Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN

PENGAMATAN TUMBUHAN PAKU


disusun untuk memenuhi Matakuliah
Keanekaragaman Tumbuhan
yang dibimbing oleh Dra. Eko Sri Sulasmi, M.S dan Andik Wijayanto, S.Si, M.Si

Disusun Oleh :
Offering I
Kelompok 1

Aisyatir Rodliyah B (150342607659)


Alif Rosyidah E. B (150342606362)
Anisa Meilia A. (150342605236)
Arrum Larasati R (150342605291)
M. Kresna P (150342606532)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
MARET 2017
TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA)

A. TUJUAN
1. Mengetahui ciri-ciri tumbuhan yang tergolong tumbuhan paku.
2. Mengetahui morfologi dan anatomi tumbuhan paku
3. Mendeskripsikan tumbuhan paku
4. Mengetahui reproduksi pada tumbuhan paku.

B. DASAR TEORI
Tumbuhan paku merupakan divisi yang warganya telah jelas kormusnya, yang
artinya tubuhnya telah nyata, yang dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya,
yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan
biji. Seperti divisi-divisi yang telah dibicarakan sebelumnya. Alat perkembangbiakan
utama dari tumbuhan paku berupa spora. Oleh sebab itu, sementara ahli taksonomi
membagi tumbuhan dalam dua kelompok besar saja yakni diberi nama
Cryptogammae dan Phanerogammae. Cryptogammae disebut juga tumbuhan yang
memiliki spora yang meliputi yang sekarang dibahas yaitu Schizophyta, Thallophyta,
Bryophyta dan Pteridophyta. Penamaan Cryptogammae diberikan atas dasar cara
perkembangbiakan atau pada perkawinannya (Tjitrosoepomo, 1989).
Tumbuhan dalam sub filum pterinopsida ini berbeda dengan ketiga sub filum
sebelumnya karena memiliki daun yang relatif lebih besar, tulang daunnya sering
bercabang-cabang. Sub filum ini lebih lanjut dibagi beberapa kelas yaitu paku-pakuan
atau gymnosperma, dimana tumbuhan ini yang kemudian mereduksi daun-daunnya
menjadi jarum dan angiosperma. Pteropsida yang pertama, yaitu tumbuhan paku atau
paku-pakuan yang juga menyumbangkan banyak spesies terhadap flora pemandangan
di alam, seperti kebanyakan tumbuhan paku iklim, yang hidup sampai saat ini
merupakan tumbuhan yang memiliki spora yang banyak dalam satu macam spora
(Kimball, 2005).
Seperti halnya dengan Bryophyta tumbuhan dalam divisi juga dalam daur
perkembangbiakannya telah menunjukkan dua keturunan yang berupa haploid (n),
dan diploid (2n) yang pergilirannya secara tertutup. Pada divisi Bryophyta yang
merupakan gametofit terdapat pada lumut, sedangkan padatumbuhan paku atau
Pteridophyta gametofitnya berupa tumbuhan kecil yang berupa tallus, sedangkan
tumbuhannya sendiri adalah sporofit yang dimana pada golongan divisi ini sudah bisa
dibedakan antara akar, batang dan daun dimana hampir sama dengan tumbuhan
tingkat tinggi, tetapi pada spesies divisi ini tidak terdapat biji (Tjitrosoepomo, 1994)
Tumbuhan yang relatif besar ini adalah sporofitnya. Yang mencakup keturunan
utama, yang baik dalam golongan ini maupun golongan-golongan lainnya yang tersisa
bersifat domina. Spora dibentuk dalam organ-organ khusus yang terbentuk pada
penonjolan-penonjolan yang pendek yang tersusun rapat menjadi badan seperti
kerucut strobilus yang biasa terdapat pada ujung batang. Sporanya semua sama,
tetapi mempunyai sifat yang unik, yaitu pada suatu tempat pada dinding spora itu
melekat 4 penonjolan berbentuk pita yang merentang atau menggulung dengan cepat
bila terjadi lengas dengan udara, yang akibatnya menyebabkan terjadinya gerakan
pada spora. Pada perkecambahan spora menghasilkan badan seperti gametofit yang
disebut protallus. Protallus ini kecil dan memiliki rhizoid yang berkembang tidak
beraturan. Berwarna hijau dan dapat melakukan fotosintesis dan biasanya
menghasilkan satu alat kelamin saja (Polunin, 1994).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Mikroskop cahaya Bahan :
2. Kaca benda
3. Kaca penutup 1. Air
4. Pipet tetes 2. Tumbuhan paku
5. Kobokan
6. Silet
7. Lap

D. CARA KERJA

Tumbuhan paku dibersihkan dengan air terlebih dahulu

Diamati morfologi tumbuhan paku sesuai yang telah ditemukan di


mikroskop

Difoto dan digambar hasil yang telah diperoleh di mikroskop

Diamati anatomi tumbuhan paku dengan dipotong secara melintang atau


membujur

hasil yang telah diperoleh difoto dan digambar di mikroskop

Dideskripsikan hasil yang telah diperoleh morfologi ataupun anatomi


tumbuhan paku

Diklasifikasikan hasil yang diperoleh dari deskripsi


Dibuat kunci determinasi dari hasil yang diperoleh
E. DATA PENGAMATAN
Hasil Pengamatan langsung dan dengan Mikroskop (Morfologi dan
Anatomi Tumbuhan Paku )

Daun Tropofil Daun Sporofil


ANATOMI TUMBUHAN PAKU

EPIDERMIS
KUTIKULA

EPIDERMIS

JAR. SPONS
JAR.
PALISADE

JAR.
PENGANGKUT

NO MORFOLOGI KETERANGAN

1. HABITAT Menempel pada pohon


2. MORFOLOGI

a. Bentuk Simetri dorsiventral

b. Ukuran 54,5 cm

c. Percabangan MENGGARPU (DIKOTOM)

d. Akar Akar liar yang berkumpul membentuk


sistem akar serabut
e. Batang BATANG BERUPA RIZOM
(RIMPANG)
f. Daun Daun tunggal, tetapi menyerupai daun
majemuk karena torehannya mendalam
g. Sorus Terdapat sorus

h. Spora Spora terlepas

2. ANATOMI

a. Akar Terdapat rambut akar, jaringan


epidermis
b. Batang Ditemukan jaringan pengangkut,
jaringan epidermis
c. Daun Ditemukan kutikula, jaringan
epidermis,jaringan palisade, jaringan
spons, jaringan pengangkut

KUNCI DETERMINASI

KUNCI KEPADA FAMILIA

1.

b. Sporangia terletak pada permukaan bawah atau pada tepi daun/ bagian-bagian daun atau
terkumpul dalam bulir pada sisi/ujung batang, seringkali tertutup indusium (selaput penutup)
yang terpisah pisah ........................5

5.

b. Sporangia semuanya sama besar...........7

7.

b. Sporangia pada permukaan bawah atau tepu daun/bagian daun , kadang pada taju daun yang
berbentuk garis.....................9

b. Sporangia lebih kecil, kebanyakan bertangkai,cincin kurang lebih terlihat jelas terbentuk dari
sel yang sama..........10

10 a. Cincin dari sporangia tidak terputus horizontal (mendatar) sampai hampir vertikal (tegak
lurus)..............11

11

b. Cincin tidak horizontal............14

14

b. Paku darat Indusium berbentuk garis... III POLYPODIACEAE (Plaiogyria)

KUNCI KEPADA GENUS

1.

b. Sporangia pada permukaan bawah/ tepi dari daun/ taju-taju daun, atau tersusun dalam bulir
yang axillar/terminal, sering masing-masing tertutup oleh selaput penutup (indusium).......5

5. a. Batang : beruas, berlubang ; daun: kecil, berkarang ; sporophyllum tersusun dalam bulir
terminal .... 104. EQUISETUM
b. Tanaman tidak demikian.............6

6. a. Paku pohon, yaitu paku dengan batang yang terlihat jelas dan dapat mencapai tinggi lebih dari
2m...............7

b. Bukan paku pohon.... 11

11. a. Tumbuhan air.................12

b. Tumbuhan darat atau paja ...........16

16 a. Daun menjari dengan 4 anak daun, sporocarp sebesar biji kacang-kacangan, dan terletak pada/
didekat pangkal daun..............94 MARSILEA

b. Daun dan sporangia tidak demikian...........17

17 a. Sori terletak pada permukaan bawah daun dan terdiri dari sporangia yang berdinding tebal dan
saling berlekatan (sedikit/banyak). Daun-daun dengan 2 helai daun penumpu pada pangkal-
nya...............18

b. Sori dan daun tidak demikian.............20

20. a. Sporangia tersusun dalam glomeruli dan terletak sepanjang tepi taju-taju daun yang kecil, tanpa
indusium. Daun menyirip-ganda-satu..........91. OSMUNDA

b. tidak demikian................21

21 a. Sporangia ditepi atau diujung taju taju daun yang berbentuk garis dan berdiri sendiri................22

b. Tidak demikian..........23

23. a. Daun dengan percabangan menggarpu (dichotomis) sekali atau kebanyakan beberapa kali,
seringkali memanjang, kadang-kadang tegak. Sporangia terletak pada permukaan bawah daun
................................... 88. GLEICHENIA

b. Tidak demikian............24

24. a. Sporangia terletak pada taju daun yang tersusun dalam bulir, yang tumbuh dari pangkal, tengah
atau tepi daun atau yang steril............... 25

b. Sporangia tidak tersusun dalam taju daun demikian..........27

27 a. Daun serupa selaput tipis. Sori terletak ditepi atau diujung taju daun. Indusium bentuk mangkuk,
dengan tepi rata/ bebibir 2, atau dengan katup, sporangia tertanam dalam tiang kecil/besar..28

b. Tidak demikian ........29

KUNCI KEPADA GENUS DARI POLYPODIACEAE

29 a. Sporangia tersebar rata pada permukaan bawah daun/anak daun yang fertil, tidak bersatu dalam
kelompok yang tertentu, tanpa indusium, kadang-kadang sepanjang ibu tulang daun atau tepi
daun terdapat anyaman yang tidak teratur..........30
b. Sporangia tersusun dalam sori yang nyata, terpisah-pisah, kadang-kadang sangat rapat, terbentuk
bulat/garis, tanpa/dengan indusium atau selubung......47

30 a. Urat-urat dari daun steril semuanya bebas.........31

b. Urat-urat dari daun steril dalam anyaman,anyaman dari urat-urat daun ini tanpa/dengan urat
yang bebas.............34

34 a. Daun tunggal, tepi rata...........35

b. Daun-daun kurang lebih bertoreh, berdaun-tigas atau menyirip..............40

40 a. Daun berbentuk-dua (dimorf), sebagian tidak berbagi dan melekat pada substrat, sebagian
dengan percabangan dikotom, tegak atau menggantung, hanya yang terbelakang merupakan
daun yang fertil..................85. PLATYCERIUM

F. ANALISIS DATA
Habitat tumbuhan paku menempel dipohon. Bentuk dari tumbuhan paku ini
adalah simetri dorsiventral. Tumbuhan paku ini memiliki ukuran 54,5 cm, memiliki
percabangan dikotom. Pada akar tumbuhan paku ini merupakan akar liar yang banyak
membentuk akar serabut. Pada batang tumbuhan paku berupa rizom (rimpang).
Daunnya termasuk daun tunggal. Daun terdiri dari daun sporofil dan daun tropofil.
Pada daun sporofil terdapat sorus dibagian adaksial, tetapi pada tumbuhan paku ini
spora sudah terlepas. Anatomi pada akar terdapat rambut akar, dan jaringan epidermis.
Anatomi pada batang terdapat jaringan epidermis, dan jaringan pengangkut. Anatomi
pada daun terdapat kutikula, jaringan epidermis, jaringan palisade, jaringan spons,
jaringan pengangkut. Reproduksi pada tumbuhan paku dibagi menjadi
perkembangbiakan secara generatif dan vegetatif.

G. PEMBAHASAN

Pada umumnya tumbuhan paku merupakan tumbuhan darat. Banyak pula


diantara mereka hidup epifit (Platycerium, Asplenium, Drymoglossum). Umumnya
tumbuhan paku mudah ditemukan di tempat-tempat lembab, agak terlindung. Sebagai
tumbuhan berpembuluh pakis mempunyai akar, batang, dan daun. Tumbuhan
kelompok ini mempunyai simetri radial atau simetri dorsiventral dengan percabangan
menggarpu (dikotom) atau lateral (monopodial). Batang tumbuhan paku banyak yang
berupa rizom (rimpang). Daunnya merupakan mikrofil atau megafil yang umumnya
tersusun terserak. Akar primer yang berasal dari embrio biasanya lenyap. Akar pakis
berupa akar serabut.

Tumbuhan paku ini ditemukan menempel pada pohon. Tumbuhan paku ini
berukuran 54,5 cm. Pada pengamatan tumbuhan paku ini dimulai pada akar,
akarnya terdiri dari banyak akar liar. Akar-akar ini berasal dari calon akar yang asli
bentuknya seperti serabut, oleh karena itu disebut akar serabut (radix adventicia).
Pada akar ditemukan jaringan epidermis yang berfungsi untuk melindungi sel
didalamnya. Pada daun setelah pengamatan ditemukan dua daun pada tumbuhan
paku, daun yang ditemukan yakni daun tropofil dan daun sporofil.

Daun tropofil merupakan daun bewarna hijau yang berfungsi sebagai


penyelanggara asimilasi. Daun sporofil yakni daun yang berfungsi sebagai penghasil
spora (Tjitrosoepomo, 1994). Pada daun kelompok ini berupa megafil dengan urat
daun yang tersusun menggarpu (dikotom). Daun ini disebut ental, merupakan daun
tunggal yang seringkali bertoreh dengan berbagai cara, dan sangat dalam sehingga
tampak menyerupai daun majemuk. Pada anatomi daun sporofil ditemukan kutikula,
jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan spons, jaringan pengangkut, stomata,
trikoma.

Pada batang ditemukan jaringan epidermis, jaringan pengangkut. Setelah


dilakukan pendeskripsian dan pengklasifikasian lalu dibentuk kunci determinasi
ditemukan bahwa tumbuhan paku ini termasuk familia Polypodiaceae, dan termasuk
genus Platycerium.

Reproduksi tumbuhan paku dapat berkembang biak secara vegetatif dengan cara
berbeda-beda. Berkembang biak secara vegetatif meliputi dibiakkan dengan
membelah rumpun (Adiantum), mempergunakan umbi (beberapa jenis Marsilea),
jenis tertentu bila ujung dauunya menempel tanah akan bertunas dan membentuk
tumbuhan baru, dan ada juga yang membentuk kuncup liar pada daunnya.
Reproduksi tumbuhan paku dapat berkembang biak secara generatif , yakni
dengan sporogenesis dan gametogenesis. Reproduksi ini dimulai

Pembentukan sporangium Perkecambahan spora

Pembentukan gamet Fertilisasi

Menghasilkan zigot Perkembangan zigot

Embrio Tanaman paku muda

Tanaman paku dewasa


Pembentukan sporangium diawali dengan lapisan-lapisan dinding yang
menyelubungi jaringan sporogen. Sel-sel sporogen itu membulat, memisahkan diri satu sama
lain menjadi sel-sel induk spora. Masing-masing dengan pembelahan reduksi membentuk 4
spora yang haploid dan seringkali tetap bergandengan merupak suatu tetraeder. Pada
sekeliling jaringan sporogen terdapat lapisan sel-sel yang mengandung banyak plasma, dan
sel-sel tersebut berguna untuk memberi makanan kepada sel-sel sporogen. Sel-sel itu
seringkali membentuk lebih dari satu lapisan dan dinamakan tapetum. Tapetum
menumpahkan isi selnya kedalam ruang jaringan sporogen atau dindingnya terlarut sehingga
plasma melumuri sel-sel induk spora, plasma ini dinamakan periplasmodium. Inti
periplasmodium dapat bertambah banyak dengan pembelahan amitosis.

Gambar. Perkembangan sporangium

Perkemcambahan spora, jika spora jatuh pada kondisi yang sesuai kelembaban dan
suhu spora yang berkecambah untuk menghasilkan prothallus tersebut. menyerap air dan
membengkak. Nukleus menjadi menonjol. Pecah exine dan intine yang menjorok keluar
bersama dengan isi didalamnya dengan tertutup dalam bentuk tabung kuman kecil.
Gambar. Perkecambahan Spora

Bila spora jatuh di tempat yang sesuai maka akan menghasilkan alat kelamin
jantan (anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium). Masing masing alat
kelamin akan menghasilkan spermatozoid dan ovum. Bila terjadi pembuahan ovum
oleh spermatozoid maka akan dihasilkan zigot. Selanjutnya zigot akan tumbuh
menjadi embrio dan akhirnya menjadi tanaman paku. Setelah dewasa, sporofil dari
sporofit akan menghasilkan spora yang terdapat di dalam kotak spora. Kotak spora ini
akan berkumpul di dalam sorus.

Antheredium

Anteredium sessil dan berstruktur globular. Setiap antheridium terdiri dari


dinding gila dari tiga sel tabel (Gambar. 14,15. C). tiga sel ini disebut (i) sel cincin
pertama, (ii) sel cincin kedua, dan (iii) opercular atau sel cap. Sel cap
membentuk tutup yang akan diangkat yang memungkinkan spermatozoids untuk
melarikan diri dengan bentuk sel melingkar sel cincin atau t kedua bagian tengah
dinding dan meluas sempurna di sekitar antheridiun tersebut. Sel cincin
pertama atau sel funne, yang membentang di sekitar bagian basal dari
antheridium tersebut. Di samping tiga sel-sel ini. ada sel keempat atau sel basal,
. dianggap sebagai tangkai bersel tunggal dari antheridium tersebut. Sel dinding
dari antheridium matang termasuk sitoplasma, nukleus. mitokondria. Beberapa
kloroplas dan vakuola. Antheridial dinding membungkus sekitar spermatozoids.
(Gambar. 4.15. E).

Struktur spermatozoid (Gambar. I4.15. F). spermatozoid dari Dryopteris


berukuran besar, nultiflagellate dan struktur melingkar yang sebagian besar
nuklir di asal dan memiliki vesikula posterior menonjol. ASermatozoid dibebaskan
memiliki 21-3 spiral dan terdiri dari sebuah alat dan inti Aparat motor terdiri
nomor bagian dari butiran basal atau sentriol dan niitochondrial flagela yang
timbul dari bagian ini. Bagian nuklir dikelilingi oleh selubung sitoplasma. Bagian
bergerak melingkar atau nuklir sepanjang tidak teratur spiral pada jalan dengan
bantuan flagella vesikel yang terdiri zat tanah homogen dengan gelembung-
gelembung lemak, 4-6 plastida dan sejumlah butiran kecil tertanam di dalamnya.
Sebelum memasuki leher archegonial spermatozoid yang membuang vesikel
yang dehiscence dari antheridium. Dehiscence dipengaruhi dalam pra rasa air.
yang diserap oleh dinding antheridial mucilaginous dan akibatnya oleh dinding
spermatid. Hasil ini di pembengkakan spermatid dan dinding antheridial. Sel-sel
menjadi bombastis dan ketegangan berkembang karena tekanan hidrostatik.
Ketegangan ini lega oleh sel cap baik yang miring ke atas atau terpisah.
Spermatozoids tertutup dalam membran tipis mengusir keluar secara massal.
ekstrusi ini selanjutnya dibantu oleh pembengkakan ke dalam dan pemendekan
sel dinding. membran segera larut dan spermatozoids menjadi bebas untuk
berenang.

Pengembangan antheridium (Gambar. 14-15). dinding melintang dari


prothallus yang menonjol keluar dan membagi oleh theridial untuk torni sel dan
awal. The dinding ini awal membagi dinding (Gambar. 14,15. A). banyak
mengalami kelengkungan. Di dalamnya kurva Dryopteris sehingga il hampir
menyentuh sel basal (Gbr. 14.15, B. C) dan tampak seperti corong. Tembok ini
menyebabkan pembentukan sel kubah atas atau sel pusat dan rendah pertama
Cincin sel pusat membagi sel. lagi oleh dinding melengkung pusat (Gambar.
14,15. ke dalam sel androgonial luar jaket primer (Gambar. 14,15. C). sel dan sel
jacket membagi lagi oleh dinding periklinal Gambar. sehingga C membentuk topi
atas atau menutupi cincin eeli dan kedua kurva dinding dan menyentuh dinding
2-2 (Gambar. 14-15. D). merupakan dinding antheridium memiliki tiga sel yang
menyertakan L pusat sel androgonial utama yang membagi dan redivides untuk
membentuk l 6 sel ibu sperma (Gambar. 14.15. D), yang membagi lagi menjadi
32 spermatid yang protoplas bermetamorfosis menjadi spermatozoids multiflagel
(Gambar. 14,15. E). sel-sel ibu sperma kehilangan kloroplas dan memiliki isi
sitoplasma padat dan inti yang berbeda Kemudian dua butiran kutub muncul di
kedua sisi nukleus. sel-sel ibu sekarang membagi menjadi spermatid sehingga
masing-masing memiliki granula kutub tunggal. granul ini kemudian membesar
menjadi aparat bermotor band yang berbentuk dan menjadi melekat pada satu
sisi inti. inti juga tumbuh dan menjadi melengkung dan akhirnya melingkar
menjadi 3 coils. Aparat bermotor dikenakan banyak granula basal yang
menimbulkan flagela. Makanan yang tidak terpakai. beberapa plastid dan
sitoplasma membentuk posterior vesikel yang luas.

Arkegonium

Fertilisasai

Pembentukan embrio

Pengembangan Embrio (Gbr. 4.18) zigot membagi oleh paralel dinding dengan
panjang (Gbr. 14 18, B) membentuk dua sel yang tidak sama Sel yang lebih kecil
yang menuju puncak prothallus adalah sel epibasal dan lebih besar adalah sel.
Dinding kedua diletakkan di sebuah pesawat melintang dan membentuk tahap
kuadran. Dinding ketiga juga melintang dan membentuk tahap oktan. divisi
lanjut mengakibatkan pembentukan 16 bersel dan embrio 32-bersel Pada tahap
32 bersel (Gambar. 14:18, C) diferensiasi berbagai organ sporophyte muda
mungkin menjadi jelas. menembak muncul dari oktan superior anterior, daun
pertama dari oktan rendah anterior. akar dari posterior oktan rendah dan kaki
dari oktan superior posterior kaki juga menempati porsi ol yang oktan superior
anterior dan berkembang dengan baik menembak The dan apeks Leal tidak
terbentuk oleh aktivitas ccll apikal tiga sisi tapi salah satu THC sel-sel yang lebih
besar di segmen ini menimbulkan apeks masing-masing menembak dan daun
Vladesco, 1935). Akar apex berasal cukup awal di sel ical mengembangkan-.
Tanda pertama dari jaringan provascular adalah penyok antara daun tirst dan
akar pertama. lissue ini berkembang menjadi pembuluh darah untai dan menjadi
disatukan dengan untai pembuluh darah yang berkembang di bawah pemotretan
per Muda sporophyte (Hig. l 4,19). Selama deve lanjut lopment akar tumbuh ly
rapid- dan menembus melalui calyptra dan menetapkan con bijaksana dengan
tanah. Kemudian daun pertama muncul melalui takik apikal prothallus Ternyata
hijau dan mulai fotosintesis menembak tumbuh perlahan-lahan dan menjadi jelas
setelah sporo livre muda telah menghasilkan beberapa ing dan remaja daun dan
akar pa mary (Gambar. 14,19) sh The, tumbuh bawah tanah dan menjadi akar
adventif dan youn. Irunds.

Tanaman muda

KESIMPULAN
Ciri-ciri tumbuhan paku bentuknya simetri dorsiventral, percabangannya
menggarpu (dikotom). Akar termasuk akar liar yang banyak membentuk serabut.
Batang berupa rizom. Daun berupa daun tunggal, tetapi menyerupai daun majemuk
karena torehannya mendalam. Pada tumbuhan paku setelah dilakukan deskripsi dan
klasifikasi lalu dibentuk kunci determinasi ditemukan bahwa tumbuhan paku ini
termasuk familia Polypodiaceae, dan termasuk genus Platycerium. Reproduksi pada
tumbuhan paku dibagi menjadi 2 yakni perkembangbiakan secara vegetatif dan
generatif. Pada perkembangbiakan secara vegetatif dengan berbagai cara.
Perkembangbiakan secara generatif yakni dengan sporogenesis dan gametogenesis

DAFTAR RUJUKAN

Kimball, John W. 2005. Biologi. Jakarta: Erlangga,


Polonin, Nicholas. 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan dan beberapa Ilmu.
Serumpun. Yogyakarta: UGM
Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM
Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta:
UGM,
Sulasmi,Sri Eko; Moertolo,Ali; Sunarmi. 2004. Keanekaragaman Tumbuhan
Berpembuluh Tumbuhan Paku. Malang : FMIPA Universitas Negeri
Malang

Anda mungkin juga menyukai