30 menit 0,3 0

Laju Transpirasi 0,34 mL/menit 0 mL/menit

0 menit 0 0

10 menit 0 0
Angin
20 menit 0 0

30 menit 0 0

Laju Transpirasi 0 mL/menit 0 mL/menit

0 menit 0 0

Cahaya 10 menit 0 0

20 menit 0 0
30 menit 0,2 0

Laju Transpirasi 0,13 mL/menit 0 mL/menit

Sumber: Data primer setelah diolah, 2018

Gambar 1. Pengamatan Jumlah Air yang Hilang per 10 menit (Dengan Akar)

Gambar 2. Pengamatan Jumlah Air yang Hilang per 10 menit (Tanpa Akar)

4.2 Pembahasan

Praktikum transpirasi yang telah dilakukan, dibuat empat perlakuan yaitu terdiri dari
kontrol atau tanpa perlakuan, pengaruh kelembaban, pengaruh angin dan pengaruh cahaya.
Laju transpirasi tanpa perlakuan diperoleh hasil yaitu selama 30 menit pengamatan terjadi
pengurangan jumlah air baik saat tanaman cabai yang memiliki akar maupun tanaman tomat
yang telah dipotong akarnya. Adanya pengurangan jumlah air berarti proses transpirasi yang
berlangsung. Transpirasi terjadi karena beberapa faktor seperti cahaya, suhu, dan lain-lain.
Hal ini didukung oleh Sinha (2004), yang menyatakan bahwa cahaya merupakan salah satu
faktor terjadinya proses transpirasi, dimana membantu dalam proses perubahan fasa air dalam
daun menjadi uap air saat keluar ke atmosfir. Selain itu, angin akan membuat kelembaban
udara disekitar tanaman bergerak menjauh dan memungkinkan konsentrasi uap air pada
tanaman lebih tinggi dibanding di sekitar daun sehingga mendorong terjadinya transpirasi.
Perlakuan kedua yaitu pengaruh kelembaban terhadap transpirasi dengan
menyemprotkan air menggunakan hand sprayer ke tanaman, kemudian tanaman tomat
disungkup menggunakan plastik bening hingga kedap udara. Selama 1 jam pengamatan
dilakukan yang dibagi atas 30 menit dengan akar dan 30 menit kemudian setelah pemotongan
akar, terjadi penurunan air pada saat tanaman memiliki akar. Tidak terjadi perubahan
ketinggian air saat tidak adanya akar berindikasi bahwa proses transpirasi tidak terjadi.
Transpirasi tidak terjadi akibat kelembaban udara di sekitar tanaman lebih tinggi daripada
dalam daun menyebabkan tidak dilepaskannya uap air ke lingkungan, begitupula dengan
disungkupnya tanaman membuat pergerakan angin terbatas sehingga tidak dapat
menggerakan uap air yang konsentrasinya tinggi menjauh dari tanaman. Hal ini didukung
oleh Sinha (2004), yang menyatakan bahwa ada saat kelembaban udara disekitar tanaman
rendah, maka laju transpirasi tinggi. Proses tersebut dapat terjadi akibat tekanan yang berbeda
di dalam sel tanaman dan di luar tanaman, sehingga uap air berdifusi dari dalam tanaman
yang bertekanan tinggi ke atmosfir yang bertekanan rendah.
Perlakuan ketiga yaitu dengan memberikan hembusan angin dengan bantuan kipas
kecil yang diarahkan ke tanaman, yang diamati selama 1 jam. Pengamatan 30 menit pertama
dengan akar sedangkan pada 30 menit kedua yaitu tanaman cabai yang telah dipotong
akarnya. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa angin tidak memberi dampak
signifikan terhadap proses transpirasi. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Schymanski
(2015), yang menyatakan bahwa angin dengan kecepatan yang konstan dapat meningkatkan
potensial transpirasi daun akibat dari menggerakan udara yang lembab disekitar tanaman,
sehingga peluang tanaman untuk melepas uap air dari daun menjadi tinggi.
Perlakuan terakhir yaitu dengan memberikan cahaya dengan bantuan lampu bohlam
yang diarahkan ke tanaman. Dari hasil pengamatan selama 30 menit pertama yaitu tanaman
dengan akar, terjadi perungan ketinggian air sebanyak 0,13 ml. Untuk pengamatan 30 menit
kedua pada tanaman yang telah dihilangkan akarnya, tidak terjadi penurunan air. Adanya air
yang hilang tidak lain karena proses transpirasi yang didorong oleh faktor cahaya. Cahaya
yang diberikan memberikan energi panas yang jatuh ke daun tanaman, memicu uap air untuk
keluar ke atmosfir. Hal ini didukung oleh Sinha (2004), yang menyatakan bahwa cahaya
mempengaruhi suhu disekitar tanaman khusunya pada daun. Cahaya meningkatkan
permeabilitas dari sel protoplasma, dimana akan mendorong lepasnya uap air ke atmosfir.
Intensitas cahaya pada tanaman tertentu membuat stomata tetutup, maka transpirasi tidak
terjadi. Saat suhu di sekitar tanaman tinggi, maka transpirasi juga tinggi. Suhu berpengaruh
terhadap tekanan uap air, bahkan saat kelembaban tinggi di area daun tetap terjadi transpirasi
saat suhu daun meningkat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menurut pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Faktor-faktor luar seperti angin, air, suhu, dan cahaya dapat mempengaruhi laju
transpirasi.
2. Pada beberapa perlakuan, perlakuan kontrol yang cukup banyak mempengaruhi
hilangnya air dalam proses transpirasi.

5.2 Saran

Untuk kedepannya, sebaiknya waktu diefisiensikan dengan cara asisten mengkordinir


praktikan agar semuanya bergerak.
DAFTAR PUSTAKA

Adisyahputra. 2013. Pewarisan Sifat Densitas Stomata dan Laju Kehilangan Air Daun (rate
leaf water loss RWL) pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Jurnal Pertanian 1
(1)
Heddy, S. 2013. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.
Lakitan, B. 2017. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Poejiastuti, E. 2014. Studi Komparatif Anatomi Daun beberapa Genotipe Kedelai (Glycine
max L. ) yang Peka dan Toleran terhadap Cekaman Kekeringan. Jurnal Biologi 2 (3)
Purba. 2013. Kebutuhan dan Cara Pemberian Air Irigasi Untuk Tanaman Padi Sawah (Oryza
Sativa). Jurnal Sains dan Teknologi, Vol. 3 (146-151).
Schymanski, S.J. 2015. Wind Effect on Leaf Transpiration Challlenge The Concept of
Potensial Evaporation. Proc IAHS, 371: 99-107.
Sinha, Rajiv Kumar. 2004. Modern Plant Physiology. India: CRC Press.
Sitompul. 2015. Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: UGM Press.
Soedirokoesoemo. 2013. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wilkins. 2014. Fisologi Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
LAMPIRAN

Lampiran Tabel. Tabel Pengamatan Laju Transpirasi pada Tanaman Tomat

Waktu Tanaman Tomat


Perlakuan
Pengamatan Dengan Akar Tanpa Akar

0 menit 0 0

10 menit 0,1 0
Kontrol
20 menit 0,1 0

30 menit 0,1 0

0 menit 0 0

10 menit 0,2 0
RH
20 menit 0 0

30 menit 0,3 0

0 menit 0 0

10 menit 0 0
Angin
20 menit 0 0

30 menit 0 0

0 menit 0 0

10 menit 0 0
Suhu
20 menit 0 0

30 menit 0,2 0
Lampiran Gambar. Pengamatan Laju Transpirasi pada Tanaman Tomat

Gambar 1. Proses pembersihan akar tanaman tomat dari media tanam

Gambar 2. Proses pengisian air pada spoit

Gambar 3. Proses penutupan spoit dengan gabus dan dilapisi dengan wrapper

Gambar 4. Proses pemasangan spoit pada alat penyangga


Gambar 5. Proses pemberian perlakuan angin pada daun tanaman tomat
Lampiran perhitungan. Perhitungan Rata-Rata Jumlah Air yang Hilang per Total Luas
Daun Tanaman

1. Perhitungan rata-rata jumlah air yang hilang per total luas daun tanaman (perlakuan
kontrol)
𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴
Jumlah air hilang per cm2 luas daun (30 menit) =
𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴
0,3 𝛴𝛴
=
5 𝛴𝛴2
= 0,06 mL/cm2
= 0,06 mL x 100 m2
= 6 mL/m2
Jumlah air hilang per menit per m2 luas daun = 6 mL/m2/30 menit = 0.2 mL/menit.

2. Perhitungan rata-rata jumlah air yang hilang per total luas daun tanaman (perlakuan RH)
𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴
Jumlah air hilang per cm2 luas daun (30 menit) =
𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴
0,5 𝛴𝛴
=
4,8 𝛴𝛴2
= 0,104 mL/cm2
= 0,104 mL x 100 m2
= 10,4 mL/m2
Jumlah air hilang per menit per m2 luas daun = 10,4 mL/m2/30 menit = 0.34
mL/menit.

3. Perhitungan rata-rata jumlah air yang hilang per total luas daun tanaman (perlakuan
angin)
𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴
Jumlah air hilang per cm2 luas daun (30 menit) =
𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴
0 𝛴𝛴
=
6,5 𝛴𝛴2
= 0 mL/cm2
= 0 mL x 100 m2
= 0 mL/m2
Jumlah air hilang per menit per m2 luas daun = 0 mL/m2/30 menit = 0 mL/menit.

4. Perhitungan rata-rata jumlah air yang hilang per total luas daun tanaman (perlakuan
suhu)
𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴𝛴
Jumlah air hilang per cm2 luas daun (30 menit) =
𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴 𝛴𝛴𝛴𝛴
0,2 𝛴𝛴
=
4,5 𝛴𝛴2
= 0,04 mL/cm2
= 0,04 mL x 100 m2
= 4 mL/m2
Jumlah air hilang per menit per m2 luas daun = 4 mL/m2/30 menit = 0.13 mL/menit.

Anda mungkin juga menyukai