PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum yang berjudul “Tumbuhan Paku” adalah untuk
Mengetahui ciri morfologi, habitat, dan manfaat secara eologis mauoun ekonomis tumbuhan
paku Vittaria elongata, pyrrocia sp, Equisetum debile, Psilotum nudum, dan Salvinia.
1.4. Manfaat
Manfaat dilaksanakannya praktikum yang berjudul “Tumbhan Paku” adalah dapat
mengetahui keanekaragaman tumbuhan paku beserta ciri yang membedakan antara tumbuhan
paku yang satu dengan tumbuhan paku lainnya, serta manfaat masing-masing tumbuhan paku
tersebut baik secara ekologis maupun ekonomis. Selain itu, dengan dilaksanakannya
praktikum ini dapat menambahkan kekaguman akan tanda kebesaran Allah SWT.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1.2. Habitat
Berdasarkan pada hasil pengamatan yang talah dilakukan, tumbuhan paku
Vittaria elongata. merupakan tumbuhan paku yang hidup menempel pada batang
pohon dengan menggunakan rhizome yang berbentuk serabut. Oleh karenanya,
tumbuhan paku ini merupakan tumbuhan paku yang bersifat epifit. Menurut Barkman
(1958), tumbuhan paku epifit tidak bersifat parasit, karena sumber air diperoleh
langsung dari air. Lebih lanjut, Sujalu (2007) menyatakan bahwasanya epifit
mempunyai habitat yang bersifat khusus berupa tumbuhan hidup. Epifit dapat
berkecambah dan tumbuh dalam rimbunnya tajuk pohon, hidup berada di lingkungan
yang didominasi tutupan tajuk dengan sistem perakaran yang hanya menempel atau
menggumpal pada pohon dan tidak mencaai tanah sehingga tidak mengambil apapun
dari tumbuhan inangnya.
2.1.3. Tabel Deskripsi
No Organ Bagian Ciri
1 Akar Serabut
2 Batang Perawakan Terna
3 Letak Di atas tanah
4 Arah tumbuh Ke atas
5 Bentuk batang Tidak Beraturan
6 Percabangan Monopodial
7 Permukaan Kasar
8 Warna Coklat
9 Daun Letak Menempel pada batang
10 Jenis daun Daun tunggal
12 Kelengkapan Tidak lengkap
13 Bentuk helai Pita
14 Tepi Rata
15 Pangkal Meruncing
16 Ujung Runcing
17 Permukaan Atas : kasar
Bawah : halus
18 Pertulangan Ada
19 Peruratan Tidak ada
20 Tekstur Seperti kertas
21 Ciri khusus Sori di ujung
22 Sporofil Letak Ujung daun bagian
bawah
23 Susunan Sorus
2.1.4. Klasifikasi
Klasifikasi tumbuhan paku ini menurut database Plantamor (2017), tumbuhan
ini termasuk ke dalam kingdom plantae; divisi Pteridophyta; kelas Pteridopsida; ordo
Polipodiales; famili Vittariaceae; genus Vittaria; spesies Vittaria elongata.
2.2.2. Habitat
Berdasarkan pada hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam praktikum,
paku ini hidup menempel pada batang tumbuhan lain. Oleh karena itu, dapat diketahui
bahwasanya tumbuhan paku Pyrrocia sp. ini merupaka tumbuhan epifit. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan (Zaenudin, 1986), yang menyatakan bahwasanya paku ini
merupakan salah satu jenis tumbuhan epifit yang hidup menempel pada tumbuhan
lain. Lebih lanjut, menurut Holttum (1966), paku ini tidak mengambil air dan unsur
hara dari jaringan tumbuhan yang ditumpanginya. Paku ini hanya tinggal dipermukaan
kulit batang untuk mendapatkan air dengan akarnya selama hujan dan ketika waktu
malam.
2.2.4. Klasifikasi
Klasifikasi tumbuhan paku Pyrrocia sp. menurut Hovenkamp (1998) adalah
termasuk ke dalam divisi Pteridophyta; kelas Pteridopsida; ordo Polypodiales; famili
Polypodiaceae; genus Pyrrocia; spesies Pyrrocia sp.
2.3.2. Habitat
Equisetum debile Roxb. (Equicetaceae) merupakan tumbuhan paku yang
tersebar secara luas di Cina Selatan, Asia Tenggara, dan India (Tan., dkk. 2011).
Berdasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan, paku ekor kuda yang digunakan
ditanam pada suatu media tanam sekam. Oleh karena batangnya terletak di bawah
tanah, dapat diketahui bahwasanya paku ini termasuk tumbuhan terestrial. Pernyataan
tersebut sejalan dengan pernyataan Tjitrosoepomo (2011), yang menyatakan
bahwasanya tumbuhan ini sebagian hidup di darat dan sebagian hidup di rawa-rawa.
2.3.4. Klasifikasi
Klasifikasi tumbuhan paku Equisetum debile menurut Tjitrosoepomo (2005)
adalah divisi : pteridophyta; kelas : equisetinae; ordo : eqisetales; famili :
equisetinaceae; genus : equisetum; spesies : Equisetum debile L.
2.4.2. Habitat
Tumbuhan paku Psilotum sp ini merupakan tumbuhan terestrial yang hanya
dapat dijumpai pada daerah-daerah tertent saja. Hal ini mengacu pada pernyataan
Tjitrosoepomo (2011), yang enyatakan bahwasanya Psilotum nudum, masih terdapat
di Pulau Jawa. Menurut Vahdati., dkk (2014) Psilotum nudum merupakan tumbuhan
parenial yang tmbuh sebagai epifit pada akar Parrotia persica C.A.May. di tepi sungai
Hutan Ramsar.
2.4.4. Klasifikasi
Klasifikasi tumbuhan paku ini menurut database Plantamor (2017) termasuk
kedalam kingdom Plantae; divisi Pteridophyta; kelas Psilotopsida; ordo Psilotales;
famili Psilotaceae; genus Psilotum; spesies Psilotum nudum (L.) P. Beauv.
2.5.2. Habitat
Habitat tumbuhan paku ini berada pada lingkungan akuatik. Hal ini
sebagaimana pernyataan Tjitrosoepomo di atas yang menyatakan bahwasanya suku
Salviniaceae. Paku air yang mengapung dengan bebas pada permukaan air. Lebih
lanjut, Tjitrosoepomo (2011) menambahkan bahwasanya Salvinia, paku air yang
mengapung, tersebar di Eropa dan Asia.
2.5.4. Klasifikasi
Klasifikasi tumbuhan paku ini menurut database Plantamor (2017), termasuk
ke dalam kingdom Plantae; divisi Pteridophyta; kelas Pteridopsida; ordo Salviniales;
famili Salviniaceae; genus Salvinia; spesies Salvinia sp.
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwasanya :
a) Paku Vittaria elongata merupakan tumbuhan paku berperawakan terna yang hidup
epifit pada batang pohon. Tumbuhan paku jenis ini memiliki daun yang panjang
seperti pita dengan sorus terletak pada ujung daun bagian bawah. Bentuk cabang tidak
teratur, permukaan kasar, berwarna coklat, arah tumbuh ke atas, dan teretak di atas
tanah. Sorus terletak pada ujung daun bagian bawah.
b) Tumbuhan paku Pyrrocia sp. merupakan tumbuhan paku berperawakan terna dan
hidup epifit pada batang pohon. Batang terletak di atas tanah dengan arah
pertumbuhan ke atas, bentuk tidak beraturan, tidak terdapat percabangan, permukaan
kasar, dan berwarna coklat. Daun terletak menempel pada batang, berupa daun tunggal
yang idak lengkap, dan bersifat dimorfisme. Sorus terletak pada bagian tepi sporofil
bagian bawah.
c) Equisetum debile merupakan tumbuhan paku berperawakan terna yang berhabitat
terestrial. Batang terletak di bawah tanah dengan arah tumbuh ke atas, berbentuk
silindris dengan percabangan simpodial, permukaan batang beralur, dan cabang
beralur. Daun menempel pada batang, berbentuk sisik, dan ujung rincing. Spora
terletak di ujung batang. Tumbuhan paku ini dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan.
d) Psilotum nudum merupakan tumbuhan paku berhabitus terna yang berhabitat terestrial.
Batang berada di bawah tanah dengan arah pertumbuhan ke atas, berbentuk silinder,
dikotomus, permukaan beralur, dan berwarna hijau. Daun tersebar pada batang, berupa
daun tunggal yang tidak lengkap, dan berbentuk sisik. Sporofil terletak di ketiak
batang membentuk sinangium.
e) Salvinia sp merupakan tumbuhan paku air yang berhabitus herba. Batang terletak di
atas air dengan arah tumbuh menyamping, berbentuk silindris, permukaan halus,
berwarna hijau, dan terdapat trikoma. Daun berada pada batang, berupa daun tunggal
dan merupakan daun tidak lengkap, berbentuk bulat, dengan tepi rata. Sporangium
terletak di dekat rhizom. Berguna untuk bioremidiasi.
3.2. Saran
Praktikum yang berjudul “Tumbuhan Paku” ini sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan bahan yang lebih banyak sehingga memudahkan praktikan dalam melakukan
pencandraan. Selain itu, spesimen yang digunakan sebaiknya secara keseluruhan berada pada
habitat aslinya guna memberi kesan tersendiri terhadap spesimen yang digunakan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Barkman, J.J. 1958. Phytosociology and Ecology of Cryptogamic Epiphytes. Van. Gorcum :
Assen.
Campbell, Neil, A., Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman,
Peter V. Minorsky, dan Robert B. Jackson. 2012. Biologi. Edisi Kedelapan. Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
Chapman, A. D. 2009. Numbers of Living Species in Australia and the World. 2nd Edn.
Australian Biodiversity Information Services. A Report for the Australian Biological
Resources Study.
De Winter, W. P., and L. A. Amoroso. 2003. Cryptograms: Ferns and Ferns Allies. Leiden :
Backhyus Publisher.
Dhir, Bupindher. 2009. Salvinia : An Aquatic Fern with Potential Use in Phytoremediation.
Environment & Wean International Journal of Science and Technology. Vol. 4.
Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung : ITB.
Hovenkamp, P. H., M.T.M. Bosman, E. Hennipman, H.P. Nootebom, G. Rodlilinder, dan
M.C. Roos. 1998. Flora Malesiana (Polypodiacease). Netherland : Hortus Botanicus.
Libing, Zhang dan Nicholas J. Turland. 2004. Equisetaceae. Popularis Sin. Vol. 6. No. 3.
Nurchayati, N. 2010. Hubungan Kekerabatan Beberapa Spesies Tumbuhan Paku Famili
Polypodiaceae Ditinjau dari Karakter Morfologi Sporofit dan Gametofit. Jurnal Ilmial
Progressif. Vol 7. No. 19.
Salihah, M. 2010. Studi Tipe Morfologi Kulit Pojon Inang dan Jenis Paku Epifit dalam
Upaya Menunjang Konservasi Paku Epifit yang Teradapat di Taman Hutan Raya
Ronggo Soeryo Cangar. Skripsi. Jurusan Biologi : Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Maliki Malang.
Sastrapradja, S., Afriastini, J.J. Darnaedi, D., dan Widjaja, E.A., 1985. Jenis Paku Indonesia.
Bogor : LIPI.
Schuettpelz and Pryer. 2008. Fern Phylogeny in Biology and Evolution of Ferns and
Lycophytes. Cambridge : Cambridge University Press.
Setyawan, Ahmad Dwi dan Sugiyarto. 2001. Keanekaragaman Flora Hutan Jobolarangan
Gunung Lawu : 1. Cryptogammae. Biodiversitas Vol. 2. No.1.
Smith, Glbert M. 1979. Cryptogamic Botany : Bryophytes and Pteridophytes. Edisi Kedua.
Volume ii. New Delhi : TATA McGRAW HILL PUBLISHIG COMPAY LTD.
Sujalu, Akas Pinaringan. 2007. Identifikasi Keanekaragaman Paku-Pakuan (Pteridophyta)
Epifit pada Hutan Bekas Tebangan di Hutan Penelitian Malinau-Cifor Seturan. Media
Konservasi. Vol. 12. No.1.
Tan, Jun-Ming, Yi-Hua Qiu, Xin-Qi Tan, Chang-Heng Tan, dan Kai Xiao. 2011. Chemical
Constituent of Equisetum debile. Journal of Asian Natural Products Research. Vol.
13. No. 9.
Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjahmada University Press.
Tjitrosoepomo, G. 2006. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjahmada University Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjahmada University
Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta. Yogyakarta : Gadjahmada University Press.
Ulum, Fuad Bahrul dan Dwi Setyati. 2015. Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Epifit di Gunung
Raung, Bnyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Jurnal ILMU DASAR. Vol. 16. No. 1.
Vahdati, Fatemeh Bazdid, Shahryar Saeidi Mehrvarz, Alireza Naqinezhad, dan Robabaeh
Shahi Shavvon. 2014. The Morphological and Anatomical Reinvestigation of the
Psilotum nudum, in Hyrcanian Forests, N Iran. Taxonomi and Biosystematics.
Widhiastuti, Retno, T. Alief Aththorick, dan Wina Dyah Puspita Sari. 2006. Struktur dan
Komposisi Tumbuhan Paku-Pakuan di Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten
Karo. Jurnal Biologi Sumatra. Vol. 138. No. 2.
Wu, G.T., Xue, dan, Z.Q. Huang. 2004. Chemical Constituent of Equicetum debile. Journal
Qiqihar Medicine. Vol. 25. No. 121.
Zainudin, 1986. Paku Picisan (Drymoglossumpilloseloides Presl.) Pengaruhnya pada
Tanaman Kakao di Kebun Percobaan Kaliwining. Jurnal Pelita Perkebunan.2.