Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

AKAR, BUAH, DAN BIJI

Dosen Pengampu :

Dr. Evika Sandi Savitri, M.P.


Ruri Siti Resmisari, M.Si.

Disusun Oleh :

Nama : Yazid Rofi’uddin

NIM : 18620017

Kelas : Biologi B

Waktu : 21 April 2020

Asisten : Rosi Andini Arumsari

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akar, batang, daun, serta bagian-bagian tumbuhan lainnya merupakan bagian-bagian
yang secara langsung berguna untuk mempertahankan kehidupan (untuk penyerapan
makanan, pengolahan bahan-bahan yang diserap menjadi bahan-bahan yang digunakan
oleh tumbuhan untuk keperluan hidupanya, pernafasan, pertumbuhan, tumbuhan itu
sendiri selama pertumbuhannya, oleh sebab itu alat-alat tersebut seringkali dinamakan
pula alat-alat pertumbuhan atau alat-alat vegetative. Sebelum tumbuhan mati, biasannya
telah dihasilkan suatu alat, yang nanti akan dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru. Salah
satu alat perkembangbiakan pada tumbuhan yakni dengan perkembangbiakan generatif
yang mana nantinya akan dihasilkan alat perkembangbiakan atau biasa juga disebut
bunga. Dan dari bunga nantinya akan dihasilkan suatu organ yang berupa buah sebagai
hasil dari bunga yang tadi. Dalam buah sendiri terdapat biji sebagai inti dari buah yang
mana ini nantinya akan berguna sebagai bakal calon tanaman baru. Sehingga menarik
sekali dalam mempelajari tentang struktur dari buah dan biji ini untuk kita jadikan sebagai
panduan dalam memperbanyak tanaman melalui biji (Mulyani, 2006). Allah SWT
berfirman dalam QS. Yunus : 24 “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu,
adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya
karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang
ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula)
perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-
tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan
(tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum
pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami)
kepada orang-orang berfikir”. Ayat tersebut menjelaskan tentang perumpamaan kehidupan
duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah
dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan
manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan
memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti
menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu
Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-
akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir. (Purwanto, 2015). Sehingga pada
praktikum kali ini akan mempelajari mengenai akar, buah, dan biji yang terdapat pada
tumbuh-tumbuhan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah :
1. Untuk mengetahui jaringan penyusun akar primer dan akar sekunder.
2. Untuk mengetahui bagian-bagian penyusun buah dan biji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah

Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium). Setiap bakal
buah berisi satu atau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing mengandung sel
telur. Bakal biji itu dibuahi melalui suatu proses yang diawali oleh peristiwa
penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik. Setelah
serbuk sari melekat di kepala putik, serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh
menjadi buluh serbuk sari yang berisi sperma. Buluh ini terus tumbuh menembus
tangkai putik menuju bakal biji, di mana terjadi persatuan antara sperma yang berasal
dari serbuk sari dengan sel telur yang berdiam dalam bakal biji, membentuk zigot
yang bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan berbunga ini melibatkan baik
plasmogami, yakni persatuan protoplasma sel telur yang berdiam dalam bakal biji,
membentuk zigot yang bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan berbunga ini
melibatkan baik plasmogami, yakni persatuan protoplasma sel telur dan sperma, dan
kariogami, yakni persatuan inti sel keduanya (Hidayat, 2012).Buah merupakan salah
satu organ tumbuhan untuk pembiakan, mengandung biji setelah pembuahan pistil
(bunga betina) tumbuh jadi buah. Ovum tumbuh menjadi biji, dinding ovarium jadi
kulit buah. Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah
lebih luas daripada pengertian buah di atas. Karena buah dalam pengertian ini tidak
terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan dapat pula berasal dari
perkembangan organ yang lain. Karena itu, untuk membedakannya, buah yang sesuai
menurut pengertian botani biasa disebut buah sejati. Pada pembentukan buah, ada
kalanya bagian bunga selain bakal buah ikut tumbuh dan merupakan suatu bagian
buah, sedang umumnya segera setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan bagian-
bagian bunga selain bakal buah segera menjadi layu dan gugur. Dari putik sendiri
dengan tegas disebut hanya bakal buahnya, karena biasanya tangkai dan kepala
putiknya gugur pula seperti halnya dengan bagian-bagian yang lain (Tjitrosoepomo,
2009).

2.2 Biji

Biji merupakan suatu struktur kompleks, yang terdiri dari embrio atau
lembaga, kulit biji dan persediaan makanan cadangan. Perkecambahan merupakan
permulaan atau awal pertumbuhan embrio di dalam biji. Biji yang berkecambah dapat
membentuk plumula karena di dalamnya mengandung embrio. Embrio mempunyai 3
bagian, yaitu radikula (akar lembaga), kotiledon (daun lembaga), dan kaulikalus
(batang lembaga). Pertumbuhan pada tumbuhan spermatophyte atau tumbuhan berbiji
diawali dari biji. Biji memiliki tiga bagian yaitu bagian inti biji (nucleus seminis), tali
pusar (foenikulus), dan kulit biji (Spermodermis). Pada inti bijiterdapat lembaga
(embrio). Embrio memiliki tiga bagian penting yaitu akar lembaga atau calon akar,
daun lembaga (kotiledon), dan pucuk lembaga (plumula). Kulit biji terdiri dari lapisan
luar (kesta) yang kuat dan lapisan dalam yang berupa selaput tipis sehingga sering
disebut kulit ari. Kulit biji berfungsi melindungi bagian dalam biji sepertiembrio dan
kotiledon (Hidayat,2012).

Perkecambahan terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah hormone.


Hormon merupakan zat organic yang dihasilkan oleh tanaman, yang mana saat berada
dalam konsentrasi rendah hormone ini dapat mengatur proses fisiologis. Hormone
yang ada pada salah satunya adalah hormone auksin. Hormone auksin ini berperan
dalam pertumbuhan tanaman dan juga pembentukan akar adventif. Hormon ini
memiliki kemampuan mendukung akan adanya perpanjangan sel pada pucuk. Hormon
yang lain ada gibberellin yang berperan dalam menstimulasi sel, pemanjangan sel atau
keduanya (Abidin, 1990).

Salah satu faktor internal dari perkecambahan adalah dormansi. Dormansi jika
dalam bahasa Indonesia memiliki arti masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau
biji. Atau bisa dikatakan dormansi adalah kemampuan biji untuk mengundurkan fase
perkecambahannya singga waktu dan tempat yang tepat untuk tumbuh. Faktor dari
dormansi sendiri ada dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor-faktor
tersebut meliputi tidak sempurnanya embrio, embrio yang masih belum matang secara
fisiologisnya, kulit biji yang tebal, kulit biji yang impermeable dan adanya inhibitor
dalam perkecambahan. Dormansi pada biji ini memiliki tiga fase, yaitu pertama fase
induksi, kedua fase tertundanya metabolisme, ketiga fase bertahannya embrio untuk
berkecambah dan yang terakhir fase perkecambahan (Abidin, 1990).

2.3 Akar

Akar adalah bagian utama dari tumbuhan setelah batang dan daun. Akar
memiliki fungsi memperkuat berdirinya tumbuhan, menyerap air dan zat mineral dari
dalam tanah, mengangkut air dan zat mineral ke bagian lain yang membutuhkan dan
juga bisa sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Ciri-ciri dari akar ini
biasanya ada di dalam tanah, tidak berbuku dan tidak beruas, biasanya berwarna
keputih-putihan atau kekuning-kuningan, tumbuh terus pada ujungnya, dan bentuknya
meruncing. Bagian dari akar ada leher akar (collum) yaitu bagian akar yang
bersambungan dengan pangkal batang, ujung akar (apex radicis) yaitu bagan akar
paling muda yang terdiri atas jaringan-jaringan yang masih mengadakan pertumbuhan,
batang akar (corpus radicis) yaitu bagian akar yang terdapat antara leher akar dan
ujung akar, cabang-cabang akar (radix lateralis) yaitu bagian akar yang tak langsung
bersambungan dengan pangkal batang tetapi keluar dari akar pokok dan dapat
mengadakan percabangan lagi, serabut akar (fibrilla radicalis) yaitu cabang-cabang
akar yang halus dan berbentuk serabut, rambut akar (pilus radicalis) yaitu bagian akar
yang sebenarnya hanya penonjolan dari sel-sel kulit luar akar yang panjang bentuknya
seperti buku atau rambut, dan tudung akar (calyptra) yaitu bagian akar yang terletak
paling ujung dan terdiri atas jaringan yang berfungsi untuk melindungi ujung akar
yang masih muda atau lemah (Tjitrosoepomo, 2011).

Jenis akar dibedakan menjadi dua, yaitu akar tunggang dan akar serabut.
Tumbuhan yang memiliki sistem perakaran tunggang adalah tumbuhan dikotil.
Sedangkan tumbuhan monokotil memiliki sistem perakaran serabut. Bagian dari kedua
sistem perakara ini hampir sama hanya yang membedakan pada sister akar tunggang
terdapat akar pokok atau primer sedangkan pada sistem akar serabut tidak memiliki
akar primer. Modifikasi dari akar ada akar tunggang bercabang, akar tunggang tidak
bercabang yang meliputi berbentuk seperti tombak (fusiformis), seperti gasing
(napiformis), dan benang (filiformis) (Tjitrosoepomo, 2011)
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :

1. Mikroskop ( 5 Buah )
2. Object glass ( 5 Buah )
3. Cover glass ( 4 Buah )
4. Cutter ( 1 Buah )
5. Alat tulis ( Secukupnya )

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :

1. Akar Zea mays ( Secukupnya )


2. Akar Arachis hypogea
( Secukupnya )
3. Biji Glycine max ( Secukupnya )
4. Biji Zea mays ( Secukupnya )
5. Biji Phaseolus vulgaris ( Secukupnya )

3.3 Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum kali ini sebagai berikut :

1. Diambil preparat irisan melintang biji Zea mays. Diletakkan pada gelas benda yang
telah disediakan, ditutup dengan kaca penutup. Diamati preparat tersebut dengan
mikroskop, ditunjuk jaringan penyusun bijinya dan berkas pengangkutnya.

2. Dibuat irisan melintang biji Phaseolus sp. Diletakkan pada gelas benda yang telah
disediakan, ditutup dengan kaca penutup. Diamati preparat tersebut dengan
mikroskop, ditunjuk jaringan penyusun bijinya dan berkas pengangkutnya.

3. Diambil preparat irisan melintang biji Glycine max. Diletakkan pada gelas benda yang
telah disediakan, ditutup dengan kaca penutup. Diamati preparat tersebut dengan
mikroskop, ditunjuk jaringan penyusun bijinya dan berkas pengangkutnya.
4. Diambil preparat awetan melintang akar Zea mays. Diamati di bawah mikroskop,
diperhatikan sel-sel epidermis yang tersusun selapis, juga diperhatikan tipe jaringan
pembuluhnya.

5. Diambil preparat awetan melintang akar Arachis hypogaea. Diamati di bawah


mikroskop, diperhatikan sel-sel epidermis yang tersusun selapis, juga diperhatikan tipe
jaringan pembuluhnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Akar Zea mays

4.1.1 Hasil Pengamatan

Berikut di bawah ini adalah pengamatan terhadap preparat irisan akar Zea mays

Foto Pengamatan Gambar Literatur

3
4
5

Perbesaran 100X (Batista, 2017)


Keterangan :
1. Epidermis 4. Xylem
2. Parenkim 5. Floem
3. Empulur
4.1.2 Pembahasan

Klasifikasi Zea mays menurut Warisno (2010), yaitu sebagai berikut :


Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyta

Kelas Dicotyledoneae

Ordo Poales

Famili Poaceae

Genus Zea

Spesies Zea mays


Berdasarkan data hasil pengamatan yang diammbil dari praktikum terdahulu
yang dilakukan pengamatan di mikroskop dengan menggunakan perbesaran 100X, yang
dilakukan terhadap preparat irisan akar Zea mays, didapati hasil yaitu terdapat system
jaringaan pada akar, yaitu jaringan pengangkut yang terdiri dari xylem dan floem,
xylem dan floem pada akar tersusun radial. Sehingga pada xylem terdapat protoxylem
dan metaxylem. Protoxylem adalah xylem primer yang pertama terbentuk yang
memiliki ukuran sel yang lebih kecil, sedangkan metaxylem adalah bagian dari xylem
primer yang berkembang setelah protoxylem dan memiliki ukuran sel yang lebih besar.
Berdasarkan jumlah protoxylem atau jumlah lengan (jari-jari) pad akar Zea mays
dikenal dengan xylem poliark yaitu jumlah jari-jari xylem pada akar Zea mays
berjumlah lebih dari 6. Menurut Nurhayati (2016), Sistem jaringan pembuluh pada
ketiga sayatan akar menunjukkan sistem umum jaringan pembuluh pada akar
monokotil. Sistem jaringan pembuluh terdiri dari berkas-berkas pembuluh yang
tersusun secara radial yaitu xilem yang terletak bergantian dengan floem. Menurut pola
ini disebut poliark dengan empulur di bagian tengah Akar Zea mays merupakan akar
monokotil dengan anatomi urutan terluar ke dalam yakni epidermis, korteks,
endodermis dan stele. Tipe berkas pengangkut adalah kolateral tertutup dimana xylem
dan floem akar tersusun secara radial, dan ukuran sel xylem lebih besar daripada sel
floem dan tipe susunan xylem nya adalah polyarch. Sedangkan menurut Tanase (2014),
Pada dasarnya susunan jaringan pada akar tumbuhan monokotil adalah sama dengan
yang terdapat pada akar tumbuahan dikotil. Namun beberapa perbedaan yang tampak
adalah Endodermis sering membentuk dinding sekunder yang tebal sehingga mudah
dikenali pada penampang melintang akar dengan pewarnaan yang baik. Pertumbuhan
xilem awal terhenti sebelum bagian pusat terbentuk sehingga jalur-jalur xilem tidak
berbentuk binang melainkan satu ikatan dengan lainnya. Pada akar monokotil antara
xilem dan floem tidak terdapat kambium, sehingga xilem dan floem tersusun secara
tidak teratur. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Javari (2018), anatomi akar jagung
terdiri dari epidermis, ground tissue, endodermis yang mengelilingi sistem vaskular
akar. Sistem vaskular terdiri dari xilem dan floem. Epidermis tersusun atas sel-sel
eliptik dan perhadapan dengan 2 lapis hypodermis.
4.2 Akar Arachis hypogea

4.2.1 Hasil Pengamatan

Berikut di bawah ini adalah hasil pengamatan terhadap preparat irisan akar Arachis
hypogea

Foto Pengamatan Gambar Literatur

3 2

Perbesaran 100X (Justin, 2013)


Keterangan :
1. Epidermis 3. Parenkim
2. Floem 4. Xylem
4.2.2 Pembahasan

Klasifikasi Arachis hypogea menurut Junanta (2019), yaitu sebagai berikut :


Kingdom Plantae

Divisi Tracheophyta

Kelas Magnoliophyta

Ordo Leguminales

Famili Fabaceae

Genus Arachis

Spesies Arachis hypogea

Berdasarkan data hasil pengamatan yang diammbil dari praktikum terdahulu


yang dilakukan pengamatan dengan mikroskop menggunakan perbesaran 100X ,
terhadap preparat irisan akar Arachis hypogea, didapati hasil yaitu epidermis yang
terletak pada bagian luar, terdapat jaringan parenkim, dan terdapat xylem dan floem.
Akar kacang tanah ini termasuk tipe tetark karena jaringan angkut mempunyai 4 jari-jari
xylem atau bentuknya tegak lurus terhadap pith (empulur) akar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Gulati (2000), bahwa pada akar Arachis hypogaea terdapat epidermis yang
terletak pada bagian luar, dan terdapat korteks di bagian luar setelah epidermis, dan
terdapat cambium yang membatasi xylem dan floem, dan pada tengah terdapat empulur
dan endodermis, sedangkan pada akar Arachis ini termasuk ke dalam tipe tetark, karena
pada akar kacang tanah ini bentuknya tegak lurus terhadap pith akar. Menurut Savitri
(2008) menambahkan bahwa akar kacang tanah mengalami penambahan penebalan
dinding akar yang dibentuk oleh xylem primer pada penampang melintang dan posisi
lateral terhadap xylem dan floem pada akar yang disebut dengan tetark, yaitu jaringan
pembuluh yang mempunyai 4 jari-jari xylem.

4.3 Biji Zea mays

4.3.1 Hasil Pengamatan

Berikut di bawah ini adalah hasil pengamatan terhadap biji Zea mays

Foto Pengamatan Gambar Literatur

1
2

4
(Tanase, 2014)
Keterangan :
1. Perikarp 3. Kotiledon
2. Endosperm 4. Embrio
4.3.2 Pembahasan

Klasifikasi Zea mays menurut Warsino (2010), yaitu sebagai berikut :


Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyta

Kelas Dicotyledoneae
Ordo Poales

Famili Poaceae

Genus Zea

Spesies Zea mays

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap biji Zea mays, didapati hasil yaitu
terdapat bagian-bagian struktur anatomi biji seperti pericarp (lapisan luar atau dinding
buah) yang berfungsi untuk mencegah kehilangan air, endosperm (cadangan makanan),
kotiledon yaitu merupakan organ cadangan makanan pada biji sekelompok tumbuhan
sekaligus organ pertama yang dimiliki oleh tumbuhan, dan embrio (plumula, radikula,
dll) merupakan calon individu baru. Biji Zea mays termasuk endospermik dimana
cadangan makanan tidak bisa dibedakan dengan endospermik, jadi cadangan
makanannya berupa jaringan endosperm. Endospermic bijinya rudimeter (proses
hilaangnya embrio saat perkembangan), biji endospermic biasanya terdapat pada
tumbuhan monokotil dan Jagung termasuk jenis perkecambahan hypogeal. Hypogeal
yaitu pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul di atas tanah, kotiledon relative tetap posisinya. Jadi
pada hypogeal, hipokotilnya tidak memanjang yang menyebabkan bijinya tetap di
dalam tanah.

Hal tersebut sesuai dengan Widaningrum (2010), yang menyatakan bahwa


bahwa biji jagung disebut kariopsis, dinding ovary atau pericarp melebur dan menyatu
dengan testa (kulit biji) membentuk dinding buah. Biji jagung tersusun dari tiga bagian
yaitu pericarp, endosperm, dan embrio. Pendapat Santoso (1987) menambahkan bahwa
biji jagung terdiri dari tiga bagian yaitu pericarp yang terletak pada lapisan terluar biji,
endosperm merupakan lapisan setelah pericarp berfungsi sebagai cadangan makanan
biji, dan embrio atau lembaga yang terletak pada bagian paling dalam. Embrio
merupakan miniature tanaman yang terdiri atas plumula, akar radikal, scutelum, dan
koleoptil. Menurut Sarwono (2002), perkecambahan pada biji jagung termasuk ke
dalam perkecambahan hypogeal, dimana kotiledon tetap berada di bawah tanah,
sedangkan plumula menembus pusar biji dan tumbuh ke atas.
4.4 Biji Phaseolus vulgaris

4.4.1 Hasil Pengamatan

Berikut di bawah ini adalah hasil pengamatan terhadap biji Phaseolus vulgaris

Foto Pengamatan Gambar Literatur

1
2

Perbesaran 40X

(Enomoto, 2016)
Keterangan :
1. Embrio 3. Tangkai Biji
2. Plasenta

4.4.2 Pembahasan

Klasifikasi Phaseolus vulgaris menurut Cahyono (2003), yaitu sebagai berikut :

Kingdom Plantae

Divisi Tracheophyta

Kelas Magnoliopsida

Ordo Fabales

Famili Fabaceae

Genus Phaseolus

Spesies Phaseolus vulgaris

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap biji Phaseolus vulgaris yang


dilakukan pengamatan di mikroskop dengan menggunakan perbesaran 40X, didapati
hasil yaitu terdapat struktur anatomi biji seperti embrio (calon individu baru), plasenta
merupakan bagian dari bakal buah, tangkai biji adalah bagian biji yang menghubungkan
biji dengan tembuni. Biji buncis termasuk jenis biji eksalbuminus (Non-Endospermik),
yaitu biji yang bisa dibedakan endospermik dan cadangan makanannya (berupa
kotiledon), biasanya terdapat di dalam tumbuhan dikotil. Biji buncis termasuk dalam
tipe perkecambahan epigeal. Epigeal adalah tipe perkecambahan yang menghasilkan
kotiledon dan epikotil keluar dari biji, karena pemanjangan hipokotil. Sehingga
kotiledon keluar ke atas tanah. Hal tersebut sependapat dengan Safitry dan Juang (2013)
bahwa pada morfologi biji Phaseolus sp. terdiri dari pusar biji, tegma, testa, dan
kotiledon. Dimana pusar biji yang terletak di tengah-tengah berwarna hitam, testa yang
berwarna merah maroon, tegma terletak pada lapisan setelah testa, dan kotiledon
berkeping 2 atau dikotil yang merupakan calon daun tembaga. Pendapat Sutrian (2011)
menambahkan bahwa anatomi biji Phaseolus sp. Terdiri dari pusar biji, hipokotil,
radikula, tegma, testa, kotiledon, plamula, dan epikotil. Pada pusar biji terletak di tengah
dan berwarna hitam, pada hipokotil merupakan calon batang bagian bawah, tegma
terletak pada lapisan setelah testa, testa merupakan lapisan kulit luar berwarna merah,
kotiledon merupakan calon daun tembaga, plamula merupakan calon batang dan daun.
Pada biji Phaseolus sp. tergolong ke dalam biji berkeping 2 atau dikotil. Pada biji
dikotil atau biji berkeping 2, cadangan makanannya tersimpan dalam kotiledon untuk
pertumbuhan embrio. Sesuai menurut Amien (1984), yang menyatakan bahwa kotiledon
merupakan cadangan makanan untuk pertumbuhan embrio hingga mencapai
terbentuknya daun, karena embrio belum menghasilkan makanan sendiri melalui
fotosintesis.Pendapat Slamet (2009) menambahkan bahwa biji Phaseolus sp. Termasuk
dalam perkecambahan epigeal yaitu kotiledon terangkat ke atas tanah karena terdorong
oleh pertumbuhan hipokotil yang memanjang ke atsas.
4.5 Biji Glycine max.

4.5.1 Hasil Pengamatan

Berikut di bawah ini adalah hasil pengamatan terhadap biji Glycine max.

Foto Pengamatan Gambar Literatur

(Yoshida, 2002)
Perbesaran 40X
Keterangan :
1. Plumula
2. Kaulikula

4.5.2 Pembahasan

Klasifikasi Glycine max. menurut Warisno (2010), yaitu sebagai berikut :

Kingdom Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Magnoliopsida

Ordo Fabales

Famili Fabaceae

Genus Glycine

Spesies Glycine max.

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap biji Glycine max yang diamati di
mikroskop dengan menggunakan perbesaran 40X, didapati hasil terdapat bagain-bagain
struktur anatomi biji seperti plumula dan kaulikula. Plumula adalah pertumbuhan
embrionik yang akan berkembang menjadi tunas yang terletak di atas kotiledon,
plumula adalah bagain dari epikotil (pucuk kecil yang akhirnya menjadi batang
tanaman, bunga dan daun) yang tumbuh, sedangkan kaulikula adalah lapisan pelindung
pada seluruh sistem, biji Glycine max adalah termasuk biji eksalbuminus (Non-
Endospermik), yaitu biji yang bisa dibedakan endospermik dan cadangan makanannya
(berupa kotiledon), biasanya terdapat di dalam tumbuhan dikotil. Tipe perkecambahan
biji kedelai yaitu epigeal. Epigeal merupakan tipe perkecambahan yang menghasilkan
kotiledon dan epikotil keluar dari biji, karena pemanjangan hipokotil. Sehingga
kotiledon keluar ke atas tanah.

Menurut pendapat Marliah, dkk (2012) bahwa pada morfologi biji kacang
kedelai (Glycine max) terdiri dari pusar biji, testa, tegma, dan kotiledon. Dimana pusar
biji yang terletak di tengah-tengah berwarna hitam, testa yang berwarna krim, tegma
terletak pada lapisan setelah testa, dan kotiledon berkeping 2 atau dikotil yang berwarna
krim yang merupakan calon daun tembaga. Pendapat Santoso, dkk (1987) yaitu pada
anatomi biji kedelai yang terdapat di pusar biji, hipokotil, radikula, tegma, testa,
kotiledon, plamula, dan epikotil. Pada pusar biji terletak di tengah dan berwarna hitam,
pada hipokotil merupakan calon batang bagian bawah, tegma terletak pada lapisan kulit
luar berwarna krim, kotiledon merupakan calon daun tembaga, plamula merupakan
calon batang dan daun. Pada biji kedelai tergolong ke dalam biji berkeping 2 atau
dikotil. Pada biji dikotil atau biji berkeping 2, cadangan makanannya tersimpan dalam
kotiledon untuk pertumbuhan embrio. Sesuai menurut Amien (1984), yang menyatakan
bahwa kotiledon merupakan cadangan makanan untuk pertumbuhan embrio hingga
mencapai terbentuknya daun, karena embrio belum menghasilkan makanan sendiri
melalui fotosintesis. Perkecambahan pada biji kedelai (Glycine max) termasuk ke dalam
perkecambahan epigeal, dimana hipokotil tumbuh memanjang ke atas, sehingga
kotiledon terangkat ke atas. Sesuai pendapat Slamet (2009), yang menyatakan bahwa
perkecambahan epigeal yaitu kotiledon terangkat ke atas tanah karena terdorong oleh
pertumbuhan hipokotil yang memanjang ke atas.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah :
1. Jaringan penyusun akar terdiri atas jaringan epidermis yang berada pada bagian
terluar akar, parenkim, dan jaringan pengangkut berupa xylem dan floem. Pada
tumbuhan monokotil, terdapat empulur yang dikelilingi oleh jaringan pengangkut.
Sedangkan pada tumbuhan dikotil, terdapat silinder pusat atau stele.
2. Biji yang diamati adalah biji jagung, biji kedelai, dan biji buncis. Pada biji jagung,
bagian yang tampak adalah perikarp, endosperm, kotiledon, dan embrio. Pada biji
kedelai, bagian-bagiannya adalah plumula dan kaulikula. Pada biji buncis, bagian
yang terlihat, yakni plasenta, embrio, dan tangkai biji. Perikarp pada biji jagung atau
lapisan luar biji yang memiliki fungsi untuk mencegah kehilangan air, endosperm
sebagai tempat cadangan makanan, embrio yang terdiri dari plumula, radikula dan
lain-lain yang merupakan calon terbentuknnya individu baru dan kotiledon atau daun
pertama
5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya praktikan
diharuskan belajar tentang materi terlebih dahulu sehingga meskipun praktikum
dilaksanakan secara online , praktikum bias berjalan dengan lancar dan dapat dengan
mudah difahami.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 1990. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuhan. Bandung :
Angkasa.

Amien, Pratignjo, dkk. 1985. Buku Petunjuk Kegiatan Biologi II. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Batista, Michell Fernandes. Et all. `Aluminium In Corn Plants : Influence On Growth And
Morpho-Anatomy Of Root And Leaf. R Bracs. Vol 27.

Cahyono, Bambang. 2003. Kacang Buncis. Yogyakarta: Kanisius.

Enomoto, Hirofumi. Et all. 2016. Visualisation of Abscisic Acid and 12-oxo-Phytodienoic


Acid In Immature Phaseolus vulgaris L. Seeds Ssing Desorption Electrospray
Ionisation-Imaging mass Spectrometry. Scientific Reports

Gulati, dkk. 2000. Root Growth of Groundnut (Arachis hypogaea) as Influenced by Irrigation
Schedules Under Different Water Table Conditions. Indian Journal of Agricultural
Sciences. Vol. 70, No. 2.

Hidayat. 2012. Mikrobiologi Hasil Pertanian. Jakarta : Erlangga.

Jafari, S. et all. 2018. Anatomical Assessment Of Maize (Zea mays L.) Seedlings Exposed to
Colloidal Silver Nanoparticles. Ecology and Environmental Research. Vol 32(4).

Jumanta. 2019. Buku Pintar Tumbuhan. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Justin, David, et al. 2013. A Morpho –Anatomical Study of the Vegetative Organs of Arachis
hypogaea.

Marliah, Ainun. Dkk. 2012. Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan
Kedelai (Glycine max L) Merrill. Jurnal Agrista. Vol 16 (1).

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Nurhayati. Dkk. 2016. Struktur Anatomi Akar, Batang dan Daun Anthurium plowmanii
Croat., Anthurium hookeri Kunth. Dan Anthurium plowmanii × Anthurium hookeri.
Jurnal Protobiont. Vol 5 (1).

Purwanto, Agus. 2015. Ayat-Ayat Semesta. Bandung : Mizan


Safitry, Meilya Ramadhiana, dan Juang Gema Kartika. 2013. Pertumbuhan dan Produksi
Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris) pada beberapa Kombinasi Media Tanam Organik.
Jurnal Bul. Agrohorti. Vol. 1, No. 1.

Santoso, Woelaningsih, dkk. 1987. Anatomi Tumbuhan. Jakarta: Karnunika.

Sarwono, B. 2002. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Argomedia Pustaka.

Savitri, Evika Sandi. 2008. Struktur Perkembangan Tumbuhan (Anatomi Tumbuhan).


Malang: UIN Press.

Slamet. 2009. Biologi Umum. Surakarta: CV. HTS.

Sutrian, yayan. 2011. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan tentang Sel dan Jaringan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tanase, Corneliu, et al. 2014. Histo-Anatomical Aspects in Maize (Zea mays L.) Seedlings
Developing under Influence of Deuterium Depleted Water. Biol. Veget. Vol. 60(2).

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press

Warisno dan Kres Dahana. 2010. Meraup Untung dari Olahan Kedelai. Jakarta: PT Agro
Media Pustaka

Widaningrum. Dkk. 2010. Perubahan Sifat Fisiko-Kimia Biji Jagung (Zea mays) Pada
Penyimpanan Dengan Perlakuan Karbondioksida (CO2). Agritech. Vol 30 (1).

Yoshida, Taiji. 2002. Adventitious Shoot Formation from Hypocotyl Sections of Mature
Soybean Seeds. Breeding Science. Vol 52(1).
\\\

Anda mungkin juga menyukai