Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN TUMBUHAN

PTERIDOPHYTA

Disusun Oleh:
Erry Maryani (41204620116005)
RR. Pramitha Ika Putri Ayuningtyas (41204620116009)
Sri Rukhmihayati Dewi (41204620116013)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2018
PTERIDOPHYTA

A. PENDAHULUAN
Tumbuhan paku disebut juga Pteridophyta. Tumbuhan paku merupakan divisi
yang warganya telah jelas mempunyai kormus karena memiliki akar, daun, dan
batang sejati. Sudah memiliki berkas pembuluh angkut yaitu xylem dan floem.
Selain itu, meskipun habitat utamanya tumbuhan paku pada tempat yang lembab
(higrofit), namun tumbuhan paku juga dapat hidup diberbagai tempat seperti di air
(hidrofit), permukaan batu, tanah serta dapat juga menempel (epifit) pada pohon.
Berikut ini beberapa ciri-ciri tumbuhan paku, diantaranya meliputi:
1. Organisme multiseluler dan eukariotik
2. Sudah memiliki akar, daun dan batang sejati, sehingga disebut kormophyta
berspora.
3. Struktur akar
Akar tumbuhan paku berbentuk serabut dengan kaliptra pada ujungnya.
Jaringan akarnya terdiri dari epidermis, korteks dan silender pusat.
4. Struktur Batang
Serupa halnya dengan jaringan akarnya, struktur batang tumbuhan paku
juga terdiri dari epidermis, korteks dan silinder pusat. Pada silinder pusat
tersebut terdapat berkas pembuluh angkut yaitu xylem dan floem. Berkas
pembuluh ini berperan dalam proses fotosintesis dan mengedarkan hasil
fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.
5. Struktur Daun
Struktur daun tumbuhan paku terdiri atas jaringan epidermis, mesofil dan
pembuluh angkut. Sedangkan jenis tumbuhan paku sendiri terdiri atas
berbagai macam meliputi:
a. Jika ditinjau dari ukuran daun, maka daun tumbuhan paku ada
yang berukuran kecil (mikrofil) dan berukuran besar (makrofil).
Daun mikrofil tidak bertangkai dan tidak bertulang serta berbentuk
rambut atau sisik. Sedangkan daun makrofil bertangkai, bertulang
daun, jaringan tiang bunga karang dan juga memiliki mesofil
dengan stomata, serta berbentuk.

2
b. Jika ditinjau dari fungsinya daun tumbuhan paku ada yang
menghasilkan spora (sporofil) dan tidak menghasilkan spora
(tropofil). Daun tropofil disebut sebagai daun steril dan memiliki
klorofil sehingga berperan dalam proses fotosintesis dalam
menghasilkan glukosa. Sedangkan daun sporofil disebut sebagai
daun fertile karena menghasilkan spora sebagai alat
perkembangbiakan.
6. Umumnya habitat tumbuhan paku pada tempat yang lembab, bisa di darat
maupun perairan.
7. Tumbuhan paku bersifat fotoautotrop, karena memiliki klorofil sehingga
dapat berlangsungnya proses fotosintesis.
8. Dalam siklus hidup tumbuhan paku, pada fase metagenesis terdapat fase
sporofit yaitu tumbuhan paku sendiri. Fase sporofit pada metagenesis
memiliki sifat yang lebih dominan dibandingkan fase gametofitnya.

B. Tujuan
Untuk mengetahui struktur dan perkembangan tumbuhan paku dengan
melihat ciri-ciri secara morfologi.

C. Alat dan Bahan


1. Alat:
a. Lup
b. Papan
c. Cutter
d. Alat tulis
e. Mikroskop
2. Bahan:
a. Adiantum peruvianum (suplir)
b. Pityrogramma calomelanos
c. Pteris longifolia
d. Plathycerium bifurcatum
e. Asplenium nidus

3
f. Pyrrosia piloselloides

D. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Ambil satu persatu tumbuhan paku dan letakan diatas papan / meja
3. Amati bagian-bagian morfologi dari tumbuhan paku tersebut, kemudian
tentukan bagian akar, batang dan dan daunnya.
4. Amati bagian sorus, sporangium dan sporanya. Bandingkan ukuran spora
tumbuhan paku satu dengan yang lainnya.
5. Gambarkan dan catat hasil pengamatan.

E. Hasil dan Pembahasan


1. Adiantum peruvianum (suplir)
a. Morfologi
Tumbuhan paku ini merupakan tumbuhan populer yang
sekarang digunakan sebagai hiasan ruangan atau taman. Adiantum
peruvianum telah diamati memiliki bagian berupa daun, batang,
akar dan spora. Bentuk daun dari tumbuhan paku ini tidak
memanjang, melainkan cenderung membulat, daun berfungsi
dalam proses fotosintesis yang mengandung klorofil dan juga
sebagai tempat melekatnya spora. Pada tumbuhan ini sudah di
kenal bagian batang yang telah memiliki berkas pembuluh angkut,
sehingga batang berfungsi dalam proses penyerapan unsur hara
dari dalam tanah ke bagian daun untuk selanjutnya melakukan
proses fotosintesis. Akar pada tanaman ini berbentuk serabut yang
tumbuh dari rimpang. Spora merupakan alat perkembangbiakan
pada tumbuhan ini yang sifatnya dispersi atau menyebar.
b. Reproduksi
Reproduksi dengan menggunakan spora. Spora merupakan
alat perkembangbiakan pada tumbuhan ini yang sifatnya dispersi
atau menyebar. Sporanya terlindung oleh sporangium yang
dilindungi oleh indisium.

4
c. Habitat
Adapun habitatnya adalah pada daerah tropika, pada tanah
yang lembab, gambut dan kaya akan bahan organic (humus).
Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih disukainya.
d. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicinae
Ordo : Filicales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum peruvianum

(Gembong, 1989)
e. Gambar

2. Pityrogramma calomelanos
a. Morfologi
Tumbuhan ini memiliki daun, batang, akar atau rhizoid dan
spora. Bentuk daun tumbuhan ini adalah delta dengan ukuran
anisofil berwarna hijau dengan peruratan daun yang bercabang dan
helaian daun yang tipis. Daun dapat sebagai tempat melekatnya

5
spora dan sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis.
Batang tumbuhan ini adalah bulat, panjang dan berkayu serta
permukaan yang halus dengan warna hijau dan percabangan yang
dikotom. Batang pada tumbuhan ini sudah memiliki berkas
pembuluh dan sebagai penghubung antara daun dan akar dalam
proses penyerapan unsur hara dari dalam tanah. Akar merupakan
bagian yang berada di bagian terbawah tumbuhan yang berperan
dalam penyerapan langsung unsur hara dari substratnya. Spora
merupakan pembiakan halus yang dihasilkan oleh tumbuhan paku.
Letak dari spora pada pityrogramma yaitu menyebar di heleian
daun, bentuk bulat.
b. Reproduksi
Spora adalah struktur pembiakan halus yang dihasilkan
oleh paku/pakis. Spora adalah struktur reproduksi dihasilkan oleh
lonjakan lembut - pakis. Setelah masak spora akan pecah dan
menyebar, dari spora itu tumbuh individu yang baru.
c. Habitat
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan epifit yang hidup di
atas pohon-pohon lain tetapi bukan tumbuhan parasit. Substrat
tumbuhan ini adalah pada kulit tumbuhan lain yang biasanya
diselimuti dengan lumut.
d. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Peteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Ptyrogramma
Spesies : Ptyrogramma calomenalos (Gembong, 1989)

6
e. Gambar

3. Pteris longifolia
a. Morfologi
Tumbuhan ini memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Batang dapat berupa batang dalam tanah (rizom) atau batang di
atas tanah. Daun umumnya berukuran besar dibandingkan dengan
subdivisi lainnya dan memiliki tulang daun bercabang yang
dibedakan menjadi megafil yaitu sistem percabangan pembuluh
dan mikrofil yaitu daun yang tumbuh dari batang yang
mengandung untaian tunggal jaringan pengangkut. Daun mudanya
memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung (circinnatus). Batang
daun sudah memiliki berkas pengangkut. Akar merupakan organ
tumbuhan yang berperan dalam penyerapan unsur hara. Spora
sebagai alat perkembangbiakan pada tumbuhan paku yang
menempel pada daun.
b. Reproduksi
Spora adalah struktur pembiakan halus yang dihasilkan
oleh paku/pakis. Spora adalah struktur reproduksi dihasilkan oleh
lonjakan lembut - pakis. Setelah masak spora akan pecah dan
menyebar, dari spora itu tumbuh individu yang baru.
c. Habitat

7
Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada
daerah tropis dan subtropics.
d. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Pteris
Spesies : Pteris longifolia (Gembong, 1989)
e. Gambar

4. Plathycerium bifurcatum
a. Morfologi
Daun bertipe perisai, mengering dan berwarna kecoklatan
dari daun ini akan tumbuh daun yang menjuntai kebawah seperti
tanduk rusa yang tumbuh sehat berwarna hijau. Daun perisai
tersebut memberikan perlindungan dan hara mineral bagi akar yang
melekat pada batang pohon atau pada tempat perlekatannya.
Permukaan daunnya kasar seperti kulit rusa. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, daun ini memiliki dua tipe daun yaitu Tipe
pertama merupakan daun yang selalu steril berbentuk perisai tegak,
mengering pada kondisi kurang air, fungsi dari daun steril ini

8
adalah untuk mengumpulkan daun daun kering dan sebagai
penangkap air, sehingga kelembaban bagi rimpang tetap terjaga.
Tipe kedua adalah daun fertil yang berbentuk seperti tanduk rusa
dan menjuntai dari pusat daun steril. Fungsi dari tipe daun fertil ini
adalah sebagai pembawa spora yang terletak di sisi bawah daun.
Panjang daun tipe fertil ini dapat mencapai satu meter atau lebih.
Spora yang terdapat pada sporangia yang terlindung oleh sori yang
tumbuh menggerombol disisi bawah daun, menyebabkan flek
berwarna coklat pada daun ( Anna, 2010 ).
Batang berupa rimpang. Batang dan akar merupakan pokok
penumpu pada batang inang yang membentuk bongkahan seperti
kol berwarna coklat ( Anna, 2010 )
Akar tumbuh berumbai dari rimpang pendek yang
dikenakan dari dua jenis daun tersebut yaitu daun basal dan daun
subur. ( anna,2010 )
b. Reproduksi
Pada tumbuhan paku ini tidak diketemukan adanya bunga,
buah, maupun biji. Perkembangbiakannya melalui dua cara yaitu
vegetatif dan generatif. Reproduksi aseksual dan seksual pada
tumbuhan paku terjadi seperti pada lumut. Reproduksi tumbuhan
paku menunjukkan adanya pergiliran antara generasi gametofit dan
generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi
sporofit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya.
c. Habitat
Platycerium bifurcatum merupakan tumbuhan paku yang
biasa tumbuh liar di daerah beriklim tropis dan juga dipelihara di
pekarangan rumah. Platycerium bifurcatum menyukai tempat yang
tidak langsung memperoleh sinar matahari.
d. Klasifikasi

Kingdom :Plantae
Divisi.. :Pteridophyta
Kelas.. :Pteridopsida

9
Ordo :Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus. : Platycerium
Spesies : Platycerium bifurcatum (Anonim, 2008).
e. Gambar

5. Asplenium nidus
a. Morfologi
Daun tunggal tersusun pada batang sangat pendek
melingkar membentuk keranjang. Daun yang kecil berukuran
panjang 7 -150 cm, lebar 3 – 30 cm. perlahan-lahan menyempit
sampai bagian ujung. Ujung meruncing atau membulat, tepi rata
dengan permukaan yang berombak dan mengkilat. Daun bagian
bawah warnanya lebih pucat dengan garis-garis coklat sepanjang
anak tulang, daun bentuk lanset, tersusun melingkar, ujung
meruncing, warna daun bagian atas hijau terang, bagian bawah
hijau pucat. Peruratan daun menyirip tunggal. Warna helai daun
hijau cerah, dan menguning bila terkena cahaya matahari
langsung..
Tangkai daun kokoh, hitam, panjang sekitar 5 cm. Tulang daun
menonjol di permukaan atas daun, biasanya hampir rata ke bawah,
berwarna coklat tua pada daun tua. Urat daun bercabang tunggal,

10
kadang bercabang dua, cabang pertama dekat bagian tengah sampai
±0, 5 mm dari tepi daun. Tekstur daun seperti kertas.
Rhizome yang pendek ditutupi oleh sisik yang halus dan
lebat, sisik berwarna coklat.
Paku epifit dengan akar rimpang kokoh, tegak, bagian
ujung mendukung daun-daun yang tersusun roset, di bagian
bawahnya terdapat kumpulan akar yang besar dan rambut berwarna
coklat, bagian ujung ditutupi sisik-sisik sepanjang sampai 2 cm,
berwarna coklat hitam.
Sorus terletak di permukaan bawah daun, tersusun
mengikuti venasi atau tulang daun, bentuk garis, warna coklat tua.
Sori sempit, terdapat di atas tiap urat daun dan cabang-cabangnya
mulai dari dekat bagian tengah daun sampai bagian tepi, hanya
sampai bagian tengah lebar daun. dengan sori tertutup semacam
kantung memanjang (biasa pada Aspleniaceae). Sorus berbentuk
garis, tersusun rapat di permukaan bawah daun fertil dekat ibu
tulang daun, berwarna coklat. Spora terletak di sisi bawah helai,
pada urat-urat daun, entalnya dapat mencapai panjang 150cm dan
lebar 20cm, menyerupai daun pisang. Ental-ental yang mengering
akan membentuk semacam “sarang” yang menumpang pada
cabang-cabang pohon. “Sarang” ini bersifat menyimpan air dan
dapat ditumbuhi tumbuhan epifit lainnya.
b. Reproduksi
Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan
menggunakan rizom atau pertunasan, dan secara seksual terjadi
secara pergiliran keturunan antara dua generasi. Secara seksual,
pergiliran keturunan pada tumbuhan paku terdiri secara bergantian
antara generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofit
adalah tumbuhan paku itu sendiri, yaitu tumbuhan paku (sporofit)
yang menghasilkan spora.
Tumbuhan paku (sporofit) dapat tumbuh dan bertunas melakukan
perkembangbiakan secara aseksual. Spora yang dikeluarkan dari

11
sporangium dan jatuh di tempat yang sesuai, akan berkembang
menjadi protalium. Protalium adalah gametofit pada tumbuhan
paku. Protalium berumur lebih pendek daripada sporofit. Protalium
berbentuk seperti jantung, berwarna hijau, dan melekat pada
subtratnya dengan rizoid. Protalium akan berkembang menjadi
anteridium dan arkegonium.
Anteridium menghasilkan sperma,sedangkan arkegonium
menghasilkan ovum. Peleburan sperma dan ovum menghasilkan
zigot. Zigot akan tumbuh menjadi tumbuhan paku yang diploid.
Tumbuhan paku dewasa akan menghasilkan spora. Spora akan
tumbuh lagi menjadi protalium dan begitu seterusnya
c. Habitat
Terestrial, paku epifit pada pohon tinggi, Tumbuh tersebar
di seluruh kawasan yang diamati mulai 1.060-1.240 m dpl.
Tumbuh epifit di batang pohon yang telah ditebang sampai di
ranting pohon besar. Secara umum tumbuhan ini banyak
ditemukan baik di dataran rendah maupun daerah pegunungan
sampai ketinggian 2.500 m dpl., sering menumpang di batang
pohon tinggi, dan menyukai daerah yang agak lembab dan tahan
terhadap sinar matahari langsung. Tanaman ini tersebar di seluruh
daerah tropis.
d. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divis : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Aspleniaceae
Genus : Asplenium
Spesies : Asplenium nidus L.

12
e. Gambar

6. Pyrrosia piloselloides
a. Morfologi
Daun dimorfik atau memiliki 2 tipe daun berbeda, yakni
daun berspora (fertil) dan daun steril. Daun steril berwarna hijau,
umumnya tebal, tekstur berair, bentuk membulat tak sempurna
(orbicularis) hingga jorong dengan ujung tumpul atau membundar
sedangkan pangkalnya meruncing, tepi daun rata, bertangkai
pendek. Tulang daun tipe menyirip (penninervis) seperti susunan
tulang ikan. Daun muda permukaan bawahnya berambut. Dari
bentuk daun inilah kemungkinan paku ini mendapatkan namanya
Pakis Picisan atau Paku Duduitan. Daun yang berspora (fertile)
bentuknya linier atau seperti pita, tangkai pendek atau duduk.
Kumpulan sporanya berada di sepanjang alur longitudinal tepi
(margin) daun.
Akar rimpang tipis, bersisik dengan sisik peltate dan
merayap jauh atau memanjang dengan diameter sekitar 1 mm yang
melekat kuat pada cabang atau dahan pohon inang.
b. Reproduksi

13
Termasuk tumbuhan homospora / isospora yang hanya
menghasilkan satu macam spora saja yang terletak pada sorrus di
bawah daun. Pada tipe homospora seperti ini, spora yang jatuh
akan berkembang menjadi prothalus yang mengandung organ
kelamin jantan atau betina saja, sehingga dalam fertilisasinya
(percampurannya) diperlukan air atau lingkungan yang basah agar
sperma bersilia (bercambuk) dapat berenang menuju sel telur,
karena itu tumbuhan paku banyak hidup di habitat basah.
c. Habitat
Menurut Sastrapradja dkk (1979) mengatakan bahwa
habitat tumbuhan paku pada umumnya tumbuh di tempat yang
lembab dan terdapat sinar matahari yang cukup bagi
pertumbuhannya.
d. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divis : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida/Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Pyrrosia
Spesies : Pyrrosia piloselloides (L.) M.G. Price
e. Gambar

14
F. Simpulan
1. Pteridophyta atau tumbuhan paku tergolong kormofita sejati, karena sudah
menyerupai tumbuhan tinggi, yaitu:
a. Batangnya bercabang-cabang dan ada yang berkayu;
b. Daunnya sudah memiliki urat-urat daun, tetapi ada yang tidak
berdaundan berdaun serupa sisik;
c. Rhizoidnya sudah berkembang ke bentuk akar;
d. Sudah memiliki berkas pembuluh angkut (xylem dan floem) tipe
radiair/menjari, atau tipe konsentris.
2. Untuk bisa mengklasifikasikan tumbuhan paku bisa dilihat dari
karakteristiknya yaitu: tumbuhan paku dominan sporofitnya karena
menghasilkan spora; tumbuhan paku ada yang berdaun dan tidak; daunnya
ada yang mempunyai sisik, rambut, lebar dengan majemuk atau tunggal;
bentuk daun ada yang lonset, oval, ginjal dan menjari; batangnya ada yang
berongga, berbuku, bercabang dikotom atau bebas; sporanya dihasilkan
dari sporangium, sporakardium dan strobilus; bentuk sporanya ada yang
homospora atau heterospora; habitatnya merambat atau tidak dan
habitusnya pohon, herba atau semak.

15
LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN TUMBUHAN
BRYOPHYTHA

Disusun Oleh:
Erry Maryani (41204620116005)
RR. Pramitha Ika Putri Ayuningtyas (41204620116009)
Sri Rukhmihayati Dewi (41204620116013)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2018

16
BRYOPHYTA

A. Pendahuluan
Lumut (dalam bahasa yunani: bryophyte) adalah sebuah divisi tumbuhan
yang hidup di darat, yang umumnya berwarna hijau dan berukuran kecil
(dapat tidak tampak dengan bantuan lensa), dan ukuran lumut yang terbesar
adalah kurang dari 50 cm. Lumut ini hidup pada batu, kayu gelondongan,
pepohonan dan tanah. Lumut tersebar hamper diseluruh belahan dunia,
terkecuali di dalam laut. Lumut mempunyai sel-sel plastid yang dapat
menghasilkan klorofil A dan B, sehingga dapat membuat makanan sendiri dan
bersifat autotroph. Lumut termasuk kedalam kingdom plantae, yang mana
kingdom plantae meliputi semua organisme yang multiseluler dan telah
terdiferensiasi, eukariotik, dan dinding selnya mempunyai selulosa.
Organisme yang termasuk kedalam plantae ini hamper seluruhnya bersifat
autotroph (Membuat makanan sendiri) dengan bantuan cahaya matahari saat
proses fotosintesis.
Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan
lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan
spora dan telah mendiami bumi semenjak kurang lebih 350 juta tahun yang
lalu. Pada masa sekarang ini Bryophyta dapat ditemukan di semua habitat
kecuali di laut.
Dalam skala evolusi lumut berada di antara ganggang hijau dan tumbuhan
berpembuluh (Tanaman paku dan tumbuhan berbiji). Persamaan antara ketiga
tumbuhan tersebut adalah ketiganya mempunyai pigmen fotosintesis berupa
klorofil A dan B, dan pati sebagai cadangan makanan utama.

B. Tujuan
Untuk mengrtahui struktur dan perkembangan tumbuhan lumut

C. Alat dan Bahan


Mikroskop binokuler, lup, baki, objek glass, cover glass
(Pogonatum sp), lumut hati

17
D. Prosedur kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Amati bentuk morfologi lumut daun dan lumut hati dengan menggunakan
lup, lalu gambarkan hasil pengamatan.
3. Ambil bagian lumut dan letakan pada objek glass, teteskan aquadest, lalu
tutup dengan cover glass. Amati bagian sporofitnya dibawah mikroskop.
4. Gambarkan hasil pengamatan dan berikan keterangan pada gambar dengan
jelas.
5. Bahas hasil pengamatan.

E. Hasil dan pembahasan


1. Lumut Hati (Hepaticeae)

a. Ciri-ciri morfologi Hepaticeae:


1) Berwarna hijau
2) Belum jelas bagian daun dan batangnya
3) Berbentuk lembaran dengan tepi bercuping (dikotom)
b. Ciri-ciri anatomi gametofit Hepaticeae:
1) Sel-sel penyusunnya berwarna hijau
2) Sel berbentuk segi 5 / 6 tak beraturan
3) Dinding sel mengalami penebalan

18
c. Klasifikasi Hepaticeae:
Kingdom: Plantae
Divisio : Pterdophyta
Kelas : Hepaticosida
Ordo : Hepaticoceales
Family : Hepaticoceae
Genus : Hepaticopsida
Spesies : Hepaticopsida sp
Lumut (Bryophyta) merupakan jenis tumbuhan yang tergolong
kecil jika dibandingkan dengan alga, fungi, dan tumbuhan tinggi.
Semua tumbuhan lumut merupakan tumbuhan tak berpembuluh, tetapi
sudah memiliki batang dan daun yang jelas dapat diamati meskipun
akarnya masih berupa rhizoid. Maka lumut dianggap sebagai
peralihan antara tumbuhan thallus ke tumbuhan berkormus, karena
memiliki ciri thallus berupa rizoid dan kormus yang telah
menampakkan adanya bagian batang dan daun. Lumut juga dikenal
dengan sebutan tumbuhan perintis. Dalam artian bahwa apabila dalam
suatu daerah banyak tumbuhan lumut, maka beberapa saat kemudian
akan tumbuh lagi jenis tumbuhan lainnya pada tempat yang sama.
Lumut dapat dengan mudah dijumpai di tempat yang lembap atau
basah, seperti menempel pada pohon dan di permukaan batu bata.
Selain itu, lumut juga sudah memiliki klorofil. Lumut hanya dapat
tumbuh memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak adanya sel
berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong.
Lumut dapat berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual.
Kedua pembiakan tersebut berlangsung silih berganti sehingga terjadi
pergantian keturunan atau pergiliran keturunan (metagenesis).
Tumbuhan yang menghasilkan sel kelamin (gametofit) pada umumnya
lebih menonjol daripada tumbuhan yang menghasilkan spora
(sporofit). Pada tumbuhan lumut-lumutan, gametofit lebih menonjol.
Jika pada satu tumbuhan terjadi pergantian dari sporofit ke gametofit
atau sebaliknya, tumbuhan tersebut dikatakan melakukan metagenesis.

19
Metagenesis diawali dengan berkecambahnya spora yang sangat
kecil (haploid) menjadi protalium (protonema). Protonema ada yang
tumbuh menjadi besar dan ada yang tidak tumbuh. Di dalam
protonema terdapat kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi
tumbuhan lumut (gametofit). Tumbuhan lumut merupakan lembaran-
lembaran daun (hepaticae). Pada tumbuhan lumut (gametofit)
dibentuk gametangium, yaitu sel kelamin jantan (spermatozoid) dan
sel kelamin betina (ovum). Sel kelamin jantan ini dihasilkan oleh
anteridium dan sel kelamin betina dihasilkan oleh arkegonium. Ke dua
macam alat kelamin ini jika terdapat pada salah satu individu,
dikatakan berumah satu dan jika terdapat pada masing-masing
individu yang terpisah dinamakan berumah dua. Peleburan
spermatozoid dan ovum akan menghasilkan zigot yang terus
berkembang menjadi embrio yang diploid. Embrio kemudian akan
tumbuh menjadi suatu badan yang bulat dengan tangkai pendek atau
panjang yang disebut sporogonium (tumbuhan sporofit). Dalam
bagian yang bulat tersebut dibentuk spora sehingga sering disebut
dengan kapsul spora yang identik dengan sporogonium. Spora akan
terkumpul dalam kotak spora (sporangium). Jika spora jatuh di tempat
yang lembap dan sesuai dengan tempat tumbuhnya, spora akan
tumbuh menjadi protonema dan protonema akan tumbuh menjadi
tumbuhan lumut dan begitu seterusnya.
Lumut hati berbentuk lembaran (talus), rizoidnya tidak bercabang
terdapat di bawah tangkai atau lembarannya. Letak anteridium dan
arkegonium terpisah. Pada umumnya lumut hati mudah ditemukan
pada tebing-tebing yang basah.

20
2. Lumut Daun (Musci)

a. Ciri-ciri morfologi Musci


1) Gametofit berwarna hijau
2) Memiliki daun dan batang yang tumbuh tegak
3) Sporofit berwarna coklat.
4) Sporofit melekat pada gametofit.
b. Ciri – ciri anatomi musci:
1) Bentuk sel bulat.
2) Sel berwarna hijau transparan.
3) Terdapat ruang kosong pembuluh angkut.
c. Klasifikasi Musci :
Kingdom : Plantae
Division : Bryophyta
Kelas : Bryopsida
Ordo : Bryopceales
Family : Bryopceae
Genus : Bryopsida
Spesies : Bryopsida sp
Lumut daun (Musci) ini dapat dengan mudah ditemukan di tempat
yang basah atau lembap, menempel pada permukaan batu bata, tembok

21
dan tempat-tempat terbuka. Tubuhnya berukuran kecil, berbatang semu
tegak dan lembaran daunnya tersusun spiral. Pada pangkal batang terdapat
rizoid yang bercabang dan bersepta berfungsi sebagai akar. Letak
anteridium dan arkegonium terpisah. Di daerah kering, badan lumut ini
dapat berbentuk seperti bantalan, sedangkan yang hidup di tanah hutan
dapat berbentuk seperti lapisa permadani. Lumut di daerah lahan gambut
dapat menutupi tanah sampai beribu kilometer. Lumut ini hampir tidak
pernah mengisap air dari dalam tanah, tetapi justru banyak melindungi
tanah dari penguapan air yang terlalu besar.
Pada praktikum ini, pengamatan ini, memiliki ciri-ciri bentuk
morfologi yaitu memiliki percabangan yang tumbuh tegak lurus terhadap
tempat tumbuhnya dan diselubungi oleh daun-daun mulai dari pangkal
sampai ujungnya. Jenis lumut ini tumbuh melekat pada substrat yang
diperkuat oleh rhizoid yang berwarna kecoklatan serta melekuk sebelum
serabut atau percabangan rhizoid mulai tumbuh. Lumut jenis ini memiliki
bagian-bagian yang terdir atas sporangium, kaliptra, seta, vaginula, daun,
rhizoid. Tumbuhan lumut ini disebut tumbuhan lumut berumah dua karena
pada ujung percabangannya yang dewasa terdapat alat kelamin betina
yang tumbuh pada cabang yang berbeda. Daun tumbuhan ini berwarna
hijau dengan bentuk daun yang sempit, yang pada bagian tengah sampai
pangkal berbangun lanset.

F. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada umunya, habitat tumbuhan lumut dijumpai di tempat yang lembap

atau basah, seperti menempel pada pohon dan di permukaan batu bata.

2. Tumbuhan lumut terbagi atas 3 kelas yaitu lumut hati (Hepaticae), lumut

tanduk (Anthocerotales) dan lumut daun (Musci).

22
3. Pada Musci memiliki ciri-ciri bentuk morfologi yaitu memiliki
percabangan yang tumbuh tegak lurus terhadap tempat tumbuhnya dan
diselubungi oleh daun-daun mulai dari pangkal sampai ujungnya. Selain
itu, terdiri atas bagian-bagian yaitu sporangium, seta, daun, vaginula,
rhizoid.
4. Pada Lumut hati berbentuk lembaran (talus), rizoidnya tidak bercabang
terdapat di bawah tangkai atau lembarannya. Letak anteridium dan
arkegonium terpisah. Pada umumnya lumut hati mudah ditemukan pada
tebing-tebing yang basah.

23
LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN TUMBUHAN
ALGAE (GANGGANG)

Disusun Oleh:
Erry Maryani (41204620116005)
RR. Pramitha Ika Putri Ayuningtyas (41204620116009)
Sri Rukhmihayati Dewi (41204620116013)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2018

24
ALGAE (GANGGANG)

A. PENDAHULUAN

Algae atau ganggang merupakan tumbuhan thalus yang mengandung klorofil


serta derivitnya, sehingga algae dapat hidup dengan cara autotroph, disamping itu
alga juga dapat melakukan simbiosis dengan organisme lain. Tubuh algae ada
yang bersel satu, berkoloni maupun bersel banyak. Tempat hidup dari algae
biasanya adalah air, baik air tawar maupun air laut dan ditempat-tempat basah
ataupun lembab.
Anak divisi ganggang dapat dibedakan dalam tujuh kelas yaitu:
1. Kelas Chlorophyceae (Ganggang Hijau)
2. Kelas Phaeophyceae (Ganggang coklat/perang)
3. Kelas Rhodophyta (Ganggang Merah)
4. Kelas Flagellata
5. Kelas Diatomeae (Ganggang Kersik)
6. Kelas Conjugatae (Ganggang Gandar)
7. Kelas Charophyceae (Ganggang Karang)

B. TUJUAN
Mampu memahami struktur dan perkembangan Algae

C. ALAT DAN BAHAN


Cawan petridish, Loupe, pinset
Awetan Algae

D. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Amati dan gambar hasil pengamatan.

25
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Turbinaria sp

Klasifikasi
Divisi : Thallophyta
Sub Divisi : Algae
Classis : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Familia : Fucaceae
Genus : Turbinaria
Species : Turbinaria sp
Turbinaria sp adalah tumbuhan Cryptogamae karena belum jelas alat
reproduksinya. Turbinaria sp memiliki konseptakel yaitu ujung-ujung cabang
talus agak membesar dan terdapat lekukan. Turbinaria sp memiliki organ
berupa rhizoid(menyerupai akar), cauloid(menyerupai batang), dan
filoid(menyerupai daun). Warna yang nampak dominan adalah pirang yait
fikosianin yang terkandung di dalamnya.
Turbinaria sp masuk dalam divisi Thallophyta karena tubuh berupa talus,
yakni belum dapat dibedakan antara batang, daun dan akar. Termasuk dalam
ordo Fucales, karena talus berbentuk pita, kaku, bercabang-cabang menggarpu
dan melekat pada substrat, yang alat perekatnya berbentuk cakram.

26
Konseptakel yang berfungsi untuk memecah arus air yang melewatinya.
Reproduksi dengan spora, pada betina oogonium dan antan spermatozoid.
Turbinaria sp masuk dalam classis Phaeophyceae karena warna yang nampak
dominan adalah pirang. Habitatnya di air laut, biasanya menempel pada
karang-karang.

2. Euchema Cottonnii

Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma cottonii
Rumput laut merah (divisi Thallophyta) memiliki sekitar 3000
jenis, contohnya Gelidium, Gigartina, Porphyra, Eucheuma, dan
Laurencia.Rumput laut merah memiliki dinding sel selulosa dan sangat
peka terhadap cahaya.Warna merah pada rumput laut merah dihasilkan
oleh pigmen merah yang dominan yaitu fikoeritrin.Pigmen merah ini
mampu menyerap cahaya biru dan ungu.Rumput laut merah banyak
ditemui di perairan dalam dan memiliki sistem percabangan, ada yang
tampak sederhana berupa filamen (ketebalan dan lebar berbeda-beda) dan
ada yang berupa percabangan kompleks.Rumput laut merah memiliki talus

27
yang bervariasi secara bentuk dan warna.Bentuk talusnya ada yang
silindris, pipih, dan lembaran sedangkan warna talus bervariasi yaitu,
merah, ungu, coklat, dan hijau.
Rumput laut merah dapat dibedakan dari thallus yang
dimilikinya.Pada Eucheuma cottonii, thallusnya bercabang-cabang
berbentuk silindris atau pipih, percabangannya tidak teratur dan kasar
(sehingga merupakan lingkaran) karena ditumbuhi oleh nodulla atau
spine.Ujungnya runcing atau tumpul berwarna coklat ungu atau hijau
kuning.Spine Eucheuma cottonii tidak teratur menutupi thallus dan
cabang-cabangnya. Permukaannya licin, berwarna hijau, hijau kuning,
abu-abu sampai merah.Penampakan thallusnya bervariasi dari bentuk
sederhana sampai kompleks.

3. Sargassum sp

Klasifikasi:
Divisio : Thallophyta
Classis : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Familia : Sargassumceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum sp

28
Alga coklat ini habitatnya di lautan di daerah yang dingin. Permukaaannya
agak sedikit kasar. X Kantung udara terdapat pada bagian ketiak daun atau
cabang. Pada bagian ketiak daun atau cabang ini juga dibentuk alat
pembiakannya, dan pada. Alga ini tumbuh mendatar pada substratnya dan
bagian atasnya yang bercabang merupakan alat reproduksinya. Sebagian besar
epifit pada alga yang lain atau air. Pada bagian tubuhnya yang lunak bebentuk
lembaran yang tidak berpori. Pembiakan generatifnya yaitu dengan oogami,
sedangkan pembiakan vegetatifnya tidak ada.
Sargassum kebanyakan tumbuh menempel sepanjang pantai berbatu di
daerah tropika dan merupakan komponen utama gulma laut yang terapung-
apung di daerah Atlantik Utara. Ukuran tubuhnya bervariasi dari yang pendek
sampai beberapa meter. Kawasan yang ditumbuhi ganggang ini disebut laut
Sargasso.

4. Gelidium sp

Klasifikasi
Divisi : Thallophyta
Subdivisi : Algae
Kelas : Rhodophyceae
Subkelas : Floridae
Ordo : Gelidiales
Famili : Gelidiaceae

29
Genus : Gelidium
Spesies : Gelidium sp
Gelidium sp memiliki tubuh mengandung keragen sehingga
memilki tekstur yang kenyal, talus terdiri atas batang primer dan
percabangan sekunder, di ujung cabang terdapat spical pit yang berbentuk
bulat yang merupakan titik tumbuh. Alga ini memiliki holdfast (cakram)
yang berfungsi sebagai tempat melekat pada terumbu karang sehingga
dapat beradaptasi dengan gerakan ombak pada zona pasang-surut, bila
bergerombol membentuk struktur mirip kipas. Keragen pada gelidium
dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pasta, bahan pembuat cream jelly,
agar-agar dan roti. Selain itu Gelidium sp. memiliki kadar protein yang
tinggi dan berbagai macam vitamin yang penting. Habitat spesies ini
adalah laut dalam.

5. Gracilaria sp

Klasifikasi:
Divisio : Thallophyta
Classis : Rhodophyceae
Ordo : Nemastomales
Familia : Sphaerococcaceae
Genus : Gracillaria
Spesies : Gracillaria sp

30
Spesies ini termasuk alga merah karena memiliki pigmen berwarna
merah (Rhodon) sehingga thallus berwarna merah. Bentuk thallus bulat
memanjang dengan pinggir bergerigi. Thallus Gracillaria sp berbentuk
gepeng dengan percabangan dikhotom.
Perkembangbiakannya berlangsung secara seksual saja, yaitu
dengan peleburan sel gamet jantan dan sel gamet betina. Sel gamet jantsn
dihasilkan oleh anteridium, sedangkan sel gamet betinanya dihasilkan oleh
arkegonium. Alga ini bermanfaat sekaligus mempunyai nilai ekonomi karena
dapat menghasilkan bahan agar-agar.

F. SIMPULAN
1. Algae atau ganggang merupakan tumbuhan thalus (Thallophyta) yang
memiliki klorofil sehingga dapat berfotosintesis dan bersifat autotrof.
2. Bentuk thalus alga bermacam–macam ada yang berbentuk lembaran,
lembaran yang bercabang, lembaran dun yang pipih, dan bercabang-
cabang seperti ranting
3. Tempat hidup alga adalah tempat yang basah atau di air tawar, seperti
danau, kolam dan ada juga yang hidupnya di laut.
4. Permukaan thalus alga ada yang kasar dan ada pula yang licin.

31
LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN TUMBUHAN
PENGAMATAN STOMATA PADA PERMUKAAN DAUN

Disusun Oleh:
Erry Maryani (41204620116005)
RR. Pramitha Ika Putri Ayuningtyas (41204620116009)
Sri Rukhmihayati Dewi (41204620116013)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2018

32
LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN TUMBUHAN
PENGAMATAN STOMATA PADA PERMUKAAN DAUN

A. PENDAHULUAN
Daun merupakan organ pokok pada tubuh tumbuhan. Pada umumnya
berbentuk pipih bilateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat utama terjadinya
fotosintesis. Berkaitan dengan itu daun memiliki struktur mulut daun yang
berguna untuk pertukaran gas O2, CO2 dan uap air dari daun kea lam sekitar dan
sebaliknya.
Untuk menjalankan fungsi daun tersebut, daun tersusun atas beberapa
jaringan yang memiliki perannya masing-masing. Di antara beberapa jaringan
tersebut antara lain jaringan epidermis,jaringan mesofil, berkas pembuluh xilem
dan floem, serta jaringan kolenkim dan jaringan sekretori.
1. Jaringan Epidermis
Jaringan epidermis adalah jaringan penyusun daun yang letaknya
terdapat pada bagian atas dan bawah daun, sehingga sering disebutkan adanya
jaringan epidermis atas dan epidermis bawah. Jaringan ini berfungsi untuk
melindungi jaringan di bawahnya dari patogen, paparan cahaya, kerusakan
mekanis atau perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim. Jaringan epidermis
mengalami modifikasi, yaitu:
a) Kutikula. Kutikula terbentuk dari penebalan dinding sel luar epidermis
atas. Kutikula berfungsi sebagai jaringan di bawahnya serta
mencegah penguapan, sehingga dapat mengurangi kehilangan air
melalui epidermis atas.
b) Stoma. Stoma juga disebut dengan stomata karena berjumlah banyak.
Stoma merupakan alat pengambil CO¬2 sebagai salah satu zat
anorganik untuk fotosintesis dan mengeluarkan O2 sebagai hasil
dari fotosintesis. Pada daun, stoma terletak di bagian epidermis
bawah.
c) Trikomata. Trikomata disebut dengan sel rambut halus. Trikomata
terbentuk di epidermis atas atau bawah daun dan berfungsi untuk
mencegah penguapan yang berlebihan.

33
d) Bulliform dan velamen. Merupakan sel penyimpanan air yang
berukuran lebh besar daripada sel epidermis lainnya.
2. Jaringan Mesofil
Jaringan mesofil tersusun dari jaringan-jaringan parenkim yang
menempati sebagian besar ruang pada daun. Jaringan ini terdiri dari dua
jaringan, yaitu:
a) Jaringan tiang
Jaringan tiang disebut juga sebagai jaringan pagar atau jaringan
palisade. Jaringan penyusun daun ini berbentuk memanjang, tersusun
rapi dan rapat serta terletak di bawah epidermis bagian atas daun.
Fotosintesis lebih banyak terjadi di jaringan ini karena jaringan ini
memiliki kloroplas yang lebih banyak daripada jaringan bunga karang.
b) Jaringan bunga karang
Jaringan bunga karang disebut juga jaringan spons. Jaringan
penyusun daun ini berbentuk hexagonal seperti pada sel-sel parenkim,
tersusun sangat longgar dan lebih berongga daripada jaringan palisade
dan berfungsi sebagai tempat fotosintesis dan juga tempat
penyimpan cadangan makanan.
3. Berkas Pembuluh Xilem dan Floem
Sama halnya dengan akar, daun pun memiliki berkas pembuluh, yaitu
xilem (pembuluh kayu) dan floem (pembuluh tapis). Jaringan penyusun daun
ini terletak di antara jaringan mesofil dan jaringan epidermis bawah. Xilem
berfungsi untuk mengangkut air dan hara mineral yang dibawa dari xilem akar
ke daun. Floem berfungsi untuk mendistribusikan fotosintat (hasil fotosintesis)
dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
4. Jaringan Kolenkim dan Jaringan Sekretori
Selain ketiga jaringan utama tersebut, pada daun juga terdapat jaringan
kolenkim serta jaringan sekretori. Kolenkim merupakan jaringan penguat,
terletak di antara jaringan parenkim di lumen daun dan berfungsi untuk
menguatkan daun dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan.
Jaringan sekretori terdapat pada tumbuhan tertentu. Contoh dari jaringan

34
sekretori pada daun ini misalnya terdapat pada saluran getah, sel-sel kristal
dan kelenjar yang biasanya dapat ditemukan pada jaringan mesofil daun.
Stoma adalah bentuk tunggal dari stomata yang berfungsi sebagai organ
respirasi. Stoma mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan
fotosintesis. Stoma juga mengeluarkan O2 sebgai hasil dari fotosintesis. Stoma
ibarat hidung bagi manusia,akan tetapi stoma mengambil CO2 dan
mngeluarkan CO2. Selain stoma, tumbuhan tingkat tinggi juga menggunakan
inti sel untuk bernafas.
Fungsi yang paling penting dan utama dari stomata adalah pertukaran
gas. Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa tumbuhan mengambil
CO2 dari atmosfer dan memberikan keluar O2 yang digunakan oleh hewan
dan manusia. Nah ini bisa dipahami di bawah judul berikut.
a) Fotosintesis adalah suatu proses manufaktur makanan di pabrik dengan
bantuan sinar matahari dioksida, karbon dan air. Tumbuhan
mengambil karbon dioksida dari atmosfer yang diambil melalui
stomata. Molekul air dipecah menjadi hidrogen dan oksigen dan
oksigen yang kemudian dilepaskan di atmosfer sebagai produk-oleh.
Oksigen ini juga dirilis melalui bukaan stomata. Oleh karena itu kita
dapat mengatakan bahwa media pertukaran gas adalah stomata. Ini
adalah media respirasi seluler pada tumbuhan. Pekerjaan yang hidung
lakukan bagi kita mirip dengan stomata dalam tumbuhan.
b) Transpirasi adalah proses penguapan air dari permukaan tumbuhan.
Hal ini dilakukan melalui bukaan stomata. Hal ini membantu
tumbuhan untuk mendapatkan dingin dan juga membantu dalam
transfer mineral dan bahan lainnya ke berbagai bagian tumbuhan.
Sebagai tumbuhan mengambil air dari tanah, bukaan menyerap
mineral lainnya. Tapi untuk mentransfer mineral ke permukaan
tumbuhan, air di permukaan tumbuhan harus menguap. Setelah itu
menguap, maka akan mengalami tekanan yang akan memaksa akar
untuk menyerap air dari tanah dan akan ditransfer ke ujung tumbuhan.
Pekerjaan utama dari penguapan air dilakukan dengan stomata.

35
B. Tujuan
Mahasiswa dapat membedakan stomata pada daun yang terkena sinar
dan daun yang terlindungi.

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Cawan Petri
2. Cover glass
3. Objek glass
4. Mikroskop
Bahan:
1. Aquades
2. Daun

D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil dari permukaan daun bagian atas dan bawah
3. Amati bagian stomata dibawah dibawah mikroskop

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Pengamatan
No Gambar Keterangan
1 Daun yang terpapar
sinar matahari

36
2 Perbesaran 10X
Permukaan daun
yang terpapar sinar
matahari (bagian
atas)

3 Perbesaran 10X
Permukaan daun
yang terpapar sinar
matahari (bagian
bawah)

4 Daun yang
terlindungi sinar
matahari

5 Perbesaran 10X
Permukaan daun
yang terlindungi
dari sinar matahari
(bagian atas)

37
6 Perbesaran 10X
Permukaan daun
yang terlindungi
dari sinar matahari
(bagian bawah)

Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop menunjukkan bahwa


tanaman yang tumbuh di daratan banyak mempunyai stomata di permukaan
bawah daun, disebabkan karena stomata berfungsi untuk mengatur penguapan air
dari tubuh tumbuhan, juga mengatur masuknya CO2 dari udara dan keluarnya O2
ke udara saat fotosintesis, dan arah kebaliknya saat respirasi.
Letak stomata pada daun dikotil umumnya tersebar sedangkan pada
monokotil terletak sejajar sesuai dengan susunan epidermisnya.
Pada jumlah stomata dengan daun yang sejenis pun memiliki jumlah
stomata yang berbeda dan pada epidermis bawah maupun atas pun berbeda.

38
LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN TUMBUHAN
JARINGAN PADA AKAR, BATANG DAN DAUN
TUMBUHAN TINGKAT TINGGI (DIKOTIL DAN
MONOKOTIL)

Disusun Oleh:
Erry Maryani (41204620116005)
RR. Pramitha Ika Putri Ayuningtyas (41204620116009)
Sri Rukhmihayati Dewi (41204620116013)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2018

39
JARINGAN PADA AKAR, BATANG DAN DAUN
TUMBUHAN TINGKAT TINGGI (DIKOTIL DAN MONOKOTIL)

A. PENDAHULUAN
Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang berhubungan erat satu sama lain
dan mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Tumbuhan berpembuluh matang
dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yang semua dikelompokkan menjadi
jaringan (Kimball, 1992). Jaringan adalah kumpulan struktur, fungsi, cara
pertumbuhan, dan cara perkembangan (Brotowidjoyo, 1989).
Macam–Macam Jaringan Tumbuhan
Jaringan menurut fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu jaringan muda
atau meristem dan jaringan dewasa atau permanen (Kimball,1992). Jaringan
terdiri dari jaringan muda atau meristem, jaringan dasar atau parenkim,
sklerenkim, xilem, dan floem (Brotowidjoyo, 1989).
Jaringan meristem dibagi menjadi tiga yaitu meristem apikal yang terletak
di ujung batang dan akar, meristem lateral yang terletak di kambium gabus dan
meristem interkalar yang terletak diantara satu dan lainnya (Kimball,1992).
Jaringan meristem adalah jaringan muda yang terdiri atas sel-sel yang mempunyai
sifat membelah diri. Fungsinya untuk mitosis, dimana sel-selnya kecil, berdinding
tipis tanpa vakuola tengah di dalamnya. Jaringan muda yang sel-selnya selalu
membelah atau bersifat meristematik. Fungsi sel meristematik adalah mitosis.
Bentuk dan ukuran sama relatif, kaya protoplasma, umumnya rongga sel yang
kecil (Prawiro, 1997).
Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan
organ reproduksi. Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan,
seperti jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan
jaringan pengangkut Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan
menutupi permukaan daun, bunga, buah, biji, batang dan akar . Berdasarkan
ontogeninya, epidermis berasal dari jaringan meristematik yaitu protoderm .
Epidermis berfungsi sebagai pelindung bagian dalam organ tumbuhan.
Berdasarkan fungsinya, epidermis dapat berkembang dan mengalami modifikasi
seperti stomata dan trikomata (Rompas, 2011).

40
B. TUJUAN
Untuk mengamati struktur akar, batang, dan daun pada tumbuhan tingkat
tinggi baik dikotil maupun monokotil.

C. ALAT DAN BAHAN


Mikroskop, Preparat awetan.

D. PROSEDUR KERJA
4. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
5. Amati dan gambar hasil pengamatan.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Akar

Akar dikotil pembesaran 10 x Akar monokotil pembesaran 40 x

Akar dikotil terdiri dari 4 bagian, yaitu:


a. Epidermis : Lapisan terluar. Dinding selnya tipis untuk menyerap air.
b. Korteks : Tersusun atas jaringan parenkim.
c. Endodermis : Pembatas antara korteks dan stele.
d. Stele : Lapisan akar yang paling dalam. Terdiri atas perisikel, berkas
pembuluh, dan empulur.

41
Pada akar dikotil, terdapat kambium sehingga mengalami
pertumbuhan lingkar sekunder. Letak ikatan pembuluhnya berselang
seling dan disebut tipe radial. Xylem berkumpul di tengah, sehingga
memiliki bentuk seperti bintang.
Akar monokotil juga memiliki struktur yang sama dengan akar
dikotil, yaitu terbagi menjadi 4 bagian. Hanya saja, pada akar monokotil
tidak ada kambium, sehingga jaringan pada akar monokotil merupakan
jaringan primer. Selain itu bentuk xylem di akar monokotil tidak seperti
bintang karena di tengahnya terdapat empulur.
2. Batang

Batang dikotil Batang dikotil tua Batang monokotil


Pembesaran 40 x Pembesaran 40 x Pembesaran 40 x

Batang dikotil terdapat beberapa garis vertikal yang diantaranya


ada bermacam bentuk. Pada bagian kiri terdapat dua baris persegi panjang
yang bersusun vertikal persegi-persegi itu adalah sel epidermis batang. Di
dekatnya terdapat dua barisan yang didalamnya berbentuk lengkungan-
lengkungan, setelah itu, terdapat dua barisan yang kosong, dan di gambar
paling kiri terdapat 2 baris persegi panjang lagi yang merupakan
epidermis.
Pada batang monokotil terdapat xylem dan floem. Xilem dan floem
adalah jaringan pengangkut. Xilem mengangkut zat mineral dari akar ke
daun, dan floem menyebarkan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh
bagian tumbuhan. Pada batang monokotil tidak terdapat kambium,
sehingga tidak ada pertumbuhan sekunder.

42
Tidak seperti pada batang monokotil, pada batang dikotil, jaringan
pembuluh tersusun secara teratur, yaitu xilem di bagian dalam dan floem
di luar. Selain itu, pada batang dikotil terdapat kambium, sehingga
memungkinkan terjadinya pertumbuhan sekunder.
3. Daun

Daun dikotil Daun monokotill


Pembesaran 40 x Pembesaran 40 x

Preparat daun dikotil yang digunakan adalah daun tanaman karet


kerbau (Ficus elastica). Pada bagian atas gambar, terdapat deretan persegi
panjang yang merupakan jaringan epidermis atas daun, dibawah jaringan
epidermis atas terdapat jaringan palisade yang berbentuk oval berdiri
memanjang. Dibawah jaringan palisade terdapat jaringan spons yang
bentuknya seperti lingkaran-lingkaran kecil, dan diantaranya ada dua
lingkaran yang agak besar yang merupakan stomata. Di bagian paling
bawah terdapat sebaris persegi panjang lagi yang merupakan jaringan
epidermis bawah.
Preparat daun monokotil yang digunakan adalah daun tanaman
Jagung (Zea mays). Pada hasil pengamatan dapat dilihat pada bagian atas
gambar terdapat deretan persegi panjang yang merupakan epidermis atas
daun. Dibagian tengah ada lingkaran lingkaran. sedangkan di bagian
bawah terdapat deretan persegi panjang lagi yang merupakan epidermis
bawah daun.

43
F. SIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan.struktur batang dan akar
monokotil maupun dikotil tanaman memiliki perbedaan. pada struktur batangnya,
tersusun atas epidermis yang berkutikula dan kadang terdapat stomata, sistem
jaringan dasar berupa korteks dan empulur, dan sistem berkas pembuluh yang
terdiri atas xilem dan floem. Xilem dan floem tersusun berbeda pada kedua kelas
tumbuhan tersebut. Xilem dan floem tersusun melingkar pada tumbuhan dikotil
dan tersebar pada tumbuhan monokotil.pada batang monokotil memiliki tipe
ikatan pembuluh bertipe koleteral tertutup.sedangkan pada batang dikotil
memiliki tipe ikatan pembuluh bertipe koleteral terbuka
Secara umum struktur anatomi akar tersusun atas jaringan epidermis,
sistem jaringan dasar berupa korteks, endodermis, dan empulur; serta sistem
berkas pembuluh. Pada akar sistem berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem
yang tersusun berselang-seling. Struktur anatomi akar tumbuhan monokotil dan
dikotil berbeda.dimana pada akar dikotil, xylem dikelilingi floem sedangkan pada
akar monokotil terdapat xylem primer yang dikelilingi oleh xylem kecil dan
floem.

44
LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN TUMBUHAN
PENGAMATAN JARINGAN DAUN PINUS
(GYMNOSPERMAE)

Disusun Oleh:
Erry Maryani (41204620116005)
RR. Pramitha Ika Putri Ayuningtyas (41204620116009)
Sri Rukhmihayati Dewi (41204620116013)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2018

45
PENGAMATAN JARINGAN DAUN PINUS (GYMNOSPERMAE)

B. PENDAHULUAN
Tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu tumbuhan tak berpembuluh (non
vaskuler) dan tumbuhan berpembuluh (vaskuler). Tumbuhan tak berpembuluh
yaitu lumut, sedangkan tumbuhan berpembuluh terdiri atas tumbuhan tak berbiji,
yaitu paku dan tumbuhan berbiji. Sedangkan tumbuhan berbiji sendiri dibagi
dalam tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup
(angiospermae).
Tumbuhan berbiji ( Spermatophyta ) adalah tumbuhan yang mempunyai
bagian yang di sebut biji. Pada dasarnya tumbuhan biji itu dicirikan dengan
adanya bunga sehingga sering disebut dengan tumbuhan berbunga (Anthopyta).
Biji dihasilkan oleh bunga setelah terjadi peristiwa penyerbukan dan pembuahan.
Dengan kata lain, biji dapat dihasilkan merupakan alat pembiakan secara seksual
(generatif). Selain itu, ada juga pembiakan secara aseksual (vegetatif).
Tumbuhan berbiji di kelompokkan menjadi dua anak divisi, yaitu tumbuhan
berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae).
Pada tumbuhan biji terbuka, biji tertutup dengan daging buah atau daun buah
(karpelum). Misalnya, pada cemara, pinus, dan damar. Sementara itu, pada
tumbuhan berbiji tertutup, biji di tutupi oleh daging buah atau daun buah.
Misalnya, pada mangga, durian, dan jeruk. Dalam tumbuhan berbiji banyak sekali
ordo ataupuun famili dari tiap divisi. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan
berbiji merupakan tumbuhan yang dapat dikatakan tumbuhan yang memiliki
bagian yang sangatlah banyak.
Secara harfiah Gymnospermae berarti gym = telanjang dan spermae =
tumbuhan yang menghasilkan biji. Jadi Gymnospermae adalah tumbuhan yang
memiliki biji terbuka dan merupakan tumbuhan heterospora yaitu menghasilkan
dua jenis spora berlainan. Selain itu Gymnospermae tidak mempunyai bunga
sejati, tidak ada mahkota bunganya. Dalam reproduksi terjadi pembuahan tunggal.
Bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah. Berakar tunggang. Umumnya berupa
pohon. Mempunyai akar, batang, dan daun sejati (Gembong, 2010).

46
C. TUJUAN
Untuk mengamati struktur daun Pinus (Gymnospermae)

D. ALAT DAN BAHAN


Mikroskop, Preparat awetan.

E. PROSEDUR KERJA
6. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
7. Amati dan gambar hasil pengamatan.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN

Daun Pinus
Pembesaran 40 x

Pada praktikum ini praktikan mengamati preparat daun pinus. Pohon pinus
termasuk kedalam Familia Pinaceae dan termasuk Kelas Coniferales. Habitusnya
berupa pohon dengan permukaan batang yang kasar. Percabangan besifat
monopodial dengan arah tumbuh keatas. Rantingnya pendek mirip pasak berdaun
tunggal berbentuk bangun jarum dalam satu seludang. Letak daun tersebar dengan

47
pangkal daun dan tepi daun yang rata. Ujung daun meruncing dengan pertulangan
daun yang sejajar. Warna daun hijau dengan permukaan daun yang licin. Pohon
pinus merupakan tumbuhan berumah satu karena strobilus jantan dan betina
terdapat dalam 1 pohon, strobilus jantan terdapat di ujung batang dengan
membawa banyak mikrosporofil yang tersusun spiral. Setiap mikrosporofil terdiri
dari bagian atas yang steril berupa tudung dan bagian bawah dengan dua
mikrospora yang bersayap. Pada pohon pinus, strobilus betina terletak jauh dari
ujung cabang yang terlihat sisik-sisik ovula yang tersusun spiral. Setiap sisik
ovula tumbuh diketiak sisi cabang yang kecil dengan membawa dua ovula di
permukaan atas pangkal. Pada gambar pohon pinus terlihat sisik ovula yang telah
matang yang disebut sisik runjung, dan strobilus betina disebut runjung.
Pinus termasuk dalam golongan gymnospermae. Pada jaringan epidermis
terdapat hipodermis, yang terdiri atas sel-sel parenkim yang menyerupai serat.
Pada jaringan dasarnya terdapat saluran hars yang merupakan ciri khas dari
batang, akar, dan daun dari tumbuhan pinus. Selain itu tersusun atas sel-sel
parenkimatis, memiliki lekukan ke arah dalam sel yang mengandung klorofil.
Pada jaringan pembuluhnya, berkas pembuluhnya tunggal atau dua berkas yang
berdampingan dan terdapat pada bagian tengah daun dikelilingi oleh jaringan
transfusi.
Adapun jaringan penyusun daunnya, yaitu:
1. Epidermis: terdiri atas satu lapis sel yang tersusun rapat. Daun pinus
berbentuk jaruym, sehingga epidermis daun pinus tidak dibedakan menurut
letak adaksial maupun abaksialnya.
2. Hypodermis: sel yang terletak tepat dibawah sel-sel epidermis.
Pada bagian mesofil, yaitu bagian yang tersusun atas jaringan parenkim yang
sel-selnya melipat, selain itu juga terdapat:
1. Parenkim palisade yang mengelilingi berkas pengangkut, yang sel-selnya
berisi klorofil.
2. Terdapat saluran resin untuk pertukara gas. Sebelum berkas pengangkut,
juga ditemukan selapis endodermis yang sel-selnya rapat.

48
Berkas pengangkut terdiri atas xylem dan floem. Xylem terletak di atas floem.
Di antara berkas pengangkut dengan endodermis terdapat jaringan transfusi.

49

Anda mungkin juga menyukai