Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH PREPARAT TANAH LATOSOL

Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Elisabet Novia Listiawati Ummu Solihcah Puguh Bintang Pamungkas Diyan Pratiwi Mustarsyidah Hendri Rendra Esti Sunardi Nanda Hardika Alam (11011005) (11011008) (11011011) (11011016) (11011026) (11011027) (11013036)

Laboratorium Ilmu Tanah Program Studi Agroteknologi Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2012

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Tanah merupakan kumpulan dari benda-benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, campurannya yaitu mineral, bahan organik, air, udara yang merupakan media tumbuh tanaman. Di seluruh permukaan bumi terdapat beraneka ragam tanah mulai yang paling gersang sampai yang paling subur, berwarna putih, merah, cokelat, kelabu, hitam, dengan macammacam sifatnya. Untuk mempermudah mengenal masingmasing tanah diberi nama. Dengan demikian nama yang umumnya terdiri atas satu atau dua kata berfungsi sebagai alat untuk mempersingkat keterangan mengenai sifat kemampuan suatu jenis tanah. Sejak pertanian berkembang, konsep tanah yang sangat penting adalah konsep sebagai media alami bagi petumbuhan tanaman. Bila kotakota berkembang, tanah menjadi sebagai bahan rekayasa guna mendukung jalanjalan dan bangunanbangunan. Konsep tanah sebagai bahan rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut batuan yang telah mengalami pelapukan atau regolit, suatu konsep yang berkembang oleh para ahli geologi pada akhir abat XIXahli tanah mengembangkan suatu konsep tentang tanah sebagai tubuh alam yang taratur. Pada masa perkembangan seperti sekarang tanah yang awalnya di manfaatkan sebagai tanah pertanian telah mengalami perkembangan menjadi pemukiman penduduk. Desa berkembang menjadi kota, kota berkembang menjadi sebuah kota yang lebih besar, kota metropolitan bahkan mengapolitan. Semakin bertambahnya populasi manusia bertambah pula kebutuhan tanah untuk pemukiman, sehingga lahan pertanian akan semakin berkurang sedangkan kebutuhan pangan semakin meningkat. Hal itu sudah menjadi fenomena dalam kehidupan. Oleh karena itu tanah harus digunakan sebaikbaiknya dan seefisien mungkin.

B.

Tujuan

Praktikum Dasar Ilmu Tanah terdapat berbagai analisis yang telah dilakukan di laboratorium dasar ilmu tanah, dari seluruh analisis tersebut masing-masing mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Dapat melakukan pengambilam contoh tanah untuk mengetahui dan mempelajari berbagi cara pengambilan contoh tanah. 2. Mengenal dan mempelajari profil tanah 3. Penetapan kadar lengas tanah, bertujuan untuk menetapkan kadar lengas pada sampel tanah latosol. 4. Kadar bahan Organik, bertujuan untuk mendapatkan jumlah karbon untuk menetapkan kadar bahan organik. 5. Kadar kapur setara tanah, mempunyai tujuan untuk menetapkan kadar CaCo3 secara tepat. 6. Tekstur tanah, bertujuan untuk menetapkan agihan zarah tanah [lembung, debu, dan pasir] dan kelas tekstur tanah dengan segi tika tekstur USDA, dan juga untuk menetapkan agihan [lempung dan debu] secara aktual. 7. Struktur tanah, bertujuan untuk menetapkan butir [BD] tanah, menetapkan kerapatan massa [BV] tanah, menghitung porositas total [n] tanah, dan menghitung nilai perbandingan dipersi [NPD] tanah. 8. Konsistensi tanah, bertujuan untuk menetapkan batas Cair [BC] tanah, menetapkan Batas lekat [BL] tanah, menetapkan batas gulung [BG] tanah, menetapkan batas berubah warna [BBW] tanah, menghitung Jangka Olah [JO] tanah, menghitung Indeks plastisitas [IP] tanah, dan menghitung persediaan air maksimum [PAM] dalam tanah. 9. Penetapan pH, analisis ini bertujuan untuk menetapkan pH dalam tanah Latosol.

Bab II DASAR TEORI

Tanah latosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua. Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison kambik. Tumbuhan yang dapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit. Soil Taxonomy (USDA, 1975) Latosol merupakan tanah bersolum dalam, mengalami pencucian dan pelapukan lanjut, berbatas horizon baur, kandungan mineral primer dan unsur hara rendah, konsistensi gembur dengan stabilitas agregat kuat dan terjadi penumpukan relatif seskuioksida di dalam tanah sebagai akibat pencucian silikat. Ciri-ciri tanah latosol: a. Ada horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari horizon diatasnya. b. Tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah. c. Mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah(aquept) dan tanah latosol. Warna tanah latosol adalah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan atau kuning tergantung bahan induk, warna batuan, iklim dan letak ketinggian. Bahan induk tanah litosol adalah campuran batuan endapan tuff dan batuan volkan. Tanah litosol merupakan tanah yang dianggap paling muda, sehingga bahan induknya seringkali dangkal (< 45 cm) atau tampak di atas permukaan tanah sebagai batuan padat yang padu. Tanah litosol belum lama mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangantanah akibat pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan atau topografi yang terlalu miring atau bergelombang (Munir, 1995 : 331).

Pengambilan contoh Tanah Tingkat kebenaran hasil analisis tanah di laboratorium sangat dipengaruhi oleh cara pengambilan contoh tanah di lapangan. Metode atau cara pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan pernyataan penting yang perlu diperhatikan. Untuk analisis tanah khususnya mengenai sifat-sifat fisik tanah, ada 4 cara pengambilan contoh tanah yaitu: 1. Contoh tanah utuh ( undisturbed soil sample) Pengambilan contoh ini digunakan untuk penetapan-penetapan berat volume(bulk destiny): porositas tanah, kurva pF dan permeabilitas. 2. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregat) Penarikan sampel tanah ini digunakan untuk petetapan-penetapan agregat dan tanah COLE (Coefficient of linear extensibility). 3. Contoh tanah terganggu atau tanah tidak utuh (disturbed soil sampel) Penarikan sampel ini untuk penetapan-penetapan kadar air, tekstur, konsistensi dan batas-batas angka atterberg, warna dan sebagainya. 4. Contoh tanah dari suatu profil Cara pengambilan contoh tanah ini merupakan kombinasi dari penarikan sampel tanah yang pertama, kedua, dan ketiga. Pengangkutan contoh tanah khususnya untuk keperluan penetapan berat volume: pF dan permeabilitas harus dilakukan dengan cara hati-hati, jangan sampai ada guncanganguncangan yang merusak struktur tanah. Profil Tanah Profil tanah adalah urutan susunan horison yang tampak dalam anatomi tubuh tanah. Profil tanah mempunyai tebal yang berlainan, mulai dari yang setipis selaput sampai setebal 10 m. Pada umumnya tanah makin tipis makin mendekati kutub dan makin tebal makin mendekati khatulistiwa (Darmawijaya, 1990). Profil tanah yang diamati, ciri-cirinya harus memenuhi syarat-syarat : tegak (vertikal), baru artinya belum terpengaruh keadaan luar, dan juga tidak memantulkan cahaya (profil tanah pada waktu pengamatan tidak langsung terkena cahaya matahari). Pengamatan dimulai dengan pengukuran dalamnya dari batas-batas horizon yang dapat diketahui. Batas horizon tidak selalu lurus. Oleh karena itu diamati pula jelas tidaknya dan bentuk topografi (Darmawijaya, 1990).

Lengas Tanah Lengas tanah adalah air yang terikat oleh berbagai gaya, misalnya gaya ikat matrik, osmosis dan kapiler. Gaya ikat matrik berasal dari tarikan antar partikel tanah dan meningkat sesuai dengan peningkatan permukaan jenis partikel tanah dan kerapatan muatan elektrostatik partikel tanah. Gaya osmosis dipengaruhi oleh zat terlarut dalam air maka meningkat dengan semakin pekatnya larutan. Gaya kapiler dibangkitkan oleh poripori tanah berkaitan dengan tegangan permukaan (Anonim, 2009) Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air(moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu: a. b. c. lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan. air tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air. air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah

bagian dalam (Handayani, 2009). Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang berhubungan dengan tekanan air. Status energi bebas (tekanan) lengas tanah dipengaruhi oleh perilaku dan keberadaannya oleh tanaman. Lengas tanah dipengaruhi oleh keberadaan gravitasi dan tekanan osmosis apabila tanah dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi (Bridges, 1979). Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan ini jumlah tanah yang disimpan didalam tanah merupakan jumlah air maksimum disebut kapasitas penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh (Hillel,1983). Di dalam tanah air dapat bertahan tetap berada di dalam ruang pori karena adanya berbagai gaya yang yang bekerja pada air tersebut. Untuk dapat mengambil air dari rongga pori tanah diperlukan gaya atau energi yang diperlukan untuk melawan energi yang menahan air. Gaya - gaya yang menahan air hingga bertahan dalam rongga pori berasal dari absorbsi molekul air oleh padatan tanah, gaya tarik menarik antara molekul air, adanya larutan garam dan gaya kapiler (Yong et al.,1975).

Bahan Organik Salah satu proses penting yang berkaitan dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan didalam tanah. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah bergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses yaitu penimbunan sisa tanaman dan hewan. Kedua perombakan ini merupakan aktivitas jasad renik atau mikroorganisme yang terdapat didalam tanah. Bahan organik tanah umumnya terdapat dipermukaan tanah. Jumlahnya berkisar antara 3%-5%dan mempengruhi sifat-sifat tanah antara lain bertindak sebagai sumber hara N, P, S dan unsure mikro lainnya. Bahan organik tanah terdiri dari semua sisa makhluk hidup, baik yang berasal dari manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan dan termasuk mikroorganisme didalam tanah baik yang sedang melapuk maupun yang telah melapuk. Bahan organik sangat besar peranannya terhadap perbaikan struktur tanah, menambah kemampuan tanah untuk mengikat air, manambah kemampuan tanah untuk menahan unsureunsur hara dalam arti kapasitas kation tanah menjadi tinggi dan sebagai unsur-unsur hara dalam arti kapasitas tukar kation tanah menjadi lebih tinggi dan sebagai sumber energi bagi kehidupan organisme. Bahan organik tanah sangat menetukan jenis tanaman apa yang akan ditanam dilaha tersebut. Setelah mengetahui betapa pentingnya bahan organik terhadap pertumbuhan suatu tanaman, perlu pula untuk mengetahui kandungan bahan organik yang atau cocok bagi kelangsungan kehidupan pertumbuahn suatu tanaman tertentu untuk mencapai pertumbuhan yang maksimum Kadar Kapur Ekivalen Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya

Kandungan Ca dan mg yang tinggi dalam tanah berhubungan dengan taraf perkembangan tanah tersebut, semakin kuat pelindian / semakin tua tanahnya, akan semakin kecil pula kandungan kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang netral atau agak kalis. Sebagai unsur hara makro Ca dan Mg mempunyai fungsi yang penting pada tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai penyusun dinding sel tumbuhan dan sering pula menjonjotkan / menetralkan bahan racun dalam jaringan tanaman. Magnesium (Mg) merupakan komponen dari klorofil dan berperan pula dalam pembentukan lemak dan minyak pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam tanah dapat menghambat perkembangan normal pad jaringan muda. Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada disuatu lokasi. Dalam percobaan ini dilakukan analisis kapur dengan menggunakan metode gravimetric yang dikenal dengan penetapan kadar kapur setara tanah dengan menggunakan alat calcimeter dan khemikalia HCl. CO2 yang menguap dalam penentuan kapur akan diukur menurut reaksi : CaCO3 + 2 HCL CaCl2 + H2O + CO2 Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan tipe vegetasi. Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah. Pada umumnya batuan kapur/ kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah. Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.

Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liat nya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butirbutir tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara. Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut: Pasir Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan. Pasir Berlempung Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur. Lempung Berpasir Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur. Lempung Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat. Lempung Berdebu Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat. Debu Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.

Lempung Berliat Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.

Lempung Liat Berpasir Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.

Lempung Liat Berdebu Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.

Liat Berpasir Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.

Liat Berdebu Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.

Liat Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.

Struktur Tanah. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruang partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok partikel (cluster) yang disebut agregat, yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi. Dalam tinjauan edafologi, sejumlah faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh lebih penting dari sekedar bentuk dan ukuran agregat. Dalam hubungan tanah dengan tanaman, agihan ukuran pori, stabilitas agregat, kemampuan teragregasi kembali saat kering, dan kekerasan (hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu sendiri.(Kajian Struktur Tanah Lapis Olah). Dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur tanah merupakan susunan dari partikel-partikel tanah yang membentuk agregat. Agregat terbentuk diawali dengan suatu mekanisme yang menyatukan partikel-partikel primer membentuk kelompok atau gugus (cluster) dan dilanjutkan dengan adanya sesuatu yang dapat

10

mengikat menjadi lebih kuat (sementasi). Pembentukan agregat tanah melalui proses penjonjotan yang dilanjutkan dengan agregasi dengan atau tanpa diikuti proses sementasi (Baver et al., 1972; Notohadiprawiro, 1996). Di dalam suspensi, partikel-partikel primer yang mempunyai potensial elektrokinetik (zeta) tinggi akan saling tolak menolak. Ketika energi potensial turun, tumbukan antar partikel ini melemah sehingga menghasilkan antar partikel primer saling berdekatan dan terbentuklahjonjot. Jonjot ini akan tetap stabil sepanjang kehadiran agensia flokulasi. Menurut Baver et al. (1972) flokulasi dapat juga terjadi sebagai hasil dari atraksi elektrostatik antara ujung muatan positif lempung yang satu dengan permukaan negatif lempung yang lain, sehingga terbentuk ukuran yang jauh lebih besar, yang akhirnya mengendap sebagai hasil gaya gravitasi atau gaya beratnya sendiri.(Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 3 (2) (2002).

Konsistensi dengan Angka Atterberg Ringan beratnya suatu tanah bukan saja berhuungan dengan mudah tidahnya tanah diolah, namun juga berhubungan dengan gaya menahan air tanah, infiltrasi, dan perkolasi. Untuk menghindari faktor subyektif dalam mengklasifikasikan tanah berat atau ringan, dipakai standar angka. Setiap tanah mempunyai sifat mutu yang berbeda dalam mengolah tanah. Dibutuhkan suatu metode untuk menentukan apakah suatu tanah baik untuk pertanian, pembangunan atau bidang lain. Metode untuk menentukan tindakan pengolahan tanah adalah dengan menetapkan standard angka, yaitu metode penetapan Angka Atterberg. Atterberg tokoh yang pertama kali meneliti dan menggolongkan konsistensi tanah dalam hubungannya dengan kadar lengas, yaitu dengan menetapkan Batas Cair (BC), BG (Batas Gulung), Batas Lekat (BL), Batas Berubah Warna (BBW). Harkat-harkat tanah: 1. Harkat BC ( USDA ) < 20 % 20 % - 30 % 31 % - 45 % 46 % - 70 % sangat rendah rendah sedang tinggi

71 % - 100 % sangat tinggi

2. Harkat BL ( Wicaksono, 1964 ) 0% rendah


11

100 %

tinggi

3. Harkat BG ( Wicaksono, 1964 ) 0%-5% 6 % - 10 % 11 % - 17 % 18 % - 30 % 31 % - 43 % > 43 % sangat rendah rendah sedang tinggi sangat tinggi ekstreem tinggi

4. Harkat BBW ( USDA, 1955 ) 1%-3% 4 % - 10 % sangat rendah rendah

11 % - 18 % sedang 19 % - 30 % tinggi 31 % 45 % sangat tinggi > 45 % ekstreem tinggi

5. Harkat JO ( USDA, 1955 ) 1%-3% 4%-8% 9 % - 15 % 16 % - 25 % 26 % - 40 % > 40 % sangat rendah rendah sedang tinggi sangat tinggi ekstreem tinggi

6. Harkat PAM 21 % - 30 % 31 % - 46 % 47 % - 60 % rendah sedang tinggi

61 % - 100 % sangat tinggi > 100 % ekstreem tinggi

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendah dan tingginya indeks plastisitas (Angka Atterberg) antara lain : 1. Komposisi butiran dari tanah. Karena partikel liat dikelilingi oleh lapisan rangkap, yang terutama terdiri dari air, maka dengan mudah saling bergerak. Hal ini berlawanan dengan partikel pasir, tidak berkaitan satu dengan lainnya.

12

2. Pada kenyataan tipe mineral tanah juga penting. Tanah Kaolinit akan menjadi plastis pada kair yang rendah disbanding dengan montmorilonit. 3. Bentuk partikel. Oleh karena liat terdiri dari lempeng-lempeng (laminer) yang dapat berdekatan satu sama lain pada pengeringan, maka liat dapat berpengaruh terhadap tenaga adhesi yang tinggi.berbeda dengan butiran pasir dengan bentuk bentuk bundar dan tajam, tidak perperan yang penting. 4. Dengan adanya bahan organic, maka kadar air baik pada batas cair maupun batas plastis terendah menjadi meningkat.

pH Tanah pH tanah atau kemasaman tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain terdapat juga ion hidroksida (OH-), yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya ion H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibandingakan dengan jumlah ion OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari ion H+. Jika ion H+ dan ion OH- sama banyak di dalam tanah atau seimbang, maka tanah bereaksi netral. pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada Ph antara 6,0 hingga 7,0. Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai (Anonim, 2007) Tingkat pH tanah yang merugikan pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara alami di beberapa wilayah, dan secara non alami terjadi dengan adanya hujan asam dankontaminasi tanah. Peran pH tanah adalah untuk mengendalikan ketersedian nutrisi bagi vegetasi yang tumbuh di atasnya. Makronutrien (kalsium, fosfor, nitrogen,kalium, magnesium, sulfur) tersedia cukup bagi tanaman jika berada pada tanah dengan pH netral atau sedikit beralkalin. Kalsium, magnesium, dan kalium biasanya tersedia bagi tanaman dengan cara pertukaran
13

kation dengan material organik tanah dan partikel tanah liat. Ketika keasaman tanah meningkat, ketersediaan kation untuk material organik tanah dan partikel tanah liat segera tercukupi sehingga tidak ada pertukaran kation dan nutrisi bagi tanaman berkurang. Namun semua itu tidak dapat disimplifikasi karena banyak faktor yang memengaruhi hubungan pH dengan ketersediaan nutrisi, diantaranya tipe tanah (tanah asam sulfat, tanah basa, dsb), kelembaban tanah, dan faktor meteorologika (Anonim, 2011) Skala reksi tanah pH <4 4 4,5 4,5 5,5 5,5 6,5 6,5 7,5 7,5 8,5 8,5 9,0 >9 : Reaksi Tanah Paling masam ( estrim ) Sangat masam Asam Agak asam Netral Agak basa Basa Sangat basa

Pada umumnya pH tanah terdapat antara 4,0 10,0 Ada 2 metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran pH tanah yaitu kertas lakmus dan pH meter. Kertas lakmus sering di gunakan di lapangan untuk mempercepat pengukuran pH. Penggunaan metode ini di perlukan keahlian pengalaman untuk menghindari kesalahan. Lebih akurat dan secara luas di gunakan adalah penggunaan pH meter, yang sangat banyak di gunakan di laboratorium. Walaupun pH tanah merupakan indikator tunggal yang sangat baik untuk kemasaman tanah, tetapi nilai pH tidak bisa menunjukkan berapa kebutuhan kapur. Kebutuhan kapur merupakan jumlah kapur pertanian yang dibutuhkan untuk mempertahankan variasi pH yang di inginkan untuk sistem pertanian yang digunakan. Kebutuhan kapur tanah tidak hanya berhubungan dengan pH tanah saja, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan menyangga tanah atau kapasitas tukar kation (KTK) (Anonim, 2009)

14

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 PENGAMBILAN CONTOH TANAH Pengambilan contoh tanah utuh

1. Alat dan Perlengkapan a. Tabung Kuningan (Cooper Ring) Alat ini harus memenuhi syarat ratio < 0,1 untuk menghindari kerusakan (perubahan sifat fisik) tanah akibat tekanan-tekanan mendatar. Masing-masing tabung diberi tanda nomer dan dilengkapi dengan sepasang penutup dari plastik. b. Sekop, cangkul atau cetok c. Pisau yang tajam dan tipis 2. Prosedur Kerja a. Ratakan dan bersihkan lapisan tanah atas yang akan diambil, kemudian letakkan tabung tegak pada lapisan tanah tersebut. Nomor yang ada pada tabung jangan sampai terbalik. b. Gali tanah disekitar tabung dengan sekop atau cetok. c. Iris atau haluskan potongan tanah disekitar tabung hingga mendekati tabung. d. Tekan tabung hingga tiga per empat masuk ke dalam tanah e. Letakkan tabung lain didiatas tabung yang pertama. f. Tekan lagi tabung tersebut hingga permukaan tabung pertama masuk ke dalam tanah sekitar 1 cm. g. Tabung beserta contoh tanah di dalamnya diambil(diganti) dengan sekop atau cangkul. h. Pisahkan tabung kedua dari tabung yang pertama dengan hati-hati, kemudian potonglah tanah kelebihan yang ada pada bagian atas dan bawah tabung pertama hingga rata. i. Tutup tabung yang berisi contoh tanah tersebutdengan plastik penutup dan simpan kedalam kotak khusus yang telah disediakan. Pengambilan contoh tersebut baik dilakukan pada waktu dalam keadaan pada waktu dalam keadaan kapasitas lapang. Kalau tanah terlalu kering sebaiknya disiram terlebih dahulu dengan air secukupnya sehari sebelum pengambilan contoh. Disamping itu hal yang diperhatikan adalah jangan sampai menggunakan palu atau alat pemukul lainnya untuk memasukkan tabung ke dalam tanah.
15

Pengambilan contoh tanah dengan agregat utuh 1. Alat perlengkapan a. Kotak yang kuat dan berukuran cukup untuk membawa(menyimpan) kira-kira 2 kg bongkah tanah dengan agregat utuh. b. Cetok, sekop atau cangkul c. Kantong plastik tempat contoh untuk penetapan-penetapan selain penetapan struktural. 2. Prosedur Kerja a. Gali tanah hingga kedalaman yang diinginkan untuk penetapan stabilitas agregat biasanya cukup dengan mengambil lapisan yang sesuai dengan kedalam perakaran. b. Ambil gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi dengan belah-belah alami (agregat utuh ), kemudian masukkan kedalam kotak yang telah disediakan tadi. Atau dapat juga menggunakan tempat lain jika tidak ada kotak semacam itu, asalkan dalam pengangkutan dijaga supaya agregat-agregat itu tetap utuh.

Pengambilan contoh tanah terganggu atau tidak utuh. 1. Alat perlengkapan a. Kantong plastik yang berukuran cukup untuk diisi sekitar 2 kg contoh tanah, dan plastik kecil untuk label. b. Label, Spidol, dan karet gelang untuk pengikat. c. Pisau belati, sekop atau cangkul 2. Prosedur kerja a. Gali tanah hingga kedalaman yang diinginkan b. Ambil dan masukkancontoh tanah ke dalam kantong plastik. Beri tanda (nomor dan kode) pada label dengan menggunakan plastik kecil. Masukkan ke dalam plastik lalu diikat dengan karet gelang. Pemberian tanda dapat juga pada plastik pembungkus tanah.

Pengambilan contoh tanah dari suatu profil tanah 1. Prosedur kerja a. Gali lubang profil b. Bersihkan dan ratakan tanah di atas sisi lubang yang telah di diskripsi secukupnya.

16

c. Ambil contoh tanah utuh seperti cara pertama. Apabila diperlukan dapat juga diambil contoh tanah dengan agregat utuh atau contoh tanah terganggu atau tidak utuh. d. Selesai pengambilan contoh-contoh tanah pada lapisan pertama, sisa lapisan pertama dibuang hingga timbul lapisan kedua, demikian seterusnya hingga lapisan terakhir (yang dikehendaki) dalam profil.

3.2 KADAR LENGAS 1. Metode Dengan menggunakan metode analisis gravimetri 2. Alat dan perlengkapan a. 6 buah botol timbang kuningan b. Timbangan analitis ( ketelitian 0.0002 gr) c. Alat pengering ( oven ) d. Eksikator 3. Bahan Contoh tanah kering angin gumpalan, halus (0,2mm) dan 0,5 mm 4. Cara kerja 1. Timbang botol timbangan kuningan kosong, bersih dan bertutup misal beratnya a gram 2. Masukkan contoh tanah kedalam botol timbangan sampai separuh penuh, timbang botol berisi tanah dan bertutup misal beratnya b gram 3. Dengan tutup terbuka masukkan botol timbangan berisi tanah kedalam oven yang panasnya telah diatur antara 1050 C 1100 C. biarkan di dalam oven selama paling sedikit 4 jam, lebih lama lebih baik jangan sampai kurang 4. Setelah 4 jam botol timbangan berisi tanah kembali ditutup serapat-rapatnya keluarkan dari oven dan didingikan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian ditimbang miasal beratnya c gram. 5. Lakukan langkah-langkah 1-4 untuk menetapkan kadar lengas contoh tanah yang tersedia.

17

3.3 KADAR BAHAN ORGANIK 1. Metode Yaitu dengan metode Wakley dan Black (volutris) dan analaisis kuantitatif volumetris oxodimetris. 2. Alat Dan Perlengkapan a. Labu takar 50 ml b. Pipet ukur 10 ml dan 5 ml c. Gelas ukur 10 ml d. Pipet teteas sampai 0,0002 gram e. Botol pemancar air f. Labu erlenmeyer 250 ml g. Buret 50 ml h. Timbangan analitis teliti 3. Bahan a. K2Cr2O7 b. H2SO4 pekat c. H3PO4 d. FeSO2 0,1 N e. Indikator DipHenylamine f. Aqua destilata 4. Cara Kerja 1. Timbang contoh tanah kering udara sekitar 1 gram dengan alas gelas arloji yang bersih dan kering yang telah diketahui beratnya 2. Masukkan ke dalam labu takar 50 ml dan tambahkan 10 ml K2Cr2O7 3. Tambahkan kemudian 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur 4. Kemudian dikocok dengan gerakan memutar dan mendatar 5. Warna harus tetap merah jingga, kalu warnanya menjadi hijau/ biru, tambahkan lagi K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat, dan jumlah penambahan harus dicatat. Diamkan kira-kira 30 menit sampai larutan menjadi dingin. Penambahan blangko juga harus sama banyak. 6. Tambahkan 5 ml H3PO4 85% dan 1 ml indikator dipHenylamine 7. Jadikan volume 50 ml dengan menambahkan air suling, hendaknya memakai botol meancar air.

18

8. Kocok dengan cara membalik-balik labu takar sampai homogen dan biarkan mengencap. 9. Ambil 5ml larutan jernih dengan pipet ukur, kemudian masukkan kedalam labu erlenmayer 250ml dan tambahkan air suling 15 ml. 10. Kemudian dititrasi dengan larutan FeSO2 0,1 N hingga warnanya menjadi kehijaua-hijauan. 11. Langkah-langkah ini diulang lagi tanpa contoh tanah untuk keperluan analisa belangko. Fungsi analisa blangko untuk koreksi alat, bahan atau reagensia mengenal kemurniannya dan untuk mempermudah hitungan. Jalannya reaksi 2 K2Cr2O7 + 8 H2SO4 2 K2SO4 + 2 Cr2 (SO4) 3 + 8 2O 8 + 3 O2 + x cal C + O CO2 + sisa indikator K2Cr2O7 + 6 FeSO4 + 7 H2SO4 Cr2(SO4)3 indikator + 3 Fe (SO4)3 + K2SO4+ 7 H2O

3.4 KADAR KAPUR EKUIVALEN / SETARA 1. Metode Yaitu metode Calcimeter ( Mohr ) 2. Alat dan Perlengkapan a. Calcimeter ( alat CO2 Mohr) b. Gelas arloji c. Timbangan analitis teliti sampai 0.0002 gram 3. Bahan Contoh tanah kering udara diantara 2,0 mm 4. Khemikalia HCl 2 N 5. Cara kerja 1. Timbang contoh tanah yang menggunakan gelas arloji yang bersih, kering, sebanyak sekitar 15 gram ( misal a gram ). Untuk ini perlu diketahui dahulu berat gelas arlojinya. Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke dalam gelas piala 500ml, butir-butir tanah yang mungkin masih menempel di gelas arloji dapat sedikit dibilas dengan air. 2. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% ( semua diukur dengan tabung ukur), gelas piala ditutp dengan gelas arloji yang bersih dan kering,
19

kemudian dibiarkan semalam. Tindakan ini dimaksudkan untuk menghilangkan bahan organik yang ada di dalam tanah. 3. Keesokan harinya gelas piala tertutup dipanasi diatas pemanas air yang telah menidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan sampai tanahnya meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari penangas air. Setelah reaksi pertama mereda ( setelah 5- 10 menit) tambahkan lagi H2O230 % sebanyak 15 ml, tutup kembali dengan menggunakan gelas arloji dan biarkan di penangas air selama 10 menit lagi. Setelah reaksinya mereda, celupkan gelas pialanya kedalam air yang mendidih kedalam penangas air selama 5 menit dalam keadaan tercelup. Tanah yang sudah bersih dari bahan menjadi muda dan butir-butir pasir sudah kelihatan bersih permukaannya. Untuk memastika, setelah larutan agak dingin diberi lagi beberapa ml lagi H2O230 %. Kalau tidak timbul reaksi lagi, tidak terjadi lagi gelembung-gelembung pemercikan, ini berarti bahan organik telah betul-betul habis. Jika reaksi timbul, maka langkah yang terakhir tadi dapat diulang secukupnya. 4. Butir-butir tanaha yang menempel digelas arloji dan didnding gelas piala dibilas masuk dengan air bersih. Suspensi lalu diencerkan sampai kira-kira 150 ml dengan air suling, ditutup kembali, dan didihkan diatas api spritus selama 5 menit. Dijaga jangan sampai membuih atau memericik dan tumpah, setelah ini dibiarkan mendingin. 5. Seteleah dingin gelas arloji tertutup dan dinding gelas piala dibilas dengan air sampai bersih. Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok dengan batang kaca berujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk menghilangkan kapur, garam-garam lain dan kation- kation basa beradsorbsi. Kalau tanah mengandung kapur berlebih dari 2 % maka untuk setiap persenya ditambah lagi 2,5 ml HCl 2N. Encerkan suspensi sampai volume kira-kira 250ml dengan air dan tanah digosok-gosok dengan batang kaca berujung karet. Reaksi antara tanah dengan asam dibiarkan berlangsung selama 1 jam dengan beberapa kali digosokgosok dengan batang kaca. Selama pekerja ini batang kaca tetap diletakkan dalam gelas piala, dan jangan diletakan dimana-mana karena ujungnya ada tanah yang menempel. Setelahwaktu ini dilampaui, larutan diatas endapan tanah diperikasa keasamannya dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru harus berubah warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa telah hilang semuanya. Kalau kertas lakmus tidak berubah warnanya, berarti asamnya kurang dan perlu ditambah
20

lagi kira-kira 10 ml. Tanahnya diaduk-aduk lagi dan dibiarkan selama 1 jam. Periksa lagi apakah sekarang audah ada kelebihan asam. 6. Pasang corong gelas 0,10 cm diatas tabung erlenmayer 750ml, lapisi dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring terletak 5 mmdibawah bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat betul tanpa ada gelembunggelembung udara diantaranya. Seringkali suspensi tanah sampai semua tanah dipindahkan secara kuantitatif diatas kertas saring. Dibantu dengan biasan air batang kaca, sambil dibilas bersih ujung kaca yang bertanah tadi. 7. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCL 0,2N. Setiap kali pencucian menggunakan 50ml.

Pendispersian : 8. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas saring dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan corong, jangan sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 0,10 cm yang bersih. Dengan memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai menjamah tanahnya, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu erlenmayer 500ml dengan menggunakan corong yang dipakai menyaring tadi. Untuk ini diperlukan pancaran air secukupnya jangan berlebihan. Tanah yang masih menempel di dinding dakhil ( bagian dalam ) corong juga dimasukkan kedalaam tanbung erlenmayer dengan pancaran air dan kuas. Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang menepel padanya, 9. Tambahkan 10 ml larutan NaOH 1 N setepat mungkin dengan menggunakan tabung ukur yang telah dicuci bersih dari menggunakan tabung ukur yang telah dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl. Sumbatlah labu erlenmayer dengan sumbatan karet atau selembar plastik serapat-rapanta, letakkan tegak dan kuat pada alat pengocok dan kocoklah dengan kuat selama 15 menit untuk mendapatkan hasil pendispersian yang baik.

21

3.5 TEKSTUR TANAH 1. Metode Analisis granuler cara pipet 2. Alat dan perlengkapan : a. 2 buah gelas arloji 0,8 dan 10 cm b. Timbangan analisi teliti sampai 0,0002 gram c. 2 buah corong gelas 10 dan 15 cm d. Tabung sedimentasi 1000 ml dengan tutup karet atau plastik e. Alat pipet dengan volume 25 ml f. Stop-watch teliti sampai 0,1 detik g. Batang kaca pengaduk berujung karet h. Thermometer teliti sampai 0,10 C i. 2 buah cawan penguap 8 cm j. 2 buah labu erlenmeyer (bersumbat karet) 500 ml dan 250 ml k. Kertas waring Watman No. 50 l. Kuas m. Gelas piala 500 ml n. Tabung ukur 25 ml o. Penangas air p. Lampu spiritus q. Penumpu kaki tiga r. Botol pemancar air s. Piring seng t. Alat pengering (oven) u. Eksikatoe v. Kertas lakmus biru 3. Khemikalia : a. 25 ml H2O2 30% b. 200 ml HCl 0,2 N c. 20 ml HCl 2 N d. 10 ml NaOH 1 N 4. Bahan : Contoh tanah halus kering udara 0,2mm 5. Cara Kerja :
22

Pendispersian : 1. Timbang contoh tanah yang mengunakan gelas arloji yang bersih, kering, sebanyak sekitar 15 gram (misal a gram). Untuk ini perlu diketahui dahulu berat gelas arlojinya. Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke dalam gelas piala 500 ml, butir-butir tanah yang mungkin masih menempel di gelas arloji dapat sedikit dibilas dengan air. 2. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% (semua diukur dengan tabung ukur), gelas piala ditutup dengan gelas arloji dapat sedikit dibilas dengan air. 3. Keesokan harinya gelas piala tertutup itu dipanasi di atas penangas air yang telas mendidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan sampai tanahnya meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari penangas air. Setelah reaksi pertama mereda (5 10 menit) tambahkan lagi H2O2 30% sebanyak 15 ml, tutup kembali dengan gelas arloji dan biarkan di atas penangas air selama 10 menit lagi. Setelah reaksinya mereda, celupkan gelas pialanya ke dalam air yang mendidih dalam penangas air selama 5 menit dalam keadaan tercelup. Tanah yang sudah bersih dari bahan menjadi muda dan butir-butir pasir sudah kelihatan bersih permukaannya. Untuk memastikan, setelah larutan agak dingin diberi beberapa ml H2O2 30%. Kalau tidak timbul reaksi lagi, tidak lagi terjadi gelembung-gelembung percikan, ini berarti bahan organik betul-betul telah habis. Jika reaksi masih timbul, maka langkah yang terakhir tadi dapat diulang secukupnya. 4. Butir-butir tanah yang menempel di gelas arloji dan dinding gelas piala dibilas masuk dengan air sampai bersih. Suspensi lalu di encerkan sampai kira-kira 150 ml dengan air suling, ditutup kembali, dan di didihkan di atas api spiritus hati-hati selama 5 menit. Dijaga sampai membuih atau memercik, dan tumpah. Setelah itu dibiarkan mendingin. 5. Setelah dingin gelas arloji penutup dan dinding gelas piala dibilas dengan air sampai bersih. Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok dengan batang kaca ujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk menghilangkan kapur, garam-garam lain dan kation-kation basa beradsorbsi. Kalau tanah mengandung kapur lebih dari 2% maka untuk setiap persennya ditambah lagi 2,5 ml HCl 2 N. Encerkan suspensi sampai volume kira-kira 250 ml dengan air dan tanah digosok-gosok dengan batang kaca berujung karet sebaik-baiknya. Reaksi antara tanah dengan asam dibiarkan berlangsung selama 1 jam dengan beberapa
23

kali digosok-gosok dengan batang kaca. Selama pekerjaan ini batang kaca tetap diletakan di dalam gelas piala, dan jangan di letakkan dimana-mana karena ujungnya ada tanah yang menempel. Setelah waktu ini di lampaui, larutan di atas endapan tanah diperiksa keasamannya dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru harus berubah warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa telah ada kelebihan asam dan kapurnya pasti telah hilang semuanya. Kalau kertas lakmus tidak berubah warnanya, berarti asamnya berkurang dan perlu ditambah lagi kira-kira 10 ml. Tanahnya di aduk-aduk lagi dan biarkan selama 1 jam. Periksa lagi apakah sekarang sudah ada kelebihan asam. 6. Pasang corong gelas 10 cm diatas tambung erlenmeyer 750 ml, lapisi dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring terletak 5 mm dibawah bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat betul tanpa ada gelembunggelembung udara diantaranya. Saringlang suspensi tanah sampai semua tanah terpindahkan secara kuantitatif diatas kertas saring. Dibantu dengan biasan air dan batang kaca, sampai dibilas bersih ujung kaca yang bertanah tadi. Ingat :setiap kali menuang jangan sampai permukaan cairan dalam corong kurang dari 5 mm jaraknya dari tepi kertas saring dan sebagian besar tanah jatuh ditengah corong. 7. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCl 0,2 N. Setiap kali pencucian menggunakan 50 ml. Sebelum pencucian berikutnya dikerjakan, biarkan cairan pencuci diteruskan dengan air suling sampai filtrat yang menetes dari corong bersifat netral, diuji dengan kertas lakmus biru. Air pencuci diberikan dengan pancaran sambil membersihkan butir-butir tanah dibagikan atas kertas saring dan mengaduk endapan tanah dengan pancaran airnya. Pada setiap kalinya jangan menggunakan air terlalu banyak, biarkan airnya mendrainase sempurna terlebih dahulu sebelum ditambahkan air lagi. Biasanya pencucian cukup setelah 6 kali. Pendipersian : 8. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas saring dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan corong jangan sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 10 cm yang bersih. Dengan memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai menjamah tanahnya, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu erlenmeyer 500 ml dengan menggunakan corong yang dipakai menyaring tadi. Untuk ini diperlukan pancaran air secukupnya, jangan berlebihan. Tanah yang masih menempel di dinding-dakhil
24

(bagian dalam) corong juga dimasukan ke dalam tabung erlenmeyer dengan pancaran air dan kuas. Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang menempel padanya dengan cara sebagai berikut : Tuangkan air sedikit diatas gelas arloji 9 cm yang bersih dan kuas dicelupkan dan digosokkan, air cucian ini lalu dituangkan ke dalam labu erlenmeyer. Pekerjaan ini diulangi 2-3 kali sampai kuas bersih betul dan akhirnya gelas arrloji dan corongnya dibilas juga dengan air. Pada saat pemindahan tanah ini selesai volume suspensi dalam labu erlenmeyer tidak boleh lebih dari 250 ml. 9. Tambahkan 100 ml larutan NaOH 1 N mungkin dengan menggunkan tabung ukur yang telah dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl. Sumbatlah labu erlenmeyer dengan sumbat karet atau selembar plastik serapat-rapatnya, letakkan tegak dan kuat pada alat pengocok, dan kocoklah dengan kuat selama 15 menit untuk mendapatkan hasil pendispersian yang baik. 10. Suspensi dimasukkan kedalam tabung sedimentasi dan tambahkan air sampai

tanda 1000 ml, siapkan alat pipet yang bersih dengan menghisap dan memancarkan air bersih beberapa kali, dan alat diatur supaya kecepatan penghisapannya 25 ml per 10-15 detik. Volume pipet 25 ml. Ambil gelas piala, isi dengan air dan celupkan thermometer ke dalamnya dan letakkan di samping alat pemimpet. 11. Pemimpet I : (lempung + debu) total

Tabung sedimentasi disumbar rapat dengan sumbat karet atau selembar plastik, dapat dibantu dengan telapak tangan dan dibalik-balik teratur kira-kira 15 kali dengan kecepatan 1 kali balik tiap 2 detik supaya suspensi menjadi homogen. Jadi lamanya pemutar balikan kira-kira 30 detik. Pada waktu tabung sedimentasi dibalik dengan harus dilihat jangan sampai masih ada tanah yang melekat di dasarnya. Kemudian diletakkan pelan-pelan dibawah pipet sedemikian rupa sehingga kalau nantinya pipet dicelupkan dapat terletak di tengah-tengahnya. Segera setelah tabung diletakkan waktu pengendapan mulai dihitung dengan menggunakan stop-watch. Temperatur air dalam gelas piala diamati, dianggap sebagai temperatur suspensi dan dari daftar yang tersedia dapat dilihat bebrapa lama harus menunggu sebelum pemipetan dapat dilalkukan pada temoeratur tersebut. Pemimpetan I dilakukan pada kedalaman 20 cm dari permukaan suspensi. Beberapa detik sebelumnya, pipet diturun kedalam suspensi dengan hati-hati jangan sampai merusak atau mengaduk suspensi sehingga ujungnya terletak kedalam 20 cm dari permukaan suspensi. Setelah tiba saatnya pemipetn dilakukan dengan kecepatan mengisi 25 ml/10-15
25

detik. Kemudian pipet ditarik keluar dan isinya dikosongkan dan berapa beratnya, dalam keadaan kosong dan bersih (misal b gram). Cawan dan sisinya dimasukkan kedalam dapur pengering untuk diluapkan dan dikeringkan dalam temperatur 10501000C. Lamanya pengeringann paling sedikit 4 jam setelah ini cawan dimasukan kedalam eksikator dan setelah dingin ditimbang (misal c gram) 12. Pemimpetan II (lempung) total

Suspensi dalam tabung sedimentasi dihomogenkan lagi seperti dalam langkah ke11. Selanjutnya juga dikerjakan seperti lengkah ke-11, akan tetapi pemipetan disini dilakukan pada kedalaman 5 cm. Disini pengamatan temperatur untuk menentukan lamanya beberapa kali untuk diambil rata-ratanya. Jadi berbeda dengan pemipetan I yang hanya diadakan 1 kali saja. Hal ini tejadi karena waktu menunggunya lebih lama, lebih dari 3 jam sehingga besar kemungkinan temperaturnya selama itu akan berubah-ubah. Pengamatan temperatur dilakukan sebagai berikut : segera setelah tabung diletakkan, sehabis dihomogenkan suspensinya, mulai dilakukan

perhitungan waktu menunggu. Kemudian setelah lewat 1 jam, lewat 2 jam, dan setelah beberapa lama waktu menunggunya, sedangkan diperoleh rata-rata keempat pengamatan akan diperoleh angka koreksinya untuk mendapatkan waktu menunggu yang difinitif. Setelah cawan penguap kosong dan bersih ditimbang (misal d gram), hasil pemimpetan II ditampung kedalamnya. Kemudian diuapkan dan dikeringkan dalam oven dan ditimbang seperti langkah ke-11.

Agihan (debu + lempung) aktual 1. Alat dan perlengkapan Sama dengan yang dipergunakan dalam analisa granuler cara pipet 2. Bahan : Contoh tanah kering yang digunakan dalam analisa granuler cara pipet 3. Cara kerja : 1. Seperti langkah ke-1 dalam acara granuler ( misal berta contoh tanah halus a gram) 2. Miringkan gelas pialanya hingga contoh tanah menyebar sepanjang kira-kira 4-5 cm pada dindingnya. Tambahkan air sedikit demi sedikit dengan dialirkan lewat dinding gelas piala hingga tanah menjadi basah karena kapilaritas dan bukan karena dituangi air. 3. Setelah tanah menjadi basah betul, tambahkan air sampai volume suspensi mencapai kira-kira 250 ml. Juga disini penahanan air jangan dikenakan langsung
26

pada tanahnya. Biarkan tanah mengurangi dengan sendirinya dalam air selama paling sedikit 15 menit. 4. Tuangkan suspensi tanh secara kuantitatif kedalam tabung sedimentasi dengan pertolongan pancaran air, membilasnya jangan langsung kena tanahnya. Tambahkan air sampai volume 1000 ml. 5. Seperti langkah ke-11dalam analisa granuler.

3.6 STRUKTUR TANAH Kerapatan Butir (BJ) Tanah 1. Metode Yaitu picnometer 2. Alat dan Perlengkapan : a. Piknometer b. Kawat pengaduk halus c. Thermometer teliti sampai 0,10C d. Botol pemancar air e. Corong gelas keciltol timbang untuk ditetapkan kadar f. Timbangan analitis sampai teliti 0,0002 gram g. Dapur pengering (oven)kan ditetapkan kadar lengasnya h. Potongan kertas atau serbet. Volome botol timbang 3. Bahan : Contoh tanah halus 2,0 mm kering-udara 4. Cara Kerja : 1. Timbang piknometer kosong, bersih dan bersumbat (misal a gram) 2. Isilah piknometer dengan air suling hingga penuh dengan menggunakan pemancar air sampai batas garis tanda pada pipa kapiler dalam sumbatnya. Kalau tidak ada garis batas/tanda, maka sampai ujung atas pipa kapilernya. Caranya : isilah piknometer sampai di atas leher, lalu sumbat dipasang. Pemasangan sumbat harus teliti agar tidak terdapat gelembung udara yang tertinggal dalam piknometer. Air akan naik ke dalam pipa kapiler, dan menghisap kelebihan air. Bersihkan dengam kertas tetes-tetes air yang mungkin masih menempel di bagian luar piknometer. 3. Timbang piknometer penuh air (misal b gram). Kemudian ukur temperatu air dalam piknometer dengan pembulatak kurang dari 0,50C dibulatkan ke bawah (misal t10C).
27

Lihat dalam daftar yang tersedia di labolatorium berupa BJ piknometer itu (misalnya BJ1) 4. Air dalam piknometer dibuang, bersihkan semua tetes-tetes air yang mungkin ada di bagian luarnya dengan lap dan keringkan baguab dakhilnya dengan cara sebagai berikut : Tuangkan ke dalam sedikit alkohok, goyangkan piknometer sampai semua tetes larut, lalu dibuang, sisa alkohol dibuang dengan eter dengan cara seperti tadi, setelah dibuang biarkan sisa eter menguap. Periksa dengan dibuai. 5. Isilah piknometer dengan contoh tanah seberat 5 gram. Dasar piknometer tertutup selapis tanah setelah kira-kira 0,75 cm bila memakai piknometer 25 ml. Pasang sumbatnya dan timbang piknometer berisi tanah ini (misal c gram) 6. Piknometer diisi dengan air suling sampai kira-kira separuh penuh, tanah diadukaduk kuat dengan pengaduk halus untuk menghilangkan udara yang tersekap dalam tanah. Pengeluaran gelembung-gelembung udara dapat dibantu dengan cara mengguncang-guncangkan piknometer. Setelah ini, piknometer sisinya dibiarkan semalam dengan sumbat terpasang sehingga tidak kemasukan kotoran atau debu. Peringatan : sebelum kawat pengaduk dicabut dari dalam piknometer perlu dibilas dengan sedikit air untuk menghilangkan butiran-butiran tanah yang menempel padanya, supaya tidak ada tanah yang terikut kawat pengaduk. 7. Keesokan harinya penghilangan gelembung-gelembung udara yang munngkin masih tertinggal diulangi lagi, kemudian dibiarkan sebentar untuk mengendapkan sebagian besar tanahnya, lalu air suling dengan hati-hati sampai penuh. Caranya seperti pada langakah ke-2. Penaqmbahan air ini diusahakan agar tanah tidak ikut teraduk untuk menjaga agar tidak ada butir-butir tanah yang hilang berikut kelebihan air yang harus dihilangkan. 8. Timbang piknometer berisi tanah dan air penuh ini (misal d gram). Setelah itu ukur temperatur dalam piknometer (misal t20C). Dari daftar dapat diketahui beberapa BJ pada temperatur ini (misal BJ2)

Kerapatan Massa (BV) Tanah 1. Metode Untuk menentukan kerapatan massa pada tanah latosol yaitu dengan menggunakan metode volumetri
28

2. Alat dan Perlengkapan a. Cawan pemanas lilin b. Lampu spritus c. Penumpu kaki tiga d. Tabung ukur e. Pipet ukur 10 ml ketelitian 0,1 ml f. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram g. Thermometer teliti sampai 0,10C h. Kuas i. 2 botol timbangan kuningan j. Dapur pengering k. Eksikator l. 2 utas tali/ benang halus m. Lilin 3. Bahan Sampel tanah gumpalan atau bongkahan yang masih asli baru diambil dari tanah. 4. Cara kerja 1. Timbang sebongkah tanah ( a gram) 2. Cairkan lilin sampai suhu 600C dan celupkan bongkah tanah tersebut yang sebelumnya telah diberi tali. 3. Setelah lilin mengeras kemudian ditimbang ( b gram) 4. Isi tabung ukur sampai volum p ml dan bongkah tanah di celupkan. Sekarang menggunakan pipet ukur air ditambahkan sampai permukaanya tepat tanda garis tertentu q ml. Catat berapa ml air yang telah ditambahkan dari pipet r ml. 5. Ambil bongkah tanah lain yang sejenis dan teteapkan kadar lengasnya pada acara kadar lengas tanah untuk mendapatkan berat tanah kering mutlak.

Porositas Tanah (n) Tanah Yang disebut porositas. Total tanah adalah persentase volume pori-pori total tanah yang ada dalam tanah terhadap volume total bongkah tanah.

Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) tanah Yang disebut dengan perbandingan tanah adalah hasil bagi antara ( debu + lempung) aktual dengan ( debu+ lempung) aktual, dinyatakan dalam persen.
29

3.7 KONSISTENSI DENGAN ANGKA ATTERBERG Batas Cair (BC) Tanah Disebut pula batas alir, atau batas plastisitas tertinggi 1. Alat dan Perlengkapan : a. Alat Casagrande b. Cawan penguap 12 cm c. Colet d. Botol pemancar air e. 4 buah botol timbang kuningan f. Timbangan analitis teliti 0,0002 gram g. Dapur pengering (oven) h. Eksikator i. Kertas grafik semi-log 2. Bahan : Contoh tanah kering-udara 0,5 mm 3. Cara Kerja : 1. Menyiapkan alat casagrande, dengan 2 buah skrup pengatur dan bagian ekor colet diatur serupa tinggi cawan kira-kira 1 cm 2. Ambil sejumlah tanah secukupnya, kira-kira 100 gram dengan cawan penguap. Dengan menggunakan colet tanah dicampur dengan air yang ditambah sedikit demi sedikit dengan botol pemancar air sehingga diperoleh suatu pasta yang homogen. 3. Letakkan sebagian pasta tanah di atas cawan alat casagrande dan permukaannya diratakan dengan colet sampai tebal pasta kira-kira 1 cm. Kemudian dengan coet pasta tanah dibelah sepanjang diameter cawan. Waktu membelah pasta colet dipegang sedemikian rupa hingga pada setiap kedudukannya tegak lurus pada permukaan cawan. Didasar alur pembelahan harus terlihat permukaan cawan yang bersih dari tanah, selebar ujung colet (2 mm) 4. Alat casagrande pada pemutarannya sedemikian cepatnya hingga cawan terketukketuk 2 kali setiap detik. Banyak ketukan untuk menutup kembali sebagian alur sepanjang kira-kira 1 cm dihitung.kemudian diulng lagi langkah ke-3, cawan diketuk-ketukan lagi dan banyaknya ketukan untuk menutup kembali dihitung seperti tadi. Pekerjaan ini diulang-ulang sampai setiap kali diperoleh banyaknya ketukan yang tepat.

30

Peringatan : alur harus tetap menutup karena lairan kental dan bukan karena berarti bahwa tanahnya terlalu kering dan atau karena permukaan cawan licin karena salah satu sebab (berlemak atau berlapis debu kering). Kalau ada peluang langkah ke-2, langkah ke-3, dan langkah ke-4 banyak ketukan berselisih 2-3, berarti bahwa pembuatan pasta tanah kurang homogen. Setelah diperoleh banyak ketukan yang tepat antara 10 sampai 40, ambil sejumlah pasta tanah di sekitar bagian alur yang menutup sebanyak kira-kira 10 gram dan tetapkan kadar lengasnya se[erti dalam acara kadar lengas. Peringatan : kalau diperoleh banyak ketukan dari 10, berarti pasta tanahnya terlalu basah kalau lebih dari 40 ketukan, pastanya terlalu kering. Dalam kejadian yang pertama, kebasahan dapat dikurangi dengan jalan menambah tanah kering sedikit dan dalam kejadian yang kedua pasta tanahnya ditambah air. 5. Kerjakan lagi langkah-langah yang ke-3 sampai ke-5 hingga keseluruhan diperoleh 4 kali pengamatan dengan banyaknya ketukan yang berbeda-beda yaitu 2 buah pengamatan berukuran dibawah 25 dan 2 buah lainnya di atas 25. Catatan : untuk dapat memperoleh 4 buah pengamatan itu ada 2 cara yaitu: a. Pengamatan dimulai dari keadaan pasta yang lebih kering (ketukan lebih banyak) menjadi keadaan yang lebih basah (ketukan lebih sedikit) dengan jalan menambah air pada pasta tanah setelah selesai pengamatan. b. Berlawanan dengan cara a. yaitu dimulai dari keadaan yang lebih basah menjadi keadaan lebih kering dengan jalan membiarkan pasta tanah agak mengering setiap kali pengamatan. Jalan a sebaiknya dipakai utuk tanah-tanah berat karena tanah seperti ini akan makan waktu lama untuk mengurangi kelembabannya. Untu tanah kedia cara tersebut di atas dapat dipakai.

Batas Lekat (BL) Tanah 1. Alat dan perlengkapan : a. Colet yang menkilap, bersih dari nikel b. 2 buah botol kuningan c. Botol pemancar air d. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram e. Dapur pengering (oven) f. Eksikator
31

2. Bahan Pasta tanah sisa acara BC tanah 3. Cara kerja : 1. Ambil sisa pasta acara BC, gumpalan dalam tangan dan tusukkan colet kedalamnya sedalam 2,5 cm dengan kecepatan cm/detik. Dapat juga dijalankan dengan menggumpal-gumpalkan tanah dengan ujung colet sepanjang 2,5 cm ada di dalamnya dan kemudian colet sepanjang 2,5 cm ada di dalamnya dan kemudia colet ditarik secepat 0,5 detik. 2. Periksa permukaan colet : a. bersih, tidak ada tanah, bearti lebih kering dari BL; b. tanah ataususpensi tanah melekat, bearti pasta tanah lebih basah dari BL. 3. Tergantung dari hasil pemeriksaan dalam langkah ke-2 pasta tanh di basahi atau dikurangi kelembabannya, dan langkah ke-1 diulang-ulang lagi sampai dicapai keadaan permukaan colet di sebelah ujungnya melekat suspensi tanah seperti dempul sepanjang kira-kira sepertiga kali dalamnya penusukan ( kira-kira 0,8 cm ). 4. Ambil tanah sekitar tempat penusukan sebanyak kira-kira 10 gram dan tetapkan kadar lengasnya seperti pada acara kadar lengas. 5. Kejakan lagi langkah-langkah dari 1 sampai 4, sebagai duplo. Hasil duplo dengan yang pertama tidak boleh berselisih lebih dari 1%. Kalau lebih harus diulangi lagi sampai diperoleh 2 pengamatan yang selisihnya tidak lebih dari 1 %.

Batas Gulung (BG)Tanah Disebut pula batas golek atau batas plastisitas terendah. 1. Alat dan Perlengkapan : a. Lempeng kaca seluas telapak tangan b. 3 buah botol timbangan kuningan c. Botol pemancar air d. Dapur pengering (oven ) e. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram f. Eksikator 2. Bahan Pasta tanah sisa acara BC atau BL 3. Cara Kerja

32

1. Ambil pasta tanah kira-kira 15 gram dan buat bentuk sosis diletakkan diatas lempeng kaca dan dengan telapak tangan yang digerakkan maju mundur, sosis tanah digolek-golekkan sampai berbentu tambang. Jarak penggolekkan ialah ujung jari sampai pengkelannya, dan kembali lagi ke ujung jari. Pada waktu menggolek jari-jari melakukan gerakan memanjang. Catatan : kalau digunakan jumlah pasta tanah yang terlalu sedikit atau penggolekkan hanya dilakukan dengan ujung jari dapat diperoleh hasil yang berbeda dengan cara umum tersebut diatas. Waktu penggolekkan jangan disertai penekanan 2. Periksa tambang tanah yang berbentuk: a. Tidak menunjukkan keretakan sewaktu mencapai tebal 3 mm atau kurang Pada kejadian a, pasta tanah lebih basah dari BOT. Sedangkan pada...... b. Ia lebih kering 3. Ulangi langkah ke-2 dengan terlebih dahulu menambah atau mengurangi kelembaban pasta tanah , tergantung keadaan atau hasil langkah ke-2, sampai dicapai keadaan tambang tanah itu akan mulai retak-retak/putus pada waktu mencapai tebal 3 mm. 4. Ambil tambang tanah yang retak-retak/putus itu dan tetapkan kadar lengasnya seperti pada acara kadar lengas. 5. Kerjakan 2 kali lagi langkah ke-1 sampai langkah ke-4 sebagai duplo dan triplo.

Batas Berubah Warna (BBW) Tanah 1. Alat dan Perlengkapan : a. Papan kayu dengan salah satu sisi lebarnya rata dan halus berukuran 10 x 15 cm. b. Colet nikel c. Botol timbang kuningan d. Dapur pengering (oven) e. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram f. Eksikator 2. Bahan Sisa pasta tanah acara BC atau BL 3. Cara Kerja :

33

1. Dengan colet pasta tanah diratakan, tipis dan selicin-licinnya di atas permukaan kayu yang rata dan halus, bentuknya dibuat jorong, dan pelan-pelan tipis dari bagian tepi dan bagian tengahnya tebal kira-kira 3 mm. 2. Diamkan dalam tempat yang teduh dan jauh dari sumber panas. Lengas dalam pasta pelan-pelan akan menguap dan tentu saja penguapan lebih cepat di bagian yang lebih tipis (bagian tepi). Pada waktu lengas menguap pori-pori yang ditinggalkan oleh lengas akan diisi oleh udara, maka warna tanah akan memuda. Pemudaan ini akan berjalan mulai dari tepi dan pelan-pelan menjalar ke tengah. 3. Setelah jalur muda mencapai lebar kira-kira 0,5 cm, maka jalur muda ini diambil dengan colet bersama-sama dengan jalur dismpingnya yang masih gelap juga kirakira 0,5 cm dan dimasukkan ke botol timbang untuk ditetapkan kadar lengasnya. Catatan : tanah yang akan ditetapkan kadar lengasnya berjumlah kira-kira separuh volume botol timbang dan diambilkan kira-kira sema banyak dari 2 tempat disekeliling bentuk jorong untuk mendapat hasil rata-rata yang lebih baik. Untuk pedoman warna muda disalah satu sudut kayu diletakkan selapis tipis contoh tanah kering-udara yang digunakan dalam acara ini sebagau pembanding.

3.8 PENETAPAN PH TANAH 1. Alat dan Perlangkapan : a. Beaker glass 50 ml b. Pengaduk kaca c. Alat pH meter dengan elektroda lengkap d. Thermometer teliti 0,10C e. Gelas ukur f. Botol pemancar air 2. Khemikalia: KCl 1 N 3. Bahan : Contoh tanah asli gumpalan 4. Cara Kerja : 1. Ambil dan timbang contoh tanah asli gumpalan, kira-kira 10 gram. Masukkan ke dalam beaker glass 50 ml dan tambahkan air suling sebanyak 25 ml, lalu diadukaduk untuk melarutkan tanah selama jangka waktu 30 menit dengan batang kaca pengaduk
34

2. Biarkan larutan tanah itu mengendap selama 30 menit 3. Setelah larutan mengendap, ukur pHnya dengan cara sebagai berikut : Siapkan alat pH meter dengan menyambungkan elektrode pada meternya Siapkan elektrode pada larutan penyangga pH 7 dan tekan tombol pada tanda ON, sesuaikan keadaan tombol TEMP pada angka temeratur larutan penyangga pH 7 dan aturlah tombol CALIB hingga terbaca angka 7,00 pada layar pH meter Cuci elektrode dengan pancaran air suling di bagian ujungnya sampai bersih Celupkan elektrode pada larutan penyangga pH 4 dan tombol TEMP agar sesuai dendan temperatur larutan penyangga pH 4, kemudian aturlah tombol SLOPE hingga terbaca angka 4,00 pada layar pH meter Cucilah lagi elektrode dengan air suling hingga bersih dengan pancaran air Dengan mengikuti langkah dari a sampai e, maka dengan begitu pH meter telah terkalibrasi dan siap digunakan untuk mengukur pH meter yang diteliti 4. Laksanakan langkah-langkah ke-1 sampai ke-2 dengan menggunakan larutan KCl 1N sebanyak 25 ml untuk menentukan pH tanah yang sama dengan tanah di atas tadi.

35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

MORFOLOGI TANAH Hasil:

No Sampel 1. Top soil (0-15 cm)

30 % Tidak berbuih

HCl 0,1 N Berbuih

2.

Sub soil (15-50 cm) Bahan induk (50-305 cm) Lempengan (305-502 cm)

Berbuih

Berbuih

3.

Berbuih sedikit

Berbuih

4.

Tidak berbuih

Berbuih

Keterangan Tidak mengandung kapur. Mengandung bahan organik. Mengandung kapur. Mengandung bahan organik. Mengandung kapur. Mengandung bahan organik. Tidak mengandung kapur. Mengandung bahan organik.

Pembahasan: Dari hasil morfologi tanah di atas, diperoleh bahwa: 1. Top soil berada sekitar 0-15 cm, dan top soil mengandung bahan organik, namun tidak mengandung kapur. 2. Sub soil 15-50 cm mengandung kapur serta bahan organik. 3. Bahan induk sekitar 50-305 cm mengandung kapur dan bahan organik. 4. Lapisan tanah terakhir, yaitu lempengan 305-502 cm tidak mengandung Kpur tetapi mengandung bahan organik.

36

4.2

KADAR LENGAS TANAH Hasil : Ukuran Kode Berat Botol Kosong (a) A1 18.488 0.5 mm A2 18.643 B1 18.257 2 mm B2 17.456 C1 19.685 Bongkahan C2 15.272 Perhitungan :

Berat Botol + sampel basah (b) 27.691 25.281 26.285 26.752 28.890 23.533

Berat Botol + sampel kering (c) 26.967 24,513 25.650 26.016 28.171 22.854

1.

Tanah ukuran 0,5mm

2.

Tanah ukuran 2 mm

3.

Tanah Gumpalan

Pembahasan : Dari hasil percobaan dan perhitungan didapat hasil sebagai berikut : 1. Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol 0,5mm10, 811 %. 2. Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol 0,2mm 8,593 %.
37

3. Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol gumpalan 8,714 % Tanah yang mempunyai diameter lebih kecil akan mempunyai kadar lengas lebih besar, karena semakin kecil diameter tanah maka luas permukaan jenis tanaman akan semakin besar, dengan demikian semakin luas permukaan tanah akan mampu mengikat air lebih banyak.

4.3

Kadar Bahan Organik Hasil: Volume titrasi contoh (A) = 8 ml Volume titrasi blanko (B) = 11,7 ml Normalitas FeSo4 = 1 N Kadar Lengas 0,5 mm = 10,811% Bobot tanah (w.soil) = 1 gr Perhitungan:

= 3,4427% Pembahasan:

38

Pembahasan berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat diketahui kandungan bahan organik pada tanah yaitu 3,4427%. Tanah ini memiliki kandungan bahan organik sebesar 3,4427 karena pada tanah latosol merupakan titik permukaan, dimana pada titik ini tidak terjadi proses pencucian yang dapat menyebabkan tingginya bahan organik yang dikandungnya dan selain itu proses humufikasi berlansung pada titik ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1985) bahwa kandungan bahan organik tertinggi adalah tanah berada pada Titik ini, karena adanya proses pelapukan sisa-sisa mikroorganisme yang mati dan berakumulasi, sesuai dengan pernyataan

Hardjowigeno(1992), bahwa tanah yang mengandung bahan organik adalah tanah Titik atas atau topsoil, karena semakin ke bawah suatu Titik tanah maka kandungan bahan organiknya semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras, semakin dalam tanah semakin kurangkandungan bahan organiknya. Hal ini juga disebabkan karena tingginya kandungan liat tanah Titik terdalam. Karena terjadi pencucian dan akibatnya bahan organiknya kurangtersedia. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady (1982), bahwa jumlahkandungan bahan organik sangat ditentukan oleh faktor kedalaman tanah dan teksturtanah itu, dan semakin tinggi kandungan liat suatu Titik tanah maka semakin rendahkandungan bahan organiknya.Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan dkk (1985) bahwasemakin dalam suatu Titik tanah dan semakin tinggi kandungan liatnya maka kandungan bahan organiknya semakin rendah pula. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik dalam tanah adalah kedalaman titik tanah, iklim (suhu dan curah hujan), tekstur tanah, drainase, aerasi,aktivitas mikroorganisme, dan vegetasi.

4.4

KADAR KAPUR EKUIVALEN/ SETARA Hasil: a. Calcimeter kosong = 74, 021 b. Calcimeter + tanah = 78, 543 c. Calcimeter + tanah+HCl = 94,170 d. Berat Setelah dipanasi = 94,032 e. Kadar Lengas 2 mm = 8, 5936 Perhitungan: a. Gas CO2

39

b. Berat contoh tanah kering mutlak

74, 021

c. Kadar

Pembahasan:

40

Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada disuatu lokasi. Dalam percobaan ini dilakukan analisis kadar kapur denga melakukan penetapan kadar kapur setara tanah dengan menggunakan alat calcimeter dan khemikalia HCl. Dalam hal ini akan terjadi reaksi: CaCO3 + 2 HCL CaCl2 + H2O + CO2 Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan tipe vegetasi. Faktorfaktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah. Pada umumnya batuan kapur/ kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah. Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda. Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah.
Pengaruh kapur dalam tanah dapat meliputi proses pembentukanagregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lainyang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah.

4.5

TEKSTUR TANAH Data: Analisis granuler pemipetan pertama Berat tanah (a) Suhu air Waktu tunggu Kedalaman pemipetan :15 gram : 27C : 1 menit 16 detik : 20 cm

41

Berat Cawan Penguap Kosong (a) Berat a + hasil pemipetan setelah kering mutlak (b)

: 42,73 gr :42,991 gr

Analisis granuler pemipetan kedua Suhu air Waktu tunggu Kedalaman Pemipetan Berat cawan kosong (c) Berat c + hasil pemipetan ke 2 kering mutlak konstan Kadar Bahab Organik Kadar kapur Kadar lengas Suhu air Waktu tunggu Berat cawan penguap (a) Berat a + hasil pemipetan setelah kering mutlak konstan : 27C : 3 jam 20 menit : 5 cm : 39,518 gr : 39,703 gr : 3,4425 % : 7,54 % : 8, 5936 % : 26C : 1 menit 18 detik : 45, 553 gr : 45, 652 gr

Perhitungan: a. Berat contoh tanah halus kering mutlak ( bebas bahan organik dan kapur)

b. Kadar masing masing fraksi


42

(debu)

(lempung)

(pasir)

Agihan (debu + lempung) aktual a. Berat contoh tanah halus kering mutlak

43

b. Berat ( debu + lempung) aktual kering mutlak

c. Kadar ( lempung + debu) aktual

d. Kadar ( debu+ lempung) total

Pembahasan: Tekstur tanah merupakan gambaran tingkat kekasaran atau kehalusan bahan mineral yang menyusun tanah.Tekstur tanah di tentukan oleh proporsi tiga jenis partikel tanah,yaitu pasir,debu/endapan lumpur,dan lempung/liat, pembagian ini berdasarklan ukuran partikel ketiga jenis tanah tersebut. Pasir memiliki ukuran partikel paling besar sedangkan lempung memiliki ukuran partikel paling kecil.

44

Tekstur tanah sangat menentukan kualitas tanah terutama dalam dalam hal kemampuannya menahan air. Tekstur tanah merupakan gambaran tingkat kekasaran atau kehalusan bahan mineral yang menyusun tanah.disini tekstur tanah ditentukan 3 jenis partikel tanah yaitu,pasir,debu/endapan lumpur,dan lempung/liat.disini dijelaskan pula bahwa tanah yang mengandung banyak lempung dianggap memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Tanah latosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah bata, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Berdasarkan hasil perhitungan data yang diperoleh, tanah latosol yaitu 18.3295 % pasir, 24.7289 % debu, dan 56,9416 % liat. Tanah ini termasuk tekstur liat, hal ini terjadi karena persentase liatnya yang lebih besar dari 50 % maka tanah tesebut masuk dalam tekstur liat dan juga disebabkan oleh tingkat pelapukan yang dialami bagian bagian tanah tersebut.

4.6

STRUKTUR TANAH Hasil: a. Piknometer kosong(a) b. Piknometer + aquades(b) t1 temperatur isi aquades bj1 c. Piknometer + tanah(c) d. Piknometer + tanah + aquades(d) t2temperatur isi aquades bj2 : 19,024 gr : 43,888 gr : 280 C : 0,9963 : 20,602 gr : 44,873 gr : 280 C : 0,9963

Perhitungan: a. Kerapatan butir (BJ) Tanah Berat Tanah Kering

45

= 1,453 gram Volume total butir-butir tanah

= 0,5952 cm3 Kerapatan Butir Tanah BJ

b. Kerapatan Massa (BV) Tanah Hasil Berat Ulangan Bongkah Tanah (a) 1 4,758 gr Berat (a) setelah berlilin 6,095 gr Volume air mula-mula 30 ml Volume air setelah dicelupkan 35 ml

46

2 3

4,813 gr 6,186 gr

6,013 gr 9,069 gr

30 ml 30 ml

34 ml 36 ml

Perhitungan a. Berat Bongkah Tanah Kering Mutlak

Rerata berat tanah kering mutlak = =4,828 gram

b. Volume Bongkah Tanah

47

Rerata volume bongkah tanah = = 3,307 ml

ml

c. Kerapatan Massa ( BV) Tanah 1

48

3:

kerapatan massa (bv) tanah latosol =

d. Porositas ( ( ) )

= (1 0,5173) X 100% = 48,26%

( (

) )

= (1 0,3924) X 100% = 60,76%

49

= (1 0,821) X 100% = 17,9%

e. Nilai Perbandingan Dispersi ( NPD)

98,8%

Pembahasan: Dalam penentuan kerapatan massa suatu tanah sangat erat atau sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah dimana tanah mempunyai tekstur tanah kasar. Struktur yang akan terjadi atau tercipta tanah yang ringan dengan keadaan pori-pori besar lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan pori-pori tanah yang kecil, sebaliknya tanah dengan tekstur halus akan menciptakan stuktur tanah yang berat dengan pori-pori tanah yang halus ( kecil ) yang lebih banyak daripada pori-pori tanah yang besar. Hal ini karena pada tanah yang mempunyai struktur yang lebih halus akan mempunyai jumlah butiran tanah lebih banyak dibanding dengan tanah yang mempunyai tekstur kasar. Demikian pula dengan bahan perekat yang terdapat pada struktur tanah liat atau debu, akan mempunyai bahan perekat yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berbutir tunggal. Dengan demikian pada tanah yang mempunyai bahan perekat ( bahan organik ) yang tinggi akan mengakibatkan nilai kerapatan massa tanah tersebut akan semakin tinggi, dengan kata lain semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah akan semakin tinggi nilai kerapatannya. Hal ini berlaku bagi tanah yang mempunyai kandungan debu atau pada geluh lempung dan lempung atau tanah yang halus , sebaliknya pada tanah yang berbutir kandungan bahan organik yang rendah akan mempertinggi kerapatan massa karena pada tanah pasir cenderung untuk saling mengikat erat satu sama lain, jadi kerapatan tanah yang diambil dari tanah permukaan yang berbutir baik dan bertekstur geluh akan mempunyai kerapatan massa yang lebih rendah dibandingkan dengan geluh pasiran.

50

4.7

KONSISTENSI DENGAN ANGKA ATTERBERG Batas Cair ( BC) Tanah ketukan 20 ketukan Ulangan 1 2 1 2 1 2 1 2 Botol kosong (a) 15,271 gr 19,230 gr 15,307 gr 18,263 gr 19,689 gr 18,501 gr 15,649 gr 17,460 gr Botol isi (b) 16, 399 gr 20,366 gr 17,375 gr 20,050 gr 21,156 gr 19,902 gr 17,968 gr 20,124 gr Setelah dioven(c) 15,838 gr 19,801 gr 16,347 gr 19,136 gr 20, 451 gr 19,264 gr 16,896 gr 18,915 gr

22 ketukan

27 ketukan

30 ketukan

Kadar lengas a. 20 ketukan 1,

20 ketukan 2,

Rata-rata b. 22 ketukan 1,

= 98,9454%

22 ketukan 2,

Rata-rata c. 27 ketukan 1:

= 98,6212

27 ketukan 2:

Rata-rata

51

d. 30 ketukan 1:

30 ketukan 2:

Rata-rata

( a. 20 ketukan, ( b. 22 ketukan, ( c. 27 ketukan, ( d. 30 ketukan, (

Log BC = Log KL + 0,121( Log N 0,16915) a. 20 ketukan,

b. 22 ketukan,

c. 27 ketukan,

52

d. 30 ketukan,

X rata-rata = 59,274 Log banyaknya ketukan (x) 30 = 1,4771 27 = 1,4313 22 = 1,3424 20 = 1,3010 = 5,5518 98,9454% 98,6212% 87,921% 84,5291% 370,0167% 146,1522 141,1565 118,0251 109,9723 515,3061 2,1818 2,0486 1,8020 7,725 1.9312 Kadar lengas (y) Xy x2

20 = 22

53

Batas Lekat ( BL) Tanah Botol kosong ( a) 18,831 gr Botol + tanah (b) 20,702 gr Setelah dioven (c) 19,996 gr

Kadar lengas

Batas Gulung (BG) Tanah Botol kosong (a) 15,825 gr Botol +tanah (b) 16, 832 gr Setelah dioven (c) 16, 545 gr

Kadar lengas

Batas Perubahan Warna (BBW)Tanah Botol kosong (a) 15,287 gr Botol + tanah (b) 16,080 gr Setelah dioven 16,061 gr

Kadar lengas

54

Jangka Olah (JO)Tanah

Indeks Plastisitas (IP)

Persediaan Air Maksimum (PAM) Dalam Tanah

Pembahasan: Batas cair 18,614 % Tanah tersebut mempunyai harkat rendah, artinya dalam suatu massa tanah terkandung air sebanyak 18,614 %. Sehingga kemampuan menyerap air sangat rendah. Batas lekat 60,6% Tanah tersebut mempunyai harkat tinggi, artinya semakin banyak air maka Batas Lekat ( BL ) akan semakin turun. Batas gulung Batas gulung adalah keadaan tanah dimana pada waktu pengolahan, tanah dapat dibongkar dengan mudah, tidak berubah dari struktur aslinya. Dari hasil pengamatan diperoleh rata - rata BG sebesar berarti termasuk harkat

tinggi. Kandungan pasir latosol lebih besar dari kandungan lempungnya maka struktur aslinya bisa berubah. Batas berubah warna 2,45 % Tanah latosol ini mempunyai harkat batas berubah warna yang sangat rendah. Jangka olah 16,2 % Jangka olah adalah kondisi tanah atau kelembaban tanah yang paling mudah untuk diolah, yang merupakan selisih antara batas lekat dan batas gulung. Dari hasil pengamatan diperoleh hasil JO sebesar 16,2 %. Jadi tanah latosol dapat diolah. Indeks Plastisitas 16,956 % Indeks Plastisitas merupakan selisih antara BC dengan BG. Selisih ini menunjukkan derajat keteguhan tanah. Artinya tanah itu mudah hancur atau tidak.

55

Baik hancur karena kelebihan air maupun kekurangan air. Dari hasil pengamatan diperoleh IP sebesar 16,956 %. Berarti termasuk harkat JO tinggi. PAM 35,096 % PAM merupakan selisih antara BC dengan BBW. Selisih ini menunjukkan persediaan air tanah sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Dari hasil pengamatan diperoleh PAM sebesar 35,096 %. Berarti termasuk harkat sedang.

4.8

PENETAPAN pH TANAH Berat tanah gumpalan pH = 10 gram = 5,20

Pembahasan: Pada praktikum ini pH tanah latosol berada pada angka 5,20. Dan berdasarkan skala pH tanah, tanah latosol merupakan tanah asam, karena memiliki pH 5,20.

56

BAB V KESIMPULAN 1. Pengambilan Contoh Tanah

2. Morfologi Tanah Profil tanah didefinisikan sebagai irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke bahan induk tanah. Ketebalan antara horizon atau lapisan tanah latosol yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, hal ini juga menjadikan kandungan tiap lapisan juga berbeda-beda. 3. Penetapan Kadar Lengas Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol 0,5mm adalah 10, 811 % Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol 0,2mm adalah 8,593 % Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol gumpalan yaitu 8,714 % 4. Penetapan Kadar Bahan Organik Tanah 3,4427%. Tanah latosol memiliki kandungan BO terbesar di top soil. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno(1992), bahwa tanah yang mengandung bahan organik adalah tanah Titik atas atau topsoil, karena semakin ke bawah suatu Titik tanah maka kandungan bahan organiknya semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras, semakin dalam tanah semakin kurangkandungan bahan organiknya 5. Penetapan Kadar Kapur Setara Kadar kapur ( CaCO3 ) pada tanah latosol dari hasil praktikum ini adalah 2,55 % termasuk sangat tinggi harkat kadar kapurnya. 6. Penetapan Tekstur Tanah Kesimpulan dari praktikum ini adalah : 1. Dapat ditetapkan agihan tanah ( lempung, debu, pasir ) total atau kadar masing-masing fraksi sebesar : Lempung/liat Debu Pasir = 56,9416 % = 24.7289 % = 18.3295 % latosol yang dijadikan preparat memiliki kandungan bahan organik

2. Dapat ditetapkannya agihan ( lempung + debu ) aktual yaitu : a. Berat conroh tanah kering mutlak =

57

b. Berat ( debu + lempung ) aktual kering mutlak c. Kadar ( debu + lempung ) aktual d. Kadar ( debu + lempung ) total 3. Tanah

= = =

latosol ini termasuk tanah bertekstur liat, hal ini terjadi karena

persentase liatnya yang lebih besar dari 50 %. 7. Penetapan Struktur Tanah Pada tanah pasiran kandungan bahan organik tanah akan mempertinggi tingkat

kerapatan massa tanah dibandingkan pada tanah yang halus, dengan kandungan bahan organik tanah yang tinggi akan mempunyai tingkat kerapatan yang lebih rendah lain hal dengan kerapatan butir suatu tanah pada lapisan tanah yang mempunyai kandungan bahan organik tinggi akan mempunyai tingkat kerapatan butiran yang rendah dibandingkan pada tanah yang mempunyai kandungan bahan organik yang lebih rendah. Demikian pula pada NPD semakin tinggi atau dengan penambahan bahan organik sampai dengan optimal akan mempertinggi daya absorbsi tanah sehingga memperkecil terjadinya erosi pada tanah. Hasil yang diperoleh porositas sangat dipengaruhi oleh kepadatan tanah yang diamati. 8. Penentuan Konsistensi tanah dengan Angka Atterberg Dari hasil percobaan di atas diperoleh: Batas lekat 60,6% Batas cair Batas gulung Batas berubah warna 2,45 % Jangka olah 16,2 % Indeks Plastisitas 16,956 % PAM 35,096 % 9. Penetapan pH tanah Dari hasil percobaan yan telah dilakukan diperoleh nilai pH tanah latosol yaitu 5,20. pH tanah latosol termasuk pH asam. 18,614 %

58

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Yogyakarta: Universitas Mercu Buana Yogyakarta Anonim, 2003, Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Jurusan IlmuTanah Fakultas Pertanian Dan Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar Darmawijaya M.I. 1997, Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Hakim N, M.Y. Nyakpa, A.M Lubis, S.G Nogroho, M.R. Saul M.A. Diha, GoBang Hong, H.H. Bailey, 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Lampung : Universitas Lampung, http://www.anneahira.com/kandungan-tanah.htm

59

Anda mungkin juga menyukai