Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIKA

TUMBUHAN TINGKAT RENDAH


MODUL III
PTERYDOPHYTA (PAKU-PAKUAN)

DISUSUN OLEH :
NAMA : WULANDARI
STAMBUK : G 401 18 047
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : ZAINUDIN

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKAN TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

NOVEMBER, 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum ada dua macam herbarium yaitu herbarium kering dan herbarium
basah. Herbarium kering merupakan pengawetan koleksi tumbuhan dengan cara
dikeringkan, sedangkan herbarium basah merupakan pengawetan contoh
tumbuhan yang disimpan dalam larutan pengawet (Syamswisna, 2011).

Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan


selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon.
Istilah herbarium adalah pengawetan spesimen tumbuhan dengan berbagai
cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Koleksi spesimen
herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus
pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani
menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-
masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium
Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa
Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang
berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di
dunia (Balai Diklat Kehutanan Makassar, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukannya praktikum ini, agar dapat
mengindetifikasi sampel yang didapatkan pada kawasan teresterial Desa
Tumpapa Kecamatan Balinggi Parigi Moutong Sulawesi Tengah.
1.2 Tujuan

Tujuan dari pratikum ini adalah mengidentifikasi bagian morfologi sampel


tumbuhan paku yang didapatkan pada kawasan Desa Tumpapa Kecamatan
Balinggi Parigi Moutong Sulawesi Tengah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pterydophyta (Yunani, pteron= bulu, phyton= tumbuhan) merupakan kelompok


plantae yang tubuhnya sudah berbentuk kormus atau sudah memiliki bagian akar,
batang, dan daun sejati. 37 Siklus hidup tumbuhan paku meliputi dua fase yaitu fase
gametofit dan fase sporofit. Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan
(metagenesis) antara dua generasi tersebut (Anas, 2016).

Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai
kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya,
yaitu akar, batang, dan daun. Pada tumbuhan paku tidak dihasilkan biji, alat
perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Menurut habitatnya,
paku dibedakan menjadi paku terestial (paku tanah), ada paku epifit dan paku air
(Tjitrosoepomo, 2011).

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan tumbuhan yang dapat hidup dengan


mudah di berbagai macam habitat baik secara epifit, terestrial maupun di air. Menurut
Suryana (2009) Penyebaran dan keanekaragaman tumbuhan paku memang sangat
besar, begitu pula dengan potensi dan manfaatnya yang cukup penting baik untuk
tanaman hias, sayuran, obat-obatan hingga peranannya sebagai keseimbangan
ekosistem. Namun, data dasar tumbuhan paku berkenaan dengan komposisi,
keanekaragaman dan distribusi belum banyak terungkap. Pteridophyta merupakan
tumbuhan berpembuluh yang tidak berbiji, memiliki susunan tubuh khas yang
membedakannya dengan tumbuhan yang lain. Pteridophyta disebut sebagai
tracheophyta berspora, yaitu kelompok tumbuhan yang berpembuluh dan berkembang
biak dengan spora (Nurcahyati, 2010).
Fase gametofit pada tumbuhan paku berupa protalium sedangkan fase sporofitnya
merupakan tumbuhan paku itu sendiri. Pada siklus hidup tumbuhan paku, fase yang
paling dominan adalah fase sporofit dibandingkan dengan fase gametofit. Tumbuhan
paku memiliki kotak spora atau sporangium yang menghasilkan spora. Banyak
sporangium terkumpul dalam satu wadah yang disebut sorus, yang dilindungi oleh
suatu selaput yang disebut indusium (Anas, 2016).

Protalium ini hanya berumur beberapa minggu saja. Besarnya paling banyak hanya
beberapa centimeter saja, bentuknya menyerupai talus Hepaticeae. Umumnya
protalium ini berbentuk seperti jantung, berwarna hijau dan melekat pada subtratnya
dengan rizoidrizoid. Padanya terdapatanteridium (biasanya pada bagian yang sempit)
dan arkegonium (dekat dengan lekukan yang lebar). Pembuahan hanya dapat
berlangsung jika ada air. Baik anteridium maupun arkegonium terdapat pada sisi
bawah protalium di antara rhizoid-rhizoidnya (Tjitrosoepomo,2014).

Siklus hidup pada Pterydophyta berlangsung diawali dengan spora berkromosom


haploid (n) bila jatuh di habitat yang cocok akan berkecambah, sel-selnya membelah
secara mitosis dan tumbuh menjadi protalium (gametofit) yang haploid (n). Protalium
membentuk alat kelamin jantan (anteridium) dan betina (arkegonium) yang haploid
(n). Anteridium meghasilkan spermatozoid berflagel (n) dan arkegonium
menghasilkan ovum (n). Spermatozoid (n) membuahi ovum (n) di dalam arkegonium
dan menghasilkan zigot yang diploid (2n). Zigot (2n) mengalami pembelahan secara
mitosis dan tumbuh menjadi tumbuhan paku (sporofit) yang diploid (2n). tumbuhan
paku tersebut tumbuh keluar dari arkegonium induknya. Sporofit (tumbuhan paku)
dewasa menghasilkan sporofit (2n) atau daun penghasil spora. Sporofil (2n) memiliki
sporangium (2n). di dalam sporangium terdapat sel induk spora berkromosom diploid
(2n). Sel induk spora (2n) mengalami pembelahan meiosis dan menghasilkan spora
yang haploid (n) (Irnaningtyas, 2014).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 27 November 2019 pukul 13.30
WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Biosistematika Tumbuhan
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Pada praktikum ini alat yang digunakan adalah alat tulis, kaca pembesar (lup)
dan mistar. Adapun bahan yang digunakan adalah sampel tumbuhan paku.

3.3 Prosedur kerja

Prosedur kerja pada pratikum ini yaitu :


1. Disiapkan tumbuhan paku yang utuh (terdiri dari akar, batang dan daun)
antara 5-10 jenis yang permukaan bawah daunnya terlihat letak spora yang
beraneka ragam.
2. Disiapkan spesimen diatas meja.
3. Dipotret spesimen mengguanakan kamera secara keseluruhan meliputi akar,
batang, daun serta letak spora yang berada dibawah permukaan daun.
4. Dideskripsi bagian-bagian morfologinya.
5. Dibuatkan herbarium tiap-tiap specimen.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil identifikasi ditemukan sebanyak 6 jenis tumbuhan paku yaitu :


No Nama Ilmiah Famili
1. Asplenium sp. Aspleniaceae
2. Tectoria deccurens Tecrioceae
3. Nephrolepis exaltata Dryopteridaceae
4. Dyoploris affinis Pteridaceae
5. Phymatosorus scolonpendria Polypodiaceae
6. Cyclosorus intereptus Thelypteridaceae

4.2 Deskripsi Pteridohyta

4.2.1 Asplenium sp.

C
B
A. Akar serabut; B. Bentuk daun bulat bersinggung; C. Letak spora tersebar.

Famili Aspleniaceae
Epifit, substrat pohon, perawakan semak, akar serabut, tumbuhan tegak rimpang,
Batang persegi empat, berkayu, permukaan licin, warna hijau tua. Daun tunggal,
bentuk bulat bersinggung, duduk daun tersebar, permukaan licin, tepi datar,
ujung tumpul, dasar meruncing, pertulangan menjari, warna, hijau tua, panjang
17, 1, lebar 18, 8 mm. Sporangium berwarna coklat, letak duduk sporangium
tersebar.

4.2.2 Tectaria deccurens

B D
A. Daun majemuk; B. substrat pohon; C. spora tersebar; D. spora berwarna
coklat.

Famili Tectariceae
Epifit, substrat pohon, perawakan semak, akar serabut. Batang bulat, berkayu,
permukaan licin, warna hijau tua. Daun majemuk, duduk daun berseling, dasar
daun tumpul, permukaan kasar, tepi bergelombang, ujung meruncing,
pertulangan menyirip berseling, warna hijau tua. Sporangium berwarna coklat,
letak duduk sporangium tersebar.

4.2.3 Nephrolepis exaltata


A

A. Spora sejajar tulang daun; B. Ujung daun meruncing; C. Daun majemuk

Famili Dryopteridaceae
Teresterial, substrat tanah, perawakan semak, akar serabut, tumbuhan tegak
rimpang, Batang bulat, berkayu, permukaan berambut, warna hijau tua. Daun
majemuk, bangun daun lanset, permukaan berambut, tepi brgerigi, ujung
meruncing, dasar tumpul, pertulangan menyirip, warna, hijau tua, panjang 7, 4
cm, lebar 1 cm. Sporangium berwarna coklat, letak duduk sporangium tersebar.

4.2.4 Dyoploris affinis

A C

A Letak spora tersebar berhadapan; B. Ujung daun meruncing; C. Daun


majemuk.
Famili Pteridaceae
Teristerial, substrat tanah, perawakan semak, akar serabut, tumbuhan tegak
rimpang, Batang bulat, berkayu, permukaan berambut, warna hijau tua. Daun
majemuk, duduk daun tersebar, permukaan licin, tepi bergerigi, ujung
meruncing, dasar membulat, pertulangan mnyirip, warna hijau tua, panjang
10,5 lebar. Sporangium berwarna coklat, letak duduk sporangium tersebar.

4.2.5 Phymatosorus scolonpendria

B C

A. Daun majemuk; B. Spora sejajar berhadapan; C. Ujung daun terbelah


(retusus).

Famili Polypodiaceae
Teresterial, substrat tanah, perawakan semak, akar serabut, tumbuhan tegak
rimpang, Batang bulat, berkayu, permukaan licin, warna hijau tua. Daun
majemuk, bentuk lancet, permukaan licin, tepi berombak, ujung terbelah
(retusus), dasar meruncing, pertulangan menyirip, warna hijau tua. Sporangium
berwarna coklat, letak duduk sporangium sejajar berhadapan.
4.2.6 Cyclosorus intereptus

A C

A Daun majemuk; B Ujung daun meruncing; C letak spora berhadapan di atas


pertulangan daun.

Famili Thelypteridaceae
Teresterial, substrat tanah, perawakan semak, akar serabut, tumbuhan tegak
rimpang, Batang persegi empat, berkayu, permukaan berambut, berduri, warna
hijau tua. Daun majemuk, bentuk lanset, duduk daun berseling, permukaan
licin, tepi bergerigi, ujung meruncing, dasar tumpul, pertulangan menyirip,
warna, hijau kekuningan, panjang 20 cm, lebar 1,7 cm. Sporangium berwarna
coklat, letak duduk sporangium tersebar.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari pratikum ini yaitu herbarium adalah pengawetan specimen


tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu
pengetahuan. Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat
yang diberi perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium.
ditemukan sebanyak 6 jenis tumbuhan paku umumnya terdistribusi cukup luas di
kawasan tropis pantai tumpapa.. Jenis-jenis yang ditemukan yaitu Asplenium sp.
Famili Aspleniaceae memiliki akar serabut, bentuk daun bulat bersinggung, dan
letak spora tersebar. Tectaria deccurens famili Tectariaceae memiliki daun
majemuk, substrat pohon, spora tersebar dan spora berwarna coklat. Nephrolepis
exaltata famili Dryopteridaceae memiliki spora sejajar tulang daun, ujung daun
meruncing dan daun majemuk. Dyoploris affinis famili Pteridaceae memiliki
letak spora tersebar berhadapan, ujung daun meruncing dan daun majemuk.
Phymatosorus scolonpendria famili Polypodiaceae memiliki daun majemuk,
spora sejajar berhadapan dan ujung daun terbelah (retusus) dan Cyclosorus
intereptus famili Thelypteridaceae memiliki daun majemuk, ujung daun
meruncing serta letak spora berhadapan di atas pertulangan daun.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam mengindentifikasi sampel, sebaiknya pada


pelaksanaan pratikum pratikan diharapkan tidak gaduh dan memperhatikan
asisten pada saat menjelaskan agar pratikum dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anas, A. (2016). Karakterisasi Spora Tumbuhan Paku (Pterydophyta) dari Hutan


Lumut Suaka Margasatwa “Dataran Tinggi Yang” Pegunungan Argopuro.
Skripsi, UNEJ. Jember.

Anggraini, D. (2013). Penggunaan Metode Pembelajaran Bergambar (Picture and


Picture) Berbantuan Media Herbarium dan Metode Ceramah pada Materi
Pteridophyta terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN 1
Karanganyar Demak. Skripsi. FMIPA IKIP PGRI Semarang. Semarang.

Balai Taman Nasional Baluran. (2004). Pembuatan Herbarium Flora di Taman


Nasional Baluran. Departemen Kehutanan. Jawa Timur.

Iryaningtyas, (2014). Biologi. Penerbit Erlangga. Yogyakarta.

Nurchayati, N. (2010). Hubungan Kekerabatan Beberapa Spesies Tumbuhan Paku


Familia Polypodiaceae Ditinjau Dari Karakter Morfologi Sporofit Dan
Gametofit,

Syamwisna, S. (2012). Penggunaan Spesimen Herbarium Tumbuhan Tingkat Tinggi


(Spermatophyta) sebagai Media Praktikum Morfologi Tumbuhan. Universitas
Tanjungpura. Pontianak.

Tjitrosoepomo, G. (2011). Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta,


Bryophyta, Pteridophyta . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G. (2014). Taksonomi Tumbuhan Schalophyta Thallophyta Bryophyta


Pteydophyta. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
LEMBAR ASISTENSI

NAMA : WULADARI
STAMBUK : G 401 18 047
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : ZAINUDIN

No Hari/tanggal Koreksi Paraf

Anda mungkin juga menyukai