NIM : 03031381924098
1
2
1) Daun
Pangkal tangkai daun majemuk terdapat sepasang daun-daun kecil yang
disebut daun penumpu yaitu stipulae. Tanaman kentang umumnya memiliki daun
rimbun berbentuk oval, meruncing, dan tulang daunnya menyirip. Daun pada
kentang dikenali dengan nama daun majemuk dan daun majemuk ini menempel di
satu tangkai yaitu rachis. Daun kentang ini juga berbentuk bulat seperti telur
memanjang dan bagian ujung pada tangkainya terdapat anak daun yang besar.
Warna bunga umbi kentang sendiri cukup beragam (Suriaman, 2010).
2) Batang
Batang tanaman mempunyai bentuk segi empat atau segi lima tergantung
pada varietas tanaman. Batang tanaman tersebut berbuku–buku, berongga, tidak
mempunyai kayu, dan agak keras pada saat dipijat. Diameter batang kecil dengan
tinggi dapat mencapai 50–120 cm dan tumbuh dengan cara menjalar. Warna
batang hijau kemerah-merahan atau hijau keungu–unguan. Batang tanaman
berfungsi sebagai jalannya zat hara dari tanah ke daun dan menyalurkan hasil
fotosintesis dari daun ke bagian tanaman yang lain (Lafta dan Lorenzen, 1995).
3) Akar
Akar kentang memiliki 2 sistem perakaran yang biasa disebut tunggang
dan serabut. Akar tunggang dapat menembus sampai kedalaman 45 cm. Akar
serabutnya tumbuh menyebar, menjalar ke samping, dan menembus tanah
dangkal. Akar berwarna keputih-putihan, berbentuk halus, dan mempunyai ukuran
yang sangat kecil. Akar-akar kentang ada akar yang akan berubah bentuk dan
fungsinya menjadi bakal umbi yang dapat disebut dengan stolon, kemudian dari
stolon ini akhirnya akan menjadi suatu umbi (Levy dan Veilleux, 2007).
4) Umbi
Umbi kentang terbentuk dari cabang yang terletak disamping atau
diantara akar–akar. Proses pembentukan pada umbi kentang ini ditandai dengan
adanya proses yang terhenti akibat pertumbuhan yang terjadi secara memanjang.
Pada struktur rhizome atau stolon yang diikuti oleh pembesaran sehingga
terbentuklah rhizome ikut membengkak. Umbi berfungsi menyimpan bahan
makanan seperti zat karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air (Fernie
dan Wilmitzer, 2001). Umbi kentang mengandung air mencapai 80%. Umbi ini
3
dapat berdampingan langsung pada tunas samping atau dapat disebut juga sebagai
aksilar, yang dapat dikenal dengan mata umbi. Aksilar ini sendiri adalah tunas
yang terdapat pada sudut di antara daun dan batang, disebut dengan tunas lateral.
Djuariah, D., Handayani, T., dan Sofiari, E. 2017. Toleransi Tanaman Kentang
(Solanum tuberosum) terhadap Suhu Tinggi Berdasarkan Kemampuan
Berproduksi di Dataran Medium Heat Stress Potato (Solanum
tuberosum) Tolerance Based on Tuber [Production in Medium Altitude].
Jurnal Hort. Vol. 27(1): 1-10.
Fernie, A. R., dan Wilmitzer, L. 2001. Molecular and Biochemical Triggers of
Potato Tuber Development. Journal of Plant Physiol. Vol. 127(7): 1459-
65.
Handayani, T., Basunanda, P., Murti, R, H., dan Sofiari, E. 2013. Perubahan
Morfologi dan Toleransi Tanaman Kentang terhadap Suhu Tinggi.
Jurnal Hort. Vol. 23(4): 318-328
Lafta, A. M., dan Lorenzen, J. H. 1995. Effect of High Temperature on Plant
Growth and Carbohydrate Metabolism in Potato. Journal of Plant
Physiol. Vol. 109(3): 637-643.
Levy, D., dan Veilleux, R. E. 2007. Adaptation of Potato to High Temperatures
and Salinity. Journal of Potato Research. Vol. 84(5): 487-506.
Muhami, M. 2008. Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nurhidayah. Sari, M. dan Yuliati, P. 2005. Kandungan Klorofil pada Daun
Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) di Sekitar Kawah Sikidang
Dataran Tinggi Dieng. Jurnal BioSmart. Vol. 3(1): 35-39.
Pitojo, S. 2008. Penangkaran Benih Kentang. Yogyakarta : KANISIUS.
Suriaman, E. 2010. Potensi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Kentang
(Solanum Tuberosum) dalam Memfiksasi N2 di Udara dan Menghasilkan
Hormon IAA (Indole Acetid Acid) secara In Vitro. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Sunarti, T.C., Nunome, T., Yoshio, N., dan Hisamatsu, N. 2002. Study on Outer
Chains from Amylopectin between Immobilized and Free Debranching
Enzymes. Journal Appl Glycosci. Vol. 48.(1) : 1- 10.