YUDHI NUGRAHA
SKRIPSI
Yudhi Nugraha
107095002480
JAKARTA
2011
PERNYATAAN
Yudhi Nugraha
107095002580
ABSTRAK
Yudhi Nugraha. Potensi Karbon Tersimpan di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai
(BSD), Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Skripsi. Program Studi Biologi, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.
Pemanasan global merupakan salah satu isu lingkungan utama di abad ini.
Emisi karbon dioksida (CO2) merupakan penyebab utama pemanasan global. Ruang
terbuka hijau (RTH) seperti taman kota berperan penting dalam mitigasi pemanasan
global dan perubahan iklim di kawasan perkotaan karena mampu mereduksi CO2 dari
atmosfer melalui mekanisme sekuestrasi karbon. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis potensi Taman Kota I Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang dalam
menyimpan karbon pada tegakan pohon, akar dan tanah. Pengambilan data untuk
karbon tersimpan dilakukan pada sepuluh plot kuadrat berukuran 25 m 25 m dengan
mengukur biomassa tegakan pohon, biomassa akar dan kandungan organik tanah.
Biomassa tegakan dan akar pohon dihitung berdasarkan persamaan alometri, dengan
kandungan karbon dihitung sebagai 48% dari biomassa. Kandungan organik tanah
dilakukan dengan menghitung bobot isi dan persentase kandungan organik tanah.
Pada plot pengamatan tercatat 20 jenis pohon yang tergolong ke dalam 13 famili,
dengan jenis pohon dominan yaitu Roystonea regia (INP = 75,99%). Potensi karbon
tersimpan terbesar terdapat pada tegakan pohon, yaitu 86,28 tonC/ha, diikuti oleh akar
pohon dan tanah sebesar 26,25 tonC/ha dan 2,58 tonC/ha. Potensi karbon tersimpan
pada Taman Kota 1 BSD dengan luas area 2,5 ha adalah 287,8 ton.
Kata Kunci: karbon tersimpan, biomassa, karbon organik tanah, Taman Kota I BSD
i
ABSTRACT
Yudhi Nugraha. Carbon Storage Potential in Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai
(BSD), Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Undergraduate Thesis. Biology
Department. Faculty of Science and Technology. Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta. 2011.
Key words: carbon storage, tree biomass, soil organic carbon, Taman Kota I BSD
ii
KATA PENGANTAR
wata’ala Sang Pemilik kerajaan tertinggi dengan segala kebesaran cinta kasih
Serpong Damai” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
1. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
jajarannya.
2. Dr. Lily Surayya EP., M.Env.Stud. selaku Ketua Program Studi Biologi
3. Dini Fardila, M.Si selaku pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan
4. Dasumiati, M.Si, Priyanti, M.Si, Narti Fitriana, M.Si selaku penguji yang telah
iii
5. Seluruh Dosen prodi Biologi, terima kasih atas semua ilmu yang telah
6. Abi Ummi dan keluarga besar Babay As’ad ibn Mustakar dan Munara ibn
10. Heru, Amin, Luqman, Uki, Fachri, Irvan, Ade, Dede, Mulya, Galih, Jael dan
Ria serta kawan-kawan terdekat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut diatas.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna,
Penulis.
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 21
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................... 21
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................ 22
3.3. Cara Kerja .................................................................................... 22
3.3.1.Penentuan Jumlah dan Ukuran Plot ....................................... 22
3.3.2. Analisis Vegetasi ................................................................ 23
3.3.3. Pengukuran Biomassa .......................................................... 24
3.4. Analisis Data ................................................................................ 26
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
dunia saat ini. Salah satu faktor penyebab perubahan iklim adalah pemanasan
global. Pemanasan global salah satunya disebabkan oleh emisi gas rumah kaca
(GRK). Salah satu GRK yang berpengaruh besar dalam peningkatan suhu
telah mengalami peningkatan dari era pra industri pada tahun 1750 yaitu 280 ppm
menjadi 378 ppm pada tahun 2005 (Solomo dkk., 2007). Peningkatan GRK salah
satunya dipicu oleh pemakaian bahan bakar fosil untuk energi dalam bidang
berkembang dalam mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi atau dikenal
negara berkembang untuk menjaga lahan hijaunya dan mendapatkan insentif dari
hasil penyerapan karbon atau berkurangnya emisi akibat kerusakan lahan hijaunya
1
2
peranan penting karena dapat menyerap dan menyimpan karbon sebagai biomassa
melalui mekanisme sekuestrasi (Hairiah, 2007). Salah satu cara untuk mengurangi
fotosintesis akan disimpan dalam biomassa tegakan pohon berkayu. Dalam rangka
Menurut Brown (1997), hampir 48% dari biomassa pohon adalah karbon.
Pohon melalui proses fotosintesis menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan
biomassa tubuhnya seperti dalam batang, daun, akar, umbi buah dan-lain-lain.
Keseluruhan hasil dari proses fotosintesis ini sering disebut juga dengan
telah banyak dilakukan di ekosistem hutan alami dan hutan produksi (Ginoga dkk,
2005; Rahma, 2008; Nuraziza, 2008; Bakri, 2009). Meskipun demikian, informasi
pohon pada ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan dapat berperan sebagai
tanah. Penelitian karbon tersimpan pada RTH akan menunjukan nilai kepentingan
perkotaan.
3
karena dengan adanya lingkungan yang baik maka seluruh kegiatan dalam suatu
Bumi Serpong Damai Tbk. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya sebuah taman
kota yang berada di kawasan perumahan Bumi Serpong Damai (BSD). Taman
sekitarnya. Dilihat dari lokasinya, Taman kota 1 BSD berdekatan dengan tempat
kenyataan ini, maka penelitian mengenai karbon di kawasan BSD perlu dilakukan
menyimpan karbon sebagai salah satu upaya mitigasi perubahan iklim di kawasan
Berapa besar potensi karbon tersimpan pada tegakan pohon, akar pohon,
1.3 Hipotesis
Tegakan pohon menyimpan karbon lebih besar dibanding akar pohon dan
tanah.
4
dalam tegakan pohon, akar pohon, dan tanah di Taman kota 1 BSD.
oleh tegakan pohon, akar pohon dan tanah di Taman kota 1 BSD.
2. Acuan bagi PT. BSD Tbk. dan Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk
meningkatkan jumlah dan jenis pohon agar dapat menyerap dan menyimpan
perkotaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis gas rumah kaca (GRK) yang memberikan sumbangan paling besar
bakar dari biomassa fosil (Arifin, 2001). Konsentrasi GRK di atmosfer dari waktu
ke waktu terus meningkat yang telah dilepas ke atmosfer dalam kurun waktu 148
tahun yaitu dari tahun 1850 sampai 1998. Penyumbang pemanasan global yang
terbesar adalah karbon dioksida sebesar 61%, diikuti oleh metana (CH4) sebesar
karbon dioksida, di dalam jaringan tubuh mahluk hidup, dan terbesar dijumpai
dalam batuan endapan serta bahan bakar fosil yang terdapat di dalam perut bumi.
Karbon masuk ke dalam tubuh suatu organisme melalui rantai makanan. Karbon
dioksida diserap oleh tumbuhan hijau melalui proses fotosintesis dan disimpan
sebagai biomassa pada berbagai organ, diantaranya daun. Karbon organik dalam
menghasilkan siklus yang lengkap yang disebut dengan siklus karbon (Gambar 1).
5
6
2003).
fotosintesis, respirasi tegakan, respirasi serasah dan respirasi tanah. Jumlah karbon
dalam bentuk karbon bebas juga sangat dipengaruhi oleh tambahan dari luar
sistem seperti kebakaran hutan, letusan gunung dan sebagainya (Muhdi, 2008).
Pada prinsipnya komponen yang dibutuhkan dalam reaksi fotosintesis adalah CO2
7
yang berasal dari udara dan air yang diserap dari dalam tanah. Sesuai dengan
pembuatan atau sintesis senyawa gula dan oksigen (Longman dan Jenik, 1987).
pokok untuk berlangsungnya fotosintesis. Dengan bantuan energi cahaya CO2 dan
H2O oleh tumbuhan hijau akan diubah menjadi senyawa organik berupa glukosa
(C6H12O6) dan oksigen (O2) melalui reaksi yang disederhanakan di bawah ini.
dioksida yang diserap dari udara serta air dan hara yang diserap dari dalam tanah
tanaman dan akhirnya disimpan dalam organ tumbuhan seperti daun, batang,
ranting, bunga dan buah. Proses penyimpanan karbon dalam berbagai organ
karbon yang disimpan dalam tubuh tumbuhan hidup atau biomassa pada suatu
2002).
karbon dioksida diserap dan diubah oleh tumbuhan menjadi karbon organik dalam
8
absolut dalam biomassa atau jumlah karbon yang tersimpan pada suatu biomassa
karbon (C sink). Salah satu cara untuk mengurangi dampak pemanasan global
program sink, dimana karbon organik sebagai hasil fotosintesa akan disimpan
terutama dalam siklus karbon. Dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50%
Tempat penyimpanan ini disebut dengan kantong karbon aktif (active carbon
yang tersimpan di hutan, tetapi hal ini tidak menambah jumlah keseluruhan
karbon yang berinteraksi di atmosfer. Simpanan karbon lain yang penting adalah
deposit bahan bakar fosil. Simpanan karbon ini tersimpan jauh di dalam perut
bumi dan secara alami terpisah dari siklus karbon di atmosfer, kecuali jika
sekitar 0,03%. Siklus karbon termasuk dalam siklus yang sangat cepat karena
tumbuhan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan gas ini. Setiap tahun,
dipindahkan dari siklus karbon dalam waktu yang lebih lama. Hal ini terjadi
misalnya, ketika karbon terakumulasi di dalam kayu atau bahan organik yang
serasah tanaman yang jatuh dan akumulasi karbon dalam biomassa (tajuk)
tanaman. Separuh dari jumlah karbon yang diserap dari udara bebas tersebut
diangkut ke bagian akar berupa karbohidrat dan masuk ke dalam tanah melaui
2.4 Biomassa
Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu area atau
juga didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu
pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas (Brown,
1997).
permukaan adalah semua material hidup di atas permukaan. Termasuk bagian dari
kantong karbon ini adalah batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji dan daun dari
vegetasi baik strata pohon maupun dari strata tumbuhan bawah di lantai hutan.
Biomassa bawah permukaan adalah semua biomassa dari akar tumbuhan yang hidup.
Pengertian akar ini berlaku hingga ukuran diameter tertentu yang ditetapkan. Hal
ini dilakukan sebab akar tumbuhan dengan diameter yang lebih kecil dari
ketentuan cenderung sulit untuk dibedakan dengan bahan organik tanah dan
dioksida dari udara dan mengubah zat tersebut menjadi bahan organik melalui
11
Laju pengikatan biomassa bergantung pada luas daun yang terkena sinar matahari,
intensitas penyinaran, suhu, dan ciri-ciri jenis tumbuhan masing-masing. Sisa dari
pohon dipengaruhi oleh proses fotosintesis dan respirasi dari tegakan pohonyang
balik ini merupakan proses pengikatan dan pelepasan karbon bebas di atmosfer
menjadi karbon terikat pada tegakan pohon. Tegakan pohon menggunakan energi
didefinisikan sebagai suatu studi dari suatu hubungan antara pertumbuhan dan
ukuran salah satu bagian organisme dengan pertumbuhan atau ukuran dari
atau tinggi) dengan berat (kering) pohon secara keseluruhan (Sutaryo, 2009)
12
langsung ke dalam tanah, dan keberadaannya dalam tanah bisa cukup lama. Pada
tanah hutan biomassa akar lebih didominasi oleh akar-akar besar (diameter >2
mm), sedangkan pada tanah pertanian lebih didominasi oleh akar-akar halus dari
Pengambilan data biomassa akar merupakan bagian yang sulit dan tidak
seluruh bagian akar hampir mustahil untuk dilakukan, demikian juga pemilahan
akar-akar yang halus secara individu tanpa tercampur dengan akar dari pohon lain
yang ada di sekitarnya. Karena sulit untuk mengambil sampel, pendekatan yang
(2004), ukuran diameter akar berkorelasi positif dengan diameter batang. Oleh
karena itu untuk menentukan biomassa dan simpanan karbon pada akar dapat
diestimasi dari nilai biomassa dan simpanan karbon pada tegakan batang
oleh jumlah karbon yang ada dalam tegakan juga dipengaruhi oleh jumlah karbon
dalam serasah. Proses respirasi tanah yang dipengaruhi oleh suhu akan melepas
Sebagian besar karbon bumi atau sebanyak 75% di lapisan satu meter dari
kehilangan melalui mineralisasi. Sisa tumbuhan, hewan dan manusia yang ada di
organisme tanah sehingga melapuk dan menyatu dengan tanah dan dinamakan
organik dan sampling tanah tidak terganggu untuk mendapatkan nilai bobot isi.
menggunakan cincin pencuplik (core sampler) agar tidak merubah porositas tanah
bergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanah serta
cara pengelolaannya. Sistem perakaran yang luas dan besar dapat memperbaiki
kondisi fisik tanah, sehingga dapat meningkatkan kualitas tanah dan meperbesar
keadaan kering konstan dengan volumenya. Tanah dengan bobot isi yang rendah
menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki partikel tanah yang kurang padat
batuan yang terdapat pada tanah tersebut. Adanya fragmen batu-batuan pada tanah
menurunkan kapasitas tanah dalam menyerap dan menyimpan karbon (Carter dan
Gregorich, 2008).
14
atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Satuan vegetasi yang
semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan
yang ingin dicapai dalam analisis vegetasi adalah untuk mengetahui komposisi
spesies dan struktur vegetasi pada suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto,
2006).
dipengaruhi oleh hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari
setiap spesies organisme yang menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dan
pada keseimbangan sistem dan akhirnya akan berpengaruh pada stabilitas vegetasi
(Soegianto, 1994).
1. bagaimana cara mendapatkan data terutama data kuantitatif dari semua spesies
3. penyajian data;
digunakan antara lain adalah metode kuadrat dan kuadran. Metode kuadrat
dalam penggunaannya dan mencakup semua parameter yang harus diukur serta
dapat digunakan pada berbagai vegetasi baik yang heterogen maupun yang
homogen, sedangkan metode kuadran lebih tepat digunakan untuk vegetasi yang
heterogen dan distribusi spesiesnya acak karena pada metode ini tidak memiliki
luas area.
Taman (garden) diterjemahkan dari bahasa Ibrani, gan dan oden. Gan
berarti melindungi atau mempertahankan lahan yang ada dalam suatu lingkungan
lengkap taman dapat diartikan sebagai sebidang lahan berpagar yang digunakan
Taman kota merupakan salah satu bagian dari ruang terbuka hijau (RTH)
(2006), pengertian RTH adalah “sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang
mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan
(perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan
lainnya) sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai
Salah satu bentuk RTH lainnya adalah hutan kota. Menurut Fandeli
(2004), hutan kota merupakan bentuk persekutuan vegetasi pohon yang mampu
menciptakan iklim mikro dan lokasinya terletak di perkotaan atau dekat kota.
Hutan di kawasan perkotaan ini tidak memungkinkan berada dalam areal yang
luas. Bentuknya juga tidak harus dalam blok, akan tetapi hutan kota dapat
dibangun pada berbagai penggunaan lahan. Oleh karena itu diperlukan kriteria
untuk menetapkan bentuk dan luasan hutan kota. Kriteria penting yang dapat
penting hutan kota berupa manfaat lingkungan yang terdiri atas regulasi
nyaman, segar, bersih, dan sebagai sarana pengaman lingkungan dan menciptakan
polusi dan mewujudkan keserasian lingkungan. Setiap orang mempunyai hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat dan yang dapat menanggulangi dari
menyediakan fasilitas yang cukup seperti air, udara yang sehat, cahaya,
2005). Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan
Menurut Adinata dkk. (2009), taman kota sebagai bagian dari ruang
publik, sering tidak disadari oleh masyarakat kota akan peranannya di dalam
menyelaraskan pola kehidupan kota yang sehat. Pemanfaatan ruang taman kota
menghadirkan taman yang hijau sehingga elemen utama yang tidak dapat
ditinggalkan begitu saja. Bahkan karakter masyarakat sebuah kota dapat tercermin
pada tiap level, mulai dari skala kota, lingkungan, sampai ketetanggaan (Arifin
dkk., 2007)
1. taman publik (umum) yaitu taman yang bisa digunakan oleh umum;
2. taman semi publik yaitu taman milik pribadi yang dapat digunakan oleh
3. taman pribadi yaitu taman milik pribadi yang tidak dapat oleh umum.
perkotaan biasanya dibedakan atas taman kota, dan taman lingkungan. Taman
kota adalah taman umum pada skala kota, yang peruntukkannya sebagai fasilitas
Fasilitas yang disediakan di taman kota disesuaikan dengan fungsinya dan fasilitas
Taman kota biasanya terletak di lokasi yang strategis dan mudah diakses
dari berbagai penjuru kota. Penanggung jawab taman kota adalah pemerintah
19
lain sebagai taman pertokoan, taman untuk kegiatan industri, taman lingkungan
yaitu yang dimiliki dan dibiayai oleh individu dari kelompok masyarakat atau
suatu perusahaan individu, dan taman-taman publik yaitu taman yang dikelola
oleh pemerintah
PT. Bumi Serpong Damai (BSD) Tbk. berdiri pada 16 Januari 1984 dan
dan Bekasi (Jabotabek). Pembuatan master plan kota mandiri BSD mendapat
International, Japan City Planning Inc., Nihon Architect Engineer and Consultant
Proyek BSD City memiliki tiga tahap pembangunan dengan total luas
lahan yang direncanakan sebesar 6.000 ha. Tahap awal telah dibangun sekitar
1.300 ha. Tahap kedua akan dikembangkan area seluas 2.400 ha dan sisanya
telah dibangun kurang lebih 20.000 unit rumah dan lebih dari 4.000 ruko, dan
tempat usaha dengan populasi kurang lebih 100.000 penduduk (Arkonin, 1985).
20
Pihak pengelola BSD City membangun dua taman kota. Taman kota BSD
1 berada di bilangan Giri Loka dibangun pada tahun 2004 dengan luas areal 2,5
hektar, di Taman Kota 1 BSD ini ditumbuhi 60 jenis tanaman dengan jumlah
pohon mencapai 2.500 pohon. Jenis pohon yang ada antara lain nam-nam hutan
afrika (Kigelia aethiopica) dan lain-lain. Pada taman ini juga terdapat fasilitas
pelataran berkumpul dan panggung, jogging track, area fitness, jalan akupuntur,
wahana bermain anak, papan pendidikan lingkungan, dan kios jajanan (Wibisono,
2008).
Tangerang Selatan. Taman Kota 2 memiliki luas 9 hektar termasuk danau buatan
2008).
BAB III
METODE PENELITIAN
Taman Kota 1 berada di pusat kota BSD tepatnya di Row 30 BSD City
Taman ini memiliki luas 2,5 ha (Gambar 2 dan 3). Secara geografis Taman Kota 1
Lokasi Penelitian.
21
22
Bahan yang digunakan yaitu tegakan pohon dan tanah pada kedalaman 20
cm. Alat yang digunakan antara lain tali rapia, gunting, pita ukur (meteran),
presisi, gergaji, pisau golok, nampan, pisau atau gunting rumput, kertas putih,
lokasi penelitian. Jumlah plot ditentukan oleh luas lokasi penelitian, potensi
karbon terimpan rata-rata, dan nilai variasi karbon tersimpan tiap-tiap plot
(Pearson, 2005). Cara menentukan ukuran dan jumlah plot yang digunakan dalam
23
data yang diperoleh pada penelitian pendahuluan, ukuran dan jumlah plot yang
25 m. Kemudian seluruh jenis pohon yang terdapat di dalam plot tersebut dicatat
nama, jenis, dbh dan jumlah individunya. Nilai kerapatan relatif, dominansi
relatif, dan frekuensi relatif dihitung untuk tiap jenis pohon. Berdasarkan ketiga
nilai tersebut kemudian dihitung INP tiap jenis pohon. Parameter parameter yang
Kerapatan (Individu/Ha) =
Frekuensi =
Dominansi =
(1997), kandungan karbon pada tumbuhan kurang lebih 48% dari biomassa
tumbuhan tersebut.
untuk seluruh jenis pohon yang terdapat pada plot pengamatan di lokasi
sulit dilakukan karena penggalian seluruh bagian akar hampir mustahil untuk
dilakukan, demikian juga pemilahan akar-akar yang halus secara individu tanpa
tercampur dengan akar dari pohon lain yang ada di sekitarnya. Karena sulitnya
biomassa akar adalah dengan menggunakan rasio akar dan batang (root to shoot
25
ratio). Rasio akar batang merupakan rasio atau perbandingan antara biomassa
biomassa bawah permukaan antara lain adalah persamaan yang disusun oleh
Keterangan:
Karbon organik tanah ditentukan berdasarkan dua faktor, yaitu nilai persen
karbon organik tanah dan bobot isi tanah. Karbon organik tanah diambil dari
sampel tanah terganggu, sedangkan bobot isi diambil dari sampel tanah tidak
terganggu.
Sampel tanah terganggu diambil dari tiga titik pada setiap plot.
Tanah yang berasal dari satu plot dicampur kemudian dikeringkan dan disaring
dikeringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 105°C untuk mendapatkan
berat kering konstan. Sampel kemudian dimasukan dalam tungku pengabuan pada
suhu 1000°C selama 24 jam untuk menentukan berat abu. Persen kandungan
Sampel tanah tidak terganggu diambil pada tiga plot dengan menggunakan
alat core sampler pada kedalaman 20 cm. Core Sampler ditancapkan ke dalam
tanah untuk mengambil tanah di titik sampling tersebut. Sampel tanah kemudian
halus dan tanah kasar. Tanah kasar dan tanah halus ditimbang untuk mendapatkan
berat tanah kasar dan berat awal. Tanah halus kemudian dimasukkan ke dalam
oven selama 24 jam pada suhu 105°C, lalu ditimbang untuk mendapatkan berat
kering. Menurut Pearson dkk. (2005), bobot isi tanah didapatkan dengan
menggunakan rumus:
organik tanah dari sampel tanah terganggu dan bobot isi tanah dari sampel tanah
Menurut Brown (1997), karbon tersimpan dalam pohon dan akar adalah
48% dari total biomasanya. Oleh karena itu estimasi jumlah karbon tersimpan per
komponen dapat dihitung dengan mengalikan total berat biomasanya dengan 0,48.
sebagai berikut:
27
plot. Untuk mendapatkan nilai karbon tersimpan dalam satuan hektar maka harus
ekspansi didapat dari 10.000 m2 dibagi luas plot atau luas core sampler.
BAB IV
1 Bumi Serpong Damai (BSD) tercatat sebanyak 20 jenis pohon yang termasuk ke
dalam 13 suku dengan jumlah tegakan sebanyak 279 individu. Dari hasil analisis
vegetasi diperoleh bahwa jenis-jenis pohon yang ada di lokasi penelitian memiliki
kepentingan dan peran yang besar dalam suatu komunitas dan nilai INP yang kecil
menunjukan bahwa jenis pohon memiliki kepentingan dan peranan yang kecil.
menunjukan kontribusi relatif tiap jenis pohon dalam suatu komunitas vegetasi.
INP yang diperoleh pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. INP
tertinggi terdapat pada jenis palem raja (Roystonea regia) dan asam jawa
(Tamarindus indica). Hal ini menunjukan bahwa palem raja dan asem jawa
lokasi penelitian.
diameter rata-rata batang yang tinggi. Hal ini dikarenakan palem raja memiliki
jumlah individu yang banyak dan persebaran (frekuensi) yang merata serta luas
basal yang besar (dominansi). Asam jawa memiliki INP kedua terbesar karena
28
29
selain ditemukan dalam jumlah yang banyak juga memiliki luas basal (dominansi)
INP terendah diperoleh pada jenis melinjo (Gnetum gnemon) dan keben
Selain memiliki luas basal yang relatif kecil, kedua jenis pohon ini juga memiliki
frekuensi yang rendah karena ditemukan hanya pada satu plot penelitian dan
Pada Tabel 1 terlihat bahwa jumlah individu terbanyak terdapat pada jenis
palem raja yaitu 84 individu dengan nilai kerapatan relatif 31,00%. Selanjutnya
diikuti oleh asam jawa dan ki hujan yang masing-masing memiliki jumlah
masing sebesar 21,90% dan 8,39%. Tingginya kerapatan relatif ketiga jenis pohon
disebabkan jumlah individunya yang paling banyak di antara jenis pohon lainnya
jenis pohon yang sering ditanam oleh pengelola Taman Kota 1 BSD. Palem raja
merupakan jenis pohon ornamental yang memiliki keunggulan dalam hal estetika.
Asam jawa dan ki hujan juga memiliki nilai kerapatan relatif yang cukup besar
karena kedua jenis pohon ini sudah lama tumbuh di lokasi penelitian.
Palem raja, asam jawa dan ki hujan memiliki nilai dominansi terbesar
yakni 32,48%, 27,77%, dan 7,77%. Nilai dominansi ini berasal dari nilai luas
basal yang diperoleh dari pengukuran diameter batang. Meskipun ukuran luas
basal palem raja per individu relatif kecil namun jenis pohon ini memiliki jumlah
individu yang banyak sehingga nilai total luas basalnya terbesar di antara jenis
30
pohon lainnya. Asam jawa dan ki hujan memiliki jumlah individu yang tidak
sebanyak palem raja. Meskipun demikian, luas basal rata-rata kedua jenis pohon
matahari, ruang tumbuh dan suhu. Meskipun demikian, umur dan jenis pohon
Pada penelitian ini, asam jawa dan ki hujan adalah jenis pohon yang memiliki luas
kedua jenis pohon ini memiliki umur yang tua dan diameter batang rata-rata yang
besar.
suku yang terdapat pada kesepuluh plot penelitian bervariasi. Hanya jenis palem
raja dari suku Arecaceae yang paling banyak ditemukan yakni terdapat pada
kesembilan plot penelitian, dengan nilai frekuensi relatif sebesar 12,86% dari
seluruh jenis pohon yang ada di lokasi penelitian. Hal ini menunjukkan tingkat
persebaran jenis pohon ini yang cukup tinggi, selain memiliki daya adaptasi yang
tinggi palem raja juga ditanam merata pada lokasi penelitian. Menurut Haryanto
dan Siswono (1997), jenis pohon ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
yang tinggi pada berbagai jenis tanah, suhu dan kelembaban udara di daerah
tropis.
31
pada kesepuluh plot sampel bervariasi. Nilai karbon tersimpan terkecil diperoleh
pada plot 5 yaitu 7,053 tonC/ha dan terbesar pada plot 8 dengan nilai karbon
tersimpan sebesar 633,2 tonC/ha. Beragamnya nilai karbon tersimpan pada plot
tersimpan pada suatu plot dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jumlah pohon
dalam plot tersebut (kerapatan) dan juga luas basal yang dimiliki pohon penyusun
vegetasi (dominansi).
Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai kerapatan tertinggi ada pada plot 9
(55,71ind/ha) dengan total karbon pada tegakan batang 3,47 tonC/ha, sedangkan
karbon tersimpan terbesar diperoleh pada plot 8, yaitu 492,01 tonC/ha dengan
kerapatan 38,57 ind/ha. Tinggi dan rendahnya nilai karbon tersimpan pada
bahwa luas basal mempengaruhi nilai karbon tersimpan karena sebagian besar
Gambar 4. Nilai Kerapatan (ind/ha) dan Karbon pada Tegakan Batang (tonC/ha).
tersimpan pada tegakan batang. Kerapatan relatif pada plot 9 lebih besar daripada
plot 8, namun nilai karbon tersimpannya lebih rendah. Hal ini disebabkan jenis
pohon yang ditemukan pada plot ini seluruhnya adalah dari suku Arecaceae atau
palem-paleman, yaitu palem raja (Roystonea regia) dan kelapa sawit (Elaeis
guinensis). Pada plot 8, meskipun kerapatannya lebih kecil daripada plot 9, namun
rata-rata diameter batangnya besar, sehingga nilai karbon tersimpannya juga lebih
besar. Beragamnya nilai karbon tersimpan pada suatu plot dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya adalah kerapatan (Nowak dan Crane, 2002).
tumbuhan dikotil yang memiliki diameter batang lebih besar daripada tumbuhan
sama, tumbuhan dikotil menyimpan karbon lebih besar karena memiliki diameter
batang yang lebih lebar daripada tumbuhan monokotil yang tidak mengalami
berdasarkan nilai karbon tersimpan pada tegakan batang. Karbon tersimpan pada
akar akan dipengaruhi oleh karbon tersimpan pada tegakan batang. Semakin besar
35
karbon tersimpan pada tegakan batang maka semakin besar karbon tersimpan
pada akar. Menurut Schmid-Haas dan Bachofen (1991) dalam Gartner dan
Braker (2004), ukuran diameter akar berkorelasi positif dengan diameter batang.
Dengan demikian, untuk menentukan biomassa dan karbon tersimpan pada akar
dapat diestimasi dari biomassa dan karbon tersimpan pada tegakan batang
Seperti halnya nilai karbon tersimpan pada tegakan batang, nilai karbon
tersimpan tertinggi ditemukan pada plot 8 sebesar 139,19 tonC/ha dan terendah
pada plot 5 sebesar 1,37 tonC/ha (Gambar 5). Hal ini disebabkan karena jenis
pohon yang ditemukan pada plot 8 memiliki kerapatan dan nilai dbh rata-rata
Jumlah individu terbanyak ditemukan pada plot 9 namun jenis pohon yang
terdapat pada plot ini seluruhnya adalah jenis palem-paleman. Oleh karena itu,
36
meskipun plot 9 memiliki nilai diameter batang rata-rata dan kerapatan yang besar
namun nilai karbon tersimpan relatif kecil bila dibandingkan dengan plot 8 dan 7.
Plot 8 dan 7 memiliki nilai rata-rata diameter batang dan kerapatan yang besar
sehingga nilai karbon tersimpannya juga besar. Pada kedua plot tersebut
tumbuhan yang ditemukan termasuk tumbuhan dikotil yang memiliki nilai karbon
pada plot 9. Meskipun pada plot 8 dan 7 ini juga ditemukan tumbuhan monokotil,
tidak terlalu bervariasi karena tekstur tanah yang seragam, kecuali pada plot 8.
Karbon tersimpan tanah pada lokasi penelitian yang tertinggi terukur pada plot 5
sebesar 3,01 tonC/ha dan terendah pada plot 8 sebesar 2,08 tonC/ha (Gambar 6).
Pada plot 5 nilai kerapatan dan dbh rata-rata yang besar mempengaruhi
nilai karbon tersimpan. Menurut Hairiah dan Rahayu (2007), jumlah karbon
tersimpan pada berbagai tipe lahan berbeda-beda, bergantung pada tata cara
pengelolaan serasah, jenis tanah, keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada.
Sistem perakaran yang luas dan besar dapat memperbaiki kondisi fisik tanah,
Tanah pada plot 8 memiliki tekstur yang berbatu kerikil dan berpasir
nilai karbon tanah pada plot tersebut. Bobot isi tanah menunjukkan perbandingan
antara massa tanah pada keadaan kering konstan dengan volumenya (Carter dan
Gregorich, 2008). Tanah dengan bobot isi yang rendah menunjukkan bahwa tanah
tersebut memiliki partikel tanah yang kurang padat yang kemungkinan disebabkan
batuan pada tanah menurunkan kapasitas tanah dalam menyerap dan menyimpan
karbon.
Menurut Knoepp dkk. (2000), jenis dan jumlah pohon yang ditanam pada
suatu area dapat mempengaruhi kualitas tanah yang menjadi substrat pertumbuhan
tersimpan di dalam tanah, atau tiga kali lipat lebih besar dibanding karbon yang
penelitian tidak berkontribusi besar terhadap nilai karbon tersimpan total. Hal ini
kemungkinan disebabkan serasah dan bahan organik mati tidak banyak dijumpai
Nilai karbon tersimpan pada tanah di taman kota ini jauh lebih kecil jika
gC/ha karena pada hutan alami terjadi dekomposisi serasah di tanah (Nurmi,
2005). Pada taman kota ini pengelolaan serasah dengan dibersihkan dan dibuang
secara teratur. Hal ini mengakibatkan proses dekomposisi serasah hampir tidak
tersimpan tanah sebagian besar diduga berasal dari pohon dengan perakarannya
yang telah membantu memperbaiki porositas tanah di lingkungan taman kota ini.
paling besar dibandingkan karbon tersimpan pada akar dan tanah. Rata-rata
pada akar adalah 26,25±4,64 tonC/ha dan pada tanah 2,57±0,03 tonC/ha. Tegakan
batang menyimpan karbon tiga kali lebih besar dibandingkan akar dan tiga puluh
Pada Gambar 7 terlihat bahwa variasi pada nilai karbon tersimpan tegakan
pohon dan akar cukup tinggi pada kesepuluh plot. Hal ini disebabkan karena jenis
dan jumlah pohon yang ditemukan pada setiap plot penelitian sangat beragam,
sehingga karbon tersimpan pada tegakan pohon dan akar juga sangat bervariasi
sesuai dengan jumlah dan jenis yang ada di masing-masing plot pada lokasi
penelitian.
Nilai standar deviasi karbon tersimpan pada tanah relatif kecil dikarenakan
nilai karbon tersimpan pada tanah relatif sama pada kesepuluh plot di lokasi
penelitian. Hal ini karena tekstur tanah yang ditemukan pada lokasi penelitian
seragam yang disebabkan oleh tata kelola yang dilakukan oleh pengurus yang
Potensi karbon tersimpan pada Taman Kota 1 BSD adalah sebesar 115,1
ton/ha. Dengan luas area 2,5 hektar maka potensi karbon tersimpan total di Taman
Kota 1 BSD adalah sebesar 287,8 ton. Secara umum potensi karbon tersimpan di
hutan kota lebih kecil daripada hutan alami. Menurut Tomich dkk. (1998), hutan
demikian, potensi karbon tersimpan total di taman kota ini relatif lebih besar
Taman Wisata Alam Eden sebesar 95,82 tonC/ha (Bakri, 2009), di Taman Wisata
2009).
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa Taman Kota I BSD dapat berperan
potensinya yang cukup besar dalam menyerap dan menyimpan karbon. Meskipun
luasnya hanya 2,5 ha, namun karbon tersimpan yang terdapat pada Taman Kota I
BSD ini relatif besar yakni 115,1 ton. Penambahan pohon dan pemilihan jenis
pohon yang tepat, seperti pohon dikotil yang memiliki diameter dan tutupan
kanopi yang besar dapat menambah tingkat daya serap dan simpan karbon dalam
5.1 Kesimpulan
karbon tersimpan di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD) dapat diambil
sebesar 115,1 tonC/ha, dan dengan luas 2,5 ha maka total potensi karbon
tersimpan adalah sebesar 287,8 ton. Tegakan pohon menyimpan karbon paling
besar yaitu 86,28 tonC/ha, dibandingkan akar (26,25 tonC/ha) ataupun tanah (2,58
tonC/ha).
5.2 Saran
tumbuhan dikotil, agar potensi penyerapan dan penyimpan karbon di Taman Kota
1 BSD meningkat.
41
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, J. 2005. Pola Penyebaran Taman Kota dan Peranannya terhadap Ekologi
di Kota Jepara. Pendidikan Teknik Bangunan (Arsitektur). Skripsi.
Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang.
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah aliran Sungai (DAS). Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Bakri, 2009. Analisis Vegetasi dan Pendugaan Cadangan Karbon Tersimpan pada
Pohon di hutan Taman Wisata Alam Taman Eden Desa Sionggang Utara
Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara.
Bardgett, R.D. 2005. The Biology of Soil: A Community and Ecosystem Approach,
Oxford University Press, Oxford.
42
43
Carter, M.R. dan E.G Gregorich. 2008. Soil Sampling and Method of Analysis,
Second Edition, Canadian Society of Soil Science, Florida.
Clark, A. 1979. Suggested procedures for measuring tree biomass and reporting
free prediction equations. Proc. For. Inventory Workshop, SAF-IUFRO.
Ft. Collins, Colorado: 615-628.
Gartner, H. dan O.U. Braker. 2004. Roots: the hidden key players in estimating
the potential of Swiss forests to act as carbon sinks. Tree Rings in
Archaeology, Climatology and Ecology 2: 13-18.
Knoepp, J.D., D.C. Coleman, D.A. Crossley, dan J.S. Clark. 2000. Biological
indices of soil quality: an ecosystem case study of their use. Forest
Ecology and Management 138: 357-368.
Lilik, S. S dan A. Haryanto. 2006. Estimasi Emisi CO2 Dari Kebakaran Hutan
(Sebuah Simulasi Dan Aplikasi Dengan Menggunakan Visual FoxPro).
Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi serta Aplikasi.
103-108.
Longman, K.A. dan J. Jenik. 1987. Tropikal Forestand Its Environment. Longman
Group Limited. London.
Nowak, D.J. dan D.E. Crane. 2002. Carbon storage and sequestration by urban
trees in the USA. Environmental Pollution 116: 381-389.
45
Pearson, T., S. Walker, dan S. Brown. 2005. Sourcebook for Land use, Land-use
Change and Forestry Project. Winrock International. USA.
Roswiniarti, O., Solichin, dan Suwarsono. 2008. Potensi pemanfaatan data SPOT
untuk estimasi cadangan dan emisi karbon di hutan rawa gambut Merang,
Sumatera Selatan. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XVII.
Ulumudin, Y., E. Sulistyawati, D.M. Hakim, dan A.B. Harto. 2005. Korelasi Stok
Karbon dengan Karakteristik Spektral Citra Landsat: Studi Kasus Gunung
Papandayan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Yefri, N. 1987. Struktur Pohon Hutan Bekas Tebangan di Air Gadang Pasaman.
Tesis. Padang: FMIPA-UNAND.
47
< 5 cm 2m2m
5-20 cm 7mx7m
20-50 cm 25 m x 25 m
>50 cm 35 m x 35 m
49
Keterangan
n : Jumlah plot
S : Standar deviasi