Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
NIM : 18620017
Kelas : Biologi B
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Buah
Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium). Setiap bakal
buah berisi satu atau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing mengandung sel
telur. Bakal biji itu dibuahi melalui suatu proses yang diawali oleh peristiwa
penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik. Setelah
serbuk sari melekat di kepala putik, serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh
menjadi buluh serbuk sari yang berisi sperma. Buluh ini terus tumbuh menembus
tangkai putik menuju bakal biji, di mana terjadi persatuan antara sperma yang berasal
dari serbuk sari dengan sel telur yang berdiam dalam bakal biji, membentuk zigot
yang bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan berbunga ini melibatkan baik
plasmogami, yakni persatuan protoplasma sel telur yang berdiam dalam bakal biji,
membentuk zigot yang bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan berbunga ini
melibatkan baik plasmogami, yakni persatuan protoplasma sel telur dan sperma, dan
kariogami, yakni persatuan inti sel keduanya (Hidayat, 2012).Buah merupakan salah
satu organ tumbuhan untuk pembiakan, mengandung biji setelah pembuahan pistil
(bunga betina) tumbuh jadi buah. Ovum tumbuh menjadi biji, dinding ovarium jadi
kulit buah. Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah
lebih luas daripada pengertian buah di atas. Karena buah dalam pengertian ini tidak
terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan dapat pula berasal dari
perkembangan organ yang lain. Karena itu, untuk membedakannya, buah yang sesuai
menurut pengertian botani biasa disebut buah sejati. Pada pembentukan buah, ada
kalanya bagian bunga selain bakal buah ikut tumbuh dan merupakan suatu bagian
buah, sedang umumnya segera setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan bagian-
bagian bunga selain bakal buah segera menjadi layu dan gugur. Dari putik sendiri
dengan tegas disebut hanya bakal buahnya, karena biasanya tangkai dan kepala
putiknya gugur pula seperti halnya dengan bagian-bagian yang lain (Tjitrosoepomo,
2009).
2.2 Biji
Biji merupakan suatu struktur kompleks, yang terdiri dari embrio atau
lembaga, kulit biji dan persediaan makanan cadangan. Perkecambahan merupakan
permulaan atau awal pertumbuhan embrio di dalam biji. Biji yang berkecambah dapat
membentuk plumula karena di dalamnya mengandung embrio. Embrio mempunyai 3
bagian, yaitu radikula (akar lembaga), kotiledon (daun lembaga), dan kaulikalus
(batang lembaga). Pertumbuhan pada tumbuhan spermatophyte atau tumbuhan berbiji
diawali dari biji. Biji memiliki tiga bagian yaitu bagian inti biji (nucleus seminis), tali
pusar (foenikulus), dan kulit biji (Spermodermis). Pada inti bijiterdapat lembaga
(embrio). Embrio memiliki tiga bagian penting yaitu akar lembaga atau calon akar,
daun lembaga (kotiledon), dan pucuk lembaga (plumula). Kulit biji terdiri dari lapisan
luar (kesta) yang kuat dan lapisan dalam yang berupa selaput tipis sehingga sering
disebut kulit ari. Kulit biji berfungsi melindungi bagian dalam biji sepertiembrio dan
kotiledon (Hidayat,2012).
Salah satu faktor internal dari perkecambahan adalah dormansi. Dormansi jika
dalam bahasa Indonesia memiliki arti masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau
biji. Atau bisa dikatakan dormansi adalah kemampuan biji untuk mengundurkan fase
perkecambahannya singga waktu dan tempat yang tepat untuk tumbuh. Faktor dari
dormansi sendiri ada dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor-faktor
tersebut meliputi tidak sempurnanya embrio, embrio yang masih belum matang secara
fisiologisnya, kulit biji yang tebal, kulit biji yang impermeable dan adanya inhibitor
dalam perkecambahan. Dormansi pada biji ini memiliki tiga fase, yaitu pertama fase
induksi, kedua fase tertundanya metabolisme, ketiga fase bertahannya embrio untuk
berkecambah dan yang terakhir fase perkecambahan (Abidin, 1990).
2.3 Akar
Akar adalah bagian utama dari tumbuhan setelah batang dan daun. Akar
memiliki fungsi memperkuat berdirinya tumbuhan, menyerap air dan zat mineral dari
dalam tanah, mengangkut air dan zat mineral ke bagian lain yang membutuhkan dan
juga bisa sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Ciri-ciri dari akar ini
biasanya ada di dalam tanah, tidak berbuku dan tidak beruas, biasanya berwarna
keputih-putihan atau kekuning-kuningan, tumbuh terus pada ujungnya, dan bentuknya
meruncing. Bagian dari akar ada leher akar (collum) yaitu bagian akar yang
bersambungan dengan pangkal batang, ujung akar (apex radicis) yaitu bagan akar
paling muda yang terdiri atas jaringan-jaringan yang masih mengadakan pertumbuhan,
batang akar (corpus radicis) yaitu bagian akar yang terdapat antara leher akar dan
ujung akar, cabang-cabang akar (radix lateralis) yaitu bagian akar yang tak langsung
bersambungan dengan pangkal batang tetapi keluar dari akar pokok dan dapat
mengadakan percabangan lagi, serabut akar (fibrilla radicalis) yaitu cabang-cabang
akar yang halus dan berbentuk serabut, rambut akar (pilus radicalis) yaitu bagian akar
yang sebenarnya hanya penonjolan dari sel-sel kulit luar akar yang panjang bentuknya
seperti buku atau rambut, dan tudung akar (calyptra) yaitu bagian akar yang terletak
paling ujung dan terdiri atas jaringan yang berfungsi untuk melindungi ujung akar
yang masih muda atau lemah (Tjitrosoepomo, 2011).
Jenis akar dibedakan menjadi dua, yaitu akar tunggang dan akar serabut.
Tumbuhan yang memiliki sistem perakaran tunggang adalah tumbuhan dikotil.
Sedangkan tumbuhan monokotil memiliki sistem perakaran serabut. Bagian dari kedua
sistem perakara ini hampir sama hanya yang membedakan pada sister akar tunggang
terdapat akar pokok atau primer sedangkan pada sistem akar serabut tidak memiliki
akar primer. Modifikasi dari akar ada akar tunggang bercabang, akar tunggang tidak
bercabang yang meliputi berbentuk seperti tombak (fusiformis), seperti gasing
(napiformis), dan benang (filiformis) (Tjitrosoepomo, 2011)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.1 Alat
1. Mikroskop ( 5 Buah )
2. Object glass ( 5 Buah )
3. Cover glass ( 4 Buah )
4. Cutter ( 1 Buah )
5. Alat tulis ( Secukupnya )
3.1.2 Bahan
1. Diambil preparat irisan melintang biji Zea mays. Diletakkan pada gelas benda yang
telah disediakan, ditutup dengan kaca penutup. Diamati preparat tersebut dengan
mikroskop, ditunjuk jaringan penyusun bijinya dan berkas pengangkutnya.
2. Dibuat irisan melintang biji Phaseolus sp. Diletakkan pada gelas benda yang telah
disediakan, ditutup dengan kaca penutup. Diamati preparat tersebut dengan
mikroskop, ditunjuk jaringan penyusun bijinya dan berkas pengangkutnya.
3. Diambil preparat irisan melintang biji Glycine max. Diletakkan pada gelas benda yang
telah disediakan, ditutup dengan kaca penutup. Diamati preparat tersebut dengan
mikroskop, ditunjuk jaringan penyusun bijinya dan berkas pengangkutnya.
4. Diambil preparat awetan melintang akar Zea mays. Diamati di bawah mikroskop,
diperhatikan sel-sel epidermis yang tersusun selapis, juga diperhatikan tipe jaringan
pembuluhnya.
Berikut di bawah ini adalah pengamatan terhadap preparat irisan akar Zea mays
3
4
5
Divisi Spermatophyta
Kelas Dicotyledoneae
Ordo Poales
Famili Poaceae
Genus Zea
Berikut di bawah ini adalah hasil pengamatan terhadap preparat irisan akar Arachis
hypogea
3 2
Divisi Tracheophyta
Kelas Magnoliophyta
Ordo Leguminales
Famili Fabaceae
Genus Arachis
Berikut di bawah ini adalah hasil pengamatan terhadap biji Zea mays
1
2
4
(Tanase, 2014)
Keterangan :
1. Perikarp 3. Kotiledon
2. Endosperm 4. Embrio
4.3.2 Pembahasan
Divisi Spermatophyta
Kelas Dicotyledoneae
Ordo Poales
Famili Poaceae
Genus Zea
Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap biji Zea mays, didapati hasil yaitu
terdapat bagian-bagian struktur anatomi biji seperti pericarp (lapisan luar atau dinding
buah) yang berfungsi untuk mencegah kehilangan air, endosperm (cadangan makanan),
kotiledon yaitu merupakan organ cadangan makanan pada biji sekelompok tumbuhan
sekaligus organ pertama yang dimiliki oleh tumbuhan, dan embrio (plumula, radikula,
dll) merupakan calon individu baru. Biji Zea mays termasuk endospermik dimana
cadangan makanan tidak bisa dibedakan dengan endospermik, jadi cadangan
makanannya berupa jaringan endosperm. Endospermic bijinya rudimeter (proses
hilaangnya embrio saat perkembangan), biji endospermic biasanya terdapat pada
tumbuhan monokotil dan Jagung termasuk jenis perkecambahan hypogeal. Hypogeal
yaitu pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul di atas tanah, kotiledon relative tetap posisinya. Jadi
pada hypogeal, hipokotilnya tidak memanjang yang menyebabkan bijinya tetap di
dalam tanah.
Berikut di bawah ini adalah hasil pengamatan terhadap biji Phaseolus vulgaris
1
2
Perbesaran 40X
(Enomoto, 2016)
Keterangan :
1. Embrio 3. Tangkai Biji
2. Plasenta
4.4.2 Pembahasan
Kingdom Plantae
Divisi Tracheophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Fabales
Famili Fabaceae
Genus Phaseolus
Berikut di bawah ini adalah hasil pengamatan terhadap biji Glycine max.
(Yoshida, 2002)
Perbesaran 40X
Keterangan :
1. Plumula
2. Kaulikula
4.5.2 Pembahasan
Kingdom Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Fabales
Famili Fabaceae
Genus Glycine
Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap biji Glycine max yang diamati di
mikroskop dengan menggunakan perbesaran 40X, didapati hasil terdapat bagain-bagain
struktur anatomi biji seperti plumula dan kaulikula. Plumula adalah pertumbuhan
embrionik yang akan berkembang menjadi tunas yang terletak di atas kotiledon,
plumula adalah bagain dari epikotil (pucuk kecil yang akhirnya menjadi batang
tanaman, bunga dan daun) yang tumbuh, sedangkan kaulikula adalah lapisan pelindung
pada seluruh sistem, biji Glycine max adalah termasuk biji eksalbuminus (Non-
Endospermik), yaitu biji yang bisa dibedakan endospermik dan cadangan makanannya
(berupa kotiledon), biasanya terdapat di dalam tumbuhan dikotil. Tipe perkecambahan
biji kedelai yaitu epigeal. Epigeal merupakan tipe perkecambahan yang menghasilkan
kotiledon dan epikotil keluar dari biji, karena pemanjangan hipokotil. Sehingga
kotiledon keluar ke atas tanah.
Menurut pendapat Marliah, dkk (2012) bahwa pada morfologi biji kacang
kedelai (Glycine max) terdiri dari pusar biji, testa, tegma, dan kotiledon. Dimana pusar
biji yang terletak di tengah-tengah berwarna hitam, testa yang berwarna krim, tegma
terletak pada lapisan setelah testa, dan kotiledon berkeping 2 atau dikotil yang berwarna
krim yang merupakan calon daun tembaga. Pendapat Santoso, dkk (1987) yaitu pada
anatomi biji kedelai yang terdapat di pusar biji, hipokotil, radikula, tegma, testa,
kotiledon, plamula, dan epikotil. Pada pusar biji terletak di tengah dan berwarna hitam,
pada hipokotil merupakan calon batang bagian bawah, tegma terletak pada lapisan kulit
luar berwarna krim, kotiledon merupakan calon daun tembaga, plamula merupakan
calon batang dan daun. Pada biji kedelai tergolong ke dalam biji berkeping 2 atau
dikotil. Pada biji dikotil atau biji berkeping 2, cadangan makanannya tersimpan dalam
kotiledon untuk pertumbuhan embrio. Sesuai menurut Amien (1984), yang menyatakan
bahwa kotiledon merupakan cadangan makanan untuk pertumbuhan embrio hingga
mencapai terbentuknya daun, karena embrio belum menghasilkan makanan sendiri
melalui fotosintesis. Perkecambahan pada biji kedelai (Glycine max) termasuk ke dalam
perkecambahan epigeal, dimana hipokotil tumbuh memanjang ke atas, sehingga
kotiledon terangkat ke atas. Sesuai pendapat Slamet (2009), yang menyatakan bahwa
perkecambahan epigeal yaitu kotiledon terangkat ke atas tanah karena terdorong oleh
pertumbuhan hipokotil yang memanjang ke atas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah :
1. Jaringan penyusun akar terdiri atas jaringan epidermis yang berada pada bagian
terluar akar, parenkim, dan jaringan pengangkut berupa xylem dan floem. Pada
tumbuhan monokotil, terdapat empulur yang dikelilingi oleh jaringan pengangkut.
Sedangkan pada tumbuhan dikotil, terdapat silinder pusat atau stele.
2. Biji yang diamati adalah biji jagung, biji kedelai, dan biji buncis. Pada biji jagung,
bagian yang tampak adalah perikarp, endosperm, kotiledon, dan embrio. Pada biji
kedelai, bagian-bagiannya adalah plumula dan kaulikula. Pada biji buncis, bagian
yang terlihat, yakni plasenta, embrio, dan tangkai biji. Perikarp pada biji jagung atau
lapisan luar biji yang memiliki fungsi untuk mencegah kehilangan air, endosperm
sebagai tempat cadangan makanan, embrio yang terdiri dari plumula, radikula dan
lain-lain yang merupakan calon terbentuknnya individu baru dan kotiledon atau daun
pertama
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya praktikan
diharuskan belajar tentang materi terlebih dahulu sehingga meskipun praktikum
dilaksanakan secara online , praktikum bias berjalan dengan lancar dan dapat dengan
mudah difahami.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 1990. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuhan. Bandung :
Angkasa.
Amien, Pratignjo, dkk. 1985. Buku Petunjuk Kegiatan Biologi II. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Batista, Michell Fernandes. Et all. `Aluminium In Corn Plants : Influence On Growth And
Morpho-Anatomy Of Root And Leaf. R Bracs. Vol 27.
Gulati, dkk. 2000. Root Growth of Groundnut (Arachis hypogaea) as Influenced by Irrigation
Schedules Under Different Water Table Conditions. Indian Journal of Agricultural
Sciences. Vol. 70, No. 2.
Jafari, S. et all. 2018. Anatomical Assessment Of Maize (Zea mays L.) Seedlings Exposed to
Colloidal Silver Nanoparticles. Ecology and Environmental Research. Vol 32(4).
Justin, David, et al. 2013. A Morpho –Anatomical Study of the Vegetative Organs of Arachis
hypogaea.
Marliah, Ainun. Dkk. 2012. Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan
Kedelai (Glycine max L) Merrill. Jurnal Agrista. Vol 16 (1).
Nurhayati. Dkk. 2016. Struktur Anatomi Akar, Batang dan Daun Anthurium plowmanii
Croat., Anthurium hookeri Kunth. Dan Anthurium plowmanii × Anthurium hookeri.
Jurnal Protobiont. Vol 5 (1).
Sutrian, yayan. 2011. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan tentang Sel dan Jaringan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tanase, Corneliu, et al. 2014. Histo-Anatomical Aspects in Maize (Zea mays L.) Seedlings
Developing under Influence of Deuterium Depleted Water. Biol. Veget. Vol. 60(2).
Warisno dan Kres Dahana. 2010. Meraup Untung dari Olahan Kedelai. Jakarta: PT Agro
Media Pustaka
Widaningrum. Dkk. 2010. Perubahan Sifat Fisiko-Kimia Biji Jagung (Zea mays) Pada
Penyimpanan Dengan Perlakuan Karbondioksida (CO2). Agritech. Vol 30 (1).
Yoshida, Taiji. 2002. Adventitious Shoot Formation from Hypocotyl Sections of Mature
Soybean Seeds. Breeding Science. Vol 52(1).
\\\