BIOLOGI UMUM
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai bentuk dan struktur sel penyusun tubuh
tumbuhan
2. Mahasiswa dapat membedakan bentuk dan struktur sel tumbuhan
B. Materi
Tubuh tumbuhan tingkat tinggi (tumbuhan berbiji) terdiri atas organ akar, daun dan
batang. Ketiga organ tersebut memiliki struktur dan fungsi yang berbeda. Secara garis besar,
ketiga organ tersebut tersusun atas jaringan pelindung, jaringan dasar, dan jaringan pengangkut.
Jaringan pelindung merupakan lapisan terluar pada organ, sel-selnya dapat berupa epidermis atau
felem (sel gabus). Apabila sel-sel pada jaringan pelindung melakukan fungsi khusus untuk
meningkatkan efektivitasnya sebagai jaringan pelindung, maka sel-sel epidermis tersebut dapat
bermodifikasi (berubah bentuk), misalnya menjadi sel kipas (bulliform cell), trikoma, stomata
dan litosis. Jaringan dasar umumnya tersusun atas sel-sel parenkim. Parenkim merupakan sel
hidup, berdinding tipis, memiliki berbagai macam bentuk antara lain isodiametris, bulat seperti
tiang, seperti bunga karang (spons) dan seperti bintang (aktinenkim). Jaringan parenkim terdapat
pada seluruh bagian organ tumbuhan seperti pada empulur, korteks akar dan batang, mesofil
daun dan endosperm biji. Parenkim memiliki berbagai macam fungsi antara lain untuk
fotosintesis, bernafas, penyimpanan cadangan dan untuk sekresi. Parenkim yang berfungsi untuk
fotosintesis seperti parenkim palisade, parenkim spons dan parenkim yang mengandung
kloroplas disebut dengan klorenkim. Parenkim udara (aerenkim), dijumpai pada tumbuhan air
yang berfungsi untuk menyimpan udara dan untuk respirasi sel. Parenkim penimbun yang sel-
selnya berisi cadangan makanan seperti pada parenkim penyusun endosperm, daun lembaga, dan
stele pada umbi. Parenkim air yang berisi penuh dengan air dan berfungsi untuk
mempertahankan diri dari kekeringan. Parenkim yang berperan dalam proses pengangkutan pada
tumbuhan terdapat pada jaringan pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem. Unsur hara yang
berasal dari dalam tanah akan diangkut oleh xilem menuju sel-sel parenkim yang berfungsi untuk
tmpat berlangsungnya fotosintesis, sedangkan produk yang dihasilkan dari proses fotosintesis
akan diedarkan oleh floem ke seluruh tubuh tumbuhan. Jaringan pengangkut ini sekaligus juga
dapat berfungsi sebagai jaringan penguat. Jaringan penguat pada tumbuhan diperlukan untuk
memperkokoh tubuh, tersusun atas sel-sel yang dindingnya mengalami penebalan seperti
sklerenkim, sklereida (sel batu) dan kolenkim. Secara umum sel penguat berbentuk serabut
panjang kecuali sel batu. .
Deskripsi:
Sel tersebut diambil dari bagian tengah (pusat) batang atau biasa disebut dengan empulur,
sel berbentuk segi banyak (poligonal). Sel bersifat mati, sebab yang tampak hanya dinding sel
tanpa adanya protoplasma. Bagian tengah sel tampak kosong dan diantara sel satu dengan sel
lainnya terdapat ruang antar sel, sehingga empulur bersifat pegas. Sel-sel pada empulur tersebut
berfungsi sebagai pengisi.
Deskripsi:
Sel pada rambut biji Gossypium sp merupakan derivat dari epidermis biji. Sel-selnya
berbentuk rambut panjang, adanya ruang kosong di dalam sel, bersifat mati dan sebagai cirinya
yaitu terdapat torsi yaitu bagian pada sel yang membentuk puntiran atau terpilin.
STRUKTUR SEL TUMBUHAN
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengenal struksur sel tumbuhan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui organel-organel penyususn sel tumbuhan.
3. Mahasiswa dapat membedakan antara struktur sel prokariotik dan sel eukriotik.
B. Materi
Berdasarkan struktur sel yang dimiliki, organisme digolongkan menjadi organisme
prokariotik dan eukariotik. Pada organisme eukariotik, selnya dapat digolongkan menjadi sel
penyusun tubuh hewan dan tumbuhan.
Tabel 1. Perbandingan Struktur Sel Organisme Prokariotik dan Eukariotik
Eukariotik
Bagian-Bagian Sel Prokariotik
Hewan Tumbuhan
Membran Plasma Sel Ada Ada Ada
Dinding Sel Ada Tidak Ada
Ribosom Ada Ada Ada
Retikulum Endoplasma Tidak Ada Ada
Aparatus Golgi Tidak Ada Ada
Lisosom Tidak Ada Ada
Mikrobodi Tidak Ada Ada
Membran Inti Tidak Ada Ada
Nukleolus Tidak Ada Ada
Mitokondria Tidak Ada Ada
Kloroplast Tidak Tidak Ada
Mikrotubula dan Mikrofilamen Tidak Ada Ada
Intermediate filamen Tidak Ada Tidak
Selain perbandingan struktur sel yang tertera pada Tabel 1., organisme prokariotik dan
eukariotik dapat dibedakan lagi seperti yang tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbedaan Organisme Prokariotik dan Eukariotik
Sifat/Karakteristik Prokariotik Eukariotik
Ukuran genom 1-10 µm, DNA dengan 10-100 µm, DNA kompleks dengan
protein non histon, genom protein histon dan non histon yang
dan DNA tidak terbungkus berada dalam kromosom, nukleus
oleh membran inti. memiliki membran inti.
Pembelahan/ Amitosis (tidak melalui Mitosis/ ada yaitu pada mitokondria,
membran organela mitosis)/ tidak ada kloroplas, retikulum endoplasma,
apartus golgi.
Nutrisi Absorpsi dan beberapa Absorpsi, mengambil makana,
fotosintesis. fotosintesis.
Pergerakan dalam Tidak ada Siklosis, endositosis, eksositosis,
sel fagositosis.
Sel tumbuhan yang masih hidup di dalamnya masih dijumpai adanya inti sel dan
protoplasma yang merupakan bahan hidup penyusun protoplas. Struktur sel tumbuhan yang
masih hidup tersusun atas dinding sel dan membran plasma serta organella yang berada di bagian
dalam membran plasma tersebut. Dinding sel pada tumbuhan berfungsi sebagai pelindung bagi
isi sel, menentukan bentuk sel dan sebagai penghantar impuls dan makanan. Sel-sel embrional
dan sel-sel gamet serta sel-sel penyusun endosperm memiliki dinding sel yang sangat tipis,
sedangkan sel-sel penyusun pada jaringan penguat memiliki dinding sel yang tebal.
Bagian sebelah dalam dinding sel adalah membran plasma. Lapisan ini berupa lapisan
bilayer yang terdiri atas lipid dan protein dan bersifat selektif permeabel. Organela yang
memiliki membran plasma antara lain kloroplas, mitokondria, retikulum endoplasma, aparatus
golgi dan lisosom.
Cairan sel (sitoplasma) dibedakan menjadi tiga bagian, dari luar ke dalam berturut-turut
yaitu ektoplas (plasmalema atau plasmoderma), polioplasma dan tonoplas. Sitoplasma berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya metabolisme (terutama glikolisis) dan bertanggung jawab untuk
mengedarkan hasil metabolisme tersebut. Di dalam sitoplasma dapat terjadi pergerakan atau
aliran yang disebut dengan siklosis. Siklosis dapat berlangsung secara rotasi (gerakan satu arah)
dan sirkulasi (gerakan banyak arah). Siklosis secara rotasi terjadi pada sel-sel yang lebih tua, hal
ini disebabkan karena vakuola pada sel yang tua telah menyatu sehingga berukuran besar dan
terletak di bagian tengah sel, sedangkan siklosis secara sirkulasi terjadi pada sel-sel yang relatif
masih muda, karena vakuola pada sel-sel yang masih muda berukuran kecil dan posisinya
tersebar di dalam sel. Siklosis dapat diamati dengan melihat gerakan kloroplas yang berpindah
tempat. Tanpa melihat indikasi tersebut, maka siklosis tidak dapat diamati, karena sitoplasma
berbahan dasar hialoplasma yang tidak berwarna.
Plastida merupakan organel yang karakteristik pada sel tumbuhan dan hanya lazim
ditemukan pada sel tumbuhan. Plastida memiliki bentuk, ukuran dan pigmentasi yang
bermacam-macam. Berdasarkan ada tidaknya zat warna yang terkandung di dalamnya, plastida
dibedakan menjadi plastida tidak berwarna dan plastida berwarna. Plastida yang tidak berwarna
yaitu leukoplas, umumnya terdapat pada sel-sel penyusun endosperm, stek akar dan batang serta
sel-sel embrional yang menyusun jaringan meristematik. Leukoplas yang membentuk cadangan
makanan atau zat tepung disebut amiloplas, sedangkan leukoplas pembentuk tetes minyak atau
substansi yang berlemak disebut elaioplas.
Plastida yang memiliki pigmen warna yaitu kloroplas dan kromplas. Kloroplas adalah
plastida yang berwarna hijau dan dapat dijumpai pada sel-sel penyusun mesofil daun (parenkim
palisade dan parenkim spons), kloroplas juga ditemukan pada sel-sel parenkim yaitu klorenkim
yang letaknya tersebar dekat dengan permukaan tangkai daun, batang bahkan sebagian akar yang
terkena sinar matahari. Kloroplas bertanggung jawab atas keberlangsungan proses fotosintesis.
Kloroplas memiliki bentuk yang bermacam-macam antara lain berbentuk lensa seperti pada
Hydrilla, berbentuk bintang seperti pada ganggang Zygnema, berbentuk jala seperti pada
Cladophora dan berbentuk pita seperti pada Spirogira. Struktur kloroplas tampak diselubungi
oleh membran rangkap yaitu membran luar dan membran dalam. Membran ini membungkus
matriks protein yang disebut stroma. Di bagian dalam kloroplas terdiri atas membran yang
berlipat membentuk struktur seperti tumpukan uang logam (grana) dan kantong diantara
membran yang berlipat sebagai tilakoid. Pigmen pada kloroplas yaitu klorofil a (C 55H72O5N4Mg),
klorofil b (C55H70O6N4Mg), karoten (C40H56) dan xantofil (C40H56O2). Pigmen tersebut sangat
berperan penting untuk menangkap cahaya pada proses fotosintesis dan terletak pada membran
tilakoid. Plastida berwarna lainnya yaitu kromoplas. Kromoplas merupakan plastida berwarna
kuning atau jingga. Organ tanaman yang berwarna kuning atau jingga umumnya mengandung
kromoplas karena di dalamnya terkandung pigmen karotenoid (xantofil dan karoten).
Mitokondria merupakan organela yang berperan dalam proses respirasi seluler, tersusun
atas membran rangkap, membran dalam membentuk lipatan yang disebut krista dan mengandung
substansi dasar yang disebut matriks. Bentuk mitokondria bermacam-macam, pada umumnya
berbentuk butiran kecil, bulat memanjang dan ada yang berbentuk benang (kondriokon).
Nukleus (ini sel) merupakan organela yang berperan dalam fungsi herediter dan sebagai
pengontrol aktivitas metabolisme dalam sel. Inti sel terdiri dari bagaian-bagian sebagai berikut:
a. Membran inti: merupakan pembungkus inti, memiliki celah-celah sempit (pori).
Membran inti berhubungan dengan membran retikulum endoplasma yang terletak di
sekitar inti.
b. Rangka inti (retikulum): berupa filamen halus dan diduga memperkuat inti dan kontraksi.
c. Anak inti (nukleolus): berupa butiran kecil yang lebih padat dan berada di dalam inti sel,
fungsinya belum diketahui secara jelas. Pada umumnya nukleolus berjumlah satu buah,
tetapi ada beberapa spesies yang memiliki dua buah anak inti (binukleoli).
d. Cairan inti (nukleoplasma atau karioplasma): berupa cairan kental yang di dalamnya
terdapat butir-butir halus (kromatin) yang merupakan bahan dasar dalam pembentukan
kromosom.
Ada beberapa organisme yang di dalam selnya mengandung dua buah inti seperti
Paramaecium, bahkan sel-sel tertentu seperti serbuk sari (polen) memiliki inti vegetatif dan inti
generatif.
Peparat: Selaput bagian dalam umbi lapis Allium cepa fa. ascalonicum (dalam air).
Famili : Amaryllidaceae
Ketrangan:
1. Dinding sel
2. Sitoplasma
3. Pigmen
4. Nukleus
5. Binukleolus (2 nukleolus)
6. Vakuola
Gambar 5. Selaput bagian dalam umbi lapis Allium cepa fa. ascalonicum
(diambil dari jaringan/organ yang tua)
Ketrangan:
1. Dinding sel
2. Sitoplasma
3. Pigmen
4. Nukleus
5. Binukleolus (2 nukleolus)
6. Vakuola
Gambar 6. Selaput bagian dalam umbi lapis Allium cepa fa. ascalonicum
(diambil dari jaringan/organ yang muda)
Deskripsi:
Apabila selaput bagian dalam umbi lapis Allium cepa fa. ascalonicum diambil dari
jaringan atau organ yang sudah dewasa atau tua, posisi inti tampak berada pada bagian pinggir
sel karena terdesak oleh vakuola yang menyatu (Gambar 8.). Pada gambar selanjutnya (Gambar
9.) posisi inti sel berada di bagian tengah karena vakuola masih berukuran kecil dan tersebar
merata pada sitoplasma. Preparat tersebut diambil dari selaput bagian dalam dengan tujuan agar
inti dan anak inti dapat terlihat dengan jelas. Jika anak inti belum tampak dengan jelas, maka
preparat ditetesi dengan larutan JKJ.
Keterangan:
1. Dinding sel
2. Kloroplas (bentuk lensa)
3. Sitoplasma
4. Vakuola
5. Arah siklosis
Deskripsi:
Gambar 10. Diambil dari daun Hydrilla verticillata yang sudah relaif tua, pada gambar
tampak vakuola telah menyatu di bagian tengah sel dan mendesak sitoplasma ke bagian tepi sel.
Dengan demikian, siklosis pada sel tersebut berjalan satu arah yaitu secara rotasi. Pada gambar
selanjutnya (Gambar 11.), tampak siklosis berjalan banyak arah yaitu secara sirkulasi, hal ini
dikarenakan vakuola masih berukuran kecil-kecil dan tersebar dalam sitoplasma. Siklosis dapat
diamati melalui pergerakan atau perpindahan kloroplas.
JARINGAN DAN ANATOMI
TUMBUHAN
Epidermis ditemukan padalapisan terluar akar, batang, bagian-bagian bunga dan daun
yang belum mengalami pertumbuhan sekunder.Sel-sel epidermis memiliki bentuk dan fungsi
yang bervariasi, umumnya terdiri dari satu lapis sel, berdindingtipis, tersusun kompaktanpa
ruang antar sel dan berbeda dari jaringan dasar yang terletak di sebelah dalamnya.Epidermis akar
menghasilkan rambut atau bulu akar yang berfungsi untuk menyerap air dan hara daritanah.
Epidermis pada tumbuhan Gramineae tersusun sejajar, terdiri atas sel-sel panjang dan 2 jenis sel
pendek yang biasanya berpasangan yaitu sel silika dan sel gabus.Berbagai tumbuhan monokotil
memiliki sel-sel epidermis khusus dengan ukuran danvakuola yang besar serta berdinding tipis
yaitu sel buliform (sel kipas), selini berfungsi untuk membantu mengurangi penguapan dengan
cara menggulung daun.Sel-sel epidermis dapat membentuk beberapa lapisan yang berbeda dari
jaringan dasar di sebelah dalamnya dan dikenal sebagai hypodermis.Hypodermis bersama
epidermis akan membentuk epidermis ganda, dapat dijumpai pada tumbuhan anggota Moraceae,
Piperaceae dan Malvaceae.Pada epidermis juga dapat ditemukan berbagai struktur
selkhususseperti sel-sel penutup stoma dan trikoma.
Stomata terletak hampir di seluruh bagian permukaan tumbuhan,jumlah terbanyak
ditemukan pada daun dan batang yang masih muda.Stomamemiliki sebuah lubang (porus) dan
diapit oleh 2 sel penutup.Sel penutup stoma umumnya berbentuk ginjal dan menunjukkan bentuk
yang berbeda dengan sel-sel epidermis.Stomata terdapat pada permukaan atas dan bawah daun,
namun lebih banyak ditemukan pada permukaan bawah daun.Pada tumbuhan air yang daunnya
terapung di atas permukaan air seperti pada Nymphaea, stomata hanya ditemukan pada
permukaan atas daun.
Tujuan : Melakukan pencirian anatomi daun, batang dan akar anggota Dicotyledoneae.
Bahan :
Daun dibatasi oleh epidermis atas dan epidermis bawah. Mesofil menunjukkan daun
bifasialdan terdiferensiasi menjadi parenkim palisade dan parenkim spons.Kloroplas lebih
banyak ditemukan di dalam sel-sel parenkim palisade.Ruang antar sel pada parenkim spons
tampak lebih luas.Berkas pengangkut bertipe kolateral terbuka.Pada epidermis bawah dapat
dijumpai stomata dan trikomata. Daun Arachis hypogaea bersifar hipostomatus karena stomata
dapat dijumpai pada epidermis bawah.
Keterangan:
1. Epidermis
2. Hypodermis
3. Parenkim tertekan
4. Klorenkim
5. Sklerenkim
6. Floem
7. Kambium
8. Jari-jari empulur
9. Xilem
10. Empulur
Gambar 10.Penampang melintang batangArachis hypogaea
Deskripsi:
Lapisan terluar batang adalah epidermis yang berfungsi sebagai jaringan pelindung dan
lapisan sebelah dalamnya adalah hypodermis yang tersusun atas sel-sel berdinding
tebal.Parenkim berbentuk pipih dan terletak berbatasan dengan klorenkim (parenkim korteks
yang mengandung kloroplas). Kelompok sel-sel parenkim berfungsi sebagai jaringan
mekanik.Bagian yang lebih dalam yaitu jaringan floem yang merupakan hasil pembelahan
kambium ke arah luar, sedangkan pembelahan kambium ke arah dalam menghasilkan berbagai
unsur xilem dan jari-jari empulur.Kemampuan kambium untuk membelah ke dua arah ini disebut
bersifat bipleuris.Bagian pusat organ batang tersusun atas empulur, sel-selnya berukuran relatif
lebih besar dan berdinding tipis.Stele bertipe eustele sedangkan berkas pengangkut bertipe
kolateral terbuka.
Keterangan:
1. Jaringan gabus
2. Felogen
3. Parenkim
4. Sklerenkim
5. Floem
6. Kambium
7. Xilem
8. Empulur
Akar Arachis hypogaeasecara umum tersusun atas 3 sistem jaringan pokok yaitu
epidermis, korteks dan jaringan pengangkut.Jaringan epidermis akar mengalami modifikasi
membentuk bulu akar.Korteks akar tersusun atas sel-sel parenkim dan sklerenkim.Xilem dan
floem dipisahkan oleh kambium, sehingga akar tanaman dapat mengalami pertumbuhan
sekunder menjadi xilem sekunder, floem sekunder dan felogen.Felogen selanjutnya akan
membentuk jaringan gabus apabila epidermis dan korteks telah terlepas.
Bahan :
Bagian terluar daun berupa epidermis atas dan epidermis bawah. Mesofil tersusun
kompak dan tidak terdiferensiasi. Sel kipas (bulliform cells)merupakan derivat epidermis
daundan hanya ditemukan pada permukaan atas daun gramineae, berukuran lebih besar dari sel
epidermis dan berfungsi untuk mengurangi penguapan dengan cara menggulung bagian tepi
daun. Stoma ditemukan pada permukaan bawah daun dan berfungsi sebagai penghubungantara
tumbuhan dan liingkungan.
Keterangan:
1. Epidermis
2. Hipodermis
(sklerenkim)
3. Berkas pengangkut
4. Empulur
Epidermis batang Zea mays mengandung kutikula dan tidak memiliki derivat epidermis.
Berkas pengangkut (xilem dan floem) tersebar pada korteks batang danbertipe kolateral tertutup,
masing-masing berkas pengangkut dikelilingi oleh sarung berkas pengangkut (sarung
sklerenkim). Pada floem terdapat sel pengiring yang berfungsi untuk menyediakan makanan bagi
sel-sel buluh tapis, stele bertipe ataktostele.
Keterangan:
1. Epidermis
2. Eksodermis
3. Parenkim korteks
4. Endodermis
5. Sel peresap
6. Floem
7. Xilem
8. Empulur
Akar Zea mays secara umum tersusun atas tiga jenis jaringan pokok
yaituepidermis,korteks dan jaringan pengangkut.Korteks akar tersusun atas dua jenis lapisan
yaitu lapisan eksodermis dan endodermis.Tipe jaringan pengangkut akar (xilem danfloem)adalah
radial dan letaknya berdekatan dengan endodermis. Akar pada Zea mays jarang mengalami
penebalan sekunder.
ORGANOLOGI
Bahan :
Keterangan:
1. Kotiledon
2. Hipokotil
3. Akar primer
4. Akar sekunder
5. Batang
6. Stipula
7. Ibu tangkai daun
8. Anak daun (foliolum)
Memiliki tipe perkecambahan epigeal, akar primer bersifat permanen dan membentuk
sistem perakaran tunggang.Calon batang berupa hipokotil, mesokotil dan epikotil.Sepasang
keping biji berada di atas permukaan tanah, dapat berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
fotosintesis.Arah tumbuh batang bervariasi (tegak/condong), bentuk batang bersegi dan berwarna
hijau, memiliki pertumbuhan yang tidak terbatas serta termasuk tumbuhan monoecious. Daun
tidak lengkap, terdiri dari pteolus dan lamina, susunan daun majemuk, memiliki anak daun
sebanyak 4 helai, obavatus, alat tambahan berupa stipula, tipe adnatae, venasi daun peminervis,
filotaksis tersebar.
Bahan :
Keterangan:
1. Koleoriza
2. Akar seminal/adventif
3. Koleoptil
4. Akar primer
5. Akar sekunder
6. Nodus kedua
7. Nodus pertama
8. Daun
9. Mesokotil
Memiliki tipe perkecambahan hypogeal, akar primer bersifat sementara yang kemudian
disusul oleh munculnya akar serabut, terdapat koleoriza, akar seminal, calon batang berupa
epikotil dan dilindungi oleh koleoptil.Batang tegak, berbentuk bulat dengan permukaan licin,
memiliki nodus dan internodus yang sangat jelas.Pertumbuhan terbatas dan merupakan
tumbuhan monoecious.Daun berupa daun tunggal, terdiri atas pelepah dan lamina, ligulatus,
filotaksis berselang-selang, rektinervis, alat tambahan berupa ligula.
REPRODUKSI TUMBUHAN
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui organ-organ reproduksi pada tumbuhan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai mekanisme reproduksi pada tumbuhan.
3. Mahasiswa mampu membedakan dua jenis reproduksi pada tumbuhan yaitu reproduksi
secara seksual dan reproduksi secara aseksual.
B. Materi
Salah satu ciri yang dimiliki oleh makhluk hidup adalah kemampuan untuk bereproduksi
atau memperbanyak diri guna mempertahankan kelangsungan jenisnya dari kepunahan.
Pembelahan sel merupakan dasar dari suatu proses reproduksi, sehingga pengertian dari amitosis,
mitosis maupun meiosis perlu untuk difahami. Keragaman organisme mulai dari bentuk
sederhana sampai pada bentuk yang kompleks, menunjukkan mekanisme reproduksi yang
berbeda-beda. Organisme prokariotik memperbanyak diri secara amitosis, atau mengadakan
konjugasi terlebih dahulu antar 2 buah sel guna saling bertukar material genetik, selanjutnya
masing-masing sel membelah sehingga menghasilkan 2 sel anakan. Jamur bersel tunggal
(khamir) akan membentuk tunas kemudian tunas tersebut akan dilepas sebagai individu baru,
selain itu jamur jenis ini juga melakukan konjugasi. Potongan tubuh bintang laut tumbuh menjadi
individu baru yang utuh, demikian pula dengan batang tebu, rhizoma jahe, bulbus bawang, daun
cocor bebek, stolon ilalang, keseluruhan organisme tersebut dapat menghasilkan individu baru.
Individu-individu baru yang berasal hanya dari “satu macam” induk (tanpa melibatkan
induk jantan dan betina secara bersamaan) merupakan hasil dari perbanyakan secara aseksual,
sedangkan jika individu baru yang dihasilkan melalui peran “dua macam” induk disebut dengan
perbanyakan secara seksual. Beberapa pustaka menyebutkan bahwa reproduksi tanpa melibatkan
gamet disebut dengan reproduksi secara vegetatif, sedangkan reproduksi yang melibatkan gamet
disebut sebagai reproduksi generatif.
Pada beberapa mikroorganisme (Protozoa dan Alga), 2 macam gamet yang dihasilkan
melalui pembelahan mitosis, masing-masing memiliki ukuran dan bentuk yang sama (isogamet),
sehingga untuk membedakan keduanya digunakan simbol positif (+) dan simbol negatif (-). Pada
organisme multiseluler, gamet dihasilkan oleh gametofit. Jika dua macam gamet bertemu
(fertilisasi) akan terbentuk zigot, maka dimulailah fase sporofit pada tumbuhan. Oleh karena itu
dalam suatu daur atau siklus hidup terdapat dua fase yang berbeda yaitu fase gametofit yang
bersifat haploid (n) dan fase saprofit yang bersifat diploid (2n). Hal ini menunjukkan bahwa
dalam satu daur hidup terdapat pergantian atau disebut juga dengan metagenesis. Berdasarkan
garis evolusi, organisme yang lebih maju atau modern, fase gametofit berumur lebih pendek dari
fase sporofit bahkan fase yang pertama hidup sebagai parasit pada fase kedua.
Generasi diploid : zigot, embrio, sporofit, sporosit. Generasi haploid : sporofit, thallus, gamet.
Pada diagram 1. terlihat bahwa yang dimaksud tumbuhan lumutnya adalah berupa thallus
(gametofit), karena sporofit membentuk badan khusus penghasil gamet jantan (antheridia) dan
penghasil gamet betina (archegonia) tipe lumut homothallus (lic), kemudian gamet jantan
bergerak menuju gamet betina hingga terjadi fertilisasi dan membentuk zigot, selanjutnya
tumbuh sebagai generasi sporofit yang tetap menyatu dengan gametofitnya.
Fragmentasi
Sporofit dewasa sporofit sorus Sporangium Sporofit Spora
Tumbuhan paku yang tampak nyata adalah fase sporofitnya. Pada daun-daun yang fertil
atau disebut sporofit, mengandung sori atau kumpulan sporangium (daun steril= tropofil) yang di
dalamnya terdapat sporosit (sel induk spora/2n). Melalui pembelahan meiosis, dihasilkan spora
yang bersifat haploid yang nantinya akan berkecambah dan tumbuh membentuk thallus
(gametofit). Antheridia dan Archegonia segera terbentuk dan masing-masing menghasilkan
gamet jantan dan betina. Setelah terjadi fertilisasi dan terbentuk embrio yang kelak akan tumbuh
menjadi sporofit dewasa, maka gametofit akan mati. Pada jenis paku tertentu, misalnya
Semanggi (Marsillea crenata), pada proses pembelahan meiosis dihasilkan mikrospora dan
makrospora (paku heterospora) sehingga pada paku ini, gamet jantan dan betina dihasilkan oleh
thallus yang berbeda (heterothallus).
Catatan: Pada Semanggi, sporangium tidak berada dalam sorus, malainkan telah terbentuk badan
buah yang disebut sporokarpium.
Pada Selaginella, sporofit tersusun membentuk strobilus, bagian dekat ujung berupa
mikrosporofil yang nantinya akan menghasilkan mikrospora, sedangkan daerah dekat pangkal
berupa megasporofil yang nantinya akan menghasilkan megaspora. Daun yang lainnya tidak
membentuk strobilus, jadi bersifat steril (tropofit).
Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok
tumbuhan biji terbuka atau telanjang (Gymnospermae) dan kelompok tumbuhan biji tertutup
(Angiospermae). Pertumbuhan gametofit sepenuhnya tetap menumpang pada sporofitnya. Umur
dari fase sporofit jauh lebih panjang daripada fase gametofit. Sporofit yang hanya mendukung
satu macam gametofit (jantan saja atau betina saja) disebut bersifat dioceous atau tumbuhan
berumah dua, sedangkan sporofit yang mendukung dua macam gametofit disebut monoceous
atau tumbuhan berumah satu. Mikrosporofil dan megasporofil pada tumbuhan biji telanjang
tersusun sebagai bentuk kerucut atau konus. Gymnospermae kadang diterjemahkan sebagai
tumbuhan biji terbuka sebab kondisi biji terdapat bebas terbuka pada sporofil. Adanya istilah
“biji” didasarkan pada megasporangium yang selalu dilindungi oleh suatu jaringan yang disebut
dengan integument. Anggota tumbuhan Gymnospermae yang mudah dikenali adalah Pinus.
Kesatuan dari mikrosporofil disebut dengan “Staminate Cone” atau strobilus jantan. Di bagian
sisi bawah dari masing-masing mikrosporofil terdapat dua buah sporangia berbentuk oval dan di
dalamnya terdapat mikrosporofit yang nantinya akan mengalami meiosis membentuk 4
mikrospora. Demikian juga dengan megasporofil yang tersususn dalam strobilus betina disebut
dengan “Pistilate Cone”. Di bagian atas megasporofil terdapat megasporangium dengan
megasporosit yang mengalami meiosis membentuk 4 megaspora. Tiga diantara megaspora
tersebut akan mengalami degradasi dan yang satu akan berkembang bahkan akan mengalami
kariokinesis membentuk inti bebas. Diantara inti bebas, ada yang berfungsi sebagai inti telur.
Apabila terjadi polinasi (jatuhnya mikrospora pada mulut mikrofil atau celah yang dibentuk oleh
integument), maka mikrospora berkecambah membentuk buluh serbuk sari. Akan tetapi sebelum
terbentuk buluh serbuk sari, terlebih dahulu terjadi kariokinesis dari inti mikrospora menjadi inti
vegetatif dan inti generatif, sehinnga arah pertumbuhan dari kecambah buluh serbuk sari
dikendalikan oleh inti vegetatif, sedangkan inti generatif berfungsi untuk membentuk inti
sperma. Setelah terjadi fertilisasi (pembuahan), maka terbentuklah zigot yang nantinya akan
tumbuh dan berkembang menjadi embrio.
Angiospermae (tumbuhan biji tertutup) memiliki struktur gametofit yang lebih kompleks
daripada tumbuhan Gymnospermae. Selain megasporangium yang dilindungi oleh integument,
maka di sebelah luarnya terdapat karpel yang asal usulnya berasal dari megasporatif membentuk
ovarium. Mikrosporangium tidak hanya didukung oleh mikrosporofil, tetapi bangunan ini telah
mengalami kemajuan membentuk anthera. Pada proses megagametogenesis, juga menunjukkan
perbedaan yaitu pada proses kariokinesis yang berulang dan pada akhirnya dalam kantong
embrio terdapat inti telur, inti kutub, inti antipoda dan senergid. Mekanisme polinasi tidak seperti
pada tumbuhan Gymnospermae, karena Angiospermae memiliki struktur kelamin betina yang
terdiri dari bagian-bagian yang disebut stigma (kepala putik), stylus (tangkai kepala putik), dan
ovarium (bakal buah). Dengan demikian, mikrospora (pollen) akan menempel pada stigma yang
kemudian akan berkecambah membentuk buluh serbuk sari (pollen tube).
Di dalam pollen yang berkecambah, telah ditemukan satu inti sperma I, inti sperma II,
dan inti vegetatif. Ketiga inti tersebut merupakan hasil kariokinesis berulang dari inti pollen.
Inti sperma I
Inti generatif
Inti sperma II
Inti Pollen
Inti vegetatif
Inti vegetatif berfungsi membantu terbentuknya buluh serbuk sari dan mengarahkan inti
sperma menuju ke dalam kantung embrio. Berdasarkan cara masuk buluh serbuk serbuk sari ke
dalam kantung embrio, maka fertilisasi dapat dibedakan menjadi:
1. Porogami: pembuahan terjadi melalui mikrofil
2. Khalazogami: pembuahan terjadi melalui khalaza, yaitu daerah yang posisinya
berlawanan dengan mikrofil, seperti pada Casuarina.
3. Mesogami: pembuahan terjadi melalui funikulus (bagian yang menghubungkan plasenta
dengan ovulum tali pusat) atau integument, seperti pada Cucurbitaceae.
Setelah buluh serbuk sari sampai di dalam kantong embrio, maka inti sperma terlepas.
Inti sperma I segera melakukan fusi dengan inti telur membentuk zigot dan nantinya akan
tumbuh menjadi embrio, sedangkan inti sperma II akan mengalami fusi dengan inti kutub
membentuk cadangan makanan (endosperm). Adanya dua macam fusi tersebut, maka pada
angiospermae dinyatakan mengalami pembuahan ganda (double fertilization). Tahap berikutnya
akan diikuti oleh pertumbuhan dan perkembangan ovulum menjadi biji dan ovarium menjadi
buah yang menutup atau membungkus biji tersebut.
Spesimen : Sepotong batang tebu (Saccharum officinarum)
Keterangan :
1. Nodus (baku batang)
2. Internodus (ruas batang)
3. Gemma axiler (mata tunas samping)
4. Vagina (pelepah daun
Deskripsi:
Bentuk batang bulat, permukaan licin, pada penampang melintang tampak homogen,
jelas dibedakan antara nodus dengan internodus, pada setiap nodus bertumpu satu daun dan mata
tunas yang dilindungi oleh bangunan seperti sisik, organ ini berfungsi sebagai alat reproduksi
secara vegetatif dan juga sebagai penimbun cadangan makanan, apabila tunas telah tumbuh
membentuk individu baru, maka akan disusul oleh pertumbuhan akar liar yang membentuk
sistem perakaran serabut yamg muncul dari bagian nodus.
Deskripsi:
Bunga tunggal, axiler, hermaproditus, terdapat kelopak tambahan, kelopak bunga terdiri
atas lima buah kelopak yang menyatu, mahkota bunga terdiri atas lima buah daun mahkota dan
berlepasan, dasar bunga bermodifikasi membentuk androgynophora yang mendukung alat
kelamin jantan dan sebagai alat kelamin betina, posisi ovarium superior, kegagalan fertilisasi
dapat disebabkan karena adanya hambatan secara mekanis, reproduksi lebih efektif
menggunakan stek batang.
Deskripsi :