Anda di halaman 1dari 12

BAB III

PEMBAHASAN

Seperti yang telah kita ketahui bahwa dinding sel bakteri (terutama bakteri
Gram Positif) memiliki struktur dinding yang tersusun atas polisakarida yang
disebut dengan murein atau yang juga lazim disebut peptidoglikan. Murein terdiri
atas rantai polisakarida panjang yang tersusun atas residu asam N-
asetilglukosamin (NAG) dan asam N-asetilmuramat yang tersusun secara
bergantian (berselang-seling). Rantai pentapeptida tertambat pada gugus NAM.
Rantai polisakarida terhubung ke rantai pentapeptida mereka melalui jembatan
interpeptida.

Tidak mengherankan suatu struktur yang rumit memerlukan proses


biosintesis yang juga sama rumitnya, terutama dikarenakan reaksi sintesis yang
terjadi sekaligus di luar dan  di dalam membran sel. Sintesis peptidoglikan
merupakan proses multistep yang berhasil dipelajari dengan baik pada bakteri
Gram Positif. Dua buah carrier terlibat antara lain: uridin difosfat (UDP) dan
Bactoprenol. Bactoprenol merupakan alcohol yang memiliki panjang rantai
karbon sebanyak 55 atom C karbon yang melekat pada NAM melalui \sebuah
gugus pirofosfat dan memindahkan komponen peptidoglikan melewati membran
hidrofobik.
NAG
Uridine Diphosphate-N-Acetyl Glucosamine

NAM Uridine Diphosphate-N-Acetylmuramic Acid

L-Alanine
D-Glutamic Acid

Dibasic Amino Acid

D-Alanine
D-Alanine

Tri-Alanine Peptide

Bactoprenol Carrier Lipid-Derivative of a C-55 Polyisoprenoid Alcohol

Secara keseluruhan proses sintesis peptidolikan melibatkan delapan


tahapan, yang antara lain adalah :
1.  Derivate UDP pada asam N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramat
disintesis di dalam sitoplasma.
2.  Asam amino secara berurutan ditambahkan ke UDP-NAM untuk membentuk
rantai pentapeptida (dua ujung D-alanin ditambahkan sebagai sebuah
dipeptida).
3.  NAM-pentapeptida ditransfer dari UDP ke sebuah bactoprenol fosfat pada
permukaan membran.
4.  UDP-NAG menambahkan NAG ke NAM-pentapeptida untuk membentuk unit
peptidoglikan yang  berulang. Jika sebuah jembatran interpeptida pentaglisin
diperlukan, glisin akan ditambahkan dengan menggunakan molekul tRNA
glisil yang khusus, bukannya ribosom.
5.  Unit berulang Peptidoglikan NAM-NAG yang sudah lengkap kemudian
ditransportasikan melalui membran ke permukaan sebelah luarnya dengan
carrier bactoprenol pirofosfat.
6.  Unit peptidoglikan kemudian dilekatkan pada ujung rantai peptidoglikan yang
sedang tumbuh untuk memperpanjang dengan satu unit peptidoglikan yang
berulang.
7.  Carrier bactoprenol kembali ke dalam membran. Sebuah fosfat kemudian
dilepaskan selama proses ini untuk  memberikan fosfat pada bactoprenol, yang
nantinya akan mampu menerima NAM-pentapeptida yang lain.
8.  Akhirnya, hubungan silang peptida antara dua peptidoglikan terbentuk melalui
transpeptidasi. ATP digunakan untuk membentuk ujung ikatan peptida di
dalam membran. Tidak ada lagi ATP yang diperlukan ketika transpeptidasi
terjadi di luar. Proses yang sama terjadi ketika sebuah jembatan dilibatkan ;
hanya gugus yang bereaksi dengan sub terminal D-alanin yang membedakan.

Sintesis peptidoglikan pada dasarnya amat mudah untuk rusak oleh agen-
agen antimicrobial. Penghambatan dalam tahapan sintesis melemahkan dinding
sel dan bisa berakhir pada lisis osmotic. Banyak antibiotik yang mengganggu
sintesis peptidoglikan. Sebagai contohnya penicillin menghambat reaksi
transpeptidasi dan bacitracin menutup atau menghentikan fosforilasi pada
bactoprenol pirofosfat.
Menurut diagram tersebut langkah-langkah sintesis peptidoglikan adalah
sebagai berikut
1. Biosintesis dimulai dengan pembentukan formasi UDP-MurNAc melalui
kondensasi dari fosfoenol piruvat dengan  UDP-GlcNAc dan kemudian
dilanjutkan dengan reduksi urutan penambahan dari L-Ala, D-Glu, m-DAP
dan D-Ala menghasilkan sebuah formasi dari UDP-MurNAc-pentapeptida.
Penambahan setiap asam amino  membutuhkan ATP spesifik yang
tergantung pada  ligase asam amino dan pada akhirnya dua asam amino 
(D-Ala-D-Ala) ditambahkan sebagai unit dipeptida. Enzim-enzim
sitoplasmik mengakomodasi semua reasksi ini.
2. Sebuah membran tranlokase memindahkan MUrNAc-pentapeptida pada
undecaprenil (C55) fosfat ( atau dikenal sebagai bactoprenol fosfat) pada
permukaan sebelah dalam dari membran dalam. Lipid tersebut mirip
dengan darrier dolichol pada eukariotik yang digunakan dalam sintesis
glikan. Produk akhir yang disebut dengan lipid I terdiri dari ikatan
pirofosfat.
3. Sebuah transferase pada permukaan yang sama pada  membrane dalam 
kemudian mentransfer asam N-Asetilglukosamin dari UDP-GlcNAc  ke
undecaprenil-pirofosfat-MurNAc-pentapeptida. Lipid ytang terpaut pada
disakarida pentapeptida disebut dengan muropeptida atau lipid II dan 
terdapat pada subunit dasar pada bangunan peptidoglikan.
4. Lipid undekaprenol berperan untuk memindahkan subunit muropeptida
menyebrangi membrane dalam. Gen  penentuan bentuk  telah
diidentifikasi bahwa akan mempengaruhi  pembentukan/ sintesis dinding
sel kemungkinan dengan meregulasi reaksi pemindahan ini. Sekali
tereorientasi ke  permukaan periplasmik pada membrane plasma,
muropeptida akan ditransfer sekaligus untuk menghasilkan peptidoglikan
pada sebuah reaksi transglikosilasi. Dua mekanisme ini telah diusulkan
untuk kedua reaksi ini : tumbuh dari ujung yang mereduksi (dimana gugus
OH ke 4 dari residu asam N-asetilglukosamin nonmereduksi menyerang
ikatan MurNAc fosfat dari sebuah rantai  peptidoglikan telanjang
memindahkan undekaprenil pirofosfat) atau tumbuh dari ujung yang tidak
mereduksi (nonmereduksi) (dimana ujung N-aestilglukosamin tidak
mereduksi dari rantai peptidoglikan telanjang menyerang ikatan MurNAc
fosfat dalam sebuah subunit, dan lagi dengan pembebasan undekaprenil
pirofosfat)
1. Undekaprenil-pirofosfat kemudian memutuskan satu gugus fosfatnya,
yang memungkinkannya untuk melakukan transfer yang berulang lagi.
2. Mekanisme pengendalian panjang rantai belum diketahui secara pasti.
Pelepasan rantai peptidoglikan yang baru dipasangkan ke formasi 1,6-
anhidroMurNAc pada ujung rantai yang mereduksi. Pelepasan rantai
peptidoglikan yang baru diikuti dengan pembentukan inter-rantai
hubungan silang melalui transpeptidasi yang membelah pada ujung residu
D-Alanin dan menghasilkan dalam transfer pembebasan gugus karboksil
pada ujung residu D-Alanin yang baru ke gugus amino pada sebuah  unit
asam m-DAP dari strand tetangga. Dan struktur terakhir terdiri dari
hubungan silang tetrapeptida  yang terletak pad tengah-tengah sub-
←unitnya.
Pola Pembentukan Dinding Sel
Untuk dapat tumbuh dan membelah secara efisien sebuah sel bakteri harus
menambahkan peptidoglikan yang baru pada dinding selnya secara tepat dan
diatur dengan baik ketika sedang mempertahankan bentuk dinding dan
kekompakan dalam keadaan tekanan osmotic yang begitu tinggi. Karena pada
prinsipnya peptidoglikan  dinding sel adalah sebuah selapis jaringan kerja yang
begitu luas, maka bakteri yang sedang tumbuh harus bisa mendegradasi
petidoglikan untuk pembentukan unit peptidoglikan yang baru. Dan juga perlu
untuk mereorganisasi struktur peptidoglikan ketika keadaan memang
membutuhkan. Digesti peptidoglikan yang terbatas ini dipenuhi oleh enzim yang
dikenal sebagai Autolisin yang beberapa menyerang rantai polisakarida sedangkan
yang lainya menyerang hubungan  peptida silang. Inhibitor autolysin menjaga
aktivitas  enzim ini  dengan pengawasan yang ketat.
Walaupun pola distribusi sintesis dinding sel bervariasi pada masing-
masing spesies, ada dua pola umum yang utama. Banyak bakteri Gram positif
kokkus hanya memiliki satu zona  hingga sedikit wilayah tumbuh. Prinsip dari
zona  tumbuh ini biasannya pada sisi  formasi septa, dan setengah dari sel baru
disintesis back-to-back. Pola  kedua  sintesis adalah terjadi pada bakteri bacil atau
bakteri yang berbentuk batang. Sintesis aktif peptidoglikan terjadi pada formasi
septum sama seperti sebelumnya, akan tetapi sisi tumbuh juga tersebar
disepanjang porsi silindris pada batang. Sintesis harus memperpanjang bentuk
batang untuk membagi mereka. Sekiranya ini sedikit laporan tentang perbedaan
pola perkembangan dinding.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dinding sel, ditemukan pada semua bakteri hidup bebas kecuali


pada Mycoplasma. Dinding sel berfungsi melindungi kerusakan sel dari
lingkungan bertekanan osmotik rendah dan memelihara bentuk sel. Hal ini
dapat diperlihatkan melalui plasmolisis, dengan mengisolasi partikel selubung
sel setelah sel bakteri mengalami kerusakan secara mekanik, atau dengan
penghancuran oleh lisozim. Jika seluruh sel atau selubung sel diisolasi kemudian
diberi lisozim, partikel dinding sel bakteri (bukan archeabakteria) dapat lisis
dengan perlakuan lisozim tersebut dan membentuk protoplast (Bakteri Gram
positif) dan spheroplas (Bakteri Gram negatif).
Komponen kaku dinding sel eubakteria patogen adalah suatu
makromolekul raksasa berbentuk kantung tunggal atau sakulus, disusun oleh
jaringan hubungan lintas peptidoglikan (murein). Murein dan komponen yang
berhubungan terdapat sekitar 2-40% dari berat kering sel. Komponen glikan
disusun oleh dua gula amino, glukosamin dan asam muramat. Struktur glikan
terdapat secara berselang-seling sebagai residu (-1,4 linked N-acetyl-D-
glukosamine (GlcNac) dan N-acetyl-D-muramic acid [3-0(1’-D-carboxyethyl)-
N-acetyl-D-muramic acid] (contoh, MurNac). Rantai tersebut bervariasi dari 10
sampai 170 unit disakarida. Unit peptida dan glikan tersebut terikat pada gugus
karboksil asam laktat dari MurNac kepada ujung amino suatu tetrapeptida.
Glikotetrapeptida tersebut dihubungkan-lintas (cross-linked) melalui unit
tetrapeptida, membentuk kerangka yang berkesinambungan. Gambaran yang
sama pada komponen tetrapeptida adalah adanya D-alanin, yang selalu
mengikat unit di antara rantai peptidoglikan.
Gambar 3.8 Struktur peptidoglikan pada bakteri E. coli . Tipe ini ditemukan
pada umumnya bakteri Gram negatif. Rangka utama glikan merupakan polimer
dari dua gula asam amino N-acetilglukosaamin (G) dan asam N-acetilmuaramat
(M). Pada M terikat tetrapeptida terdiri dari L-alanin-D-glutamat-asam
diaminopimelat ADP-D-alanin (sumber: Brock & Madigan,1991).
Komponen peptida terikat-asam muramat pada beberapa bakteri
adalah tetrapeptida –L-ala-D-iso-Glu-mesoADP (atauL-Lys)-D-ala. Hubungan-
lintas di antara dua rantai peptidoglikan dapat dilihatkan pada Gambar 3.8 atau
melalui suatu letak jembatan peptida (Gambar 3.9). Pada gambar tersebut
mewakili struktur peptidoglikan bakteri E. coli dan semua eubakteria Gram-
negatif, sedangkan S. aureus, Streptococcus, dan eubakteria Gram-positif
lainnya memiliki hubungan lintas melalui suatu letak jembatan peptida yang
dapat disusun oleh satu atau beberapa residu asam amino.
Hubungan-lintas langsung pada E. coli tersebut dapat melalui –D-Ala-
ADP- atau –ADP-ADP-, sedangkan bakteri Gram-positif, hubungan lintas terjadi
melalui D-Ala (asam amino)n-L-Lys-jembatan lintas tetapi pada beberapa
organisme dapat juga termasuk hubungan-lintas melalui jembatan diamin
melalui asam isoglutamat,iso-D-Glu(NH-diamin-NH)-D-Ala. Lebih lanjut
modifikasi termasuk perubahan residu D-alanin terminal dari tetrapeptida secara
in vivo seperti pada E. coli., atau perubahan unit peptida dari rantai glikan.
Kejadian ini pada E.coli dan Micrococcus luteus, dimana setengah atau
lebih rantai glikan tidak berhubungan-lintas dan dapat bebas dari bagian atau
semua unit tetrapeptida tersebut.
Oleh karena itu, ikatan-lintas peptidoglikan pada mikroba tersebut hanya
sekitar 30-70%. Sebaliknya, glikan S. aureus menyimpan semua unit
tetrapeptidanya, yang secara lengkap berhubungan-lintas. Sebagai tambahan
untuk variasi hubungan-lintas, variasi terjadi dengan adanya polipeptida
terikat-peptidoglikan, polisakarida, atau protein. Pada E. coli dan bakteri
gram-negatif, lipoprotein dibentuk dan E. coli berbentuk bola menghasilkan
peptidoglikan serupa. Rantai glikan cenderung menjadi lurus mengelilingi sel,
sebaliknya pada arah longitudinal dari hubungan-lintas unit tetrapeptida. E.
coli mengandung 106 pengulangan unit tetrapeptida-disakarida, atau cukup untuk
dua atau tiga lapisan peptidoglikan. Suatu sel Gram-positif, dapat
mengandung peptidoglikan sebanyak 20 kali, cukup untuk 40 lapisan atau lebih.

Gambar 3.9 Struktur peptidoglikan yang dihubungkan dengan jembatan


ikatan silang peptida pada bakteri Gram positif (Sumber: Brock &
Madigan,1991).
Kelompok Bakteri Gram-positif dapat menghasilkan polisakarida
permukaan yang spesifik (10-50% dari dinding sel) dan protein yang
berhubungan dengan peptidoglikan. Polisakarida yang sangat dikenal adalah
asam teikoat (biasanya mengandung ribitol dan kadang-kadang gliserol),
sejumlah senyawa kapsul Pneumococcus, dan polisakarida kelompok
Streptococcus. Polimer asam poli-D-glutamat dihasilkan oleh beberapa
spesies Bacillus, dan protein membran Streptococcus grupA merupakan suatu
faktor virulensi.
Membran sel bakteri yang tersusun oleh asam lipoteikoat (LTAs)
merupakan polimer gliserolfosfat yang berakhir pada glikolipid, yang
menembus membran sitoplasma. Asam teikuronat (TAs) merupakan polimer
yang terdiri dari N-asetyl-galaktosamine (galNac) dan glucoronic acid
(GlcUA), terikat sebagai unit pengulangan disakarida (GlcUA ( 1,3
( GalNac)n. TAs tidak mengandung fosfat, tetapi terdapat sebagai polimer
polianionik bersifat asam disebabkan karboksil dari asam uronat. TAs berikatan
melalui N-asetilglukosamin-1- fosfodiester kepada grup hidroksil C-6 asam
muramat. Asam teikuronat dapat ditemukan pada sel bersama dengan asam
teikoat; asam teikuronat disintesis ketika sel kehilangan fosfat, untuk membuat
asam teikoat.
Di bawah mikroskop elektron, irisan melintang sel Gram-positif, dinding
sel sebagai lapisan di atas membran plasma yang relatif tebal, yang sensitif
terhadap lisozim. Protein dan polisakarida, menyokong lapisan substruktur
dinding sel. Protein membran tipe-spesifik serologik dari Streptococcus grup A
membentuk suatu lapisan dinding fimbria eksternal yang tebal dan tersebar,
yang dapat dirusak oleh tripsin tanpa mengganggu kelangsungan hidup sel.
Bakteri Gram-negatif memperlihatkan tiga lapis pembungkus sel,
yaitu : membran luar (OM=outer membran), lapisan tengah yang merupakan
dinding sel atau lapisan murein yang terdapat ruang periplasma, dan membran
plasma dalam.

Gambar. 3.10 Diagram skematik dinding sel bakteri Gram positif (a) dan
Gram negatif (b) (Sumber:Fardiaz, 1987)
BAB I
PENDAHULUAN

Dinding sel berfungsi melindungi kerusakan sel dari lingkungan


bertekanan osmotik rendah dan memelihara bentuk sel. Hal ini dapat
diperlihatkan melalui plasmolisis, dengan mengisolasi partikel selubung sel
setelah sel bakteri mengalami kerusakan secara mekanik, atau dengan
penghancuran oleh lisozim. Jika seluruh sel atau selubung sel diisolasi kemudian
diberi lisozim, partikel dinding sel bakteri (bukan archeabakteria) dapat lisis
dengan perlakuan lisozim tersebut dan membentuk protoplast (Bakteri Gram
positif) dan spheroplas (Bakteri Gram negatif).
Kelompok Bakteri Gram-positif dapat menghasilkan polisakarida
permukaan yang spesifik (10-50% dari dinding sel) dan protein yang
berhubungan dengan peptidoglikan yang tersusun atas polisakarida yang disebut
dengan murein atau yang juga lazim disebut peptidoglikan. Murein terdiri atas
rantai polisakarida panjang yang tersusun atas residu asam N-asetilglukosamin
(NAG) dan asam N-asetilmuramat yang tersusun secara bergantian (berselang-
seling). Rantai pentapeptida tertambat pada gugus NAM. Rantai polisakarida
terhubung ke rantai pentapeptida mereka melalui jembatan interpeptida.
Untuk dapat tumbuh dan membelah secara efisien sebuah sel bakteri harus
menambahkan peptidoglikan yang baru pada dinding selnya secara tepat dan
diatur dengan baik ketika sedang mempertahankan bentuk dinding dan
kekompakan dalam keadaan tekanan osmotic yang begitu tinggi.
Struktur dinding bakteri yang tersusun sebagian besar peptidoglikan ini
merupakan gabungan struktur senyawa kimia yang rumit sehingga tidak
mengherankan suatu struktur yang rumit memerlukan proses biosintesis yang juga
sama rumitnya, terutama dikarenakan reaksi sintesis yang terjadi sekaligus di luar
dan  di dalam membran sel. Sintesis peptidoglikan merupakan proses multistep
yang berhasil dipelajari dengan baik pada bakteri Gram Positif. Untuk
mempelajari proses multistep ini maka dalam makalah ini akan disajikan tahapan
dari sintesis peptidoglikan
BAB IV
KESIMPULAN

Walaupun pola distribusi sintesis dinding sel bervariasi pada masing-


masing spesies, ada dua pola umum yang utama. Banyak bakteri Gram positif
kokkus hanya memiliki satu zona  hingga sedikit wilayah tumbuh. Prinsip dari
zona  tumbuh ini biasannya pada sisi  formasi septa, dan setengah dari sel baru
disintesis back-to-back. Pola  kedua  sintesis adalah terjadi pada bakteri bacil atau
bakteri yang berbentuk batang. Sintesis aktif peptidoglikan terjadi pada formasi
septum sama seperti sebelumnya, akan tetapi sisi tumbuh juga tersebar
disepanjang porsi silindris pada batang. Sintesis harus memperpanjang bentuk
batang untuk membagi mereka.

TUGAS INDIVIDU
BAKTERIOLOGI

MEKANISME PEMBENTUKAN PEPTIDOGLIKAN


PADA DINDING SEL BAKTERI GRAM POSITIF

OLEH :

GIDEON YONES M.
H41107 002

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010

Anda mungkin juga menyukai