Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................... i
ABSTRAK............................................................................. ii
Bab I PENDAHULUAN...................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................. 2
C. Tujuan................................................................... 2
Bab II KAJIAN TEORI...................................................... 3
A. Transpirasi............................................................ 3
B. Hipotesis.............................................................. 10
Bab III METODE PERCOBAAN...................................... 11
A. Alat dan Bahan..................................................... 11
B. Rancangan Percobaan........................................... 11
C. Variabel dan Definisi Operasional........................ 13
D. Prosedur Kerja...................................................... 13
E. Alur Percobaan..................................................... 15
Bab IV DATA DAN ANALISIS.......................................... 16
A. Data....................................................................... 16
B. Analisis................................................................. 16
C. Pembahasan.......................................................... 19
Bab V PENUTUP................................................................. 24
A. Kesimpulan........................................................... 24
B. Saran..................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA............................................................ 25
LAMPIRAN DOKUMENTASI........................................... 27
LAMPIRAN PERHITUNGAN........................................... 29

TRANSPIRASI
ABSTRAK

1
Pada praktikum ini dilakukan pada tanggal 29 November 2016 di
Laboratorium jurusan sains tentang transpirasi yang bertujuan untuk menyelidiki
pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode penimbangan.
Metode yang digunakan adalah dengan memanipulasi penempatan tanaman pacar
air yang diletakkan pada tabung erlenmeyer di ruang gelap dan 20 cm dari lampu
100 watt dengan waktu kontrol per 30 menit sebanyak 3 kali pengukuran yang
akan diketahui suhu, intensitas cahaya, kelembapan, serta massa pada setiap
penempatan. Adapun hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi
suhu kecepatan transpirasinya rendah, semakin tinggi intensitas cahaya kecepatan
transpirasinya rendah, dan semakin tinggi kelembapan kecepatan transpirasinya
juga tinggi. Hasil tersebut tidaklah sesuai dengan teori yang menyatakan jika
semakin tinggi suhu dan intensitas cahaya maka semakin tinggi pula kecepatan
transpirasinya, dan semakin tinggi kelembapan maka kecepatan transpirasinya
semakin rendah. Ketidaksesuaian hasil yang diperoleh dengan kajian teori
dikarenakan suhu pada ruangan yang cenderung tidak konstan akibat sering
dipindah-pindahnya erlenmeyer yang berisi tanaman pacar air, ketidaktahuan
praktikan dalam mengukur suhu, tanaman pacar air yang sudah layu, praktikan
yang kurang mengerti dalam pembacaan alat ukur kelembapan udara
(hygrometer).

Kata kunci : transpirasi, kecepatan transpirasi

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuhan yang kita kenal di lingkungan untuk bertahan hidup maka
selama hidupnya melakukan berbagai aktivitas, salah satunya yaitu aktivitas
mengeluarkan sejumlah besar air dalam bentuk uap air ke udara. Seperti yang
kita ketahui bahwa proses pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap
air disebut transpirasi. Tumbuhan mengeluarkan air baik banyak maupun
sedikit untuk ditranspirasikan merupakan peristiwa yang khas dimiliki oleh
tumbuhan, meskipun antara tumbuhan satu dengan lainnya berbeda spesies.
Proses transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui mulut daun (stomata),
kutikula dan lentisel. Selain itu tumbuhan tidak hanya mengeluarkan air
dalam bentuk uap melainkan tumbuhan dapat juga mengeluarkan air dalam
bentuk tetesan air yang prosesnya disebut dengan gutasi dengan melalui
organel (alat bantu) yang disebut dengan hidatoda berupa lubang yang
terdapat pada ujung urat daun, biasanya sering kita jumpai pada spesies
tumbuhan tertentu yang ada di alam.
Bagian organ tumbuhan yang berperan paling utama dalam melaksanakan
proses traspirasi adalah daun, karena pada daun terdapat stomata paling
banyak dan terdapat celah antar dua sel penutup stomata yang menyebabkan
membuka dan menutupnya stomata untuk menentukan besarnya transpirasi
dalam membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral,
mengatur suhu tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel.
Namun selain faktor internal tumbuhan transpirasi itu sendiri juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dari lingkungan di antaranya
adalah intesitas cahaya, kelembaban, suhu, angin dan keadaan air tanah.
Sehingga berdasarkan ulasan-ulasan diatas maka dilakukanlah praktikum
transpirasi ini dengan berbahan tanaman pacar air (Impatien balsemia) yang
perlakuannya berbeda.

B. Rumusan Masalah

1
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan
metode penimbangan?
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diperoleh tujuan praktikum


sebagai berikut:

1. Untuk menyelidiki pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi


dengan metode penimbangan.

BAB II

2
KAJIAN TEORI

A. Transpirasi

Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh
tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui stomata, selain melalui kutikula dan
lentisel (Dardjat dan Arbayah, 1996). Karena sifat kutikula yang impermeabel
terhadap air, transpirasi yang berlangsung melalui kutikula relatif sangat kecil
(Prawiranata dkk, 1991). Transpirasi dapat merugikan tumbuhan bila lajunya
terlalu cepat yang menyebabkan jaringan kehilangan air terlalu banyak selama
musim panas dan kering (Lovelles, 1991). Transpirasi merupakan aktivitas
fisiologis penting yang sangat dinamis, berperan sebagai mekanisme regulasi dan
adaptasi terhadap kondisi internal dan eksternal tubuhnya, terutama terkait dengan
kontrol cairan tubuh (turgiditas sel/ jaringan), penyerapan dan transportasi air,
garam-garam mineral serta mengendalikan suhu jaringan.

Tumbuhan dalam aktivitas hidupnya, mengeluarkan sejumlah besar air yang


diserap (90%) ke atmosfer dalam bentuk uap air. Hilangnya air dari tubuh
tanaman dalam bentuk uap air ini dinamakan transpirasi dan hampir semua air
yang ditranspirasikan keluar melalui stomata. Hanyalah 1 2% dari seluruh air
yang digunakan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis atau didalam kegiatan
metabolik sel-sel daunnya. Sisanya menguap dari daun dalam proses transpirasi.
Air menguap ke dalam ruang udara pada lapisan bunga karang. Bila stomata
terbuka, uap air keluar dari daun. Jika daun itu harus terus berfungsi dengan baik,
maka air segar harus disediakan kepada daun untuk menggantikan air yang hilang
pada waktu transpirasi (Saputra, 2012).

Awalnya air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar,
sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam
pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu
dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas.
Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan
kemudian ke atas melalui arus transportasi. Pada saat terjadi transportasi ini

3
menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari
akar ke daun melalui xilem.

Gambar 2.1 : proses transpirasi dari penyerapan air kedalam tanaman melalui akar
hingga pengeluarannya dalam bentuk uap air dari daun

Sumber :
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c0/Transpiration_Over
Transpirasi view.svg/2000px-Transpiration_Overview.svg.png
dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga
antar sel yang ada dalam daun. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus
berlangsung sampai rongga antar sel jenuh akan uap air. Sel-sel yang menguapkan
airnya ke rongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga
potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang berasal dari
xylem tulang daun, yang selanjutnya akan menerima dari batang dan batang akan
menerima dari akar dan seterusnya. Apabila stomata membuka, uap air dari
rongga antar sel akan keluar ke atmosfer (Saputra, 2012).

Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui


kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat
tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara
untuk berfotosintesis. Terbukanya stoma pada daun terjadi akibat suatu
mekanisme yang kompleks melibatkan transport aktif maupun trasport pasif.
Transport pasif melibatkan teori tentang fotosintesis yang memiliki reaksi

C O2 + H 2 O C 6 H 12 O6+ O2
, reaksi ini terjadi pada sel penjaga yang memiliki

klorofil lebih banyak dibandingan sel tetangga buktinya adah warna yang lebih

4
pekat dibandingkan sel tetangga apabila dilihat dari mikroskop, reaksi ini akan
meninngkatkan konsentrasi sukrosa dan mengurangi konsentrasi air dalam sel
penjaga. Secara otomatis dikarenakan perbedaan konsntrasi maka air akan
berpindah dari sel tetangga menuju sel penjaga, perpindahan ini dilakukan dengan
mengikuti gradien konsentrasi yang dinamakan transport pasif. Perpindahan air
tersebut membuat sel penjaga mengalami pembengkokan dikarenakan sisi bagian
dalam dari sel penjaga mengalami penebalan. Pembengkokan inilah yang
mengakiatkan stoma terbuka. Pada beberapa tanaman terdapat kemampuan
berdaptasi terhadap lingkunan tertentu agar dapat melakukan transpirasi meskipun
lingkungan tidak mendukung terjadinya fotosintesis, kejadian ini biasa terjadi
pada tanaman gurun yang memiliki adaptasi untuk melakukan transpirasi pada
malam hari. Ini diakibatkan karena terjadinya transport aktif yang memindahkan
ion K+ dengan bantuan energi untuk melawan gradien konsentrasi dari sel
tetangga menuju sel penjaga, sama seperti teori fotosintesis peningkatan
konsentrasi ion K+ membuat potensial air pada sel penjaga semakin rendah,
akibatnya air akan berpindah dari sel tetangga menuju sel penjaga.

Gambar 2.1 : proses trasnpirasi yang melibatkan transport aktif menggunakan


ion K+ agar dapat membuka stoma pada saat fotosintesis tidak dapat dilakukan

Sumber : desiarianika26.blogspot.co.id/2016/03/struktur-fungsi-jaringan-
tumbuhan.html

Proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal


maupun eksternal. Faktor-faktor internal antara lain adalah ukuran daun, tebal
tipisnya daun, ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun, banyak sedikitnya
bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stomata

5
(Dwidjoseputro, 1994), termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan
dan laju metabolisme. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya,
suhu, kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah (Dardjat dan Arbayah,
1996), gradient potensial air tanah - jaringan atmosfer, serta adanya zat-zat
toksik di lingkungannya. Pembukaan stomata dipengaruhi oleh karbondioksida,
cahaya, kelembaban, suhu, angin, potensial air daun dan laju fotosintesis.
Mekanisme kontrol laju kehilangan air atau transpirasi dapat dilakukan dengan
cara mengontrol laju metabolisme, adaptasi struktural daun yang dapat
mengurangi proses kehilangan air dan mengatur konduktivitas stomata
(Goldworthy dan Fisher, 1992).

Stomata biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan


dengan udara. Jumlah stomata beragam pada daun tumbuhan yang sama dan juga
pada daerah daun yang sama (Estiti, 1995). Pada umunya stomata tumbuhan darat
lebih banyak terdapat pada epidermis daun bagian bawah. Pada banyak jenis
tumbuhan bahkan tidak ada stomata sama sekali pada epidermis daun bagian atas
(Lovelles, 1991). Suatu stoma terdiri atas lubang (porus) yang dikelilingi oleh 2
sel penutup, umumnya berbentuk ginjal dan mengandung kloroplas. Stomata
sebagian besar tumbuhan membuka pada waktu siang hari dan menutup pada
malam hari. Stomata akan membuka apabila turgor sel penutup tinggi dan apabila
turgor sel penutup rendah maka stomata akan menutup (Siti Sutarmi, 1984).

Daun tersusun atas sel-sel epidermis atas, jaringan mesofil yang terdiri atas
jaringan palisade dan jaringan bunga karang dengan ikatan pembuluh diantara sel
epidermis bawah dengan stomata. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh
sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga
antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat
menampung uap air dalam jumlah yang banyak. Penguapan air ke rongga antar sel
akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-
sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel tentu akan mengalami kekurangan
air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang
berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan menerima air
dari batang dan batang menerima dari akar. Uap air yang terkumpul dalam rongga

6
antar sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut selama stomata pada
epidermis daun tidak membuka. Kalaupun ada uap air yang keluar menembus
epidermis dan kutikula, jumlahnya hanya sedikit dan dapat diabaikan. Agar
transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus me mbuka.
Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel
dengan atmosfer (Saputra, 2012).

Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan
menutup saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO 2 yang diperlukan
untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan memerlukan
waktu 1 jam dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata
menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba
(Salisbury dan Ross, 1995). Di alam literaturnya menyebutkan terbukanya
stomata pada siang hari tidak terhambat jika tumbuhan itu berada dalam udara
tanpa karbon dioksida, yaitu keadaan fotosintesis tidak dapat terlaksana. Kalau
tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel, uap air dari rongga
antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi (Loveless,
1991)

Cahaya fotosintesis dalam sel-sel mesophyl berkurangnya CO2 dalam ruang


antar sel menaikan pH dalam sel penutup perubahan enzimatik menjadi gula
menaikkan kadar gula menaikkan tekanan osmotic dari getah sel menaikkan
turgor stomata membuka (Pandey dan Sinha, 1983).

Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun


luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis
lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan
daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata, proliferasi akar
(Salisbury dan Ross, 1992)

a. Penutupan stomata: Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena


kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang
terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak
pula kehilangan air.

7
b. Jumlah dan ukuran stomata: Jumlah dan ukuran stomata dipengaruhi oleh
genotipe dan lingkungan. Hal ini mempunyai pengaruh yang lebih sedikit
terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.
c. Jumlah daun: Makin luas daerah permukaan daun, makin besar laju
transpirasi.
d. Penggulungan atau pelipatan daun: Banyak tanaman mempunyai mekanisme
dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan
air terbatas.
e. Kedalaman dan proliferasi akar: Perakaran yang lebih dalam meningkatkan
ketersediaan air dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah) sebelum
terjadi pelayuan permanen.
Faktor luar antara lain:
a. Kelembaban. Bila daun mempunyai kan dungan air yang cukup dan stomata
terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi
molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi
mulekul uap air di udara.
b. Suhu. Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan
penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi
tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.
c. Cahaya. Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama
cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi
aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui
pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.
d. Angin. Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling
bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil
transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata,
sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu
daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal
ini dapat menu runkan tingkat transpirasi.
e. Kandungan air tanah. Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air
tanah dan alju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air
ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut
menyebabkan de visit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar,
pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun
sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar

8
menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningka tkan defisit air pada daun
dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut (Loveless, 1991).
f. Pengaruh cahaya. Transpirasi berhubungan langsung dengan intensitas
cahaya. Semakin besar intensitas cahaya semakin tinggi laju transpirasi.
Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara yaitu sebagai berikut:
1. Sehelai daun yang dikenai cahaya matahari lansung akan mengabsorbsi
energi radiasi. Hanya sebagian kecil energi tersebut yang digunakan
dalam fotosintesis, selebihnya diubah menjadi energi panas. Sebagian
dari energi panas tersebut dilepaskan ke lingkungan, dan selebihnya
meningkatkan suhu daun lebih tinggi daripada suhu udara disekitarnya.
Pemanasan tersebut meningkatkan transpirasi, karena suhu daun biasanya
merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi laju proses tersebut.
Fakta yang menunjukkan bahwa daun yang kena cahaya matahari
mempunyai suhu yang lebih tinggi daripada suhu udara memungkinkan
laju transpirasi yang cepat, bahkan dalam udara yang jenuh.
2. Cahaya dalam bentuk yang tidak lansung dapat pula mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka tutupnya stomata. Pada
siang hari, Ketika ada cahaya matahari, stomata membuka karena
meningkatnya pencahayaan, dan cahaya meningkatkan suhu daun
sehungga air menguap lebih cepat. Naiknya suhu mem buat udara
mampu membawa lebih banyak kelembaban, maka transpirasi meningkat
dan barangkali bukaan stomata pun terpengaruh. Angin membawa lebih
banyak CO2 dan mengusir uap air. Hal ini menyebabkan penguapan dan
penyerapan CO2 meningkat, tapi agak kurang dari yang diduga, karena
meningkatnya CO2 menyebabkan stomata menutup sebagian. Bila daun
dipanaskan oleh sinar matahari dengan panas yang melabihi suhu udara,
angin akan menurunkan suhunya. Akibatnya, transpirasi menurun.
Cahaya mempunyai hubungan langsung dengan proses fotosintesis dalam
menghasilkan karbohidrat, untuk digunakan dalam proses respirasi
sampai dihasilkan energi dalam bentuk ATP.
C6 H 12 O6 +O2 C O2 + H 2 O+ ATP

9
Yang dibutuhkan pada proses absorbsi dan transpirasi. Pengaruh cahaya
diyakini mempunyai pengaruh tak lansung melalui penurunan
konsentrasi CO2 oleh fotosintesis. Tapi baru baru ini, sejumlah kajian
memperlihatkan bahwa cahaya memiliki pengaruh kuat terhadap stomata,
lepas dari peranannya dalam fotosintesis. Diduga, cahaya bekerja di sel
me sofil, yang lalu mengirim pesan pada sel penjaga. Atau, penerima
cahaya terdapat di sel penjaga itu sendiri.

Pada tingkat cahaya yang tinggi, stomata tanaman memberikan respons


terhadap konsentrasi CO2 antar sel yang rendah. Stomata memberikan
respons terhadap cahaya bahkan juga stomata pada daun yang
fotosintesisnya diturunkan sampai nol dengan pemberian zat penghambat
(sianazin). Sharkey dan Raschke berkesimpulan, pada cahaya rendah
konsentrasi CO2 antar sel dapat menjadi factor pengendali yang utama
pada tingkat cahaya tinggi, respons langsung terhadap cahaya dapat
melebihi kebutuhan CO2 untuk fotosintesis dan menyebabkan
peningkatan konsentrasi CO2 antar sel. Naiknya konsentrasi CO2 antar sel
dapat diamati saat cahaya ditingkatkan (karena stomata membuka), yang
ternyata berlawanan sekali dengan yang diperkirakan jika stomata
memberikan respons terhadap cahaya hanya melalui efek fotosintetik dari
konsentrasi CO2 (Salisbury dan Ross, 1995).

B. Hipotesis
1. Jika tumbuhan berada pada intensitas cahaya yang tinggi maka kecepatan
transpirasinya juga tinggi, begitupun sebaliknya
2. Jika tumbuhan berada pada suhu yang tinggi maka kecepatan
transpirasinya juga tinggi, begitupun sebaliknya
3. Jika tumbuhan berada pada kelembapan yang tinggi maka kecepatan
transpirasinya rendah, begitupun sebaliknya

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan :

10
1. Alat :

a. Erlenmeyer 250 ml 2 buah

b. Sumbat erlemeyer 2 buah

c. Neraca 1 buah

d. Termometer 1 buah

e. Hygrometer 1 buah

f. Lux meter 1 buah

g. Bola lampu 100 watt beserta dudukannya 1 buah

h. Pisau tajam dan penggaris 1 buah

i. Kertas grafik 1 buah

2. Bahan :

a. Air secukupnya

b. Vaselin secukupnya

c. Dua pucuk tanaman Pacar air (Impatien balsemia)

yang memiliki kondisi dan panjang yang sama 20 cm

B. Rancangan Percobaan

Gambar : Mengisi
erlemeyer dengan 150 ml
air

11
Gambar : Memotong miring
pangkal 2 batang pacar air,
memastikan memiliki
panjang 20 cm.

Gambar : Memasukkan
potongan batang pacar air
pada tabung erlemeyer A
dan B melalui lubang pada
sumbat sampai bagian
pangkal terendam air

Gambar : Menimbang
kedua tabung beserta
tanaman dan air dengan
neraca

Gambar : Meletakkan
erlemeyer A pada 20 cm dari
lampu berdaya 100 W dan
erlemeyer B di ruangan yang
memiliki intensitas cahaya
rendah dan Mengukur
sebanyak 3 kali massa
erlemeyer beserta tanaman
dan air, intensitas cahaya,
suhu dan kelembapan setiap
C. Variabel dan Devinisi Operasional Variabel 30 menit

12
1. Variabel Manipulasi : Intenitas Cahaya.
Devinisi Operasional :
Varabel yang sengaja dibuat berbeda untuk mempengaruhi variabel
respon. Pada praktikum ini menggunakan intensitas cahaya minimum
untuk penempatan erlemeyer A dan penempatan erlemeyer B pada jarak 20
cm dari lampu pijar berdaya 100 watt
2. Variabel Kontrol : Suhu, kelembapan, volume air,
Devinisi Operasional :
Variabel yang sengaja dibuat sama sebagai acuan perbandingan variabel
respon. Dalam paktikum ini yang dibuat sama adalah suhu, kelembapan,
dan volume air.
3. Variabel Respon : Massa erlemeyer Adan B setiap 30 menit
Devinisi Operasional :
Variabel hasil dari variabel manipuasi dan variabel kontrol. Dalam
praktikum ini diharapkan memperoleh hasil semakin tinggi intensitas
cahaya maka semain tinggi pula kecepatan transpirasi tanaman pacar air.

D. Prosedur Kerja
1. Mengisi erlemeyer dengan 150 ml air
2. Memotong miring pangkal 2 batang pacar air, memastikan memiliki
panjang 20 cm.
3. Memasukkan potongan batang pacar air pada tabung erlemeyer A dan B
melalui lubang pada sumbat sampai bagian pangkal terendam air
4. Membuang bunga, kuncup, daun yang rusak dan mengolesi luka luka
dengan vaselin
5. Mengolesi Celah yang erdapat pada sumbat dengan vaselin
6. Menimbang kedua tabung beserta tanaman dan air dengan neraca
7. Meletakkan erlemeyer A pada ruangan yang memiliki intensitas cahaya
rendah dan erlemeyer B pada jarak 20 cm dari lampu berdaya 100 W
8. Mengukur sebanyak 3 kali massa erlemeyer beserta tanaman dan air,
intensitas cahaya, suhu dan kelembapan setiap 30 menit
9. Membuat grafik kecepatan transpirasi dan menghitung luas permukaan
daun.

13
E. Alur Kerja
Erlemeyer
Di isi air dengan volume 150 ml

Pacar Air

Dipotong miring pangkal batang pacar air


Dimasukkan pada erlemeyer A dan B
sampai bagian pangkal yang terpotong
tadi terendam air
Dibuang bunga, kuncup, daun yang luka
dan olesi luka dengan vaselin
Diolesi celah-celah yang ada dengan
vaselin misalnya di sekitar sumbat
penutup.

Erlenmeyer A Erlenmeyer B

Ditimbang lengkap dengan tanaman Ditimbang lengkap dengan tanaman dan


dan air yang ada didalamnya dan air yang ada didalamnya dan dicatat
Diletakkan erlenmeyer cahaya rendah
dicatat
Diletakkan erlenmeyer cahaya rendah dan erlemeyer B pada jarak 20 cm dari
dan erlemeyer B pada jarak 20 cm dari lampu berdaya 100 W
Diukur kondisi lingkungan kedua
lampu berdaya 100 W
Diukur kondisi lingkungan kedua tempat tersebut meliputi suhu intensitas
tempat tersebut meliputi suhu cahaya, dan kelembapan
Ditimbang sebanyak 3 kali setiap 30
intensitas cahaya, dan kelembapan
Ditimbang sebanyak 3 kali setiap 30 menit.
Dibuat grafik kecepatan transpirasi dan
menit.
Dibuat grafik kecepatan transpirasi menghitung luas permukaan daun
dan menghitung luas permukaan daun setelah penimbangan terakhir.
setelah penimbangan terakhir.

Grafik dan Luas Permukaan Grafik dan Luas Permukaan

BAB IV

14
DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

A. Data
Tabel 4.1 Hasil pengamatan transpirasi tanaman pacar air

Intensita Massa
Kelembapa
Menit Suhu s Selisih
Perlakuan n Awal Akhir
Ke- (oC) Cahaya (gr)
(%) (gr) (gr)
(d/m3)
0 28 0 86 325,91 325,91 0

Gelap 30 29 0 74 325,91 325,85 -0,06


(B) 30 26 0 80 325,85 325,77 -0,08
30 27 0 86 325,77 325,67 -0,10
0 28 11 86 298,12 298,12 0

Terang 30 29 12,2 76 298,12 298,11 -0,01


(A) 30 28 14,4 72 298,11 298,03 -0,08
30 29 19,9 82 298,03 297,91 -0,12

Tabel 4.2 Hasil pengamatan total luas daun

Total
Luas daun ke (cm2)
Perlakuan (cm2)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Gelap (B) 6 6 7 7 5 5 4 5 3 2 1 51

Terang (A) 20 18 4 17 12 5 8 - - - - 84

B. Analisis
Berdasarkan tabel data diatas maka dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan kecepatan transpirasi antara tanaman pacar air yang diletakkan di
ruang gelap dengan tanaman pacar air yang diletakkan 20 cm dari lampu 100
watt. Saat belum dilakukan perbedaan perlakuan, massa awal dan akhir
tanaman pacar air yang diletakkan di ruang gelap sebesar 325,91 gr dengan
suhu awal yaitu 28oC, intensitas cahaya 0 d/m3, dan kelembapan 86%. Menit
ke 30 pertama massa mengalami penurunan hingga menjadi 325,85 gr dengan
suhu mengalami kenaikan menjadi 29oC, intensitas cahaya tetap 0 d/m3, dan
kelembapan menurun menjadi 74%. Menit ke 30 kedua massa mengalami

15
penurunan menjadi 325,77 gr dengan penurunan suhu menjadi 26oC,
intensitas cahaya 0 d/m3, dan kelembapan naik menjadi 80% sedangkan pada
menit ke 30 terakhir, massa mengalami penurunan menjadi 325,67 gr dengan
kenaikan suhu menjadi 27oC, intensitas cahaya 0 d/m3, dan kelembapan naik
menjadi 86%.
Pada menit ke 0 atau saat belum dilakukan perbedaan perlakuan, massa
awal dan akhir tanaman pacar air yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt
sebesar 298,12 gr dengan suhu awal yaitu 28oC, intensitas cahaya 11 d/m3,
dan kelembapan 86 %. Menit ke 30 pertama, massa mengalami penurunan
menjadi 298,11 gr dengan suhu mengalami kenaikan menjadi 29 oC, intensitas
cahaya naik menjadi 12,2 d/m3, dan kelembapan mengalami penurunan
menjadi 76%. Menit ke 30 menit kedua, massa mengalami penurunan
menjadi 298,03 gr dengan suhu mengalami penurunan menjadi 28 oC,
intensitas cahaya naik menjadi 14,4 d/m3, dan kelembapan mengalami
penurunan menjadi 72% dan pada menit ke 30 terakhir, massa mengalami
penurunan menjadi 297,91 gr, suhu naik menjadi 29oC, intensitas cahaya naik
menjadi 19,9 d/m3, dan kelembapan mengalami kenaikan menjadi 82%.
Jika rata-rata selisih massa antara tanaman pacar air yang diletakkan di
ruang gelap dan diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt dicari maka dapat
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3 Rata-rata selisih massa transpirasi tanaman pacar air

Perlakuan Selisih (gr) Rata-rata selisih (gr)


0
-0,06
Gelap (B) -0,08 0,06
-0,10
0
-0,01
Terang (A) -0,08 0,05
-0,12

16
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui tanaman pacar air yang
diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt mengalami penurunan lebih sedikit
daripada tanaman pacar air yang diletakkan di ruang gelap.
Berikut grafik rata-rata intensitas cahaya terhadap kecepatan transpirasi
0
0
0
0
0
0
Kecepatan transpirasi 0 0

0
0
0
0
0 14.375

Rata-rata Intensitas cahaya

Gambar 4.1
Apabila Grafik
suhu, intensitas
intensitascahaya
cahaya, dan kecepatan
terhadap kelembapan dirata-rata untuk
transpirasi
perhitungan kecepatan transprasi, maka didapatkan hasil sebagai berikut
Tabel 4.4 Hasil rata-rata suhu, intensitas cahaya, dan kelembapan

Intensitas Cahaya Kelembapan


Perlakuan Suhu (oC)
(d/m3) (%)
28 0 86
29 0 74
Gelap
(A) 26 0 80
27 0 86
27,5 0 81,5
Rata-rata
28 11 86
29 12,2 76
Terang
(B) 28 14,4 72
29 19,9 82
28,5 14,38 79
Rata-rata

Berdasarkan tabel 4.2 hasil pengamatan total luas daun, dapat diketahui
terdapat 11 daun pada masing tanaman pacar air. Tanaman pacar air yang
diletakkan di ruang gelap memiliki luas daun pertama yaitu 6 cm 2, luas daun

17
kedua yaitu 6 cm2, luas daun ketiga yaitu 7 cm 2, luas daun keempat yaitu 7
cm2, luas daun kelima yaitu 5 cm 2, luas daun keenam yaitu 5 cm2, luas daun
ketujuh yaitu 4 cm2, luas daun kedelapan 5 cm2, luas daun kesembilan yaitu 3
cm2, luas daun kesepuluh yaitu 2 cm2, dan luas daun kesebelas yaitu 1 cm2
sehingga total luas daun keseluruhan sebesar 51 cm2 sedangkan tanaman
pacar air yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt memiliki luas daun
pertama yaitu 20 cm2, luas daun kedua yaitu 18 cm2, luas daun ketiga yaitu 4
cm2, luas daun keempat yaitu 17 cm2, luas daun kelima yaitu 12 cm2, luas
daun keenam yaitu 5 cm2, luas daun ketujuh yaitu 5 cm2, dan untuk luas daun
kedelapan sampai kesebelas tidak memiliki luas daun karena terlalu kecil
sehingga total luas daun keseluruhan sebesar 84 cm2.

C. Pembahasan
Berdasarkan tabel rata-rata selisih massa transpirasi tanaman pacar air
diatas dapat diketahui jika tanaman pacar air yang diletakkan di ruang gelap
juga mengalami penurunan massa sebesar 0,06 gram dan tanaman pacar air
yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt mengalami penurunan massa
dengan rata-rata sebesar 0,05 gram. Penurunan massa dari kedua tanaman
tersebut mengindikasikan adanya transpirasi. Menurut kajian teori yang kami
peroleh transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari
tubuh tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui stomata, selain melalui
kutikula dan lentisel (Dardjat dan Arbayah, 1996). Transpirasi dapat
merugikan tumbuhan bila lajunya terlalu cepat yang menyebabkan jaringan
kehilangan air terlalu banyak selama musim panas dan kering (Lovelles,
1991). Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke
rongga antar sel yang ada dalam daun. Penguapan air ke rongga antar sel akan
terus berlangsung sampai rongga antar sel jenuh akan uap air. Sel-sel yang
menguapkan airnya ke rongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air
sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air
yang berasal dari xylem tulang daun, yang selanjutnya akan menerima dari
batang dan batang akan menerima dari akar dan seterusnya. (Saputra, 2012).
Massa tanaman pacar air yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt
mengalami penurunan lebih sedikit daripada tanaman pacar air yang

18
diletakkan di ruang gelap. Berdasarkan rumus kecepatan transpirasi dengan
rumus

gram
menit
kecepatan transpirasi =
cm2

maka diperoleh kecepatan transpirasi dapat diketahui kecepatan transpirasi


tanaman pacar air yang diletakkan di ruang gelap sebesar 3,92 x 10 -5
gram/menit/cm2 sedangkan kecepatan transpirasi tanaman pacar yang
diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt sebesar 1,98 x 10-5 gram/menit/cm2.
Tabel 4.5 Hasil perhitungan kecepatan transpirasi
Rata-rata Kecepatan
Total luas
Perlakuan Menit per- selisih transpirasi
daun (cm2)
massa (gr) (gram/menit/cm2)

Gelap (B) 30 0,06 51 3,92 x 10-5

Terang (A) 30 0,05 84 1,98 x 10-5

Hasil tersebut tidak sesuai teori yang menyatakan penurunan massa akan
lebih banyak pada tanaman yang diletakkan di tempat terang karena terdapat
beberapa faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi. Faktor-faktor
internal antara lain adalah ukuran daun, tebal tipisnya daun, ada tidaknya
lapisan lilin pada permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan
daun, banyak sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stomata (Dwidjoseputro,
1994), termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju
metabolisme. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya,
suhu, kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah (Dardjat dan
Arbayah, 1996). Praktikum ini kami melakukan pengamatan terhadap faktor
eksternalnya yaitu intesitas cahaya, suhu, dan kelembapannya. Berikut tabel
perbandingan rata- rata suhu, intensitas cahaya, dan kelembapan terhadap
kecepatan transpirasi

19
Tabel 4.6 Perbandingan rata-rata suhu, intensitas cahaya, dan
kelembapan terhadap kecepatan transpirasi
Kecepatan
Suhu Intensitas Kelembapan
Perlakuan transpirasi
(oC) Cahaya (d/m3) (%)
(gr/menit/cm2)

Gelap (B) 27,5 0 81,5 3,92 x 10-5

Terang (A) 28,5 14,38 79 1,98 x 10-5

Transpirasi berhubungan langsung dengan intensitas cahaya. Menurut


kajian teori yang kami peroleh menyatakan semakin besar intensitas cahaya
semakin tinggi laju transpirasi sedangkan dalam data kami memperoleh
semakin rendah intesitas cahaya, semakin besar kecepatan transpirasinya.
Tabel data 4.4 menunjukkan rata-rata intensitas cahaya pada tanaman pacar
air yang diletakkan di ruang gelap sebesar 0 d/m3 sedangkan tanaman pacar
air yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt sebesar 14,38 d/m 3.
Ketidaksesuain hasil pengamatan kami terhadap teori dikarenakan tanaman
pacar air yang kami letakkan 20 cm dari lampu 100 watt sudah layu sehingga
tidak mendapatkan hasil yang sesuai dengan teori. Tanaman pacar air layu
dikarenakan kami yang membawanya tidak hati-hati sehingga mematahkan
sebagian batangnya. Namun pada praktikum kami hanya selesih 0,01 gram
antara tanaman pacar air yang diletakkan di ruang gelap dan yang diletakkan
20 cm dari lampu 100 watt.
Intensitas cahaya berpengaruh dalam proses transpirasi karena berkaitan
dengan membuka dan menutupnya stomata. Menurut kajian teori yang kami
peroleh, suatu stoma terdiri atas lubang (porus) yang dikelilingi oleh 2 sel
penutup, umumnya berbentuk ginjal dan mengandung kloroplas. Stomata
sebagian besar tumbuhan membuka pada waktu siang hari dan menutup pada
malam hari. Stomata akan membuka apabila turgor sel penutup tinggi dan
apabila turgor sel penutup rendah maka stomata akan menutup (Siti Sutarmi,
1984). Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk
mengambil karbondioksida dari udara untuk berfotosintesis. Terbukanya

20
stoma pada daun terjadi akibat suatu mekanisme yang kompleks melibatkan
transport aktif maupun trasport pasif. Transport pasif melibatkan teori tentang

C O2 + H 2 O C 6 H 12 O6+ O2
fotosintesis yang memiliki reaksi , reaksi ini

terjadi pada sel penjaga yang memiliki klorofil lebih banyak dibandingan sel
tetangga. Reaksi ini akan meningkatkan konsentrasi sukrosa dan mengurangi
konsentrasi air dalam sel penjaga. Secara otomatis dikarenakan perbedaan
konsentrasi maka air akan berpindah dari sel tetangga menuju sel penjaga,
perpindahan ini dilakukan dengan mengikuti gradien konsentrasi yang
dinamakan transport pasif. Perpindahan air tersebut membuat sel penjaga
mengalami pembengkokan dikarenakan sisi bagian dalam dari sel penjaga
mengalami penebalan. Pembengkokan inilah yang mengakibatkan stoma
terbuka.
Selain intensitas cahaya, suhu juga mempengaruhi proses kecepatan
transpirasi. Menurut data yang kami peroleh pada tabel 4.4 suhu rata-rata pada
tanaman pacar air yang diletakkan di ruang gelap sebesar 27,5oC sedangkan
tanaman pacar air yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt sebesar 28,5 oC.
Berdasarkan teori yang kami peroleh kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F
cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali sehingga
sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi
pembukaan stomata. Semakin tinggi suhu lingkungan maka semakin tinggi
pula kecepatan transpirasi pada tanaman tersebut namun pada data kami
diperoleh semakin tinggi suhu, semakin rendah kecepatan transpirasinya.
Ketidakakuratan data yang kami peroleh dikarenakan suhu pada ruangan yang
cenderung tidak konstan akibat sering dipindah-pindahnya erlenmeyer yang
berisi tanaman pacar air, ketidaktahuan praktikan dalam mengukur suhu yang
seharusnya konstan agar mendapatkan suhu yang sesuai, dan lain sebagainya.
Kelembapan udara juga mempengaruhi kecepatan transpirasi pada
tanaman pacar air. Menurut data yang kami peroleh pada tabel 4.4 kelembapan
rata-rata pada tanaman pacar air yang diletakkan di ruang gelap sebesar 81,5%
dan tanaman pacar air yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt sebesar
79%. Menurut data jika semakin tinggi kelembapan semakin tinggi pula
kecepatan transpirasi. Hal tersebut tidak sesuai teori yang menyatakan

21
semakin rendah kelembapan udara maka semakin tinggi kecepatan transpirasi
begitupun sebaliknya jika semakin tinggi kelembapan maka semakin rendah
kecepatan transpirasinya. Jika daun mempunyai kandungan air yang cukup
dan stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara
konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan
konsentrasi molekul uap air di udara. Ketidaksesuaian data dengan teori yang
kami peroleh dikarenakan praktikan yang kurang mengerti dalam pembacaan
alat ukur kelembapan udara (hygrometer), sering dipindah-pindahnya
erlenmeyer yang berisi tanaman pacar air, dan lain sebagainya.
Selain faktor eksternal yang kami amati, faktor internal juga kami amati
dengan melihat dan mengukur luas atau ukuran daun tanaman pacar air.
Berdasarkan data yang kami peroleh total luas tanaman pacar air yang
diletakkan di ruang gelap sebesar 51 cm2 sedangkan yang diletakkan 20 cm
dari lampu 10 watt sebesar 84 cm 2. Menurut kajian teori yang kami peroleh
menyatakan jika semakin luas permukaan daun maka akan mempercepat
penguapan karena semakin banyak pula poripori sebagai jalan keluarnya
penguapan namun kecepatan transpirasi yang kami peroleh lebih kecil yang
diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt daripada diletakkan di ruang gelap
sehingga data yang kami peroleh dengan kajian teori tidaklah sesuai.
Ketidaksesuaian hasil tersebut dikarenakan tanaman pacar air yang diletakkan
20 cm dari lampu 100 watt sudah layu sehingga mempengaruhi proses
transpirasi. Layunya tanaman pacar air tersebut dikarenakan praktikan yang
kurang hati-hati dalam menyimpan dan membawa tanaman pacar air sehingga
sebagian tangkainya patah.

22
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang kami peroleh dari praktikum ini dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Bahwa praktikum yang kami lakukan ini terdapat faktor eksternal (dari
lingkungan) yang mempengaruhi transpirasi yaitu terdapat intensitas cahaya,
kelembaban, dan suhu dimana ketiganya dapat mempengaruhi kecepatan
transpirasi pada tanaman pacar air (impatien balsemia) , dimana semakin
besar intensitas cahaya dan suhu maka kecepatan transpirasi semakin cepat
sebaliknya semakin kecil intensitas cahaya dan suhu maka kecepatan
transpirasi semakin lambat. Namun berbanding terbalik dengan
kelembapannya, karena dimana semakin kecil kelembaban maka kecepatan
transpirasi semakin cepat sebaliknya semakin besar intensitas cahaya dan
suhu maka kecepatan transpirasi semakin lambat. Semua itu berpengaruh
pada transpirasi tersebut dengan terdapat bukti berkurangnya massa
erlenmeyer beserta isinya ketika dilakukan penimbangan.
B. Saran
Adapun saran dari praktikum transpirasi ini adalah sebagai berikut:
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum melakukan pengecekan keadaan
tanaman pacar air yang akan dimasukkan ke erlenmeyer, jika menggunakan
tanaman yang masih segar maka keduanya juga harus sama-sama segar agar
tidak berpengaruh pada hasil perhitungan kecepatan transpirasi. Peletakkan
tanaman pacar air yang disinari cahaya lampu harus benar-benar dipantau
jaraknya kearah lampu sejauh 20 cm.

DAFTAR PUSTAKA

23
Bradley, P.M and Dunn, E.L. 1989. Effects of Sulfide on The Growth of Three Salt
Marsh Halophytes of The Southeastern United States. Amer.J.Bot, 76 (12) :
1707 - 1713

Dardjat Sastramiharja dan Arbayah Siregar. (1996). Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dwidjoseputro. (1994). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Estiti B Hidayat. (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit Institut


Teknologi Bandung.

Fitter, A.H. dan Hay, R.K.M. (1994). Fisiologi Lingkungan Tanaman.


(Terjemahan: Sri Andani dan E.D. Purbayanti). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Goldsworthy, P. R. dan Fisher, N. M. (1992). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Lovelles, A. R. (!991). Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.


Jilid I. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Utama.

Nasir, M. ,Purnomo dan Sudjino. (1994). Pengaruh Gas Belerang dari Kawah
Sikidang di dataran Tinggi Dieng Terhadap Struktur Vegetasi dari Faal
Tumbuhan di Sekitarnya. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Biologi
UGM.

Pandey dan Sinha. 1997. Plant Phisiology 3 Rev Ed. Sangam Books Ltd. New
York Amerika Serikat.

Prawiranata, W , Said Harran, Pin Tjondronegoro. (1991). Dasar-Dasar Fisiologi


Tumbuhan. Jilid I. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.

Salisbury FB dan Ross CW. 1992. Plant Physiology 4th Edition. California
Wadsworth Publishing Company.

24
Saputra, Bahtiar Adi. 2012. FISIOLOGI TUMBUHAN PENGARUH CAHAYA
(SUHU) TERHADAP KECEPATAN TRANSPIRASI. Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri
Surabaya

Siti Sutarmi Tjitrosomo. (1990). Botani Umum. Jilid 2. Bandung: PT Angkasa.

Treshow, M. (1984). Air Pollution and Plant Life. Norwich: John Wiley & Sons
Ltd.

25
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1 Gambar 2
Contoh tanaman pacar air Vaseln yang digunakan untu
mengolesi bagian tanaman yang
luka

Gambar 1 Gambar 2
Mengukur 20 cm dari pangkal Mengontrol volume air pada
pucuk tanaman erlenmeyer

26
Gambar 3 Gambar 4
Meletakkan salah satu tanaman Mengukur intesitas cahaya
di 20 cm dari lampu 100 watt

Gambar 5 Gambar 6
Menimbang massa erlenmeyer Menggambar dan mengukur luas
dan tanaman setiap 30 menit daun tanaman pacar air
sekali sebanyak 3 kali

27
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Kec.
Selisih massa Waktu Total luas
Perlakuan Transpirasi
(gr) (menit) daun (cm2)
(gr/menit/cm2)
gr
menit
= cm2

Gelap (A) 0,06 30 51 0,06


30
= 51

= 3,92 x 10-5
gr
menit
= cm2

Terang (B) 0,05 30 84 0,05


30
= 84

= 1,98 x 10-5

28

Anda mungkin juga menyukai