Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tumbuh-tumbuhan merupakan makhluk hidup yang berperan penting dalam
kehidupan. Kemampuan tumbuhan dalam memproduksi bahan makanan dan oksigen, serta
kemampuan lainnya yang bermanfaat baik bagi hewan, lingkungan, maupun manusia.
Keaneka ragaman tumbuhan yang tersebar luas di berbagai belahan dunia khususnya di
Indonesia merupakan salah satu tanda-tanda kebesaran Allah SWT. yang patut dipelajari dan
direnungkan kebenarannya. Salah satu contoh tanda-tanda kebesaran Allah tersebut dapat
diamati pada tumbuhan paku. Menurut Schuettpelz and Pryer (2008), tumbuhan paku
(Pteridophyta) merupakan tumbuhan berpembuluh yang menghasilkan spora sebagai alat
penyebaran keturunannya. Lebih lanjut, Nurchayati (2010) menyatakan bahwasanya
tumbuhan paku merupakan tumbuhan berpembuluh yang paling primitif daripada tumbuhan
berpembuluh lain.
Keberagaman tumbuhan paku dapat dijumpai di lingkungan sekitar, baik dari segi
morfologi, habitat, hingga manfaat dari tumbuhan paku tersebut. Menurut Ewusie (1990)
dalam Widhiastuti, dkk (2006), kelimpahan dan penyebaran tumbuhan paku sangat tinggi
terutama di daerah hutan tropis. Tumbuhan paku juga banyak terdapat di hutan pegunungan.
Menurut Chapman (2009), terdapat lebih dari 15.000 spesies tumbuhan paku tumbuh di
berbagai kawasan di Bumi. Lebih lanjut, De Winter dan Amoroso (2003) menyatakan
bahwasanya 4.000 spesies di antaranya tumbuh di Asia Tenggara.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran Surah Thaha Ayat 53 sebagai
berikut :
“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan
bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami
tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang
bermacam-macam.”
Berdasarkan pada Firman Allah SWT. di atas, dapat diketahui bahwasanya Allah SWT.
telah menciptakan beragam jenis tanaman yang berbeda-beda. Menurut Jalalain (2010), kata
Syattaa dari lafadz nabaatin syattaa adalah sifat dari kata Azwaajaa, yang bermakna
bermacam-macam warananya, rasanya, dan sebagainya. Ayat tersebut menjelaskan bahwa
dengan air hujan yang diturankan dari langit, Allah SWT. menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
yang beranekaragam.
Salah satu tumbuhan yang beranekaragam tersebut sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya adalah tumbuhan paku. Berdasarkan pada hasil praktikum yang telah dilakukan,
laporan praktikum yang berjudul “Tumbuhan Paku (Pteridophyta)” ini akan membahas
keanekaragaman tersebut terutama pada spesies Vittaria elongata, Pyrrocia sp, Equisetum
debile, Psilotum nudum, dan Salvinia sp, baik dari segi morfologi, habitat, hingga manfaat
secara ekologis maupun ekonomis pada masing-masing spesies.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam praktikum yang berjudul “Tumbuhan Paku” adalah
:Bagaimana morfologi, habitat, dan manfaat secara ekologis mauoun ekonomis tumbuhan
paku Vittaria elongata, pyrrocia sp, Equisetum debile, Psilotum nudum, dan Salvinia sp ?

1.3. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum yang berjudul “Tumbuhan Paku” adalah untuk
Mengetahui ciri morfologi, habitat, dan manfaat secara eologis mauoun ekonomis tumbuhan
paku Vittaria elongata, pyrrocia sp, Equisetum debile, Psilotum nudum, dan Salvinia.

1.4. Manfaat
Manfaat dilaksanakannya praktikum yang berjudul “Tumbhan Paku” adalah dapat
mengetahui keanekaragaman tumbuhan paku beserta ciri yang membedakan antara tumbuhan
paku yang satu dengan tumbuhan paku lainnya, serta manfaat masing-masing tumbuhan paku
tersebut baik secara ekologis maupun ekonomis. Selain itu, dengan dilaksanakannya
praktikum ini dapat menambahkan kekaguman akan tanda kebesaran Allah SWT.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Vittaria elongata.


2.1.1. Deskripsi Morfologi
Berdasarkan pada hasil pengamatan, ciri yang dapat diamati pada tumbuhan
paku ini adalah perawakan yang berupa terna dengan akar (rhizome) berbentuk
serabut. Paku ini juga biasa disebut dengan paku pita. Hal ini mengacu pada
bentuknya yang memanjang seperti pita. Batang berada di atas tanah dengan arah
tumbuh ke atas pula. Batang tumbuhan paku jenis Vittaria elongata ini berbentuk tidak
teratur dan memiliki percabangan. Permukaan batang terasa kasar dan berwarna
coklat, untuk lebih jelasnya daat dilihat pada gambar 2.1.1.

Gambar 2.1.1. Vittaria elongata


Daun tumbuhan paku Vittaria elongata sebagaimana hasil pengamatan dan
pencandraan yang dilakukan nampak menempel pada batang. Daun tersebut berupa
daun tunggal oleh karena tidak terdapat anak daun pada daun tersebut. Hal ini
mengacu pada pernyataan Tjitrosoepomo (2011), yang menyatakan bahwasanya pada
tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Daun yang demikian
dinamakan daun tunggal (folium simplex). Sejalan dengan pernyataan di atas, Ulum
dan Dwi Setyati (2015) menyatakan bahwasanya tumbuhan paku jenis ini memiliki
daun tunggal, berwarna hijau, ligulatus, tipis, panjang 540 mm, lebar 10mm, lebar
pangkal 20 mm.
Tepi daun tumbuhan paku Vittaria elongata berbentuk rata, dengan pangkal
meruncing dan ujung yang runcing. Permukaan daun bagian atas terasa kasar,
sementara permukaan daun bagian bawahnya terasa halus. Daun tumbuhan paku ini
sebagaimana hasil pengamatan yang telah dilakukan, memiliki pertulangan pada
daunnya, namun tidak didapati peruratan daun. Tekstur daunnya seperti kertas dengan
ciri khusus daun tumbuhan ini yang dapat diamati adalah memiliki sorus di ujungnya.
Berdasarkan kelengkapan daunnya, daun tumbuhan paku jenis ini termasuk daun yang
tidak lengkap. Hal ini dikarenakan tidak terdapat upih pada daunnya serta hanya terdiri
atas helaian daun yang menempel pada batang. Pernyataan tersebut mengacu pada
pernyataan Tjitrosoepomo (2011), daun-daun yang lengkap mempunyai bagian-bagian
berupa upih daun atau pelepah daun (Vagina), tangkai daun (Petiolus), dan helaian
daun (Lamina).
Berdasarkan pada alat perkembangbiakan generatifnya, pada tumbuhan paku
Vittaria elongata dapat ditemukan adanya sporofil. Sorus pada timbuhan paku ini
terletak pada ujung daun bagian bawah. Berdasarkan pada letak sorusnya tersebut,
Vittaria elongata termasuk ke dalam famili Polipodiaceae. Hal ini sebagaimana
pernyataan Smith (1955) yang menyatakan bahwasanya Polipodiaceae merupakan
satu-satunya famili yang memiliki sorus dengan bentuk yang bermacam-macam.
Lebih lanjut, Tjitrosoepomo (2011) menyatakan bahwasanya Letak sorus pada tepi
atau dekat repi daun, dapat pula pada urat-urat, berbentuk garis, memanjang, bulat.
Menurut Smith (1955) menyatakan bahwa jumlah spora dalam sorus biasanya sekitar
32 atau 64 spora. Menurut Tjitrosoepomo (2011), sporagium kadang-kadang sampai
menutupi seluruh permukaan bawah daun yang fertil.

2.1.2. Habitat
Berdasarkan pada hasil pengamatan yang talah dilakukan, tumbuhan paku
Vittaria elongata. merupakan tumbuhan paku yang hidup menempel pada batang
pohon dengan menggunakan rhizome yang berbentuk serabut. Oleh karenanya,
tumbuhan paku ini merupakan tumbuhan paku yang bersifat epifit. Menurut Barkman
(1958), tumbuhan paku epifit tidak bersifat parasit, karena sumber air diperoleh
langsung dari air. Lebih lanjut, Sujalu (2007) menyatakan bahwasanya epifit
mempunyai habitat yang bersifat khusus berupa tumbuhan hidup. Epifit dapat
berkecambah dan tumbuh dalam rimbunnya tajuk pohon, hidup berada di lingkungan
yang didominasi tutupan tajuk dengan sistem perakaran yang hanya menempel atau
menggumpal pada pohon dan tidak mencaai tanah sehingga tidak mengambil apapun
dari tumbuhan inangnya.
2.1.3. Tabel Deskripsi
No Organ Bagian Ciri
1 Akar Serabut
2 Batang Perawakan Terna
3 Letak Di atas tanah
4 Arah tumbuh Ke atas
5 Bentuk batang Tidak Beraturan
6 Percabangan Monopodial
7 Permukaan Kasar
8 Warna Coklat
9 Daun Letak Menempel pada batang
10 Jenis daun Daun tunggal
12 Kelengkapan Tidak lengkap
13 Bentuk helai Pita
14 Tepi Rata
15 Pangkal Meruncing
16 Ujung Runcing
17 Permukaan Atas : kasar
Bawah : halus
18 Pertulangan Ada
19 Peruratan Tidak ada
20 Tekstur Seperti kertas
21 Ciri khusus Sori di ujung
22 Sporofil Letak Ujung daun bagian
bawah
23 Susunan Sorus

2.1.4. Klasifikasi
Klasifikasi tumbuhan paku ini menurut database Plantamor (2017), tumbuhan
ini termasuk ke dalam kingdom plantae; divisi Pteridophyta; kelas Pteridopsida; ordo
Polipodiales; famili Vittariaceae; genus Vittaria; spesies Vittaria elongata.

2.2. Pyrrocia sp.


2.2.1. Deskripsi Morfologi
Berdasarkan pada pengamatan yang telah dilakukan, tumbuhan paku ini
memiliki perawakan berupa terna dengan rhizom (bagian yang menyerupai akar)
berbentuk serabut yang berfungsi sebagai alat perlekatan. Batang berada di atas tanah
dengan arah pertumbuhan ke atas. Batang tumbuhan ini berbentuk tidak beraturan dan
tidak terdapat percabangan. Permukaan batang kasar dan berwarna coklat. Pyrrocia
sp, merupakan salah satu tumbuhan paku yang termasuk ke dalam famili
polipodiaceae. Menurut Setyawan dan Sugiyarto (2001), familia ini dikenal sebagai
tumbuhan paku yang paling bayak anggotanya, dengan ciri morfologi yang beraneka
ragam namun pada umumnya memiliki sorus yang terletak di tepi atau di dekat tepi
daun.
Pyrrocia sp. memiliki dua jenis daun, yang terdiri dari sporofil dan tropofil.
Sporofil merupakan daun yang berfungsi sebagai alat perkmbangbiakan, dimana pada
daun sporofil ini terdapat sorus pada tepi daun bagian bawah. Sedangkan tropofil
merupakan suatu helaian daun yang berfungsi untuk mengadakan kegiatan
fotosintesis. Keadaan yang demikian ini dinamakan dengan dimorfisme, sebagaimana
dapat diamati pada gambar 2.2.1. Menurut Sastrapradja (1985) dan Hovenkamp., dkk
(1998), daun sporofil biasanya berbentuk panjang seperti pita. Helaian daun memiliki
panjang sampai 11 cm dengan tangkai ukuran mencapai 12 cm. Fungsi dari daun
sporofil adalah sebagai tempat menempelnya sorus yang berada di baawah tepi
permukaan daun yang jumlahnya sangat banyak. Sedangkan daun tropofil memiliki
bentuk lebih pendek, kecil, bulat, memiliki panjang helaian daun sampai 3 cm dan
ukuran tangkai 0,5 – 1 mm. Lebih lanjut, Tjitrosoepomo (2006), menyatakan
bahwasanya antara kedua bentuk daun sisik naga mempunyai pola pertulangan yang
berbeda. Daun tropofil memiliki pola pertulangan reticulate atau menjala. Sedangkan
sporofil berupa longitudinal yaitu pola pertulangan sejajar yang dapat menyebar
membentuk lengkungan mengikuti lebar daun dan kenudian bertemu di ujung,
sehingga pertulangan nampak melengkung atau tulang daun membelok 90˚ ke arah
tepi kemudian kembali ke arah atas.

Gambar 2.2.1. Pyrrocia sp.


Daun pada Pyrrocia sp terletak menempel pada batang. Daun tumbuhan paku
ini termasuk dalam kelompok daun tunggal yang tidak lengkap. Bentuk daun
sebagaimana telah disinggung di atas, daun sporofil berbentuk lanset, sedangkan daun
tropofil berbrntuk bulat telur dengan tepi yang rata pada masing-masing daun, baik
sporofil maupun tropofil. Pangkal daun sporofil berbentuk meruncing, sementara
pangkal daun tropofil berbentuk membulat. Permukaan daun tumbuhan paku ini halus
dengan tekstur yang berdaging. Di bawah daun sporofil, seperti telah disinggung
sebelumnya, terdapat sorus yang bergerombol pada bagian tepi daun. Menurut
Holttum (1967); Sastrapradja (1985); dan Salihah (2010), sorus merupakan alat
perkembangbiakan bagi tumbuhan paku sisik naga yang di dalamnya terdapat spora
yang terkumpul dalam sporangium (kantong spora). Jumlah sorus sangat banyak
sehingga biasanya mengalami penebalan hingga mencapai 2,5 milimeter ketika spora
masak.

2.2.2. Habitat
Berdasarkan pada hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam praktikum,
paku ini hidup menempel pada batang tumbuhan lain. Oleh karena itu, dapat diketahui
bahwasanya tumbuhan paku Pyrrocia sp. ini merupaka tumbuhan epifit. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan (Zaenudin, 1986), yang menyatakan bahwasanya paku ini
merupakan salah satu jenis tumbuhan epifit yang hidup menempel pada tumbuhan
lain. Lebih lanjut, menurut Holttum (1966), paku ini tidak mengambil air dan unsur
hara dari jaringan tumbuhan yang ditumpanginya. Paku ini hanya tinggal dipermukaan
kulit batang untuk mendapatkan air dengan akarnya selama hujan dan ketika waktu
malam.

2.2.3. Tabel Deskripsi


No Organ Bagian Ciri
1 Akar Serabut
2 Batang Perawakan Terna
3 Letak Di atas tanah
4 Arah tumbuh Ke atas
5 Bentuk batang Tidak Beraturan
6 Percabangan Tidak ada
7 Permukaan Kasar
8 Warna Coklat
9 Daun Letak Menempel pada batang
10 Jenis daun Daun tunggal
12 Kelengkapan Tidak lengkap
13 Bentuk helai Sporofil : lanset
Tropofil : bulat
14 Tepi Rata
15 Pangkal Sporofil : meruncing
Tropofil : membulat
16 Ujung
17 Permukaan Halus
18 Pertulangan Ada
19 Peruratan Tidak ada
20 Tekstur Berdaging
21 Ciri khusus Dimorfisme
22 Sporofil Letak Tepi daun bagian bawah
23 Susunan Sorus

2.2.4. Klasifikasi
Klasifikasi tumbuhan paku Pyrrocia sp. menurut Hovenkamp (1998) adalah
termasuk ke dalam divisi Pteridophyta; kelas Pteridopsida; ordo Polypodiales; famili
Polypodiaceae; genus Pyrrocia; spesies Pyrrocia sp.

2.3. Equisetum debile


2.3.1. Deskripsi Morfologi
Equisetum debile merupakan tumbuhan paku yang termasuk ke dalam famili
Equisetaceae. Hal ini sebagaimana ciri morfologi yang terdapat pada tumbuhan paku
tersebut sebagaimana tercantum pada tabel deskripsi 2.3.3. Berdasarkan pada hasil
pengamatan yang tercantum pada tabel dskripsi 2.3.3. tersebut dapat diketahui ciri
morfologi dari tumbuhan paku Equisetum debile diantaranya adalah memiliki akar
(rhizom) yang berbentuk serabut. Equisetum debile merupakan tumbuhan paku dengan
perawakan berupa terna.
Berdasarkan pada gambar di atas, dapat diketahui bahwasanya batang
tumbuhan paku jenis ini terletak di bawah tanah. Arah pertumbuhan batang paku
Equisetum debile mengarah ke atas. Batang berbentuk silindris dengan percabangan
yang simpodial. Permukaan batang dan cabangnya beralur yang nampak seperti
beruas-ruas dan berbuku-buku. Menurut Campbell (2012), ekor kuda juga disebut
artrofit (arthrophyte, tumbuhan berbuku-buku) karena batangnya memiliki buku-buku.
Hal ini bersesuaian dengan pernyataan Tjitrosoepomo (2011), yang menyatakan
bahwasanya batangnya kebanyakan bercabang-cabang berkarang dan jelas kelihatan
berbuku-buku dan beruas-ruas.
Daun pada tumbuhan paku Equisetum debile terletak menempel pada nodus
dan merupakan daun majemuk. Helaian daun tumbuhan paku ekor kuda berbentuk
seperti sisik naga dengan ujung yang runcing. Menurut Libing dan Nicholas (2004),
daun tereduksi, seperti sisik, beralur, bagian bawahnya melebur membentuk seperti
kerah pelepah disekitar dasar internudus; bagian atasnya berlekuk. Tjitrosoepomo
(2011) menyatakan bahwasanya pada buku-buku batang terdapat suatu karangan daun
serupa selaput atau sisik, berbentuk meruncing, mempunyai satu berkas pengangkut
yang kecil. Lebih lanjut, Campbell (2012) menyatakan bahwasanya cincin dari daun
atau batang kecil muncul dari setiap buku, namun batang merupakan organ
fotosintetik utama.
Sporofil paku equisetum debile terletak di ujung batang tumbuhan paku
tersebut. Pernyataan tersebut mengacu pada pernyataan Tjitrosoepomo (2011), yang
menyatakan bahwasanya sporofil tersusun dalam rangkaian yang berseling, dan karena
pendeknya ruas-ruas pendukung sporofil, maka rangkaian sporofil terkumpul
menyerupai suatu kerucut pada ujung batang. Sporofil berbentuk perisai atau meja
dengan satu kaki di tengah, dengan beberapa sporangium (5-10) berbentuk kantung
pada sisi bawahnya. Menurut Libing dan Nicholas (2004), permukaan sporofil
berbentuk heksagonal. Lebih lanjut, Tjitrosoepomo (2011) menyatakan bahwasanya
sporofil selalu berbeda dari daun biasa.

2.3.2. Habitat
Equisetum debile Roxb. (Equicetaceae) merupakan tumbuhan paku yang
tersebar secara luas di Cina Selatan, Asia Tenggara, dan India (Tan., dkk. 2011).
Berdasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan, paku ekor kuda yang digunakan
ditanam pada suatu media tanam sekam. Oleh karena batangnya terletak di bawah
tanah, dapat diketahui bahwasanya paku ini termasuk tumbuhan terestrial. Pernyataan
tersebut sejalan dengan pernyataan Tjitrosoepomo (2011), yang menyatakan
bahwasanya tumbuhan ini sebagian hidup di darat dan sebagian hidup di rawa-rawa.

2.3.3. Tabel Deskripsi


No Organ Bagian Ciri
1 Akar Serabut
2 Batang Perawakan Terna
3 Letak Di bawah tanah
4 Arah tumbuh Ke atas
5 Bentuk batang Silindris
6 Percabangan Simpodial
7 Permukaan Beralur
8 Warna -
9 Daun Letak Menempel pada nodus
10 Jenis daun Daun majemuk
12 Kelengkapan -
13 Bentuk helai Sisik naga
14 Tepi -
15 Pangkal -
16 Ujung Runcing
17 Permukaan -
18 Pertulangan -
19 Peruratan -
20 Tekstur -
21 Ciri khusus Sisik naga
22 Sporofil Letak Ujung batang
23 Susunan Gada

2.3.4. Klasifikasi
Klasifikasi tumbuhan paku Equisetum debile menurut Tjitrosoepomo (2005)
adalah divisi : pteridophyta; kelas : equisetinae; ordo : eqisetales; famili :
equisetinaceae; genus : equisetum; spesies : Equisetum debile L.

2.3.5. Manfaat Secara Ekologis dan Ekonomi


Studi farmacologi memperlihatkan bahwasanya ekstrak alkohol dari E. debile
dapat mengurangi tingkat trigliserida dan kolesterol pada tikus dan pada kelinci (Wu.,
dkk, 2004). Beberapa penelitian pada E. debile melaporkan adanya megastiman
glikosida, fenol glikosida, lignan glikosida, dan flavonoid-flavonoid (Tan., dkk, 2011).
Tumbuhan paku ekor kuda (Equisetum sp.) telah diteliti sebagai hepatoprotektif,
karena memiliki antioksidan dan menghambat radikal bebas. Beberapa genus dari
Equisetum dapat membantu menurunkan glukosa darah dan dapat membantu
mengatasi daibetes tipe 2,dan memiliki efek antimikrobial yang baik (Stuart, 2005).
Lebih lanjut, Campbell (2012) menyatakan bahwasanya ekor kuda dahulu
dimanfaatkan sebagai sikat penggosok panci dan wajan.

2.4. Psilotum nudum.


2.4.1. Deskripsi Morfologi
Berdasarkan pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, tumbuhan paku
Psilotum sp. merupakan tumbuhan paku dengan perawakan terna. Batang tumbuhan
paku purba ini terletak di bawah tanah dengan arah pertumbuhan ke atas. Batang
berbentuk silinder dengan percabangan secara dikotomus. Menurut Tjitrosoepomo
(2011), paku telanjang merupakan tumbuhan paku yang paling rendah tingkat
perkembangannya. Yang paling sederhana masih belum berdaun dan belum berakar.
Pernyataan tersebut bersesuaian dengan pernyataan Campbell (2012), yang
menyatakan bahwasanya sporofit whisk fern (genus psilotum) memiliki batang yang
bercabang dikotom namun tidak berakar.
Daun pada tumbuhan paku ini tersebar pada batang dan merupakan daun
tunggal. Berdasarkan pada kelengkapan daunnya, daun tumbuhan paku telanjang ini
termasuk ke dalam daun yang tidak lengkap. Hal ini sebagaimana telah di bahas
sebelumnya mengenai ciri-ciri daun lengkap pada tumbuhan pada poin 2.1.1. Hal ini
dapat diperjelas dengan memperhatikan gambar 2.4.1. Helaian daun pada tumbuhan
paku ini berbentuk sisik. Menurut Campbell (2012), batang memiliki tonjolan seperti
sisik yang tidak memiliki jaringan vaskular dan mungkin telah berevolusi sebagai
daun yang sangat tereduksi.

Gambar 2.4.1. Psilotum nudum


Sporofil pada tumbuhan paku Psilotum sp. ini terletak pada ketiak batang
dengan susunan berbentuk bulat atau sinangium. Menurut Tjitrosoepomo (2011),
sporangium relatif besar, terdapat pada ujung-ujung cabang dan mempunyai dinding
yang terdiri atas beberapa lapis sel. Dalamnya penuh terisi dengan isospora yang
tersusun sebagai tetrade. Lebih lanjut, Campbell (2012), meyatakan bahwasanya setiap
bungkal kuning pada batang terdiri dari tiga sporangium yang berfusi.

2.4.2. Habitat
Tumbuhan paku Psilotum sp ini merupakan tumbuhan terestrial yang hanya
dapat dijumpai pada daerah-daerah tertent saja. Hal ini mengacu pada pernyataan
Tjitrosoepomo (2011), yang enyatakan bahwasanya Psilotum nudum, masih terdapat
di Pulau Jawa. Menurut Vahdati., dkk (2014) Psilotum nudum merupakan tumbuhan
parenial yang tmbuh sebagai epifit pada akar Parrotia persica C.A.May. di tepi sungai
Hutan Ramsar.

2.4.3. Tabel Deskripsi


No Organ Bagian Ciri
1 Akar Serabut
2 Batang Perawakan Terna
3 Letak Di bawah tanah
4 Arah tumbuh Ke atas
5 Bentuk batang Silindris
6 Percabangan Dicotom
7 Permukaan Beralur
8 Warna Hijau
9 Daun Letak Tersebar pada baatang
10 Jenis daun Daun tunggal
12 Kelengkapan Tidak lengkap
13 Bentuk helai Sisik
14 Tepi -
15 Pangkal -
16 Ujung -
17 Permukaan -
18 Pertulangan -
19 Peruratan -
20 Tekstur -
21 Ciri khusus -
22 Sporofil Letak Ketiak batang
23 Susunan Sinangium

2.4.4. Klasifikasi
Klasifikasi tumbuhan paku ini menurut database Plantamor (2017) termasuk
kedalam kingdom Plantae; divisi Pteridophyta; kelas Psilotopsida; ordo Psilotales;
famili Psilotaceae; genus Psilotum; spesies Psilotum nudum (L.) P. Beauv.

2.5. Salvinia sp.


2.5.1. Deskripsi Morfologi
Salvinia sp. merupakan tumbuhan paku dengan perawakan berupa herba.
Tumbuhan ini memiliki akar (rhizom) berbentuk serabut. Batang terletak di atas air
dengan arah pertumbuhan ke samping. Batang tumbuhan paku ini berbentuk silindris
dan tidak memiliki percabangan. Permukaan batang halus, berwarna hijau, dan
terdapat trikoma.
Daun pada tumbuhan ini terletak pada batang dan merupakan daun tunggal.
Berdasarkan kelengkapannya, daun tumbuhan ini termasuk daun yang tidak lengkap.
Bentuk helaian bulat dengan tepi daun yang rata. Hal ini sebagaimana dapat
diperhatikan pada gambar 2.5.1. untuk memperjelas penjelasan di atas. Menurut
Tjitrosoepomo (2011), suku Salviniaceae merupakan paku air yang mengapung
dengan bebas pada permukaan air, hanya sedikit bercabang-cabang. Daun berkarang,
pada tiap-tiap buku terdapat 3 daun. Dari tiga daun itu, yang dua terdapat disebelah
atas, berhadapan dan merupakan alat pengapung, yang 3 terdapat di dalam air terbagi-
bagi merupkan badan-badan yang bentuk maupun fungsinya menyerupai akar-akar.
Gambar 2.5.1. Salvinia sp.
Sporofil terletak di dekat rhizom. Menurut Tjitrosoepomo (2011), sporangium
terkumpul pada pangkal daun yang berada dalam air, masing-masing berisi satu sorus
dan mempunyai dinding yang homolog dengan indisium. Sporokarpium yang berisi
satu sorus itu hanya mengandung mikro- atau megasporangium saja.

2.5.2. Habitat
Habitat tumbuhan paku ini berada pada lingkungan akuatik. Hal ini
sebagaimana pernyataan Tjitrosoepomo di atas yang menyatakan bahwasanya suku
Salviniaceae. Paku air yang mengapung dengan bebas pada permukaan air. Lebih
lanjut, Tjitrosoepomo (2011) menambahkan bahwasanya Salvinia, paku air yang
mengapung, tersebar di Eropa dan Asia.

2.5.3. Tabel Deskripsi


No Organ Bagian Ciri
1 Akar Serabut
2 Batang Perawakan Herba
3 Letak Di atas air
4 Arah tumbuh Ke samping
5 Bentuk batang Silindris
6 Percabangan -
7 Permukaan Halus
8 Warna Hijau
Ciri lain Terdapat trikoma
9 Daun Letak Berada pada batang
10 Jenis daun Daun tunggal
12 Kelengkapan Tidak lengkap
13 Bentuk helai Bulat
14 Tepi Rata
15 Pangkal -
16 Ujung -
17 Permukaan Halus
18 Pertulangan -
19 Peruratan -
20 Tekstur -
21 Ciri khusus Akuatik
22 Sporofil Letak Di dekat rhizom
23 Susunan -

2.5.4. Klasifikasi
Klasifikasi tumbuhan paku ini menurut database Plantamor (2017), termasuk
ke dalam kingdom Plantae; divisi Pteridophyta; kelas Pteridopsida; ordo Salviniales;
famili Salviniaceae; genus Salvinia; spesies Salvinia sp.

2.5.5. Manfaat Scera Ekologis dan Ekonomi


Tumbuhan ini berguna dari segi ekologis. Manfaat dari tumbuhan paku ini
adalah sebagai agen bioremidiasi. Hal ini mengacu pada pernyataan Dhir (2009) yang
menyatakan bahwasanya Salvinia menunjukkan kemampuan dalam memindahkan
kontaminan, seperti logam berat, nutrien anorganik, dari limbah cair.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwasanya :
a) Paku Vittaria elongata merupakan tumbuhan paku berperawakan terna yang hidup
epifit pada batang pohon. Tumbuhan paku jenis ini memiliki daun yang panjang
seperti pita dengan sorus terletak pada ujung daun bagian bawah. Bentuk cabang tidak
teratur, permukaan kasar, berwarna coklat, arah tumbuh ke atas, dan teretak di atas
tanah. Sorus terletak pada ujung daun bagian bawah.
b) Tumbuhan paku Pyrrocia sp. merupakan tumbuhan paku berperawakan terna dan
hidup epifit pada batang pohon. Batang terletak di atas tanah dengan arah
pertumbuhan ke atas, bentuk tidak beraturan, tidak terdapat percabangan, permukaan
kasar, dan berwarna coklat. Daun terletak menempel pada batang, berupa daun tunggal
yang idak lengkap, dan bersifat dimorfisme. Sorus terletak pada bagian tepi sporofil
bagian bawah.
c) Equisetum debile merupakan tumbuhan paku berperawakan terna yang berhabitat
terestrial. Batang terletak di bawah tanah dengan arah tumbuh ke atas, berbentuk
silindris dengan percabangan simpodial, permukaan batang beralur, dan cabang
beralur. Daun menempel pada batang, berbentuk sisik, dan ujung rincing. Spora
terletak di ujung batang. Tumbuhan paku ini dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan.
d) Psilotum nudum merupakan tumbuhan paku berhabitus terna yang berhabitat terestrial.
Batang berada di bawah tanah dengan arah pertumbuhan ke atas, berbentuk silinder,
dikotomus, permukaan beralur, dan berwarna hijau. Daun tersebar pada batang, berupa
daun tunggal yang tidak lengkap, dan berbentuk sisik. Sporofil terletak di ketiak
batang membentuk sinangium.
e) Salvinia sp merupakan tumbuhan paku air yang berhabitus herba. Batang terletak di
atas air dengan arah tumbuh menyamping, berbentuk silindris, permukaan halus,
berwarna hijau, dan terdapat trikoma. Daun berada pada batang, berupa daun tunggal
dan merupakan daun tidak lengkap, berbentuk bulat, dengan tepi rata. Sporangium
terletak di dekat rhizom. Berguna untuk bioremidiasi.

3.2. Saran
Praktikum yang berjudul “Tumbuhan Paku” ini sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan bahan yang lebih banyak sehingga memudahkan praktikan dalam melakukan
pencandraan. Selain itu, spesimen yang digunakan sebaiknya secara keseluruhan berada pada
habitat aslinya guna memberi kesan tersendiri terhadap spesimen yang digunakan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Barkman, J.J. 1958. Phytosociology and Ecology of Cryptogamic Epiphytes. Van. Gorcum :
Assen.
Campbell, Neil, A., Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman,
Peter V. Minorsky, dan Robert B. Jackson. 2012. Biologi. Edisi Kedelapan. Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
Chapman, A. D. 2009. Numbers of Living Species in Australia and the World. 2nd Edn.
Australian Biodiversity Information Services. A Report for the Australian Biological
Resources Study.
De Winter, W. P., and L. A. Amoroso. 2003. Cryptograms: Ferns and Ferns Allies. Leiden :
Backhyus Publisher.
Dhir, Bupindher. 2009. Salvinia : An Aquatic Fern with Potential Use in Phytoremediation.
Environment & Wean International Journal of Science and Technology. Vol. 4.
Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung : ITB.
Hovenkamp, P. H., M.T.M. Bosman, E. Hennipman, H.P. Nootebom, G. Rodlilinder, dan
M.C. Roos. 1998. Flora Malesiana (Polypodiacease). Netherland : Hortus Botanicus.
Libing, Zhang dan Nicholas J. Turland. 2004. Equisetaceae. Popularis Sin. Vol. 6. No. 3.
Nurchayati, N. 2010. Hubungan Kekerabatan Beberapa Spesies Tumbuhan Paku Famili
Polypodiaceae Ditinjau dari Karakter Morfologi Sporofit dan Gametofit. Jurnal Ilmial
Progressif. Vol 7. No. 19.
Salihah, M. 2010. Studi Tipe Morfologi Kulit Pojon Inang dan Jenis Paku Epifit dalam
Upaya Menunjang Konservasi Paku Epifit yang Teradapat di Taman Hutan Raya
Ronggo Soeryo Cangar. Skripsi. Jurusan Biologi : Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Maliki Malang.
Sastrapradja, S., Afriastini, J.J. Darnaedi, D., dan Widjaja, E.A., 1985. Jenis Paku Indonesia.
Bogor : LIPI.
Schuettpelz and Pryer. 2008. Fern Phylogeny in Biology and Evolution of Ferns and
Lycophytes. Cambridge : Cambridge University Press.
Setyawan, Ahmad Dwi dan Sugiyarto. 2001. Keanekaragaman Flora Hutan Jobolarangan
Gunung Lawu : 1. Cryptogammae. Biodiversitas Vol. 2. No.1.
Smith, Glbert M. 1979. Cryptogamic Botany : Bryophytes and Pteridophytes. Edisi Kedua.
Volume ii. New Delhi : TATA McGRAW HILL PUBLISHIG COMPAY LTD.
Sujalu, Akas Pinaringan. 2007. Identifikasi Keanekaragaman Paku-Pakuan (Pteridophyta)
Epifit pada Hutan Bekas Tebangan di Hutan Penelitian Malinau-Cifor Seturan. Media
Konservasi. Vol. 12. No.1.
Tan, Jun-Ming, Yi-Hua Qiu, Xin-Qi Tan, Chang-Heng Tan, dan Kai Xiao. 2011. Chemical
Constituent of Equisetum debile. Journal of Asian Natural Products Research. Vol.
13. No. 9.
Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjahmada University Press.
Tjitrosoepomo, G. 2006. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjahmada University Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjahmada University
Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta. Yogyakarta : Gadjahmada University Press.
Ulum, Fuad Bahrul dan Dwi Setyati. 2015. Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Epifit di Gunung
Raung, Bnyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Jurnal ILMU DASAR. Vol. 16. No. 1.
Vahdati, Fatemeh Bazdid, Shahryar Saeidi Mehrvarz, Alireza Naqinezhad, dan Robabaeh
Shahi Shavvon. 2014. The Morphological and Anatomical Reinvestigation of the
Psilotum nudum, in Hyrcanian Forests, N Iran. Taxonomi and Biosystematics.
Widhiastuti, Retno, T. Alief Aththorick, dan Wina Dyah Puspita Sari. 2006. Struktur dan
Komposisi Tumbuhan Paku-Pakuan di Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten
Karo. Jurnal Biologi Sumatra. Vol. 138. No. 2.
Wu, G.T., Xue, dan, Z.Q. Huang. 2004. Chemical Constituent of Equicetum debile. Journal
Qiqihar Medicine. Vol. 25. No. 121.
Zainudin, 1986. Paku Picisan (Drymoglossumpilloseloides Presl.) Pengaruhnya pada
Tanaman Kakao di Kebun Percobaan Kaliwining. Jurnal Pelita Perkebunan.2.

Anda mungkin juga menyukai